Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring manusia terperosok dengan perbuatan syirik, baik di sengaja

maupun tidak disengaja. Manusia berbuat syirik. secara disengaja disebabkan

meraka telah mengingkari adanya Allah, mereka dengan sengaja menggantungkan

diri kepada kekuatan gaib selain Allah seperti, kepada syetan, kepada berhala dan

sebagainya. Ada pula manusia yang mengaku beriman kepada Allah tetapi masih

menyakini pula akan kekuasaan lain selain Allah. Keyakinan semacam ini

tergolong syirik, walaupun orang itu telah mengerjakan shalat untuk menyembah

Allah. Apalagi bila dalam kamar rumahnya masih ada patung-patung atau benda-

benda yang dipujanya untuk keselamatan agar terhindar dari melepeteka. Karena

banyaknya kepercayaan kepercayaan lama yang masih menyelimuti pemikiran

manusia dan sering menyebabkan timbulnya syirik, maka masalah syirik ini harus

dihindari benar benar oleh setiap muslim. Dalam keadaan yang kalut, manusia

amat mudah sekali terjebak dalam, perbuatan syirik. karena kemiskinan yang

menjeret dirinya terkadang lupa pergi ke kuburan, bersemedi mencari kekayaan

dengan meminta-minta pada pohon yang besar, meminta-minta kepada arwah

nenek moyang, meminta-minta kapada orang gila, dsb. Dalam keadaan senang

pun manusia terkadang terjabak dalam kemusyrikan. sebagai contoh ada manusia

yang percaya bahwa karena burung perkutut yang dipeliharanya itu banyak

mendatangkan rezeki sehingga dia hidup jaya.

1
Dizaman Nabi Musa Alasihissalam banyak terjadi kesyirikan terjadi.

Kesyirikan itu terjadi dikarenakan kurangnya ilmu dan keyakinan mereka kepada

apa-apa yang telah dibawa dan diajarkan oleh Nabi Musa yakni tentang Agama

Tauhid. Kekerasan hati mereka telah menutup hidayah mereka sehingga tidak

dapat menerima apa yang telah dibawa oleh Nabi Musa Alaihissalam.

Mengakibatkan kebinasaan bagi mereka sendiri. Dalam makalah yang singkat ini

kami bermaksud menceritakan tentang kisah-kisah kesyirikan kaum Nabi Musa

Alaihisalam.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Syirik ?

2. Apa sajakah Kesyirikan yang terjadi dizaman Nabi Musa ?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Menjelaskan secara singkat apa itu Syirik.

2. Menjelaskan Kesyirikan yang terjadi dizaman Nabi Musa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Syirik

1. Pengertian Syirik

Syirik menurut bahasa berasal dari kata  "syarika" artinya bersekutu   atau

berserikat. Sedangkan menurut istlilah ialah Mempersekutukan Allah dengan

yang lain atau mempersamakan Allah sebagai pencipta (Al-Khaliq) dengan yang

diciptakan (makhluk) baik zat, sifat, kekuasaan dan sebagainya. Syirik adalah

suatu dosa yang amat besar dan tidak bisa di ampuni oleh Allah. Maka jelaslah

bahwa orang yang mempersekutukan Allah adalah orang yang paling celaka

dihadapan Allah.

Seiring manusia terperosok dengan perbuatan syirik, baik di sengaja

maupun tidak disengaja. Manusia berbuat syirik. secara disengaja disebabkan

meraka telah mengingkari adanya Allah, mereka dengan sengaja menggantungkan

diri kepada kekuatan gaib selain Allah seperti, kepada syetan, kepada berhala dan

sebagainya.

Ada pula manusia yang mengaku beriman kepada Allah tetapi masih

menyakini pula akan kekuasaan lain selain Allah. Keyakinan semacam ini

tergolong syirik, walaupun orang itu telah mengerjakan shalat untuk menyembah

Allah. Apalagi bila dalam kamar rumahnya masih ada patung-patung atau benda

benda yang dipujanya untuk keselamatan agar terhindar dari melepeteka. Karena

3
banyaknya kepercayaan-kepercayaan lama yang masih menyelimuti pemikiran

manusia dan sering menyebabkan timbulnya syirik, maka masalah syirik ini harus

dihindari benar-benar oleh setiap muslim. Dalam keadaan yang kalut, manusia

amat mudah sekali terjebak dalam, perbuatan syirik. karena kemiskinan yang

menjeret dirinya terkadang lupa pergi ke kuburan, bersemedi mencari kekayaan

dengan meminta-minta pada pohon yang besar, meminta-minta kepada arwah

nenek moyang, meminta-minta kapada orang gila, dsb.

