Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SISTEM DEMOKRASI TERPIMPIN DI INDONESIA DAN SISTEM


PEMERINTAHAN ORDE BARU

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

KELOMPOK :V

NAMA KELOMPOK : ELIM TRISANDI


RISKA SIREGAR
SALOME BATEE
ETIWAR GULO
SABANIDA GULO

BIDANG STUDI : SEJARAH INDONESIA

GURU PEMBIMBING : MEGA WATI MANALU, S.Pd

KELAS : XII-ISO

G.

YAYASAN PERGURUAN PELITA NAULI


SMAK EBENEZER

KECAMATAN BADIRI
KABUPATEN TAPANULI TENGAH
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
limpahan karunianya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah kami yang
berjudul “Sistem Demokrasi Terpimpin Di Indonesia dan Sistem Pemerintahan
Orde Baru”.

Selain itu, kami pun mengucapkan terimakasih kepada para penulis yang
tulisannya kami kutip sebagai bahan rujukan. Tak lupa juga kami ucapkan maaf
yang sebesar-besarnya, jika ada kata dan pembahasan yang keliru dari kami. Kami
berharap kritik dan saran. Semoga makalah kami ini dapat menjadi pelajaran dan
menambah wawasan dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia.

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah


pengetahuan dan pemahaman kita semua tentang demokrasi di Indonesia. Kami
sadar dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Akan tetapi kami
yakin makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
A. Sistem Demokrasi Terpimpin........................................................................
B. Sistem Pemerintahan Orde Baru....................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Negara merupakan suatu organisasi yang di dalamnya terdapat wilayah,


masyarakat, dan pemerintah. Negara dikatakan suatu organisasi karena di dalamnya
terdapat stuktur contohnya presiden yang dibantu oleh wakil presiden dan menteri -
menterinya. Terbentuknya suatu negara harus mempunyai tiga syarat utama yaitu
wilayah, masyarakat, dan pemerintah. Setiap negara memiliki sistem atau bentuk
pemerintahan tersendiri. Bentuk-bentuk pemerintahan itu diantaranya Oligarki,Anarki,
Moboraksi, Diktator, dan Demokrasi.

Oligarki adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh segelintir orang


banyak. Partisipasi rakyat dalam pemerintahan dibatasi atau bahkan ditoadakan dengan
dihapusnya lembaga perwakilan rakyat dan keputusan hukum tertinggi ada pada tangan
segelintir orang tersebut.

Anarki adalah pemerintahan yang kekuasaannya tidak jelas, tidak ada peraturan
yang benar-benar dapat dipatuhi. Setiap individu bebas menentukan kehendaknya
sendiri-sendiri tanpa aturan yang jelas.

Moboraksi adalah pemerintahan yang dikuasai olah kelompok orang untuk


kepentingan kelompok yang berkuasa, bukan untuk kepentingan rakyat. Biasanya
mobokrasi dipimpin oleh sekelompok orang yang mempunyai motivasi yang sama.

Diktator ialah kekuasaan yang terpusat pada seseorang yang berkuasa mutlak
(otoriter), dan Demokrasi adalah kekuatan rakyat atau suatu bentuk pemerintahan
dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya. Dari beberapa bentuk pemerintahan
ini, demokrasi yang paling umum digunakan dalam suatu sistem pemerintahan termasuk
Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara yang menjunjung tinggi demokrasi, untuk
di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara yang paling terbaik menjalankan
demokrasinya, mungkin kita bisa merasa bangga dengan keadaan itu.
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana berakhirnya sistem demokrasi terpimpin?


