Anda di halaman 1dari 3

KHOTBAH 17 AGUSTUS 2022 – Kebaktian Syukur Hari Kemerdekaan

Perayaan hari Kemerdekaan adalah sebuah upaya untuk memelihara ingatan tentang
bagaimana berharganya perjuangan para pahlawan, pendiri bangsa, dan seluruh masyarakat
Indonesia untuk sampai pada kemerdekaan. Rasa syukur tentu hadir dan lahir dalam hati setiap
orang yang menyayangi bangsa Indonesia. Momen 17-an juga bisa dipakai sebagai ruang
reflektif-evaluatif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagaimanakah kita menghidupi
kemerdekaan? Sudah seperti apa semangat kemerdekaan mendorong kita untuk melahirkan
sikap-sikap hidup yang bebas dan merdeka?

Lawan dari kondisi merdeka adalah keterjajahan. Kemerdekaan Indonesia menandakan bahwa
mereka tidak lagi hidup dikuasai oleh para penjajah. Indonesia telah merdeka dan berhak
sekaligus berkewajiban mengatur kehidupan bangsa dan negaranya sendiri. Keberadaan
pemerintah untuk memimpin dan menjamin kesejahteraan rakyatnya adalah cita-cita bersama
yang masih terus diperjuangkan sampai saat ini.

Yesus menegur praktek perdagangan di Bait Allah karena ada praktek korupsi.
Umat semestinya punya kekritisan untuk menilai fenomena dalam hidup bernegara. Harus
waspada, jangan sampai terjerumus dalam praktek yang tidak benar!

Dalam bacaan hari ini, kita membaca kisah kemarahan Yesus pada para pedagang yang
berjualan di Bait Allah. Teks ini seringkali menjadi pemantik perbincangan: “oh jadi kalau di
gereja tidak boleh berjualan ya?” Kemarahan Yesus ditujukan kepada praktek perdagangan
yang merupakan buah dari pikiran-pikiran licik dan munafik yang dikembangkan para pemuka
agama. Saat itu para imam dan kaum yang bekerja di Bait Allah memakai praktek perdagangan
itu untuk menguntungkan kantong mereka sendiri. Mereka menaruh harga yang tinggi untuk
barang-barang yang mereka jual. Kebanyakan barang yang dijual adalah hewan kurban untuk
beribadah di Bait Allah. Saat ada umat yang datang dengan hewan kurban, mereka mengoreksi
hewan tersebut, menyebutnya tidak kudus dan tidak layak, sehingga umat mesti membeli
barang dagangan tersebut. Praktek perdagangan ini justru menjadi cara penjajahan para ahli
agama kepada umat. Mereka menjadi munafik dan koruptif bahkan dalam menjalankan
kehidupan keagamaan.
Yesus tidak setuju dengan praktek koruptif yang dilakukan di Bait Allah! Bukan soal
berdagangnya, tetapi soal motifnya. Mengapa mereka menjadikan umat sebagai ladang cari
keuntungan? Mengapa mereka menjadikan ibadah sebagai ruang korupsi? Itulah latar belakang
Yesus menyebut Bait Allah sebagai sarang penyamun! Bukan karena para pedagang sama
dengan penyamun, tetapi karena praktek dagang itu dipakai untuk memeras, mencuri, dan
menyakiti umat Allah.

Dalam hidup bernegara di Indonesia, kita banyak melihat kasus-kasus korupsi. Ada yang tuntas,
ada yang berakhir tidak jelas. Negara kita masih belum benar-benar tajam menumpas korupsi.
Bahkan sekarang ini lembaga anti korupsi banyak diganggu oleh kepentingan-kepentingan
politik. Hari ini kita belajar dari sikap Yesus, jangan sampai membiarkan hal itu terjadi! “Tenang
bu, saya ‘kan bukan pejabat, pasti tidak akan korupsi..” Semoga betul demikian! Tetapi korupsi
itu bukanlah praktek sekali yang dilakukan hanya karena ada kesempatan. Korupsi dilakukan
karena seseorang merasa terbiasa mengambil hak orang lain. Seseorang terbiasa memeras
orang lain. Seseorang maklum dengan kejahatan tipis-tipis yang sebenarnya sedang
menjerumuskan kita pada kebiasaan buruk yang nantinya akan sulit kita lepaskan.