Dalam keadaan senang pun manusia terkadang terjabak dalam kemusyrikan.

sebagai contoh ada manusia yang percaya bahwa karena burung perkutut yang

dipeliharanya itu banyak mendatangkan rezeki sehingga dia hidup jaya.

2. Contoh-Contoh Perbuatan Syirik 

Perbuatan syirik yang sering terjadi pada kebanyakan manusia antara lain :

a. Menyembah selain Allah.

Yaitu melakukan penyembahan terhadap patung (berhala), matahari, jin,

syetan, roh nenek moyang dan sebagainya.Firman Allah dalam surah An-Najm

ayat 20

ْ َ‫َأفَ َرَأ ْيتُ ُم الالتَ َوا ْل ُع َّزى َو َمنَاةَ الثَّالِثَة‬


‫األخ َرى‬

Artinya : " Apakah kamu menganggap berhala Lata, uzza dan manat ketiga

yang palingakhir sebagai tuhan yang lain dari Allah". (QS..An-Najm ayat 20)

b. Percaya kepada jimat.

4
Percaya  bahwa batu cincin dapat menolak kejahatan, keris dapat

menyembuhkan penyakit, dsb, yang  diaggap sebagai benda yang mempunyai

kekuatan gaib sebagai jimat.

Dari 'Imran bin Hushain menuturkan bahwa Nabi SAW melihat seorang

laki-laki terdapat di tangannya gelang kuningan, maka beliau bertanya: "Apakah

ini ?" Orang itu menjawab: "Penangkal sakit." Nabipun bersabda:"Lepaskan itu,

karena ia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu; sebab jika kamu mati

sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu, kamu tidak akan beruntung selama-

lamanya. (Hadits dari Imam Ahmad dengan sanad yang bias diterima).

c. Sihir

Yaitu meminta pertolongan kepada syetan atau jin untuk melakukan suatu

tindakan atau perbuatan yang dapat membahagiakan atau mencelakakan mnusia

lain, dengan  jampe-jampe atau mentera-mentera.

ْ B‫ ِه بَيْنَ ا ْل َم‬Bِ‫ونَ ب‬BBُ‫ا يُفَ ِّرق‬BB‫ا َم‬BB‫ونَ ِم ْن ُه َم‬BB‫َو َما يُ َعلِّ َما ِن ِمنْ َأ َح ٍد َحتَّى َيقُوال ِإنَّ َما نَ ْحنُ فِ ْتنَةٌ فَال تَ ْكفُ ْر فَيَتَ َعلَّ ُم‬
‫ر ِء‬B

ُ‫ت ََراه‬B ‫اش‬ ُ َ‫ضارِّينَ بِ ِه ِمنْ َأ َح ٍد ِإال بِِإ ْذ ِن هَّللا ِ َويَتَ َعلَّ ُمونَ َما ي‬
ْ ‫وا لَ َم ِن‬BB‫ ْد َعلِ ُم‬B َ‫ض ُّر ُه ْم َوال يَ ْنفَ ُع ُه ْم َولَق‬ َ ِ‫زَو ِج ِه َو َما ُه ْم ب‬
ْ ‫َو‬

ِ ‫َما لَهُ فِي‬


ٍ ‫اآلخ َر ِة ِمنْ َخ‬
‫الق‬

“…Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun

sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), maka

janganlah kamu kafir.” Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa

yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan

istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya

kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu

yang memberi mudharat kepada diri mereka sendiri dan tidak memberi manfaat.

5
Padahal sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang

menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di

akhirat”(QS al-Baqarah:102)”

d. Tenung 

Yaitu melakukan perbuatan menenung atau mendatangi tukang tenung

untuk diminta pertolongan dalam rangka memenuhi keperluannya melalui

perbuatang tenung tersebut.Sebagaimana hadits Rasulullah SAW

Artinya :  " Barang siapa yang mendatangi tukang tenung, lalu ia

menanyakan sesatu kepadanya, lantas dibenarkan apa yang diucapkan itu , tidak

diterima sholanya 40 hari (HR.Muslim)

e. Menganggap diri sebagai Tuhan.