2. Bagaimana lahirnya pemerintahan orde baru?

1.3. Tujuan

1. Bagaimana berakhirnya sistem demokrasi


terpimpin?
2. Bagaimana lahirnya pemerintahan orde baru?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Demokrasi Terpimpin

Demokrasi Terpimpin merupakan penyeimbangan kekuasaan antara kekuatan


politik militer Angkatan Darat dan Partai Komunis Indonesia dan Presiden Soekarno
sebagai balancer diantara keduanya. Masa kepemimpinan Ir. Soekarno sebagai
Presiden Republik Indonesia merupakan bagian dari sejarah bangsa yang amat
penting. Pada saat menjadi kepala negara, Soekarno pernah mencoba beberapa sistem
pemerintahan, salah satunya adalah demokrasi terpimpin.
Sistem pemerintahan demokrasi terpimpin diawali sejak dikeluarkannya
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Dekrit ini dianggap menandai kekuasaan
Soekarno yang hampir tidak terbatas dan pemusatan kekuasaan berada di tangan
Presiden Soekarno. Masa Demokrasi Terpimpin dimulai dengan hadirnya Partai
Komunis Indonesia (PKI) sebagai partai politik yang paling dominan dan TNI AD
sebagai kekuatan Hankam dan sosial politik. Demokrasi Terpimpin merupakan
penyeimbangan kekuasaan antara kekuatan politik militer Angkatan Darat dan Partai
Komunis Indonesia dan Presiden Soekarno sebagai penyeimbang di antara keduanya.
Pertentangan antara Presiden Soekarno, TNI AD dan partai-partai politik
dalam konteks Demokrasi Terpimpin menjadi kajian penting dalam melihat
kekuasaan Presiden dalam kurun waktu berlakunya UUD 1945 di Indonesia. Pada era
pemerintahan sistem politik Demokrasi Terpimpin ini, peranan PKI sangat menonjol
dan berkembang menjadi kekuatan politik. Advertisement Sementara pihak yang
gigih melawan PKI adalan Partai Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang
pada akhirnya dibubarkan oleh Presiden Soekarno karena dianggap menjadi
pendukung pemberontakan yang terjadi di daerah Sumatera dan Sulawesi.
TNI AD juga turut menjadi pihak yang anti komunis. Presiden Soekarno
bekerjasama dengan TNI AD untuk mengendalikan partai politik, namun di sisi lain
Soekarno melindungi PKI. Soekarno membutuhkan PKI karena merasa terancam akan
kemungkinan pengambil-alihan kekuasaan oleh Angkatan Darat, maka terjadilah
persaingan antara tiga kekuatan, yaitu Presiden, TNI AD dan PKI. Otoritas dan
kedudukan Soekarno sebagai penentu kebijakan-kebijakan politik menjadikannya
sebagai ajang perebutan dua kekuatan politik antara TNI dan PKI untuk saling
mendekati dan mempengaruhi Presiden.
Dekret Presiden 1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan Konstituante
dalam menetapkan UUD baru untuk pengganti UUDS 1950. Anggota konstituante
mulai bersidang pada 10 November 1956, namun pada kenyataannya hingga tahun
1958 belum sukses mendefinisikan UUD yang diharapkan. Sementara di kalangan
warga pendapat-pendapat untuk kembali kepada UUD '45 lebih kuat. Dalam
menanggapi hal itu, pada 22 April 1959 Presiden Soekarno lantas menyampaikan
amanat di depan sidang Konstituante yang isinya menganjurkan untuk kembali ke
UUD '45. Pada 30 Mei 1959 Konstituante menerapkan pemungutan suara. Hasilnya
269 suara menyetujui UUD 1945 dan 199 suara tidak setuju.
Meskipun yang mencetuskan setuju lebih banyak dan tetapi karenanyanya
pemungutan suara ini harus diulang, sebab banyak suara tidak memenuhi kuorum.
Kuorum adalah banyak minimum anggota yg harus benar di rapat, majelis, dan
untuknya (biasanya lebih dari separuh banyak anggota) supaya dapat mengesahkan
suatu putusan. Pemungutan suara kembali diterapkan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959.
Dari pemungutan suara ini Konstituante juga gagal mencapai kuorum. Untuk
meredam kemacetan,
Konstituante memutuskan reses (masa perhentian sidang parlemen; ketika
istirahat dari cara bersidang) yang ternyata merupakan penghabisan dari upaya
penyusunan UUD. Hingga akhirnya, pada 5 Juli 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno
mengeluarkan dekret yang diumumkan dalam upacara formal di Istana Merdeka. Isi
dari Dekrit tersebut antara lain: Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Pemberlakuan kembali UUD '45 dan tidak berlangsungnya
UUDS 1950. Pembubaran Konstituante.
Apa yang membedakan demokrasi terpemimpin dengan jenis demokrasi lain?
ciri demokrasi tersebut :
