Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH PENGANTAR ELEKTRO TEKNIK

SISTEM KENDALI

HUMAM MAGHFIRRAHMAN
220204502026

FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
Jalan Daeng Tata Raya Parang Tambung, Mannuruki, Kec. Tamalate, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan 90224. teknik.unm.ac.id . fteknik.unm@gmail.com . 0411-864935. 0411-
861507
BAB I
PENDAHULUAN
I.A LATAR BELAKANG
Sistem kontrol proses terdiri atas sekumpulan piranti piranti dan peralatan
elektronik yang mampu menangani kestabilan ,akurasi,dan megeliminasi transisi status
yang berbahaya dalam proses produksi. Masing masing komponen dalam sistem
kontrolproses tersebut memegang peranan pentingnya masing masing. Misal; jika sensor
tidak mau bekerja atau rusak, maka sistem kontrol proses tidak akan tahu apa yang terjadi
dalam proses yang sedang berjalan. Pada permasalahan yang komplek seperti ini maka
diperlukan defenisi sebuah piranti yang mampu melakukan eksekusi sekaligus memeriksa
kesalahan yang mungkin terjadi dengan memberikan peringatan masalah yang terjadi
dalam sebuah sistem kendali.

I.B RUMUSAN MASALAH


1. system kendali motor induksi
2. prinsip kerja system kendali elektromagnetik

A. Tahapan pengendalian motor listrik pada sistem


kendali elektromagnetik
B. Jenis-jenis sistemkendali elektromagnetik
C. dan Komponen-komponensistemkendalielektromagnetik
D. Gambar rangkaian pada sistem kendali elektromagnetik
3. A. fungsi dari PLC (programable logic control)
B. prinsip kerja PLC
C. struktur dasar PLC
D. kelebihan dan kekurangan PLC
E. pemrograman PLC
F. implementasi PLC
BAB II
PEMBAHASAN
1 Sistem Pengendalian Motor induksi
Sistem Pengendalian Motor Listrik adalah adalah sejumlah kegiatan mulai
dari memasang, merakit, mengamankan, dan mengoperasikan motor hingga
pesawat tersebut dapat bekerja ystemini. Pengawatan motor listrik adalah
kegiatan merakit atau menghubungkan motor listrik dengan pelengkapan-
perlengkapannya sehingga membentuk suatu ystem instalasi motor listrik.
Sistem pengendalian motor listrik bisa dilakukan secara manual, semi
otomatis dan otomatis.

1.A) Sistem Pengendalian Motor Listrik Secara Manual


Sistem pengendalian motor listrik secara manual adalah ystem pengawatan,
pengamanan, dan pengoperasian motor listrik dengan menggunakan
peralatan mekanik
yang dilakukan oleh manusia.

a. Pengendalian Motor Listrik dengan Saklar ON/OFF


Dengan sakelar ON/OFF motor dapat dihubungkan langsung dengan
tegangan jalajala. Biasanya sakelar ON-OFF digunakan untuk mengoperasikan
motor yang berdaya
kecil, misalnya: motor gergaji; motor gerida; motor bor; dan lain sebagainya.
Contoh
Rangkaiannya ditunjukkan pada gambar 1:
Gambar 1. Pengawatan Motor Listrik menggunakan Sakelar
ON/OFF

b. Pengendalian Motor dengan Saklar TPST dan TPDT


Motor 3 fasa banyak digunakan pada semua mesin ystemi, baik untuk daya
kecil maupun untuk daya besar. Untuk motor 3 fasa yang berdaya kecil dapat
dioperasikan secara manual dengan menggunakan sakelar TPST atau TPDT.

Gambar 2.  Pengawatan Motor 3 Fasa menggunakan Sakelar TPST

Sakelar TPDT dapat dijadikan sebagai sakelar bintang segitiga (start delta)
dengan cara seperti diperlihatkan pada gambar 3:
Gambar 3. Pengawatan Motor 3 Fasa menggunakan Sakelar
TPDT

c. Pengendalian Motor dengan Saklar Pisau


Untuk membalik putaran motor 3 fasa, kontak-kontaknya sudah dirancang
sedemikian rupa sehingga dalam perpindahan posisi sakelar dapat menukar
hubungan kedua hantaran fasa, sehingga putaran motor akan terbalik. Lihat
gambar skema di bawah ini. Pada gambar dibawah ini digunakan pengaman
hubung singkat berupa patrun lebur. Sebagai proteksi terhadap beban lebih
digunakan sensor bimetal atau MCB.

Gambar 4. Membalik Putaran Motor 3 Fasa dengan Sakelar


Pisau

1.B) Sistem Pengendalian Motor Listrik Secara Semi Otomatis 


Sistem pengendalian motor listrik secara semi otomatis pada umumnya
digunakan kontaktor. Penggunaan ystemini di dalam ystem instalasi motor
listrik, banyak diperoleh keuntungan, di ataranya adalah: (a) pelayanan
menjadi mudah; (b) memungkinkan pelayanan dari jarak yang jauh; (c)
keamanan motor lebih terjamin. Satu hal penting yang harus diperhatikan
dalam menggunakan kontaktor magnet adalah: memeriksa berapa tegangan
kerja belitan magnet dari kontaktor tersebut. Pada umumnya tegangan
kerjanya adalah 220 V, tetapi ada juga yang bertegangan 110 volt, 380 Volt,
dan tegangan ekstra rendah. Dalam pengawatannya harus hati-hati jangan
sampai tegangan yang dihubungkan melebihi kapasitas tegangan kerja coil
kontaktor, hal ini akan berakibat fatal, yaitu coil langsung terbakar.
Komponen utama dalam pengendalian motor secara semi otomatis
diantaranya Kontaktor Magnit, Overload Load, Timer, Push Button ON-OFF,
Push Button dan OFF-REF-FWD 

