Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Manajemen Perbankan

Oleh:

NAMA

NIM

Universitas Hayam Wuruk Perbanas

Surabaya
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Manfaat Penulisan......................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian Risiko Konsentrasi...................................................................3
B. Tujuan Risiko Konsentrasi.........................................................................5
C. Sumber Risiko Konsentrasi.......................................................................6
D. Perhitungan Risiko Konsentrasi (BMPK)..................................................8
E. Risiko Konsentrasi HHI.............................................................................8
F. Studi Kasus................................................................................................9
G. Tambahan Kebutuhan Risiko Konsentrasi..............................................14
H. Permodalan Untuk Risiko Konsentrasi....................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................17
B. Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam pemberian kredit, Bank harus memperhatikan asas-asas

perkreditan yang sehat termasuk resiko yang harus dihadapi atas pengembalian

kredit. Untuk memperoleh keyakinan sebelum memberikan kredit, Bank harus

melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan

dan prospek usaha Debitur. Agunan merupakan salah satu unsur jaminan kredit

agar Bank dapat memperoleh tambahan keyakinan atas kemampuan Debitur untuk

mengembalikan utangnya. Bank juga harus memperhatikan prinsip-prinsip dan

aspek penilaian yang ada dalam prosedur memberikan kredit kepada debitur.

Kredit adalah salah satu teknik untuk menolong masyarakat dalam

menemukan pinjaman dana. Berkaitan dengan keperluan dana untuk masyarakat

untuk pekerjaan konsumsi ataupun modal usaha, muncullah permintaan kredit.

Kredit modal dapat dipakai masyarakat dalam membuka usaha, sementara kredit

konsumsi dipakai masyarakat guna mengkonsumsi barang tertentu. Kredit yang

diperlukan masyarakat dapat diserahkan oleh lembaga keuangan, baik lembaga

finansial perbankan maupun lembaga finansial bukan bank. Lembaga finansial

perbankan yang memberikan pertolongan berupa pinjaman kredit biasanya idalah

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) maupun bank-bank umum kepunyaan pemerintah

ataupun swasta, sementara lembaga finansial bukan bank yang memberikan

pertolongan kredit salah satunya ialah PT Pegadaian (Nuraini, 2008).

1
B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Risiko Konsentrasi?

2. Apakah Tujuan dari Risiko Konsentrasi?

3. Apa sajakah sumber dari Risiko Konsentrasi?

4. Bagaimanakah Perhitungan Risiko Konsentrasi (BMPK)?

5. Apakah yang dimaksud dengan Risiko Konsentrasi HHI?

6. Bagaimanakah contoh Studi Kasus dari Risiko Konsentrasi?

7. Apa sajakah Tambahan Kebutuhan Risiko Konsentrasi?

8. Bagaimanakah Permodalan Untuk Risiko Konsentrasi?

C. Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Risiko Konsentrasi

2. Untuk mengetahui Tujuan dari Risiko Konsentrasi

3. Untuk mengetahui sumber dari Risiko Konsentrasi

4. Untuk mengetahui Perhitungan Risiko Konsentrasi (BMPK)

5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Risiko Konsentrasi

HHI

6. Untuk mengetahui contoh Studi Kasus dari Risiko Konsentrasi

7. Untuk mengetahui Tambahan Kebutuhan Risiko Konsentrasi

8. Untuk mengetahui Permodalan Untuk Risiko Konsentrasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Risiko Konsentrasi

Pengertian Resiko Kredit Eksistensi sebuah bank tidak hanya ditentukan

oleh besarnya giro, tabungan, dan deposito yang dapat dihimpun dari masyarakat,

tetapi juga dari besarnya kredit yang dapat disalurkan kepadamasyarakat. Di

dalam penyaluran kredit kepada masyarakat, maka bank akan berhadapan dengan

suatu risiko, yaiu risiko kredit. Risiko ini lazim disebut Risiko konsentrasi kredit

dan wajib diperhitungkan pula dalam penilaian risiko inheren. Risiko kredit juga

timbul dari tidak dipenuhinya berbagai bentuk kewajiban pihak lain kepada bank,

seperti kegagalan memenuhi kewajiban pembayaran dalam kontrak derivatif.

Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu.

Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan

untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang

timbul dari seluruh kegiatan usaha Bank. Sedangkan Risiko Kredit adalah Risiko

akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada

Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati, termasuk Risiko Kredit akibat

kegagalan debitur, Risiko konsentrasi kredit, counterparty credit risk, dan

settlement risk. Termasuk dalam kelompok Risiko Kredit adalah Risiko

konsentrasi pembiayaan, counterparty credit risk, dan settlement risk. Risiko

konsentrasi pembiayaan merupakan Risiko yang timbul akibat terkonsentrasinya

penyediaan dana kepada 1 (satu) pihak atau sekelompok pihak, industri, sektor,

3
dan/atau area geografis tertentu yang berpotensi menimbulkan kerugian cukup

besar yang dapat mengancam kelangsungan usaha Bank.

Counterparty credit risk merupakan Risiko yang timbul akibat terjadinya

kegagalan pihak lawan dalam memenuhi kewajibannya dan timbul dari jenis

transaksi yang memiliki karakteristik tertentu, misalnya transaksi yang

dipengaruhi oleh pergerakan nilai wajar atau nilai pasar. Settlement risk

merupakan Risiko yang timbul akibat kegagalan penyerahan kas dan/atau

instrumen keuangan pada tanggal penyelesaian (settlement date) yang telah

disepakati dari transaksi penjualan dan/atau pembelian instrumen keuangan.

Untuk sebagian Bank, Risiko kredit merupakan risiko terbesar yang dihadapi.

Pada umumnya, marjin yang diperhitungkan untuk mengantisipasi risiko kredit

hanyalah merupakan bagian kecil dari total kredit yang diberikan bank dan oleh

karnanya kerugian pada kredit dapat menghancurkan modal bank dalam waktu

singkat.

Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya

bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk

memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga penilaian kredit kurang cermat

dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya.

Risiko menjadi semakin terlihat manakala perekonomian mengalami krisis atau

resesi. Kelesuan ekonomi akan berdampak langsung pada menurunnya omzet

penjualan perusahaan, sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan untuk dapat

memenuhi kewajiban membayar utang-utangnya. Demikian pula jika terjadi

kenaikan tingkat bunga. Menurut Ferry dan Sugiarto dijelaskan bahwa: “Risiko

4
kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam

(counterparty) tidak dapat dan tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar

kembali dana yang dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau

sesudahnya”. Menurut Kasmir: “Risiko kredit akibat dari kredit kredit yang tidak

tertagih dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu)”.

Risiko kredit adalah risiko yang paling signifikan yang dihadapi bank, dan

keberhasilan bisnis mereka tergantung pada pengukuran yang akurat dan tingkat

efisiensi yang lebih tinggi terhadappengelolaan risiko ini daripada risiko lainnya.

Risiko kredit akan dihadapi oleh bank ketika nasabah (customer) gagal dalam

membayar hutang atau kredit yang diterimanya pada saat jatuh tempo. Besarnya

kredit yang disalurkan ke masyarakat (nasabah) tercermin dari besarnya Loan to

Deposit Ratio (LDR). Jika LDR melampaui batas yang ditetapkan regulasi sebesar

100%, maka iniberarti risiko kredit meningkat. Potensi untuk tidak terbayarnya

hutang tinggi, dan ini akan berdampakpada peningkatan biaya operasional bank

(BOPO), sehingga bank menjadi tidak efisien. Jadi risiko kredit merupakan akibat

dari adanya pemberian kredit kepada nasabah yang tidak mampu membayar

sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan pihak bank.

B. Tujuan Risiko Konsentrasi

1) Melindungi perusahaan dari risiko signifikan yang dapat menghambat

pencapaian tujuan perusahaan.

2) Memberikan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas

risiko yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi dalam

perusahaan.

5
3) Mendorong menajemen untuk bertindak proaktif mengurangi risiko

kerugian, menjadikan pengelolaan risiko sebagai sumber keunggulan

bersaing, dan keunggulan kinerja perusahaan.

4) Mendorong setiap insan perusahaan untuk bertindak hati-hati dalam

menghadapi risiko perusahaan, sebagai upaya untuk memaksimalkan

nilai perusahaan.

5) Membangun kemampuan mensosialisasikan pemahaman mengenai

risiko dan pentingnya pengelolaan risiko.

6) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui penyediaan informasi

tingkat risiko yang dituangkan dalam peta risiko (risk map) yang

berguna bagi manajemen dalam pengembangan strategi dan perbaikan

proses manajemen risiko secara terus menerus dan berkesinambungan.

C. Sumber Risiko Konsentrasi

Menurut Godfrey (1996), terdapat sumber-sumber risiko yang perlu

diketahui dan diidentifikasi sebagai langkah awal penanganan risiko, yaitu sebagai

berikut:

1. Politik (Political). Contohnya: Kebijaksanaan pemerintah, pendapat

publik, perubahan ideologi, peraturan, kekacauan (perang, terorisme,

kerusuhan). 

2. Lingkungan (Environmental). Contohnya: Pencemaran, kebisingan,

perizinan, opini publik, kebijakan internal/perusahaan, perundangan

yang berkaitan dengan lingkungan, dampak lingkungan.

6
3. Perencanaan (Planning). Contohnya: Persyaratan perizinan,

kebijakan dan praktik, tata guna lahan, dampak sosial dan ekonomi,

opini publik. 

4. Pemasaran (market). Contohnya: Permintaan (perkiraan),

persaingan, keusangan, kepuasan pelanggan, mode. 

5. Ekonomi (economic). Contohnya: Kebijakan keuangan, perpajakan,

inflasi, suku bunga, nilai tukar. 

6. Keuangan (financial). Contohnya: Kebangkrutan, keuntungan,

asuransi, risk share. 

7. Alami (natural). Contohnya: Kondisi tanah di luar dugaan, cuaca,

gempa, kebakaran dan ledakan, temuan situs arkeologi. 

8. Proyek (Project). Contohnya: Definisi, strategi pengadaan,

persyaratan unjuk kerja, standar, kepemimpinan, organisasi

(kedewasaan, komitmen, kompetensi dan pengalaman), perencanaan

dan pengendalian kualitas, rencana kerja, tenaga kerja dan sumber

daya, komunikasi dan budaya. 

9. Teknis (Technic). Contohnya: Kelengkapan desain, efisiensi

operasional, keandalan. 

10. Manusia (Human). Contohnya: Kesalahan, tidak kompeten,

kelalaian, kelelahan, kemampuan berkomunikasi, budaya, bekerja

dalam kondisi gelap atau malam hari.

11. Kriminal (Criminal). Contohnya: Kurang aman, perusakan,

pencurian, penipuan, korupsi. 

7
12. Keselamatan (Safety). Contohnya: Peraturan (kesehatan dan

keselamatan kerja), zat berbahaya, bertabrakan, keruntuhan,

kebanjiran, kebakaran dan ledakan

D. Perhitungan Risiko Konsentrasi (BMPK)

1. Kredit BMPK dihitung berdasarkan baki debet pinjaman yang

diberikan.

2. Surat Berharga Untuk surat berharga dengan janji dijual kembali ,

BMPK dihitung berdasarkan pada harga beli surat berharga.

3. Tagihan Ekseptasi BMPK dihitung sebesar nilai wesel yang diaksep,

yaitu sebesar nilai bruto tagihan terhadap pihak yang menjamin atau

pihak yang wajib melunasi tagihan akseptasi tersebut.

4. Derivatif kredit, dan Potential Future Credit exposure BMPK dihitung

berdasarkan risiko kredit dari transaksi derivatif tersebut

5. Rekening Administratif BMPK dihitung sebesar nilai yang telah

diterbitkan (outstanding)

6. Penyertaan Modal Penyertaan modal kepada Anak Perusahaan dapat

tidak dihitung dalam BMPK , sepanjang Bank dan Anak Perusahaan

memberikan komitmen secara tertulis kepada regulator (BI/OJK)

untuk menerapkan pengawasan Bank dan Anak Perusahaan/investee

secara individual dan konsolidasi

E. Risiko Konsentrasi HHI

Indeks Herfindahl-Hirschman (HHI) adalah ukuran konsentrasi pasar di

mana anda menghitungnya dengan menjumlahkan kuadrat dari pangsa pasar

8
masing-masing perusahaan di industri. Ini adalah alternatif dari n-firm

concentration ratio. Indeks ini penting untuk berbagai tujuan. Analis industri

menggunakannya untuk menentukan struktur pasar dan persaingan. Regulator

menggunakannya untuk mengukur konsentrasi pasar dan mengevaluasi merger?

Misalnya, ketika dua perusahaan merger, itu untuk menentukan apakah merger

tersebut akan menghasilkan kekuatan monopoli yang melanggar undang-undang

antitrust ataukah tidak. 

Nilai indeks Herfindahl-Hirschman tergantung pada definisi pangsa pasar

yang anda gunakan. Katakanlah, ada sepuluh perusahaan di industri, masing-

masing memiliki pangsa pasar 10%. Dengan menggunakan perhitungan formula

di atas, industri akan tampak sangat kompetitif. Tapi, jika anda periksa lebih

dalam, satu perusahaan mungkin memiliki beberapa segmen produk. Di segmen

tertentu, perusahaan tersebut mungkin memiliki pangsa pasar yang dominan,

katakanlah 90%. Jadi, perusahaan tersebut akan memiliki kekuatan

monopoli produk tersebut.Tidak hanya segmen produk, masalah lain juga muncul

ketika masing-masing perusahaan menargetkan geografis yang berbeda.

Katakanlah, dalam kasus ekstrim, ada dua perusahaan di industri makanan dan

memiliki pangsa pasar 50% berdasarkan volume output mereka. Nampaknya, dari

persentase tersebut, persaingan sedikit longgar. Tapi, jika keduanya menargetkan

dua pasar yang berbeda, persentase tersebut akan mengatakan sesuatu yang lain.

F. Studi Kasus

1. Proses dan Pengukuran Risiko Kredit

9
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi jika counterparty gagal

memenuhi kewajibannya kepada perusahaan/bank. Risiko kredit

dikelola pada level transaksi dan portofolio. Pengukuran risiko kredit

dilakukan untuk semua kredit dan komitmen kredit (on dan off

balance sheet), seperti pinjaman, komitmen untuk memberi pinjaman

seperti L/C dan komitmen lainnya. Bank Manhattan menggunakan

Teknik statistik untuk mengestimasi kerugian yang diharapkan dan

kerugian yang tidak diharapkan (diluar prakiraan). Kerugian yang

tidak diharpakan merupakan penyimpangan dari kerugian yang

diharapkan. Estimasi tersebut menentukan alokasi biaya kredit untuk

unit-unit bisnis yang kemudian dimasukkan kedalam pengukuran

SVA (Shareholder Value Added) unit bisnis. Jika kerugian bisa

diprakirakan maka kerugian tersebut bisa dimasukkan dalam

penentuan harga (suku bunga kredit). Yang menjadi risiko adalah

kerugian yang tidak bisa diharapkan. Risiko kredit portofolio individu

(consumer) dengan komersial sangat berbeda. Secara umum kredit

individu lebih mudah diprediksi dibandingkan dengan kredit

komersial. Fluktuasi kerugian dari kredit komersial (risiko yang tidak

bisa diprakirakan) akan semakin besar tergantung siklus ekonomi.

Proses manajemen risiko kredit dimulai dengan kebijakan dan

prosedur yang ditetapkan oleh Chief Credit Officer (Direktur Kredit).

Pada tingkat unit bisnis maupun corporate proses pendisiplinan

dilakukan untuk memastikan bahwa risiko telah dianalisis, dimonitor

10
dan disetujui dengan akurat. Direktur kredit juga bertanggungjawab

terhadap kerangka pengukuran kredit, mengalokasikan biaya kredit,

memperhitungkan konsentrasi kredit, menetapkan batas kredit untuk

menjamin terjadinya diversifikasi, mendelegasikan persetujuan kredit, 

dan mengelola kredit bermasalah. Untuk level unit bisnis fungsi unit

manajemen risiko kredit yang independen melapor ke manajer unit

dan juga Direktur kredit. Unit fungsi tersebut bertanggungjawab untuk

keputusan kredit taktis. Fungsi tersebut bertanggungjawab terhadap

transaksi baru, penawaran produk baru, yang signifikan mempunyai

wewenang akhir terhadap perhitungan risiko kredit, memonitor profil

risiko kredit, dari portofolio unit bisnis.