Suatu ketika saya pernah berbincang dengan seorang anggota jemaat tentang tantangan yang
ia hadapi sebagai pengusaha. Ia bilang, beberapa kali ada saja oknum-oknum pemerintahan
yang datang ke tokonya untuk membeli barang dagangannya dengan syarat diberi nota kosong.
Ia bilang hal-hal seperti itu adalah suatu hal yang umum terjadi dalam dunia usaha. Tetapi ia
sadar bahwa itu sebuah kesalahan. Ia sedang memberi kesempatan pada iblis untuk
menyatakan kejahatan lewat perbuatan sederhana dan kecil itu.
Sebagai murid Kristus yang tinggal dan bertumbuh di Indonesia, kiranya kita mau belajar dari
Yesus. Tolak segala peluang untuk berlaku koruptif! Lakukanlah hal yang benar! Jangan mau
membiasakan diri dengan praktek-praktek sederhana yang menjerumuskan kita dalam dosa!
Mungkin kita sulit untuk mengubah kondisi di sekitar kita secara besar-besaran. Tetapi kita bisa
memperkecil peluang terjadinya tindakan yang memeras, menjajah, bahkan merugikan
masyarakat. Kiranya setiap kita mau menjaga diri kita untuk tetap mengarahkan perbuatan-
perbuatan kita pada teladan Kristus saja!

Yesus tetap melakukan kewajibannya sebagai umat untuk beribadah meski Bait Allah masih
berjalan tidak ideal.
Di tengah kehidupan keagamaan yang penuh dengan kemunafikan, Yesus tidak menjadi anti
pada Bait Allah. Ia tetap melakukan kewajibannya untuk beribadah, bahkan Ia mengajar di Bait
Allah untuk banyak orang agar mereka kembali mengenal hal-hal baik tentang Allah. Sikap
Yesus ini menegaskan pesan kemarahannya. Bahwa kemarahan itu bukan didasarkan pada
keinginan untuk jadi benar sendiri, menjadi ternama, ataupun mencari keuntungan. Ia kritis
pada kehidupan Bait Allah sekaligus loyal dan setia pada kehidupan iman umat.
Di hari kemerdekaan ini, kita pun patut mencontoh perbuatan Yesus dalam menghidupi
kemerdekaan. Negara kita memang belum sempurna (dan mungkin tidak akan pernah!). Akan
selalu ada kekurangan-kekurangan yang kita temukan dari berbagai sisi kehidupan. Kita sangat
boleh kritis, kita boleh marah jika ada praktek-praktek ketidakadilan. Tetapi marilah kita juga
tetap setia mencintai dan menghargai bangsa Indonesia. Tetaplah lakukan kewajiban kita!
Tetaplah setia dan loyal untuk membangun bangsa negara, membangun karakter masyarakat
Indonesia yang baik!

Seperti yang dikatakan John F. Kennedy:

“Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang telah
kamu berikan kepada negaramu.” – John F. Kennedy

Menjaga Hakekat Bangsa dan Negara


Yesus berkata: “Rumah-Ku adalah rumah doa, tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun!”
Tindakan marah-marah Yesus adalah upayanya untuk menjaga dan mengembalikan hakekat
Bait Allah kepada asalnya: RUMAH DOA! Bukan tempat berkumpulnya para penjahat, tempat
dibiarkannya kejahatan bersarang dan jadi pola hidup.

Indonesia adalah rumah bagi setiap kita yang mencintai keberagaman, menghargai
keberbedaan, hidup dalam kerukunan. Yang menghayati Bhineka Tunggal Ika serta menghidupi
Pancasila sebagai tuntunan langkah! Kiranya setiap kita mau menjaga hakekat bangsa
Indonesia. Mau memperbaiki segala yang salah dan memperjuangkan segala yang baik.

Amin. Tuhan Yesus memampukan kita untuk hidup sebagai pribadi yang merdeka dan saling
memerdekakan!

Anda mungkin juga menyukai