1. Adanya Lembaga Perwakilan Rakyat Ciri pertama demokrasi terpemimpin adalah
adanya lembaga perwakilan rakyat. Setelah kembali kepada UUD 1945, Presiden
Soekarno mencoba mengikuti aturan yang ada di dalamnya. MPRS, DPRS, dan
DPAS dibentuk. Hanya saja lembaga negara yang seharusnya menjadi ciri
demokrasi ini, semua anggotanya dipilih oleh Presiden. Beberapa jabatan bahkan
dipegang secara rangkap. Ini menyebabkan lembaga negara eksekutif, legislatif,
dan yudikatif tidak independen.
2. Kedudukan Presiden Sebagai Kepala Pemerintah dan Kepala Negara Pada saat
demokrasi parlementer, Presiden berkedudukan hanya sebagai kepala negara.
Menteri-menteri dibentuk dan bertanggung jawab kepada parlemen. Sebagai
kepala pemerintahan ada perdana menteri. Demokrasi terpimpin kembali merujuk
pada UUD 1945. Di sini Presiden berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus
pemerintahan. Menteri-menteri diangkat untuk membantu tugas presiden dan
bertanggung jawab kepada presiden. Dengan demikian, kabinet yang dibentuk
kembali kepada kabinet presidentil.
3. Kekuasaan Presiden Tidak Terbatas Semua urusan negara tergantung pada
presiden. Presiden menunjuk anggota lembaga negara dan ketuanya. Sementara
anggota lembaga negara tersebut ada pula yang menjabat sebagai menteri.
Akibatnya, semua berada di bawah kekuasaan Presiden. Bahkan, Presiden
Sukarno diangkat sebagai presiden seumur hidup. Sebuah pengangkatan yang
melanggar ketentuan dalam UUD 1945.
4. Dibentuk Poros Nasakom Nasakom merupakan singkatan dari nasionalis dan
komunis. Di sini merupakan penyatuan ide Sukarno yang ingin merangkul kaum
nasionalis dan komunis di bawah naungan negara Indonesia. Padahal komunis
merupakan ajaran yang tidak mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Sesuatu yang tidak hanya melanggar UUD 1945 tetapi juga Pancasila.
5. Penyederhanaan Partai Pada awalnya penyederhanaan partai merupakan bagian
dari menghapuskan kepentingan partai dan golongan yang sangat mendominasi.
Namun, pada prakteknya penyederhaan partai termasuk pada pembubaran partai-
partai yang tidak sejalan dengan pemerintah.
6. Peran Serta ABRI dalam Politik Saat demokrasi terpemimpin ABRI menganut
dwi fungsi, yaitu peran sebagai pelindung negara sekaligus dalam kegiatan
politik. Akibatnya peran ABRI yang lebih utama banyak ditinggalkan.
7. Kebebasan Pers Dilarang Pada masa pemerintahan demokrasi terpemimpin tidak
semua orang bebas menyuarakan pendapatnya. Padahal hal itu dijamin dalam
UUD 1945. Pemerintah melarang kebebasan pers. Siapa saja yang mengkritik
pemerintah maka akan ditangkap.
8. Berlaku Politik Mercusuar Kelompok atau perorangan yang identik dengan Barat
dan Amerika dilarang. Pemerintah saat itu memberlakukan politik mercusuar.
Politik yang didominasi atau berkiblat ke Cina sebagai negara komunis.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, banyak terjadi penyelewengan terhadap
Pancasila dan UUD 1945 seperti: Pembentukan Nasakom (Nasionalis, Agama dan
Komunis). Tap MPRS Nomor III/MPRS/1963 tentang Pengangkatan Soekarno
sebagai Presiden Seumur Hidup. Pembubaran DPR hasil pemilu oleh Presiden.
Pengangkatan ketua DPRGR/MPRS menjadi menteri negara oleh Presiden. GBHN
yang bersumber pada pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul
“Penemuan Kembali Revolusi Kita” ditetapkan oleh DPA, bukan MPRS. Konsep &
Tujuan Demokrasi Terpimpin Demokrasi Terpimpin merupakan suatu gagasan
pembaruan kehidupan politik, sosial, dan ekonomi.
Gagasan ini dikenal sebagai Konsepri Presiden 1957. Terdapat dua pokok
pemikiran dalam konsepsi tersebut, di antaranya: Pembaruan struktur politik harus
diberlakukan sistem Demokrasi Terpimpin yang didukung oleh kekuatan yang
mencerminkan aspirasi masyarakat secara seimbang. Membentuk kabinet gotong
royong berdasarkan imbangan kekuatan masyarakat, yang terdiri atas wakil partai
politik dan kekuatan golongan politik baru atau golongan fungsional alias golongan
karya. Demokrasi Terpimpin memiliki tujuan untuk menata ulang kehidupan politik
serta pemerintahan berdasarkan UUD 1945. Namun, justru terdapat banyak
pelanggaran UUD 1945 pada proses pelaksanaannya.
Kemudian, sistem Demokrasi Terpimpin mulai ditinggalkan setelah terjadi
peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965 yang menjadi awal melemahnya
pengaruh dan kekuasaan Presiden Soekarno.