Contoh Gambar rangkaian kendali semi-otomatis:


a) Rangkaian Motor 3 fasa yang dilayani dari dua tempat dengan kontraktor
magnit

Gambar 5. Motor 3 fasa yang dilayani dari dua tempat dengan kontraktor
magnit
b) Rangkaian Dua Motor dengan Kerja Bergantian (Interlocking) 

Gambar 6. Dua Motor dengan Kerja Bergantian (Interlocking)

c) Rangkaian Dua motor yang Operasionalnya secara berurutan


2.SISTEM KENDALI
ELEKTROMAGNETIK
2.A. PRINSIP KERJA SISTEM KENDALI
ELEKTROMAGNETIK

i. Tahapan pengendalian motor listrik pada


sistem kendali elektromagnetik
1. Mulai jalan (starting) Untuk motor yang dayanya kurang dari 4
kw, pengoperasian motor dapat disambung secara langsung
(direct on line). Sedangkan untuk daya yang besar
pengasutannya dengan pengendali awal motor (motor starter)
yang bertujuan untuk meredam arus awal yang besarnya 5
sampai 7 kali arus nominal.

2. Berputar (running) Beberapa saat setelah motor mulai jalan,


arus yang mengalir secara bertahap segera menurun ke posisi
arus nominal. Selanjutnya motor dapat dikendalikan sesuai
kebutuhan, misalnya dengan pengaturan kecepatan, pembalikan
arah perputaran, dan sebagainya.

3. Berhenti (stopping) Tahap ini merupakan tahap akhir dari


pengoperasian motor dengan cara memutuskan aliran arus listrik
dari sumber tenaga listrik, yang prosesnya bisa dikendalikan
sedemikian rupa (misalnya dengan pengereman / break),
sehingga motor dapat berhenti sesuai dengan kebutuhan.
ii. Jenis-jenis sistem kendali elektromagnetik

Cara atau sistem pengendalian terdiri dari 3 jenis yaitu :

1. Kendali Manual

Instalasi listrik tenaga pada awalnya menggunakan kendali


motor konvensional secara manual. Untuk menghubungkan
atau memutuskan aliran arus listrik digunakan saklar manual
mekanis, diantaranya adalah saklar togel (Toggle Switch).
Saklar ini merupakan tipe saklar yang sangat sederhana yang
banyak digunakan pada motor-motor berdaya kecil. Operator
yang mengoperasikannya harus mengeluarkan tenaga otot
yang kuat.

2. Kendali Semi Otomatis


Pada kendali semi otomatis, kerja operator sedikit ringan
(tidak mengeluarkantenaga besar), cukup dengan jari
menekan tombol tekan start saat awal menggerakkan motor
dan menekan tombol stop saat menghentikan putaran motor.
Untuk menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik
menggunakan konduktor magnit, yang bisa dilengkapi reley
pengaman arus lebih (thermal overload relay) sebagai pengaman
motor.

3. Kendali otomatis

Dengan kendali otomatis, kerja operator semakin ringan, yaitu


cukup memonitor kerja dari sistem, sehingga dapat menghemat
energi fisiknya. Deskripsi kerja dari sistem kendali otomatis
dibuat dengan suatu program dalam bentuk rangkaian konduktor
magnit yang dikendalikan oleh sensorsensor, sehingga motor
dapat bekerja maupun berhenti secara otomatis.
iii. Komponen-komponen sistem kendali elektromagnetik
Dalam sistem pengendalian elektromagnetik ada dua kelompok
komponen listrik yang dipakai, yaitu komponen kontrol dan komponen daya.
Komponen kontrol meliputi antara lain: saklar ON, saklar OFF, timer, relay
overload dan relay. Komponen daya diantaranya kontaktor, kabel daya, sekering
atau circuitbreaker. Berikut ini akan dijelaskan konstruksi beberapa komponen
kontrol dan komponen daya yang banyak digunakan dalam sistem pengendalian.
Tabel 1 di bawah menunjukkan beberapa tipe kontak yang umum dipakai pada
pengendalian.

Tipe kontak tersebut antara lain: Normally Open (NO), Normally Close
(NC), satu induk dua cabang. Kontak Normally Open (NO), saat koil dalam
kondisi tidak energized kontak dalam posisi terbuka (open, OFF) dan saat koil
diberikan arus listrik maka kontak dalam posisi menutup ON. Kontak Normally
Close (NC), kebalikan dari kontak NO saat koil dalam kondisi tidak energized
kontak dalam posisi tertutup (close, ON) dan saat koil diberikan arus listrik dan
energized maka kontak dalam posisi membuka OFF. Kontak Single pole double
trough, memiliki satu kontak utama dan dua kontak cabang, saat koil tidak
energized kontak utama terhubung dengan cabang atas, dan saat koil energized
justru kontak utama terhubung dengan kontak cabang bawah. Kontak bantu,
dikenal mempunyai dua jenis ujung kontak, jenis pertama kontak dengan dua
kontak hubung yang dijumpai pada kontak relay, dan jenis ke dua adalah kontak
dengan empat kontak hubung, ada bagian yang diam dan ada kontak yang
bergerak ke bawah, jenis kedua ini terpasang pada kontaktor.
Tabel 1. Jenis kontak pada relay.