Untuk kredit ritel (consumer) Bank Manhattan menggunakan

model portofolio yang canggih, model scoring kredit dan alat

kuantitatif lainnya untuk menghitung dan menetapkan standar risiko

kredit ritel. Parameter ditentukan sejak awal, dan biaya kredit (misal

persentase yang macet)  merupakan bagian integral untuk penentuan

harga dan evaluasi kredit. Portofolio kredit ritel dimonitor untuk

mengindentifikasi penyimpangan dari standar yang diharapkan, dan

pergeseran perilaku nasabah.

Untuk kredit komersial proses manajemen risiko kredit dimulai

dengan proses pemilihan nasabah. Pendekatan industri global yang

dilakukan Bank Manhattan membantu pengenalan risiko industri yang

muncul, sehingga antisipasi bisa dilakukan lebih awal. Nasabah

11
internasional juga penting diperhatikan. Bank Manhattan 

memfokuskan pada perusahaan terbesar, pemimpin dalam sektornya,

dengan kebutuhan pendanaan internasional. Manajemen konsentrasi

kredit juga penting dilakukan. Bank Manhattan mengelola konsentrasi

kredit berdasarkan tingkat risiko, industri, produk, lokasi geografis.

2. Manajemen Risiko Kredit

Manajemen risiko kredit Bank Manhattan dilakukan melalui 2

(dua) mekanisme;

 Mentransfer risiko kredit ke pihak lain melalui penjualan kredit.

Bank Manhattan memberikan kredit sekira $ 500 miliar setiap

tahunnya, tetapi hanya menahan sekira 7% dari kredit tersebut.

Penjualan semacam itu secara signifikan mengurangi risiko kredit.

Bank Manhattan memperoleh fee dari kegiatan memulai kredit dan

pelayanan kredit. Disamping modal bisa lebih cepat kembali, yang

kemudian diputar lagi. Analisis lanjutan menunjukkan bahwa kredit

komersial mempunyai fluktuasi risiko yang tinggi dibandingkan

dengan kredit ritel. Melalui mekanisme penjualan kredit tersebut,

kredit komersial bisa dikurangi secara signifikan, sehingga risiko

Bank Manhattan bisa ditekan lebih lanjut. Saat ini komposisi kredit

komersial dan ritel masing-masing 50%, dibandingkan dengan 80%

dan 20% sebelum penjualan kredit dilakukan. Meskipun penjualan

kredit cukup gencar masih mempertahankan sebagian (kecil) dari

12
kredit tersebut. Bank Manhattan berargumen bahwa dengan

mempertahankan sebagian kredit tersebut, Bank Manhattan (BM)

ingin menunjukkan bahwa BM masih mempunyai komitmen

dengan bisnis kredit tersebut. Jika ada kesulitan yang berkaitan

dengan kredit komersial, BM masih bisa membantu dan

mempunyai keahlian untuk menangani kredit tersebut;

 Menggunakan metode SVA untuk mengevaluasi kinerja unit

pemberi kredit. Melalui metode SVA manajer unit kredit akan

melihat risiko dari kredit yang akan diberikan sehingga mereka

akan berhati-hati dalam mengambil keputusan pemberian kredit.

SVA = pendapatan operasional – beban modal (keuntungan yang

disyaratkan).

Contoh:

Misalkan ada dua orang trader (A dan B) sama-sama menggunakan

dana sebesar Rp. 100 juta. Trader A memperdagangkan kredit

consumer/ritel yang risikonya rendah, sedangkan Trader B

memperdagangkan kredit komersial yang risikonya tinggi. Karena

risikonya rendah keuntungan yang disyaratkan (beban modal)

untuk trader A adalah 6% sedangkan trader B adalah 11% karena

risikonya lebih tinggi. Jika A ingin memperoleh SVA yang positif

maka ia harus memperoleh keuntungan sebesar minimal 6%,

sementara bagi  B, ia harus memperoleh keuntungan sebesar

13
minimal 11%. Melalui cara seperti itu risiko akan secara otomatis

diperhitungkan dalam evaluasi kinerja trader tersebut.

G. Tambahan Kebutuhan Risiko Konsentrasi

Fokus dari manajemen risiko yang baik adalah identifikasi dan cara

mengatasi risiko. Sasarannya untuk menambah nilai maksimum

berkesinambungan (sustainable) organisasi. Tujuan utama untuk memahami

potensi upside dan downside dari semua faktor yang dapat memberikan dampak

bagi organisasi. Manajemen risiko meningkatkan kemungkinan sukses,

mengurangi kemungkinan kegagalan dan ketidakpastian dalam memimpin

keseluruhan sasaran organisasi. Manajemen risiko seharusnya bersifat

berkelanjutan dan mengembangkan proses yang bekerja dalam keseluruhan

strategi organisasi dan strategi dalam mengimplementasikan. Manajemen risiko

seharusnya ditujukan untuk menanggulangi suatu permasalahan sesuai dengan

metode yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas dalam suatu organisasi di

masa lalu, masa kini dan masa depan.

H. Permodalan Untuk Risiko Konsentrasi

Manajemen Pemodalan Bank ditujukan untuk mempertahankan posisi

modal yang kuat dalam mendukung pertumbuhan usaha dan mempertahankan

para investor, deposan, pelanggan serta kepercayaan pasar. Struktur permodalan

Bank didominasi oleh modal inti yang terdiri dari modal disetor dan cadangan

tambahan modal disetor. Berdasarkan posisi akhir Desember 2017, komposisi

modal Bank didominasi oleh modal inti sebesar 94,4%. Modal disetor terdiri dari

saham-saham biasa. Besarnya Dividend Payout Ratio setiap tahun berbeda-beda

14
tergantung dari keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. Pada bulan Juni 2017,

Bank mendistribusikan dividen sebesar IDR 163 milyar dari penghasilan bersih

tahun 2016 IDR 702 milyar. Penetapan KPMM berdasarkan Profl Risiko sebesar

9% (add-on capital hanya 1%) adalah sesuai dengan metode penetapan addon

yang telah dimiliki Bank dan diatur dalam Kebijakan ICAAP Bank. Selain itu,

dalam pemenuhan ketentuan permodalan sesuai persyaratan BASEL III mengenai

persyaratan permodalan, maka Bank diwajibkan untuk mempertahankan

tambahan modal (capital conservation bufer) sebesar 1,25% sebagaimana disebut

dalam ketentuan OJK. Oleh karena itu, kewajiban penyediaan modal minimum

Bank berdasarkan Profl Risiko menjadi sebesar 10,25%. Berdasarkan hal tersebut

di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat pemodalan yang ada saat ini dengan

KPMM rasio Bank posisi Desember 2017 adalah sebesar 20,84%, atau dengan

kata lain, bahwa dengan total modal sebesar Rp 8.3 triliun adalah “sangat

memadai” mengingat bahwa kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank sesuai

dengan Profl Risiko Bank hanya sebesar 10,25% atau sebesar Rp 4.1 triliun.

Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk menghitung rasio

kecukupan modal tersebut dilakukan dengan metode sebagai berikut:

1. Risiko Kredit dengan Metode Pendekatan Standar

2. Risiko Pasar dengan Metode Pendekatan Standar

3. Risiko Op

15
16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian Resiko Kredit Eksistensi sebuah bank tidak hanya ditentukan

oleh besarnya giro, tabungan, dan deposito yang dapat dihimpun dari masyarakat,

tetapi juga dari besarnya kredit yang dapat disalurkan kepadamasyarakat. Di

dalam penyaluran kredit kepada masyarakat, maka bank akan berhadapan dengan

suatu risiko, yaiu risiko kredit.

B. Saran

Sebaiknya untuk seluruh masyarakat dapat membayar kredit secara rutin

tanpa adanya kredit macet.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/43422/2/BAB%20I.pdf

https://ptpn12.com/2019/07/10/tujuan-dan-sasaran-manajemen-risiko/

https://www.scribd.com/document/490453105/MAKALAH-MANAJEMEN-

PERKREDITAN-PAK-GERY-Edit

18

Anda mungkin juga menyukai