Yaitu syirik nafsu, seakan dirinya adalah segala-galanya yang wajib dipuja

dan disembah.

f. Syirik Kecil 

Yaitu perbuatan riya' yakni orang yang beramal bukan karena Allah tetapi

ingin dipuji orang.

B. Syirik Dizaman Nabi Musa

1. Kesyirikan Penduduk Mesir

Penduduk Mesir kuno adalah paganisme tulen yang memiliki dan

menyembah tuhan yang sangat beragam, diantara tuhan-tuhan yang mereka

6
sembah ada yang berupa bintang semisal bintang-bintang yang berada disebelah

kanan, Matahari, dan yang lainnya. Bahkan yang lebih banyak lagi, para ulama

menyatakan, 'Sesungguhnya mereka menyembah binatang, seperti anak sapi dan

sapinya, kera, kucing, dan buaya.

Sesungguhnya masyarakat Mesir kuno tidak menyembah pada benda-

benda tersebut secara hakaket, namun, mereka menjadikan sebagai simbol tuhan

sejati yang maha mampu, yang telah menyatu bersama ruhnya –menurut klaim

mereka-, yang efeknya bisa dirasakan. Dan perbuatan ini disebabkan oleh perilaku

para tukang sihir yang mempunyai peran penting dalam keberadaan agama-agama

Mesir kuno.

2. Kesyirikan Fir'aun Laknatullah

Orang ini merupakan manuisa dari sekian banyak hamba Allah yang lemah

yang mengklaim kalau dirinya adalah Tuhan yang harus disembah, seorang raja

yang memilik segalanya, serta memaksa kaumnya untuk rela menyembah dirinya

dan mentaatinya. Dialah orang yang telah melampaui batas dimuka bumi ini,

sombong lagi ingkar. Seperti yang disebut oleh Allah didalam firmanNya

"Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku,

bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) 38 sungai-sungai ini

mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya) Bukankah aku lebih

baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan

(perkataannya)? Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau

Malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya?" Maka Fir'aun

7
mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya.

karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik". (QS az-Zukhruf: 51-54).

Dan juga mengatakan kepada kaumnya:

"Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui

Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat,

kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik

melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benarbenar yakin bahwa dia

termasuk orang-orang pendusta". (QS alQashash: 38).

"Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?". (QS asySyu'araa':

23).

Dia juga mengatakan pada kaumnya:

"Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku,

benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". (QS

asy-Syu'araa': 29).

Demikian pula mengatakan:

"Berkata Fir'aun: "Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?. (QS

Thahaa: 49).

Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di

antara keduanya (Itulah Tuhanmu)". (QS asy-Syu'araa': 24).

"Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan

bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian

buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan

8
Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia (Musa) termasuk

orang-orang pendusta". (QS al-Qashash: 38).

"(Fir'aun) berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". (QS anNazi'aat:

23).

"Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku,

benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". (QS

asy-Syu'araa': 29).

Firaun mengklaim dirinya sebagai Tuhan yang berhak disembah. Ketika

kezhaliman telah memuncak, saat itulah pertolongan Allah datang. Nabi Musa

mengumpulkan para pengikutnya. Menasihati mereka, meneguhkan hati mereka,

dan memberikan arahan kepada mereka.

Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka

bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah

diri". (QS Yunus:84)

Mereka menjawab ucapan Nabi Musa dengan jawaban yang menenangkan

beliau. "Kepada Allahlah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami; janganlah Engkau

jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang´zalim". (QS Yunus: 85).

Nabi Musa memerintahkan mereka agar bertawakkal kepada Allah semata.

Meminta tolong dan berharap kepada-Nya. Dan Allah pun memberikan jalan

keluar untuk mereka semua. Kemudian Nabi Musa memberikan kabar gembira

dari Allah kepada kaumnya,

9
"Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: Ambillah olehmu

berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan

jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu

sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman". (QS Yunus: 87).

Allah mewahyukan kepada Nabi Musa dan saudaranya, Harun

'alaihimassalam agar ia dan kaumnya membangun rumah yang berbeda dari

rumah orang-orang Mesir secara umum. Alasannya, ketika perintah untuk pergi

dari Mesir datang, mereka lebih mudah untuk memberi tahu satu dengan yang

lainnya.Perhatikanlah! Selain pertolongan Allah berupa mukjizat, Nabi Musa juga

menempuh usaha-usaha nyata seperti ini. Kemudian datanglah perintah,

"dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat slat dan dirikanlah

olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman." (QS

Yunus: 87).

Selama bertahun-tahun, Nabi Musa dan pengikutnya bersabar dan

menghibur diri dengan keimanan kepada Allah dan tawakkal. Mereka senantiasa

memperbaiki hubungan dengan Allah, meminta tolong pada-Nya dengan salat-

salat mereka. Di sisi lain, Firaun dan para pengikutnya semakin menentang dan

memusuhi kebenaran.

Nabi Musa senantiasa berdoa kepada Allah SWT: "Ya Tuhan kami,

sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Firaun dan pemuka-pemuka

kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami,

akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami,

10
binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka

tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih". (QS Yunus: 88).

Ibnu Juraij mengatakan, "Firaun tetap hidup selama 40 tahun setelah Nabi

Musa mengucapkan doa ini." (Tafsir Alqur'an oleh Imam Ibnu Kastir). Lihatlah

Nabi Musa, selain bersabar terhadap kaumnya sendiri, betapa sabarnya beliau

menghadapi kekejaman Firaun, berdakwah kepadanya, dan berdoa kepada Allah.

Tak heran Allah mendudukkan beliau sebagai seorang ulul azhmi.

Allah mengizinkan Nabi Musa dan para pengikutnya untuk keluar dari

Mesir menuju Syam. Mengetahui kepergian Musa, kemarahan Firaun semakin

memuncak. Ia siapkan pasukannya untuk mengejar Nabi Musa dan pengikutnya.

Kejadian ini diabadikan Allah dalam Alquran.

"Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: "Pergilah di malam

hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya

kamu sekalian akan disusuli". Kemudian Firaun mengirimkan orang yang

mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. (Firaun berkata): "Sesungguhnya

mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka

membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita, dan sesungguhnya kita benar-

benar golongan yang selalu berjaga-jaga". Maka Kami keluarkan Firaun dan

kaumnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan

kedudukan yang mulia, demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya

(itu) kepada Bani Israil. Maka Firaun dan bala tentaranya dapat menyusuli

mereka di waktu matahari terbit." (QS Asy-Syu’ara: 52-60).

11
Pada saat Firaun dan pasukannya berhasil menyusul Nabi Musa dan

pengikutnya, pengikut Nabi Musa berkata, "Sesungguhnya kita benar-benar akan

tersusul." (QS Asy-Syu’ara:61).

Mereka mengatakan demikian karena melihat di hadapan mereka jalan

tertutup oleh lautan. Mereka mengadu kepada Nabi Musa. Kemudian Musa

menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku besertaku,

kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". (QS Asy-Syu’ara: 62)

Nabi Musa mengucapkan kalimat kuat dengan makna yang jelas.

Menunjukkan kedalaman ilmu dan keyakinan terhadap rahmat Allah. Sementara

waktu terus membuat jarak Firaun kian mendekat. Dalam keadaan itu, Nabi Musa

tetap tenang dan yakin Allah akan menolongnya. Turunlah wahyu kepada Nabi

Musa, lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan

tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti

gunung yang besar. (QS Asy-Syu’ara: 63).

Melihat laut terbelah, Nabi Musa dan pengikutnya bersegera melintasi jalan

terbelah itu. Setelah melintasinya, dan pengikutnya yang paling akhir melintas

telah keluar dari laut, barulah barisan awal pasukan Firaun memasuki laut. Musa

ingin segera memukul laut itu agar kembali ke keadaannya semula. Sehingga

Firaun dan pasukannya tidak bisa lewat. Namun Allah memerintahkan, "Dan

biarkanlah laut itu tetap terbelah. Sesungguhnya mereka adalah tentara yang

akan ditenggelamkan." (QS Ad-Dukhaan: 24).

Melihat tanda kebesaran Allah dan mukjizat Musa dengan terbelahnya laut,

Firaun sadar itu adalah kekuasaan Allah. Bukan sihirnya Musa. Akan tetapi ia

12
membawa mati sifat sombongnya, dalam keadaan demikian ia tetap mengatakan,

"Lihatlah! Bagaimana laut menjadi surut, tunduk kepadaku. Aku akan

menangkap dua orang hambaku (Musa dan Harun) yang telah memberontak

kepadaku". Firaun dan pasukannya bergegas masuk, melintasi belahan laut yang

akan membinasakan mereka. Saat mereka semua telah masuk ke dalam laut, Allah

memerintahkan Musa untuk memukul laut dengan tongkatnya. Musa pun

melakukan perintah Rabbnya. Laut yang terbelah itu kembali seperti semula.

Allah berfirman, "Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang

besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang

besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman." (QS Asy-

Syu’ara: 65-67)

Tidak ada seorang pun dari kalangan orang-orang beriman tenggelam. Dan

tidak satu pun dari Firaun dan pengikutnya yang bisa selamat. Setelah benar-benar

sadar dan yakin akan tenggelam Firaun mengatakan: "Dan Kami memungkinkan

Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala tentaranya,

karena hendak menganiaya dan menindas (mereka) hingga bila Firaun itu telah

hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan

melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-

orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS Yunus: 90).

Allah mencelanya dan memberi pelajaran kepada kita semua. Apakah ketika

nyawa di kerongkongan dan kebinasaan sudah benar-benar tampak, baru

seseorang akan sadar?

13
"Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah

durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan."

(QS Yunus:91)

Allah telah menetapkan hukumnya. Dan membinasakan orang-orang yang

berbuat zhalim. "Maka pada hari ini, Kami selamatkan badanmu supaya kamu

dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan

sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan

Kami." (QS Yunus: 92).

Sebagaimana di tuturkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam

pernyataannya; "Dan Nabi Musa 'alaihi sallam mengalahkan Fir'aun yang

mengingkari hak rububiyah bagi Allah dan mengingkari risalah, dalam sebuah

perdebatan. Beliau menjelaskan, "Fir'aun adalah orang yang mengingkari adanya

pencipta, sebagaimana dirinya bertanya kepada Nabi Musa 'alaihi sallam dalam

bentuk pengingkaran, walaupun dalam sanubarinya menetapkan ataupun tidak,

kemudian dirinya meminta kepada Nabi Musa bukti, lalu beliau menunjukan bukti

yang nyata, yang menetapkan adanya hak peribadatan hanya kepada Allah dan

menetapkan keNabian dirinya secara bersamaan"

3. Kesyirikan Bani Israil:

Sungguh kesyirikan yang dikerjakan oleh kaumnya Nabi Musa 'alaihi sallam

sangat beragam, yang mana di satu sisi disana ada kesyirikan yang dikerjakan oleh

Bani Israil sendiri, seperti disebutkan dalam al-Qur'an, dan disisi lain ada juga

kesyirikan yang dilakukan oleh Fir'aun, seperti digambarkan oleh Allah ta'ala

tentang ucapannya. Plus ditambah kesyirikan yang dikerjakan oleh kaumnya

14
Fir'aun, sebagaimana diterangkan oleh ahli tafsir dan sejarah ketika mengambil

faidah ditengah-tengah kisah yang disebutkan oleh Allah didalam al-Qur'an. Oleh

karena itu akan kami kedepankan terlebih dahulu kesyirikan kaumnya Fir'aun -

penduduk Mesir.

Kesyirikan bani israil yaitu menyembah patung anak sapi. Ketika Nabi

Musa alaisalam pergi memenuhi panggilan Allah SWT. Untuk menerima wahyu

di bukit tursina. Nabi Musa berjanji kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan di

bawah pimpinan Nabi Harun bahwa ia tidak akan meninggalkan mereka lebih

lama dari tiga puluh hari. Akan tetapi berhubung dengan adanya perintah Allah

kepada Musa untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari.

maka janjinya itu tidak dapat ditepati dan kedatangannya kembali ke tengah-

tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama daripada yang telah

dijanjikan. Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan kelambatan kedatagan

Nabi Musa kembali ke tengah-tengah mereka. Mereka menggerutu dan mengomel

dengan melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa seolah-olah ia telah

meninggalkan mereka dalam kegelapan dan dalam keadaan yang tidak menentu.

Mereka merasa seakan-akan telah kehilangan pimpinan yang biasanya memberi

bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada mereka.

Keadaan yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok Bani

Isra'il itu, digunakan oleh seorang munfik bernama Samiri yang telah berhasil

menyusup ke tengah-tengah mereka sebagai kesempatan yang baik untuk

menyebarkan benih syiriknya dan merusak akidah para pengikut Nabi Musa yang

baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah.