Komponen relay bekerja secara elektromagnetis, ketika koil K terminal


A1 dan A2 diberikan arus listrik angker akan menjadi magnet dan menarik lidah
kontak yang ditahan oleh pegas, kontak utama 1 terhubung dengan kontak
cabang
4 seperti terlihat pada Gambar 1. Ketika arus listrik putus (unenergized),
elektromagnetiknya hilang dan kontak akan kembali posisi awal karena ditarik
oleh tekanan pegas, kontak utama 1 terhubung kembali dengan kontak cabang
2. Relay menggunakan tegangan DC 12V, 24V, 48V dan AC 220V.
Bentuk fisik relay dikemas dengan wadah plastik transparan, memiliki dua
kontak SPDT (Single Pole Double Throgh seperti ditunjukkan pada Gambar 2, satu
kontak utama dan dua kontak cabang). Relay jenis ini menggunakan tegangan
DC 6V, 12V, 24V dan 48V. Juga tersedia dengan tegangan AC 220V. Kemampuan
kontak mengalirkan arus listrik sangat terbatas kurang dari 5 Amper. Untuk
dapat mengalirkan arus daya yang besar untuk mengendalikan motor induksi,
relay dihubungkan dengan kontaktor yang memiliki kemampuan hantar arus dari
10–100 Amper.
Gambar 1. Simbol dan bentuk fisik relay.

Gambar 2. Relay dikemas plastik tertutup.


Saklar ON/OFF banyak digunakan sebagai alat penghubung atau pemutus rangkaian
kontrol seperti terlihat pada Gambar 3, yang memiliki dua kontak, yaitu NC dan NO.
Artinya saat saklar tidak digunakan satu kontak terhubung Normally Close, dan satu kontak
lainnya Normally Open. Ketika kontak ditekan secara manual kondisinya berbalik posisi
menjadi NO dan NC.

Gambar 3. Tombol tekan.

Komponen timer digunakan dalam rangkai kontrol pengendalian,


gunanya untuk mengatur kapan suatu kontaktor harus energized atau mengatur
berapa lama kontaktor energized. Ada empat jenis timer yang sering digunakan
yang memiliki karakteristik kerja seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Simbol timer dan karakteristik timer.

Kontaktor merupakan saklar daya yang bekerja dengan prinsip elektromagnetik


seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Sebuah koil dengan inti berbentuk huruf E yang
diam, jika koil dialirkan arus listrik akan menjadi magnet dan menarik inti magnet yang
bergerak dan menarik sekaligus kontak dalam posisi ON. Batang inti yang bergerak
menarik paling sedikit 3 kontak utama dan beberapa kontak bantu bisa kontak NC atau
NO. Kerusakan yang terjadi pada kontaktor, karena belitan koil terbakar atau kontak
tipnya saling lengket atau ujung 2 kontaknya terbakar.

Gambar 5 : Tampak samping irisan kontaktor.

Susunan kontak dalam Kontaktor Gambar 6 secara skematik terdiri atas


belitan koil dengan notasi A2-A1. Terminal ke sisi sumber pasokan listrik 1/L1,
3/L2, 5/L3, terminal ke sisi beban motor atau beban listrik lainnya adalah 2/T1,
4/T2 dan 6/T3. Dengan dua kontak bantu NO Normally Open 13-14 dan 43- 44,
dan dua kontak bantu NC Normally Close 21-22 dan 31-32. Kontak utama harus
digunakan dengan sistem daya saja, dan kontak bantu difungsikan untuk
kebutuhan rangkaian kontrol tidak boleh dipertukar kan. Kontak bantu sebuah
kontaktor bisa dilepaskan atau ditambahkan secara modular.
Gambar 6. Simbol, kode angka dan terminal kontaktor

Bentuk fisik Kontaktor terbuat dari bahan plastik keras yang kokoh seperti ditunjukkan
pada Gambar 7. Pemasangan ke panel bisa dengan menggunakan rel atau disekrupkan.
Kontaktor bisa digabungkan dengan beberapa engaman lainnya, misalnya dengan
pengaman bimetal atau overload relay. Yang harus diperhatikan adalah kemampuan
hantar arus kontaktor harus disesuaikan dengan besarnya arus beban, karena berkenaan
dengan kemampuan kontaktor secara elektrik.
Gambar 7. Bentuk fisik kontaktor.
Pengaman sistem daya untuk beban motor motor listrik atau beban
lampu berdaya besar bisa menggunakan sekering atau Miniatur Circuit Breaker
(MCB) seperti terlihat pada Gambar 8. MCB adalah komponen pengaman yang
kompak, karena di dalamnya terdiri dua pengaman sekaligus. Pertama
pengaman beban lebih oleh bimetal, kedua pengaman arus hubungsingkat oleh
relay arus. Ketika salah satu pengaman berfungsi maka secara otomatis sistem
mekanik MCB akan trip dengan sendirinya. Pengaman bimetal bekerja secara
thermis, fungsi kuadrat arus dan waktu sehingga ketika terjadi beban lebih reaksi
MCB menunggu beberapa saat. Komponen Motor Control Circuit Breaker (MCCB)
memiliki tiga fungsi sekaligus, fungsi pertama sebagai switch ing, fungsi kedua
pengamanan
motor dan fungsi ketiga sebagai isolasi rangkaian primer dengan beban seperti
terlihat pada Gambar 9. Pengaman beban lebih dilakukan oleh bimetal, dan
pengamanan hubung singkat dilakukan oleh koil arus. hubung singkat yang
secara mekanik bekerja mematikan Circuit Breaker. Rating arus yang ada di
pasaran 16 A sampai 63 A.

Gambar 8. Tampak irisan Miniatur Circuit Breaker (MCB).

Gambar 9. Tampak irisan Motor Control Circuit Breaker.