Berakhirnya Demokrasi Terpimpin

Pada masa Demokrasi Terpimpin, PKI muncul sebagai salah satu kekuatan
politik yang dominan. Di sisi lain, TNI-AD menjadi salah satu kelompok yang
berusaha menandingi dominasi PKI. Akibatnya, timbul konflik antara PKI dengan
TNI-AD. Puncak konflik antara PKI dengan TNI-AD terjadi pada bulan September
1965, ketika terjadi peristiwa pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada
tanggal 30 September 1965 yang dikenal sebagai peristiwa G-30S/PKI. 

G-30S/PKI adalah upaya PKI untuk merebut kekuasaan yang sah. Dalam
peristiwa tersebut, terjadi aksi penculikan dan pembunuhan terhadap 6 orang perwira
tinggi TNI-AD, yakni Letjen Ahmad Yani. Mayjen. S. Parman, Mayjen R. Soeprapto,
Mayjen MT. Haryono, Brigjen DI. Panjaitan, dan Brigjen Sutoyo Siswodiharjo, serta
satu orang perwira bernama Lettu Pierre Tendean. Ketujuh korban tersebut kemudian
dikuburkan di sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya, Jakarta. Upaya
pemberontakan yang dilakukan PKI dengan cepat dapat diatasi oleh TNI-AD.

Pasca pemberontakan PKI tersebut, rakyat Indonesia menuntut pembubaran


PKI. Muncul demonstrasi menuntut pembubaran PKI dan pembersihan kabinet dari
unsur-unsur PKI. Kelompok mahasiswa yang dikenal sebagai Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang terbentuk pada bulan Oktober 1965 kemudian
menyuarakan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura), yang berisi 3 tuntutan, yakni pembubaran
PKI, pembersihan kabinet dari unsur PKI, dan turunkan harga. Aksi demonstrasi
mahasiswa semakin meluas pada awal tahun 1966.

