DISUSUN OLEH MONICA BLESZYNSKI S P01031120027 D-III GIZI 5A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN GIZI T.A 2022/2023 LATAR BELAKANG Anak adalah salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang membutuhkan perhatian khusus. Peningkatan kualitas hidup anak salah satu hal upaya yang penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Anak sekolah merupakan golongan berusia antara 7 – 12 tahun. Golongan ini memiliki karakteristik mulai mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan dan norrma. Anak sekolah memiliki pertumbuhan yang cepat dan aktif secara fisik, sehingga membutuhkan lebih banyak energi dan protein. Anak usia sekolah membutuhkan lebih banyak energi dan zat gizi dibanding dengan balita Menbutuhkan zat gizi tambahan seperti energi, protein, kalsium, fluor, zat besi karena pertumbuhan pada usia anak berlangsung pesat dan aktivitas main bertambah . Zat gizi yang diberikan membantu dalam meningkatkan kesehatan tubuh sehingga sistem imun tubuh berkembang dengan baik dan tidak mudah terserang penyakit. Pada usia sekolah, anak akan melakukan banyak aktivitas fisik maupun mental, seperti: bermain, belajar, berolahraga, dan lain-lain.Dalam menunjang perkembangan dan fisik tersebut berbagai macam zat gizi yang diperlukan dalam jumlah yang mencukupi untuk memenuhi perkembangan dan pertumbuhan yang baik, karena peran gizi sangat menentuan keadaan kesehatan anak termasuk status gizi. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Pengetahuan anak sekolah tentang pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Jika pengetahuan anak sekolah kurang tentang gizi, maka upaya yang dilakukan adalah dengan menjaga keseimbangan makanan yang dikonsumsi. Status gizi pada anak sekolah memiliki ukuran keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi untuk anak dan penggunaan zat-zat gizi yang diindikasikan dengan berat badan dan tinggi badan anak. Kebutuhan gizi untuk anak sekolah sangat besar dikarenakan masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Anak usia sekolah membutuhkan energi/kalori, protein, kalsium, zat besi, zinc dan vitamin untuk memenuhi aktifitas fisik seperti kegiatan-kegiatan disekolah dan kegiatan seharihari. Untuk memenuhi energi dan zat gizi, anak harus makan hingga 5 kali sehari. Namun anak tetap dilatih untuk makan 3 kali sehari dengan menu gizi yang tinggi yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam disertai 2 kali makanan selingan. Dengan memenuhi kebutuhan tersebut dapat mencegah terjadinya masalah gizi pada anak sekolah, baik gizi kurang maupun kegemukan pada anak. Salah satu cara untuk memperoleh status kesehatan dan gizi yang baik yaitu dengan membiasakan sarapan pagi. Sarapan merupakan kegiatan makan dan minum yang dilakukan pada pagi hari, dimulai dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 09.00 pagi. Melalui aktivitas sarapan pagi dapat dikonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang dan memenuhi 15 – 30% dari energi total dalam sehari yang dilakukan pada pagi hari sebelum beraktivitas. Sarapan pagi merupakan waktu makan yang sangat penting diberikan kepada anak usia sekolah, maka dari itu orang tua harus selalu memberikan dan juga membiasakan anak untuk sarapan setiap pagi. Bagi anak yang tidak sarapan mempunyai risiko terhadap status gizi. Akibat dari anak yang tidak sarapan pagi adalah menurunkan kemampuan kognisi, obesitas, menurunkan konsentrasi, sindrom metabolic, dan tubuh menjadi lemas. Melewatkan sarapan pagi pada anak-anak dipengaruhi oleh nafsu makan yang kurang dan berpengaruh terhadap jadwal makan berikutnya sehingga asupan energi harian berkurang. Masih banyak anak yang tidak membiasakan sarapan pagi sebelum ke sekolah. Kebiasaan mengabaikan sarapan pagi mengakibatkan tubuh tidak mendapatkan asupan zat gizi yang cukup sehingga menurunkan status gizi. Anak yang tidak sarapan akan mengalami kekosongan lambung sehingga kadar gula akan menurun. Dampak negatifnya adalah ketidakseimbangan sistem syaraf pusat yang diikuti dengan rasa pusing, badan gemetar atau rasa lelah. Dalam keadaan demikian anak akan sulit untuk menerima pelajaran dengan baik. Melewatkan sarapan membuat anak tidak berenergi karena perut kosong sehingga anak menjadi susah untuk memfokuskan dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Menurut Saidin (1991) dengan sarapan, lambung akan terisi kembali setelah 8-10 jam kosong sehingga kadar gula dalam darah meningkat lagi. Keadaan ini ada hubungannya dengan kerja otak terutama konsentrasi belajar pada pagi hari. Dampak dari melewatkan sarapan selain menurunkan konsentrasi belajar yang nantinya mengarah pada penurunan prestasi belajar anak, juga berdampak pada timbulnya tekanan darah rendah. Namun sayangnya ada berbagai alasan yang seringkali menyebabkan anak-anak tidak sarapan pagi. Ada yang merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, atau tidak ada selera untuk sarapan pagi. Oleh karena itu anak harus dibiasakan sarapan sebelum memulai aktivitas sehari-harinya. Masalah yang sering timbul dalam menyediakan sarapan pagi adalah pengetahuan yang rendah tentang sikap ibu dalam merancang menu sarapan agar anak tidak merasa bosan.Seorang ibu harus mempunyai keterampilan dalam menyediakan makanan, memasak makanan yang beragam, dan dapat mengoleksi menu sarapan dari buku sehingga keluarga, terutama anak cenderung memilih makanan bersemangat dan mau sarapan setiap harinya Ibu sebagai primary care yang mempunyai keterlibatan langsung dalam perawatan dan pemberian nutrisi pada anak mempunyai peran yang sangat penting pada pemenuhan gizi. Saat sarapan dianjurkan mengonsumsi makanan yang memiliki kadar serat tinggi, cukup protein dan rendah lemak. Jenis makanan ini dapat membuat seseorang tetap kenyang hingga waktu makan siang. Banyak anak-anak yang lebih menyukai makanan jajanan yang hanya mengandung karbohidrat dan garam yang hanya akan membuat cepat kenyang dan mengganggu nafsu makannya. Sehingga perlu pengawasan orang tua agar tidak salah dalam memilih jenis makanan yang dikonsumsi. Untuk memberikan makanan yang benar pada anak usia sekolah harus dilihat dari banyak aspek, seperti ekonomi, sosial budaya, agama, disamping aspek medik dari anak itu sendiri. Makanan pada anak usia sekolah harus serasi, selaras, seimbang. Serasi artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial budaya serta agama dari keluarga sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti karbohidrat, protein dan lemak Di dalam memberikan nutrisi, ibu mempunyai peran untuk merencanakan variasi makanan, menyediakan daftar menu yang diperlukan anak dan keluarga, mengidentifikasi kebutuhan nutrisi yang diperlukan anak. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang gizi sangat penting dilakukan. Variasi pada pola makan anak tidak hanya membantu membuat pola makan yang lebih bernutrisi dan mendukung kebiasaan makan yang sehat (khususnya setelah melewati masa sulit makan pada usia dua tahun), namun juga akan mempengaruhi pola makan yang lebih sehat saat dewasa nanti. Nutrisi esensial yang kita butuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan ditemukan dalam jumlah yang bervariasi dalam makanan-makanan yang beragam. Pola makan yang bervariasi akan memastikan nutrisi-nutrisi ini dipenuhi dalam jumlah yang ideal. Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan merupakan salah satu cara untuk mengatasi rasa bosan yang mengurangi selera makan. Pada usia sekolah anak sudah mulai lepas dari pengawasan orang tua dan bergaul dengan teman sekolahnya. Masa usia ini sangat memerlukan perhatian terutama dalam hal membiasakan anak untuk sarapan pagi sebelum berangkat sekolah. Ini menjadi kewajiban orang tua dalam menjamin terpenuhinya hak anak untuk memperoleh makanan secara cukup dan berkualitas. Jika dilengkapi dengan pola asuh yang baik makan anak akan tumbuh berkembang secara optimal menjadi generasi berkualitas dan tangguh.