Bentuk fisik Motor Control Circuit Breaker(MCCB) terbuat dari casing plastik
keras yang melindungi seluruh perangkat koil arus hubung singkat, bimetal, dan
kontak utama seperti terlihat pada Gambar 10. Pengaman beban lebih bimetal
dan koil arus hubung singkat terpasang terintegrasi. Memiliki tiga terminal ke sisi
pemasok listrik 1L1, 3L2 dan 5L3. Memiliki tiga terminal terhubung ke beban
yaitu 2T1, 4T2 dan 6T3. Terminal ini tidak boleh dibalikkan pemakaiannya,
karena akan mempengaruhi fungsi alat pengaman.

iv. Gambar rangkaian pada sistem kendali elektromagnetik

1. Pengendalian Motor Listrik 3 Fase Menggunakan 1 MC dan 1 Tombol On-


Off. Pengendalian motor listrik 3 fase menggunakan 1 MC dan 1
tombol on-
Off seperti terlihat pada Gambar 15. Pada gambar tersebut memperlihatkan ada
lima kawat penghantar, yaitu L1, L2, L3, N dan PE, ada tiga buah fuse F1 yang
gunanya sebagai pengaman hubung singkat jika ada gangguan pada rangkaian
daya. Sebuah kontaktor memiliki enam kontak, sisi supply terminal 1, 3 dan 5,
sedangkan disisi beban terhubung ke motor terminal 2, 4 dan 6. notasi ini tidak
boleh dibolakbalikkan.
Gambar 15. Rangkaian daya dan kontrol motor menggunakan 1 MC.
Rangkaian kontrol dipasangkan fuse F2 sebagai pengaman jika terjadi
hubung singkat pada rangkaian kontrol. Untuk posisi menghidupkan atau ON,
Jika tombol Normally Open S1 di ON kan listrik dari jala-jala L akan mengalir
melewati fuse F2, S1, S2 melewati terminal koil A1A2 dari koil Q1 ke netral N.
Akibatnya koil kontaktor Q1 akan energized dan mengaktifkan kontak Normally
Open Q1 terminal 13,14 akan ON dan berfungsi sebagai pengunci. Sehingga
ketika salah satu tombol S1 posisi OFF aliran listrik ke koil Q1 tetap energized
dan motor induksi berputar. Untuk posisi mematikan atau OFF, Tombol tekan
Normally Close S2 ditekan, maka loop tertutup dari rangkaian akan terbuka,
hilangnya aliran listrik pada koil kontaktor Q1 akan de-energized. Akibatnya koil

kontaktor OFF maka kontak-kontak daya memutuskan aliran listrik ke motor.

2. Pengendalian motor listrik 3 fase menggunakan 1 MC dan 2 tombol On-Off.


Pada Gambar 16. berikut ini merupakan pengendalian motor listrik 3
fase menggunakan 1 MC, dan 2 tombol On-Off. Secara prinsip hampir sama cara
kerjanya dengan Gambar 15 di atas, namun yang membedakan adalah terdapat
dua tombol Normally Open S1 dan S3 untuk menghidupkan rangkaian. Juga
terdapat dua tombol Normally Close S2 dan S4 untuk mematikan rangkaian.
Gambar 16. Rangkaian pengendalian motor listrik 3 fase menggunakan 1 MC
dan 2 tombol On-Off.
3. Pengendalian starting motor listrik 3 fasa bintang-segitiga manual.
Rangkaian daya atau rangkaian utama pengendalian starting motor 3 fasa
bintang–segitiga manual ditunjukkan seperti terlihat pada Gambar 17.
Perpindahan dari hubungan bintang ke hubungan segitiga dilakukan secara
manual oleh operator. Fuse F1 untuk mengamankan jika terjadi hubungan
singkat pada rangkaian daya, thermal overload relay F3 berfungsi sebagai
pengaman beban lebih. Saat kontaktor Q1 dan Q2 posisi ON motor terhubung
secara bintang. Operator harus menekan tombol tekan S3 ditekan maka Q1
tetap ON, kontaktor Q2 akan OFF sementara kontaktor Q3 akan ON dan motor
kini terhubung segitiga. Untuk mematikan tombol S1 ditekan, maka rangkaian
kontrol terputus, koil Q1, Q2 dan Q3 akan OFF, rangkaian daya dan kontrol
terputus. Jika terjadi beban lebih thermal overload relay berfungsi kontak F3
akan membuka rangkaian kontrol dan rangkaian daya terputus. Untuk rangkaian
kontrlolnya seperti ditunjukkan pada Gambar 18.
Gambar 17. Rangkaian daya atau rangkaian utama pengendalian starting motor
listrik 3 fasa bintang–segitiga manual.
.

Gambar 18 Rangkaian kontrol starting bintang-segitiga motor 3 fasa manual.


4. Pengendalian starting motor listrik 3 fasa bintang-segitiga otomatis.
Untuk rangkaian daya atau utama pengendalian starting motor 3 fasa bintang-
segitiga otomatis mempunyai rangkaian yang sama dengan rangkaian utama
starting motor 3 fasa bintang-segitiga manual seperti ditunjukkan pada Gambar
17 di atas. Namun untuk rangkaian kontrolnya seperti ditunjukkan pada Gambar
19 berikut ini.

Gambar 19. Rangkaian kontrol starting motor 3 fasa bintang-segitiga otomatis.


5. Pengendalian motor listrik 3 fasa putar kanan dan kiri manual.
Rangkaian utama dan rangkaian kontrol pengendalian motor 3 fasa putar
kanan dan kiri manual seperti ditunjukkan pada Gambar 20. Motor induksi 3 fasa
dapat diputar arah kanan atau putar arah kiri, caranya dengan mempertukarkan
dua kawat terminal box. Putaran kanan-kiri diperlukan misalkan untuk membuka
atau menutup pintu garasi. Rangkaian daya putaran kanan-putaran kiri
motor induksi terdiri atas dua kontaktor yang bekerja bergantian, tidak bisa
bekerja bersamaan. Fuse F1 digunakan untuk pengaman hubungsingkat
rangkaian daya. Ketika kontaktor Q1 posisi ON motor putarannya ke kanan, saat
Q1 di OFF kan dan Q2 di ON kan maka terjadi pertukaran kabel supply menuju
terminal motor,
motor akan berputar ke kiri. Rangkaian daya dilengkapi pengaman thermal
overload relay F3, yang akan memutuskan rangkaian daya dan rangkaian kontrol
ketika motor mendapat beban lebih.