Puncak aksi Gerakan mahasiswa terjadi pada bulan Februari 1966 ketika
seorang mahasiswa UI bernama Arif Rahman Hakim tewas tertembak. Kondisi
keamanan negara yang semakin kacau mengakibatkan Presiden Soekarno kemudian
mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) yang ditujukan kepada Menteri
Panglima Angkatan Darat, Letjen. Soeharto untuk mengambil tindakan pemulihan
keamanan dan ketertiban.  Supersemar sendiri menjadi penanda berakhirnya
pemerintahan Demokrasi Terpimpin.

B. Sistem Pemerintahan Orde Baru


Orde Baru merupakan salah satu istilah yang cukup familiar bagi kita.
Menurut KBBI, kata baru berarti menggambarkan suatu hal yang belum pernah ada
sebelumnya. Sedangkan orde berarti sistem pemerintahan. Secara terminologi, Orde
Baru berarti suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan negara yang
diletakan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan
konsekuen. Dari beberapa pendapat tersebut kita simpulkan, bahwa orde baru
merupakan sistem pemerintahan di Indonesia yang menggantikan zaman sebelumnya
didasarkan atas koreksi terhadap berbagai penyimpangan.
Lahirnya Orde Baru diawali dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966
(Supersemar) oleh Presiden Soekarno kepada Letjen Soeharto. Surat berisi instruksi
presiden agar Letjen. Soeharto sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat untuk
mengambil tindakan dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, dan stabilitas
pemerintahan demi keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Mobilitas Vertikal ke Bawah (Sosial Sinking)
Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama, yaitu:
1. Turunnya kedudukan. Kedudukan individu turun ke kedudukan yang
derajatnya lebih rendah
2. Turunnya derajat kelompok. Derajat sekelompok individu menjadi turun
yang berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
 

Surat Perintah Sebelas Maret hingga kini masih menjadi kontroversi, ini merupakan
salah satu salinan Supersemar yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI)
Sebagai tindak lanjut dari instruksi Presiden tersebut, Letjen Soeharto
mengambil berbagai kebijakan untuk memulihkan kembali kondisi negara, salah
satunya ialah pembubaran organisasi PKI dan ormas-ormasnya. Selain itu, beliau juga
membentuk Kabinet Ampera, suatu susunan kabinet yang berisikan anggota TNI dan
ekonom lulusan luar negeri, tujuannya ialah untuk menciptakan perbaikan ekonomi
dan stabilitas politik. Puncaknya, pada Sidang Istimewa MPRS tanggal 7-12 Maret
1967 di Jakarta, MPR secara resmi mengangkat Soeharto sebagai presiden Republik
Indonesia ke-2.
Era pemerintahan Orde Baru adalah yang terpanjang sejak Indonesia merdeka.
Masa pemerintahan yang cukup panjang tersebut turut memberikan kontribusi besar
terhadap pemantapan lembaga keimigrasian, walaupun dalam pelaksanaannya
mengalami beberapa kali penggantian induk organisasi. Stabilitas politik dan
pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi selama era Orde Baru mendorong lembaga
keimigrasian di Indonesia untuk semakin berkembang dan profesional dalam
melayani masyarakat. Pada era ini terjadi beberapa kali perubahan organisasi kabinet
dan pembagian tugas departemen, yang pada gilirannya membawa perubahan
terhadap organisasi jajaran imigrasi.

Pada tanggal 3 November 1966 ditetapkan kebijakan tentang Struktur


Organisasi dan Pembagian Tugas Departemen, yang mengubah kelembagaan
Direktorat Imigrasi sebagai salah satu pelaksana utama Departemen Kehakiman
menjadi Direktorat Jenderal Imigrasi yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Imigrasi.
Perubahan inipun berlanjut dengan pembangunan sarana fisik di lingkungan
Direktorat Jenderal Imigrasi yang luas. Pembangunan gedung kantor, rumah dinas,
pos imigrasi maupun asrama tahanan dijalankan tahun demi tahun. Di bidang SDM
dan pembinaan karier, sistem penempatan dan pembinaan karier pegawai yang
direkrut Direktorat Jenderal Imigrasi yang zig zag, tidak terpaku di satu pos,
diteruskan. Sistem pembinaan karir di bidang imigrasi juga terus disempurnakan
dengan tetap mengedepankan prinsip profesionalisme dan keadilan.