15
Samiri adalah seorang Bani Israil dari suku Assamirah dan menjadi

pengikut Nabi Musa as. Sebelumnya, ia menganut agama paganisme yang percaya

kepada kekuatan dewa. Samiri pernah belajar ilmu sihir saat di Mesir hingga

menjadi ahli. Keahliannya itu yang membuat ia bersama Musa as dapat melihat

malaikat Jibril turun dengan kudanya dari langit, untuk membimbing Nabi Musa

as. membelah Laut Merah. Samiri kemudian mengambil tanah yang sempat

dijejaki kuda malaikat Jibril. Tanah itu disimpannya dan diikatkan di bajunya.

Ketika Nabi Musa as dipanggil Allah ke Bukit Sinai, Samiri mengumpulkan harta

kaum Bani Israil berupa logam, dan melemparkannya ke dalam api hingga

melebur. Kemudian, ia lemparkan tanah bekas jejak telapak kuda malaikat Jibril

ke logam tersebut hingga berbentuk patung anak sapi yang mengeluarkan suara.

Keajaiban itu segera dipertunjukkan Samiri kepada kaum Bani Israil.

“Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak

lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: “Inilah Tuhanmu dan

Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa”. (Thaha: 88)

Mereka lalu berduyun-duyun mendatangi patung anak sapi tersebut.

Awalnya, mereka hanya meminta dimudahkan segala urusan. Permohonan mereka

ada yang terkabulkan. Hal itu membuat mereka kian kagum. Mereka terpesona.

Akhirnya, semakin ramai orang yang menyambangi dan memohon pertolongan.

Kini, mereka tak sekadar meminta pertolongan, tapi juga menyembahnya. Patung

anak sapi itu telah menjadi berhala.

Begitu kembali dari Bukit Thur, beliau ‘alaihis salam melihat sebagian

besar (sekitar 70.000 orang) bani Israil benar-benar melakukan kesyirikan,

16
beribadah kepada patung anak sapi emas. Mereka meratap dan menari-nari di

sekeliling patung itu, sehingga kemarahan beliau pun memuncak. Sambil

melemparkan lembaran Taurat yang ada di tangannya ke tanah, beliau berkata

sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala,

‫س َما َخلَ ْفتُ ُمونِي ِمن بَ ْع ِدي ۖ َأ َع ِج ْلتُ ْم َأ ْم َر َربِّ ُك ْم‬


َ ‫بِْئ‬

“Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku!

Apakah kamu hendak mendahului janji Rabbmu?” (al-A’raf: 150)

Tidak sampai di situ saja, beliau mengira bahwa saudaranya, Harun ‘alaihis

salam, kurang maksimal dalam mengingatkan dan membimbing kaumnya,

sehingga beliau mencari Nabi Harun ‘alaihis salam lalu menarik kepala dan

janggut Nabi Harun ‘alaihis salam, seraya berkata sebagaimana firman

Allah Subhanahu wata’ala,

‫صيْتَ َأ ْم ِري‬ َ ‫قَا َل يَا هَا ُرونُ َما َمنَ َع َك ِإ ْذ َرَأ ْيتَ ُه ْم‬
َ ‫ضلُّوا ( ) َأاَّل تَتَّبِ َع ِن ۖ َأفَ َع‬

“Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka

telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Apakah kamu telah (sengaja)

mendurhakai perintahku?” (Thaha: 92-93)

Nabi Harun ‘alaihis salam pun berkata kepada saudaranya, sebagaimana

dalam firman Allah Subhanahu wata’ala,

ْ ‫شيتُ َأن تَقُو َل فَ َّر ْقتَ بَيْنَ بَنِي ِإ‬


‫س َراِئي َل َولَ ْم ت َْرقُ ْب‬ ِ ‫قَا َل يَا ابْنَ ُأ َّم اَل تَْأ ُخ ْذ بِلِ ْحيَتِي َواَل بِ َرْأ‬
ِ ‫سي ۖ ِإنِّي َخ‬

‫قَ ْولِي‬

“Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang jenggotku dan jangan (pula)

kepalaku. Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku),

17
‘Kamu telah memecah antara bani Israil dan kamu tidak memelihara

amanatku’.” (Thaha: 94)

Memang, Nabi Harun ‘alaihis salam tidak diam begitu saja dan membiarkan

mereka melakukan kesyirikan. Namun, karena bani Israil yang menyembah

patung anak sapi itu menganggapnya lemah, mereka hampir membunuh beliau.

Setelah menerima jawaban Nabi Harun ‘alaihis salam, Nabi Musa ‘alaihis

salam berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala memintakan ampunan untuk

dirinya dan saudaranya yang mulia ini, ‘alaihimassalam. Orang-orang yang

tergoda ikut menyembah patung anak sapi itu akhirnya sadar, mereka merasa

berdosa,

َ‫اس ِرين‬ َ ‫سقِطَ فِي َأ ْي ِدي ِه ْم َو َرَأ ْوا َأنَّ ُه ْم قَ ْد‬


ِ ‫ضلُّوا قَالُوا لَِئن لَّ ْم يَ ْر َح ْمنَا َربُّنَا َويَ ْغفِ ْر لَنَا لَنَ ُكونَنَّ ِمنَ ا ْل َخ‬ ُ ‫َولَ َّما‬

“Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui

bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata, “Sungguh, jika Rabb kami tidak

memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi

orang-orang yang merugi.” (al-A’raf: 149)

Mereka pun datang menemui Nabi Musa ‘alaihis salam dan menanyakan

cara bertobat dari dosa tersebut. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

َ ُ‫س ُكم بِات َِّخا ِذ ُك ُم ا ْل ِع ْج َل فَتُوبُوا ِإلَ ٰى بَا ِرِئ ُك ْم فَا ْقتُلُوا َأنف‬
‫س ُك ْم‬ َ ‫َوِإ ْذ قَا َل ُمو‬
َ ُ‫س ٰى لِقَ ْو ِم ِه يَا قَ ْو ِم ِإنَّ ُك ْم ظَلَ ْمتُ ْم َأنف‬
ٰ
َ ‫َذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم ِعن َد بَا ِرِئ ُك ْم فَت‬
ُ ‫َاب َعلَ ْي ُك ْم ۚ ِإنَّهُ ُه َو التَّ َّو‬
‫اب ال َّر ِحي ُم‬

“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Hai kaumku,

sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah

menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertobatlah kepada Bari’ (Allah

18
Yang Menjadikan) kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu lebih baik bagimu pada

sisi Rabb yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima tobatmu.

Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”  (al-

Baqarah: 54)

Ayat ini menerangkan bahwa Allah Subhanahu wata’ala menerima tobat

mereka setelah mereka membunuh diri mereka. Ibnu

Katsir rahimahullah menukilkan bahwa mereka yang bunuh diri itu hampir

mencapai 70.000 orang. Kemudian, Allah ‘azza wa jalla berfirman,

‫ول فَنَبَ ْذتُ َها‬


ِ ‫س‬ُ ‫ضةً ِّمنْ َأثَ ِر ال َّر‬ ْ َ‫ص ُروا بِ ِه فَقَب‬
َ ‫ضتُ قَ ْب‬ ُ َ‫ي ( ) قَا َل ب‬
ُ ‫ص ْرتُ بِ َما لَ ْم يَ ْب‬ َ ‫قَا َل فَ َما َخ ْطبُ َك يَا‬
ُّ ‫سا ِم ِر‬

ْ َ‫سي ( ) قَا َل ف‬ ٰ
ۖ ُ‫اس ۖ َوِإنَّ لَكَ َم ْو ِعدًا لَّن ت ُْخلَفَه‬
َ ‫س‬َ ‫اذه َْب فَِإنَّ لَ َك فِي ا ْل َحيَا ِة َأن تَقُو َل اَل ِم‬ َ َ‫َو َك َذلِك‬
ِ ‫س َّولَتْ لِي نَ ْف‬

‫سفًا ( ) ِإنَّ َما ِإ ٰلَ ُه ُك ُم هَّللا ُ الَّ ِذي اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل‬ ِ ‫َوانظُ ْر ِإلَ ٰى ِإ ٰلَ ِهكَ الَّ ِذي ظَ ْلتَ َعلَ ْي ِه عَا ِكفًا ۖ لَّنُ َح ِّرقَنَّهُ ثُ َّم لَنَن‬
ْ َ‫سفَنَّهُ فِي ا ْليَ ِّم ن‬
ٰ
ْ‫ق ۚ َوقَ ْد آتَ ْينَا َك ِمن لَّ ُدنَّا ِذ ْك ًرا ( ) َّمن‬ َ ‫ص َعلَ ْي َك ِمنْ َأنبَا ِء َما قَ ْد‬
َ َ ‫سب‬ ُّ ُ‫س َع ُك َّل ش َْي ٍء ِع ْل ًما ( ) َك َذلِ َك نَق‬
ِ ‫ُه َو ۚ َو‬

َ ‫َأ ْع َر‬
‫ض َع ْنهُ فَِإنَّهُ يَ ْح ِم ُل َي ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة ِو ْز ًرا‬

“Musa berkata, “Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian), hai

Samiri?” Samiri menjawab, “Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak

mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku

melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku.” Musa berkata,

“Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini

(hanya dapat) mengatakan, ‘Janganlah menyentuh (aku).’ Dan sesungguhnya

bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya,

dan lihatlah sesembahanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya

kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan

menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan). Sesungguhnya

19
sesembahanmu hanyalah Allah, yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia.

Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.” (Thaha: 95-98)

Meskipun singkat, ternyata kecintaan menyembah patung anak sapi itu

benar-benar meresap ke dalam hati sebagian besar bani Israil. Oleh sebab itu,

Nabi Musa ‘alaihis salam menghancurkan patung itu dengan membakarnya, lalu

menghamburkannya ke dalam laut sambil disaksikan oleh seluruh bani Israil.

Semua itu agar mereka melihat bahwa benda yang mereka sembah selain

Allah Subhanahu wata’ala itu tidak berdaya apa-apa. Tidak mampu

menyelamatkan dirinya sedikit pun, sehingga bagaimana mungkin dia dapat

menyelamatkan orang-orang yang menyembahnya? Dengan lenyapnya wujud

patung itu, hilang pula rasa cinta terhadap benda yang tidak memberi manfaat atau

mudarat tersebut.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Demikianlah penuturan singkat tentang sejarah dan kesyirikan dizaman

Nabi Musa Alaihissalam yang dapat kami Tarik kesimpulan bahwa kesyirikan

dizaman Nabi Musa Alaihissalam itu dimulai dari masyarakat mesir yang mulai

berpindah keyakinan dengan mempercayai benda-benda, bintang-bintang dan

hewan-hewan yang mereka yakini bias membawa manfaat dan mudhorot.

Kemudian setelah berkuasanya Firaun La’natullah yang mengaku bahwa dirinya

tuhan dan memaksa masyarakat mesir untuk menyembah dirinya. Allah SWT pun

mengutus Musa untuk menyelamat kan kaumnya dari kejahatan Firaun

La’natullah. Setelah mereka diselamatkan dan Firaun La’natullah ditenggelamkan

dan dibinasakan oleh allah, berakhirlah kekuasaan Firaun. Cobaan demi cobaan

menimpa Nabi Musa Alaihissalam, ketika Nabi Musa Alaihissalam memenuhi

21
panggilan Alla SWT di bukit Thursina selama 40 hari, Samiri ummat Nabi Musa

Alaihissalam mulai menghasut dan menyesatkan Bani Israil untuk menyembah

patung anak sapi, samiri sukses menyesatkan Bani Israil. Mereka pun mulai

berpindah keyakinan dan Aqidah dengan menyembah anak sapi tersebut.

Sepulangnya Nabi Musa Alaihissalam dari Bukit Thursina, Nabi Musa

menghancurkan patung anak sapi tersebut dan menghamburkan abunya dilautan,

sehingga bani israil bertaubat dan kembali ke keyaninan agama tauhid yang

dibawa dan diajarka Nabi Musa.

B. Saran

Sebagai pelajar umunya dan ummat islam khusunya kita senantiasa harus

mengetahui sejarah-sejarah islam yang telah terjadi dimasa lalu, agar senatiasa

dapat kita jadikan pelajaran dimasa yang akan datang. kita harus mengembangkan

ilmu yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu itu agar dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Semoga kehadiran makalah ini dapat memberikan khasanah ilmu bagi para

pembaca khususnya kepada diri penyusun sendiri dan teman-teman. akhir kata

kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi merupakan

langkah awal yang masih banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis

akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber

serta kritik yang membangun dari para pembaca.

22
23

Anda mungkin juga menyukai