Gambar 20 Rangkaian utama dan rangkaian kontrol pengendalian motor 3 fasa


putar kanan dan kiri manual.
6. Pengendalian 2 buah motor induksi 3 fasa bergantian.

Dalam proses diperlukan kerja dua atau beberapa motor induksi bekerja
secara bergantian sesuai kebutuhan. Berikut ini dua motor induksi dirancang
untuk bekerja secara bergantian, dengan interval waktu tertentu. Pada rangkaian
daya dua motor bekerja bergantian, fuse F1 berfungsi sebagai pengaman jika
terjadi gangguan hubung singkat rangkaian daya baik motor-1 dan motor-2
seperti terlihat pada Gambar 21. Kontaktor Q1 mengendalikan motor-1 dan
kontaktor Q2 mengendalikan motor-2. Masing-masing motor dipasang thermal
overload F3 dan F4. Kontaktor Q1 dan kontaktor Q2 dirancang interlocking,
artinya mereka akan bekerja secara bergantian.
Gambar 21. Rangkaian utama atau daya pengendalian 2 buah motor induksi 3
fasa bergantian.
Adapun rangkaian kontrol secara manual seperti ditunjukkan pada Gambar 22,
sedangkan rangkaian kontrol secara otomatis seperti ditunjukkan pada
Gambar 23.
Gambar 22. Rangkaian kontrol 2 buah motor 3 fasa bekerja bergantian manual.

Gambar 23. Rangkaian kontrol 2 buah motor 3 fasa bekerja bergantian otomatis.
7. Pengendalian kelompok dengan bekerja bergantian.

Seperti terlihat pada Gambar 24, jika tombol S2 ditekan, kontaktor K1 akan
bekerja dan mengunci. Jika tombol S3 ditekan maka K2 akan bekerja kalau K1
sedang terputus. Kemudian kalau tombol S2 dan S3 ditekan secara bersamaan,
tidak akan ada kontaktor yang bekerja. Dengan menekan S1 akan dapat
memutus setiap kontaktor yang sedang bekerja. Kedua kontaktor sangat
tergantung dari tombol S2 dan tombol S3 dan juga tergantung dari kontak K1
dan K2 yang dipasang secara berlawanan fungsi.

Gambar 24. Rangkaian control pengendalian kelompok motor bekerja bergantian.


8. Penyalaan Lampu dengan waktu tunda ( Perlambatan ).
Seperti terlihat pada Gambar 25, jika saklar S1 dihubungkan (ON), maka dengan
segera kontaktor K1 bekerja, kontak K1 menghubungkan rele penunda waktu
(TDR) K3. Setelah penyetelan waktu tunda (TDR) K3 tercapai, maka kontak K3
pada kontaktor K2 menutup. Kontaktor K2 bekerja menghidupkan lampu H1.
Dengan memutus saklar S1, maka kontaktor K1 lepas dan la,pu H1 terputus.
Gambar 25. Rangkaian control penyalaan lampu dengan waktu tunda.
Pada Gambar 26, juga disajikan rangkaian kontrol penyalaan 2 lampu dengan
tunda waktu. Coba Bapak atau ibu jelaskan cara kerja rangkaian control tersebut.

Gambar 26. rangkaian kontrol penyalaan 2 lampu dengan tunda waktu.


Demikian halnya pada Gambar 27 berikut disajikan tentang rangkaian control
dua lampu indikator dengan penunda waktu. Coba Bapak dan Ibu sekalian
jelaskan cara kerja rangkaian control tersebut.

Gambar 27. Rangkaian control dua lampu indikator dengan penunda waktu.
Pada Gambar 28 berikut disajikan pengendalian lampu nyala kedip. Coba Bapak
atau Ibu jelaskan cara kerja rangkaian control tersebut.

Gambar 28. Pengendalian lampu nyala kedip.


9. Pengendalian alat press menggunakan dua tombol “ON”.
Seperti terlihat pada Gambar 29, dengan menekan tombol S1 dan S2 secara
bersamaan, kontaktor K1 akan bekerja sampai suatu saat saklar batas S3
tertekan, kontaktor K1 lepas kembali dan kontaktor K3 terhubung, hingga saklar
batas S4 terbuka. Jika tombol S1 dan S2 ditekan di luar interval waktu
pengaturan pada TDR K2, kontaktor tidak akan bekerja, sebab arus yang
mengalir menuju lilitan kontaktor K1 yang dilayani kontak NC K2 sedang terbuka.

Gambar 29. Pengendalian alat press menggunakan dua tombol “ON”.


10. Rangkaian kontaktor dilengkapi indikator gangguan.

Seperti terlihat pada Gambar 30, jika tombol S2 ditekan, maka kontaktor K1
bekerja dan mengunci. Kontaktor menjalankan motor M1, jika tombol S1
ditekan, maka kontaktor. K1 akan terputus dan motor juga akan terlepas. Jika
arus beban lebih F5 terlampaui, maka kontak F5 yang melayani arus lilitan
magnit kontaktor K1 juga terputus dan sekaligus melepas kontaktor K1.
Sebaliknya kontak F5 akan menghubungkan arus pada lilitan magnit K2 dan K2
akan bekerja, kemudian mengunci dan lampu H1 menyala. Jika rele beban lebih
F5 direset,maka kontaktor
K2 masih tetap bekerja dan lampu tunda masih menyala. Lampu tunda nyala H1
dapat diputus.

Gambar 30. Rangkaian kontaktor dilengkapi indikator gangguan.


11. Rangkaian kontaktor menggunakan rele tunda waktu membuka.

Seperti disajikan pada Gambar 31, dengan menekan tombol S3, kontaktor
K1 akan bekerja dan mengunci. Kontak (NO) K1 akan menghubungkan rele tunda
waktu K2, sedang lampu H1 dan kontaktor K3 yang dilayani oleh kontak NO (K1)
akan menutup, serta mengunci sendiri, motor M1 akan bekerja. Jika tombol S2
ditekan, kontaktor K1 dan K2 serta lampu H1 akan terputus. Setelah waktu tunda
TDR K2 tercapai, maka kontak K2 akan memutuskan arus yang melayani arus
jala-jala motor M1. Jika tombol S1 ditekan, maka kontaktor K3 dengan langsung
akan terbuka tanpa melalui proses penundaan waktu.
Gambar 31. Rangkaian kontaktor menggunakan rele tunda waktu membuka.

12. Rangkaian alat press menggunakan dua tombol “ON”


Seperti terlihat pada Gambar 32, dengan menekan tombol S1 dan S2
secara bersamaan, kontaktor K1 akan bekerja sampai suatu saat saklar batas S3
tertekan, kontaktor K1 lepas kembali dan kontaktor K3 terhubung, hingga saklar
batas S4 terbuka. Jika tombol S1 dan S2 ditekan di luar interval waktu
pengaturan pada TDR K2, kontaktor tidak akan bekerja, sebab arus yang
mengalir menuju lilitan kontaktor K1 yang dilayani kontak NC K2 sedang terbuka.
Gambar 32. Rangkaian alat press menggunakan dua tombol “ON”.

13. Pengendalian kontaktor untuk putaran kiri dan kanan motor secara otomatis.
Seperti terlihat pada Gambar 33, jika tombol S2 ditekan, kontaktor K1
bekerja dan mengunci sendiri. Kontaktor K1 akan menghubungkan motor M1
pada putaran kanan, dan rele penunda waktu K2 bekerja. Setelah
penundaan waktu terlampaui (K2) maka kontak K2 akan menghubungkan
kontaktor K3 dan kontaktor K3 membuka kontaktor K1 sekaligus
menghidupkan TDR K4. Setelah waktu penundaan K4 terlapaui, maka K4
menyambungkan kontaktor K5, yang kemudian mengunci sendiri. Kontaktor K5
melepas kontaktor K3, dan oleh karena itu, TDR K4 terlepas dan motor M1
terhubung pada putaran kiri. Dengan menekan tombol S1, maka setiap
kontaktor atau TDR yang terhubung (bekerja) akan terlepas dan rangkaian juga
terlepas dari sumber tegangan.
Gambar 33. Pengendalian kontaktor untuk putaran kiri dan kanan
motor secara otomatis.
3. SISTEM KENDALI PLC
3.A. DEFINISI DAN FUNGSI PLC (PROGRAMABLE LOGIC
CONTROL)
PLC, singkatan dari Programmable Logic Controller adalah perangkat yang
berfungsi untuk mengontrol suatu sistem operasi atau sistem mesin. Cara PLC
mengontrol sistem adalah dengan cara menganalisa input kemudian mengatur
kondisi output sesuai keinginan pengguna. Input PLC bisa berupa switch, limited
switch, sensor elektrik, atau input-input lain yang dapat menghasilkan sinyal
yang dapat masuk ke PLC. Output PLC pun beragam, contohnya switch yang
menyalakan lampu indikator, relay yang mengatur jalannya motor, kontaktor
magnet yang mengatur motor 3 phase, atau output-output lain yang dapat
menerima sinyal output dari PLC.
Selain itu PLC juga memakai memori yang dapat diprogram untuk menjalankan
intruksi-intruksi/perintah yang melaksanakan fungsi-fungsi khusus, berupa:
gerbang logika, logika pewaktuan (timer), sinyal sekuensial dan perhitungan
aritmatika yang dapat mengontrol mesin melalui modul-modul I/O digital
maupun analog. (I/O = Input/Output)
Berdasarkan namanya konsep PLC adalah sebagai berikut :
1.    Programmable, menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk
menyimpan program yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi
atau kegunaannya.
2.    Logic, menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik
dan logic (ALU), yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan,
mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya.
3.    Controller, menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur
proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan.  
PLC ini dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay sequensial
dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga dapat
dikendalikan, dan dioperasikan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan di
bidang pengoperasian komputer secara khusus. PLC ini memiliki bahasa
pemrograman yang mudah dipahami dan dapat dioperasikan bila program yang
telah dibuat dengan menggunakan software yang sesuai dengan jenis PLC yang
digunakan sudah dimasukkan.Alat ini bekerja berdasarkan input-input yang ada
dan tergantung dari keadaan pada suatu waktu tertentu yang kemudian akan
meng-ON atau meng-OFF kan output-output. 1 menunjukkan bahwa keadaan
yang diharapkan terpenuhi sedangkan 0 berarti keadaan yang diharapkan tidak
terpenuhi. PLC juga dapat diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki
output banyak.
Fungsi dan kegunaan PLC sangat luas. Dalam prakteknya PLC dapat dibagi
secara umum dan secara khusus [4]. Secara umum fungsi PLC adalah sebagai
berikut:
1.      Sekuensial Control. PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang
digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial),
disini PLC menjaga agar semua step atau langkah dalam proses sekuensial
berlangsung dalam urutan yang tepat.
2.      Monitoring Plant. PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem
(misalnya temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan
yang diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah
melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut pada operator.                       
Sedangkan fungsi PLC secara khusus adalah dapat memberikan input ke
CNC (Computerized Numerical Control). Beberapa PLC dapat memberikan input
ke CNC untuk kepentingan pemrosesan lebih lanjut. CNC bila dibandingkan
dengan PLC mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dan lebih mahal harganya.
CNC biasanya dipakai untuk proses finishing, membentuk benda kerja, moulding
dan sebagainya.            