Beban kerja yang semakin meningkat dan kebutuhan akan akurasi data,
mendorong Direktorat Jenderal Imigrasi untuk segera menerapkan sistem
komputerisasi di bidang imigrasi. Pada awal tahun 1978 untuk pertama kalinya
dibangunlah sistem komputerisasi di Direktorat Jenderal Imigrasi, sedangkan
penggunaan komputer pada sistem informasi keimigrasian dimulai pada tanggal 1
Januari 1979.

Di bidang peraturan perundangan keimigrasian pada masa Orde Baru, dalam


rangka mendukung program Pembangunan Nasional Pemerintah, banyak produk
regulasi keimigrasian yang dibuat untuk mengifisienkan pelayanan keimigrasian
dan/atau untuk mendukung berbagai sektor pembangunan, antara lain pengaturan
terkait: (1) pelayanan jasa keimigrasian, (2) penyelesaian dokumen pendaratan di atas
pesawat jemaah haji 1974, (3) penyelesaian pemeriksaan dokumen di pesawat garuda
Jakarta-Tokyo, (4) perbaikan kualitas cetak paspor, (5) pengaturan masalah lintas
batas, (6) pengaturan dispensasi fasilitas keimigrasian, (7) penanganan TKI gelap di
daerah perbatasan, (8) pengaturan penyelenggaraan umroh, (9) pengaturan masalah
pencegahan dan penangkalan, (10) pengaturan keimigrasian di sektor
ketenagakerjaan, (11) pengaturan visa tahun 1979, (12) masalah orang asing yang
masuk ke dan atau tinggal di wilayah Indonesia secara tidak sah, (13) penghapusan
exit permit bagi WNI.

Di masa Orde Baru ini yang tidak bisa dilupakan adalah lahirnya Undang-
Undang Keimigrasian baru yaitu Undang Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang
Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3474), yang disahkan oleh
DPR pada tangal 4 Maret 1992. Undang Undang Keimigrasian ini selain merupakan
hasil peninjauan kembali terhadap berbagai peraturan perundang-undangan
sebelumnya yang sebagian merupakan peninggalan dari Pemerintah Hindia Belanda,
juga menyatukan/mengkompilasi substansi peraturan perundang-undangan
keimigrasian yang tersebar dalam berbagai produk peraturan perundangan
keimigrasian sebelumnya hingga berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 ini diikuti dengan


ditetapkannya Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaannya dalam: (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan dan
Penangkalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3561), (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan
Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3562), (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 55, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3563), dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun
1994 tentang Surat Pejalanan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1994 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3572).
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menyusun makalah ini, perkembangan demokrasi di
indonesia dimulai dari Demokrasi Liberal pada masa Orde Lama (1950
- 1959). Kemudian beralih ke Demokrasi Terpimpin yang juga pada
masa Orde Lama (1959 – 1966). Setelah demokrasi termpimpin beralih
lagi Demokrasi Pancasila pada Orde Baru (1966 – 1998).
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
http://taufiqabd.blogspot.co.id/2017/05/makalah-demokrasi-di-
indonesia.html

https://thynaituthya.wordpress.com/2013/11/23/makalah-pkn-
tentang- demokrasi-indonesia/
http://robihartopurba.blogspot.co.id/2015/03/makalah-tentang-
demokrasi-di- indonesia.html
http://penulisbima.blogspot.co.id/2016/01/makalah-demokrasi-
indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai