Ket :
a : tingkat return yang diharapkan yang tidak berhubungan dengan return
sebelumnya.
b : besarnya hubungan antara return di waktu yang lalu dengan return hari ini. Jika
T=0 akan menunjukkan hubungan antara return hari ini dengan return sehari
sebelumnya, sedangkan jika T=1 menunjukkan hubungan return hari ini dengan
return dua hari sebelumnya dan seterusnya.
e : angka acak yang variabilitas return yang ridak berhubungan dengan tingkat return
sebelumnya.
Jika koefisien korelasi yang didapat kemudian dikuadratkan, maka hasilnya akan
menunjukkan besarya bagian dari return hari ini yang dapat dijelaskan oleh return
yang terjadi sebelumnya. Misalnya didapat koefisien korelasi sebesar 0,4 maka akan
diperoleh angka (0,4)² = 0,16 atau 16%. Artinya 16% dari return hari ini (sisi kiri
persamaan), dapat dijelaskan oleh return sebelumnya(sisi kanan persamaan).
2. Run Test
Koefisien korelasi cenderung sangat dipengaruhi oleh data return yang bersifat
ekstrem (terlalu besar ataupun terlalu kecil). Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu
alternatif analisis yang bisa menghilangkan dampak dari data yang ekstrem tersebut
yaitu dengan memberikan tanda pada perubahan harga. Teknis analisis seperti ini
tidak akan terpengaruh oleh adanya perubahan – perubahan harga yang ekstrem, dan
disebut sebagai analisis run.
Pada analisis run ini, perubahan harga ditandai dengan (+) bila terjadi kenaikkan
(-) bila terjadi penurunan dan 0 bila tidak terjadi perubahan. Kemudian jika
perubahan harga berhubungan positif, maka kecenderungannya a + akan diikuti oleh
a + dan a – juga diikuti oleh a - . urutan tanda yang sama diantara tanda yang berbeda
disebut dengan run.
Misalnya perubahan harga sebuah sekuritas adalah +----+++0
Dalam contoh tersebut terdapat empat run yaitu
Satu run pertama dengan satu bentuk perubahan positif (+)
Satu run kedua yang terdiri atas empat bentuk perubahan negatif (----)
Satu run ketiga yang terdiri atas empat bentuk perubahan positif (++++)
Satu run keempat berupa satu bentuk perubahan nol (0)
Bila perubahan harga sekuritas mempunyai hubungan atau korelasi yang positif dari
waktu ke waktu, maka diharapkan akan terjadi sedikit perubahan run. Sedangkan jika
terdapat korelasi negatif, maka akan banyak perubahan run yang terjadi.
Kesimpulan dari hasil uji korelasi dan run test :
Sering terdapat adanya indikasi hubungan yang positif antara return hari ini
dengan return yang telah lalu, meskipun secara rata – rata hubungan tersebut
masih bersifat sangat lemah. Bahkan kadangkala sering juga ditemui adanya
korelasi yang bersifat negatif antara return sekarang dengan return yang lalu.
3. Filter test
Untuk menguji keberadaan pola return yang lebih kompleks yaitu dengan menguji
apakah ada strategi perdagangan (trading rule) berdasarkan informasi harga di masa
lalu yang dapat digunakan oleh investor untuk mendapatkan return tak normal di
pasar. Teknik analisis tersebut yaitu filter rule.
Teknik analisis filter rule dilakukan dengan membandingkan return yang didapat jika
melakukan strategi perdagangan aktif tertentu dengan return yang didapat jika
investor melakukan strategi beli dan simpan (buy and hold strategy).
Strategi perdagangan dilakukan dengan cara melakukan pembelian ketika harga
mengalami kenaikan sebesar x% dari batas atas yang sudah ditentukan, dan
selanjutnya menjual sekuritas tersbut ketika harganya mengalami penurunan sebesar
y% dari batas bawah yang sudah ditentukan pula, untuk menghindari kerugian lebih
lanjut.
Strategi perdagangan ini akan menunjukkan kapan investor sebaiknya melakukan
pembelian dan kapan investor sebaiknya menjual sekuritas tersebut atau sering juga
disebut dengan timing strategi.
Menurut Fama dan Blume (1966) strategi dengan menggunakan filter rule ternyata
relatif kurang menguntungkan dibandingkan dengan strategi buy and hold.
4. Relative Strenght
Kekuatan relatif (Relative Strenght) merupakan salah satu cara untuk
mengombinasikan informasi harga sekuritas di masa lalu untuk memilih saham.
Contohnya pada Levy (1967) yaitu membandingkan harga suatu saham saat ini (Pjt)
dengan harga rata – rata saham tersebut selama beberapa periode(Pjt).
Misalnya, jika harga rata-rata adalah harga rata – rata saham j pada waktu t selama 27
minggu, dan Pjt adalah harga saham j pada waktu t. Maka relative strenght saham
tersebut adalah Pjt/Pjt
Hasil studi Basu menunjukkan bahwa return cenderung menjadi lebih besar ketika
bergerak dari portofolio dengan rasio P/E tinggi ke portofolio dengan rasio P/E
rendah. Dengan demikian, strategi berdasar rasio P/E akan menyarankan investor
untuk membeli saham-saham dengan rasio P/E yang rendah dan menjual yang
berasio P/E tinggi. Jika pasar adalah efisien, maka memilih saham – saham berdasar
rasio P/E seharusnya tidak memberikan return yang lebih besar dibanding saham –
saham lain yang mempunyai risiko yang sama.