3.B. PRINSIP KERJA PLC


Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal masukan proses yang
dikendalikan lalu melakukan serangkaian instruksi logika terhadap sinyal
masukan tersebut sesuai dengan program yang tersimpan dalam memori lalu
menghasilkan sinyal keluaran untuk mengendalikan aktuator atau peralatan
lainnya. 
Prinsip Kerja PLC

PLC merupakan perangkat elektronika yang dibuat dari mikroprosesor, dengan


tujuan PLC ini dapat menganalisa kondisi input yang kemudian dapat disesuaikan
dengan keinginan pengguna untuk pengontrolan suatu output. Sinyal input
dimasukan kedalam Input Card. Input Card sendiri memiliki 2 jenis, yaitu:
1. Analog Input Card
2. Digital Input Card
Setiap input memiliki alamat tertentu, sehingga mikroprosesor akan
mendeteksi input melalui nama alamat inputnya, bukan jenis inputnya.
Banyaknya input pada PLC tergantung pada jenis PLC itu sendiri. 
Sinyal output dikeluarkan PLC sesuai dengan program yang telah
ditetapkan oleh pengguna. Sama seperti Input, Jenis Output pun memiliki 2 jenis,
yaitu:
1. Analog Output Card
2. Digital Output Card
Setiap output memiliki alamat tertentu dan mikroprosesor akan
membaca keadaan output sesuai dengan nama alamat outputnya. Pada PLC juga
disediakan Internal input dan Internal output yang dapat digunakan pengguna.
Input Output yang disediakan didalam PLC sangat beragam, mulai dari timer,
delay off, delay on, counter, off timer, on timer dan konfigurasi lainnya. Untuk
memproses konfigurasi tersebut, PLC mendeteksinya melalui nama alamatnya.
Untuk melaksanakan kontrol sistem, PLC menggunakan perangkat lunak yang
dapat diprogram. Biasanya program yang dipakai PLC adalah Ladder Diagram dan
intruksi dasar diagram, akan tetapi setiap jenis PLC memiliki perbedaan cara
dalam penulisan program.

3.C. STRUKTUR DASAR PLC


Struktur penyusun plc yang paling sederhana atau dasar adalah sebagai
berikut;
I. CPU
CPU berfungsi untuk mengontrol dan mengawasi keadaan input dan
output PLC. CPU juga berfungsi sebagai prosesor dan timer untuk perangkat
lunak, serta CPU juga dapat menerjemahkan bahasa perantara yang berisi logika
dan timer yang dibutuhkan untuk komunikasi data (interface) dengan pengguna.

II. Memory
Memory disini berfungsi untuk menyimpan perintah-perintah yang telah
diprogram oleh pengguna dan juga berfungsi untuk menyimpan data-data hasil
perhitungan proses. PLC menggunakan perangkat memori semikonduktor seperti
RAM (Random Access Memory), ROM (Read Only Memory) dan PROM
(Programmable Read Only Memory).
RAM mempunyai akses dengan kecepatan tinggi dan dapat program-program
didalamnya dapat di program ulang (deprogram) sesuai dengan keinginan
pemakai. RAM juga disebut sebagai Volatile Memory, yaitu memori akan hilang
semua datanya jika memori tidak dialiri listrik. Untuk mengantisipasi listrik
padam secara tidak sengaja, maka RAM dipasang sebuah Baterai yang akan
mengaliri listrik jika sumber listrik utama padam.
III. Input Output
Sebagaimana fungsi PLC adalah untuk mengontrol proses, input dan
output adalah bagian penting PLC. Perangkat yang dihubungkan dan mengirim
data ke PLC dinamakan perangkat input. Sinyal masuk melalui terminal atau kaki-
kaki penghubung, terminal ini dinamai Input Poin. Input akan mengirim informasi
keadaannya ke dalam memori dan disimpan dilokasi memori yang biasa disebut
Input Bit. PLC juga mempunyai terminal yang dapat mengeluarkan suatu sinyal
yang juga disebut output. Terminal yang mengeluarkan sinyal dapat disebut
Output Poin. Output Poin pun akan mengirim data ke memori dan disimpan pada
bagian Output Bit pada memori.
IV. Power Supply
PLC tidak akan beroperasi jika tidak ada supply listrik. Beberapa input PLC
adalah menggunakan listrik DC dan listrik AC. Listrik AC digunakan sebagai
sumber yang dapat digunakan untuk menyuplai beban yang besar. Sedangkan
listrik DC digunakan sebagai suplai sistem operasi. Perlu diingat, bagian dalam
PLC sangat sensitif, sehingga tidak boleh tertukar mana bagian yang memakai
suplai AC dan suplai DC.

3.D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PLC


Dalam industri-industri yang ada sekarang ini, kehadiran PLC sangat
dibutuhkan terutama untuk menggantikan sistem wiring atau pengkabelan yang
sebelumnya masih digunakan dalam mengendalikan suatu sistem. Dengan
menggunakan PLC akan diperoleh banyak keuntungan diantaranya adalah
sebagai berikut:
Ø  Fleksibel
Pada masa lalu, tiap perangkat elektronik yang berbeda dikendalikan dengan
pengendalinya masing-masing. Misal sepuluh mesin membutuhkan sepuluh
pengendali, tetapi kini hanya dengan satu PLC kesepuluh  mesin tersebut dapat
dijalankan dengan programnya masing-masing.
 Ø  Perubahan dan pengkoreksian kesalahan sistem lebih mudah
Bila salah satu sistem akan diubah atau dikoreksi maka pengubahannya hanya
dilakukan pada program yang terdapat di komputer, dalam waktu yang relatif
singkat, setelah itu didownload ke PLC-nya. Apabila tidak menggunakan PLC,
misalnya relay maka perubahannya dilakukan dengan cara mengubah
pengkabelannya. Cara ini tentunya memakan waktu yang lama.
 Ø  Jumlah kontak yang banyak
Jumlah kontak yang dimiliki oleh PLC pada masing-masing coil lebih banyak
daripada kontak yang dimiliki oleh sebuah relay.
 Ø  Harganya lebih murah
PLC mampu menyederhanakan banyak pengkabelan dibandingkan dengan
sebuah relay. Maka harga dari sebuah PLC lebih murah dibandingkan dengan
harga beberapa buah relay yang mampu melakukan pengkabelan dengan jumlah
yang sama dengan sebuah PLC. PLC mencakup relay, timers, counters,
sequencers, dan berbagai fungsi lainnya.
 Ø  Pilot running
PLC yang terprogram dapat dijalankan dan dievaluasi terlebih dahulu di kantor
atau laboratorium. Programnya dapat ditulis, diuji, diobserbvasi dan dimodifikasi
bila memang dibutuhkan dan hal ini menghemat waktu bila dibandingkan
dengan sistem relay konvensional yang diuji dengan hasil terbaik di pabrik.
 Ø  Observasi visual
Selama program dijalankan, operasi pada PLC dapat dilihat pada layar CRT.
Kesalahan dari operasinya pun dapat diamati bila terjadi.
 Ø  Kecepatan operasi
Kecepatan operasi PLC lebih cepat dibandingkan dengan relay. Kecepatan PLC
ditentukan dengan waktu scannya dalam satuan millisecond.
 Ø  Metode Pemrograman Ladder atau Boolean
Pemrograman PLC dapat dinyatakan dengan pemrograman ladder bagi teknisi,
atau aljabar Boolean bagi programmer yang bekerja di sistem kontrol digital atau
Boolean.
Ø  Sifatnya tahan uji
Solid state device lebih tahan uji dibandingkan dengan relay dan timers mekanik
atau elektrik. PLC merupakan solid state device sehingga bersifat lebih tahan uji.
 Ø  Menyederhanakan komponen-komponen sistem kontrol
Dalam PLC juga terdapat counter, relay dan komponen-komponen lainnya,
sehingga tidak membutuhkan komponen-komponen tersebut sebagai tambahan.
Penggunaan relay membutuhkan counter, timer ataupun komponen-komponen
lainnya sebagai peralatan tambahan.
 Ø  Dokumentasi
Printout dari PLC dapat langsung diperoleh dan tidak perlu melihat blueprint
circuit-nya. Tidak seperti relay yang printout sirkuitnya tidak dapat diperoleh.

 Ø  Keamanan
Pengubahan pada PLC tidak dapat dilakukan kecuali PLC tidak dikunci dan
diprogram. Jadi tidak ada orang yang tidak berkepentingan dapat mengubah
program PLC selama PLC tersebut dikunci.
 Ø  Dapat melakukan pengubahan dengan pemrograman ulang
Karena PLC dapat diprogram ulang secara cepat, proses produksi yang
bercampur dapat diselesaikan. Misal bagian B akan dijalankan tetapi bagian A
masih dalam proses, maka proses pada bagian B dapat diprogram ulang dalam
satuan detik.
 Ø  Penambahan rangkaian lebih cepat
Pengguna dapat menambah rangkaian pengendali sewaktu-waktu dengan cepat,
tanpa memerlukan tenaga dan biaya yang besar seperti pada pengendali
konvensional.
       
Selain keuntungan yang telah disebutkan di atas maka ada kerugian yang dimiliki
oleh PLC, yaitu:
Ø  Teknologi yang masih baru
Pengubahan sistem kontrol lama yang menggunakan ladder atau relay ke konsep
komputer PLC merupakan hal yang sulit bagi sebagian orang
 Ø  Buruk untuk aplikasi program yang tetap
Beberapa aplikasi merupakan aplikasi dengan satu fungsi. Sedangkan PLC dapat
mencakup beberapa fungsi sekaligus. Pada aplikasi dengan satu fungsi jarang
sekali dilakukan perubahan bahkan tidak sama sekali, sehingga penggunaan PLC
pada aplikasi dengan satu fungsi akan memboroskan (biaya).
 Ø  Pertimbangan lingkungan
Dalam suatu pemrosesan, lingkungan mungkin mengalami pemanasan yang
tinggi, vibrasi yang kontak langsung dengan alat-alat elektronik di dalam PLC dan
hal ini bila terjadi terus menerus, mengganggu kinerja PLC sehingga tidak
berfungsi optimal.
 Ø  Operasi dengan rangkaian yang tetap
Jika rangkaian pada sebuah operasi tidak diubah maka penggunaan PLC lebih
mahal dibanding dengan peralatan kontrol lainnya. PLC akan menjadi lebih
efektif bila program pada proses tersebut di-upgrade secara periodik.
3.E. PEMROGRAMAN PLC
PLC merupakan piranti yang untuk menngunakannnya diperlukan
perintah yang dalam hal ini dengan cara di masukan program untuk menjadikan
plc itu sebagai otak dari sebuah sistem kendali.
berikut adalah jenis PLC Programming berdasarkan IEC-61131-3 .. ada
lima bahasa pemrograman yang diakui oleh standar ini..
-- Ladder Diagram (LD)
– Function Block Diagram (FBD)
– Instruction List (IL)
– Structure Text (ST)
– Sequential Function Chart (SFC)
PLC menggunakan memory yang dapat deprogram untuk menyimpan
logika,pewaktuan,sekuensial dan aritmetika yang dapat mengendalikan suatu
mesin atau proses melalui modul  I/O baik analog maupun digital. PLC basic
terdiri dari 3 modul dasar [ input,CPU,output ].Modul input berfungsi untuk
menerima sinyal dari sensor ( saklar, proximity, limit switch dll )menjadi logika 0
atau 1 yang akan dikirim CPU. CPU berfungsi untuk mengoperasikan logika dari
modul input ( AND , OR, NOT dan fungsi – fungsi logika lainnya ) berdasarkan
program yang berada di memory CPU. Hasiloperasi logika akan dikeluarkan ke
modul output. Modul output berfungsi untuk menerima hasil operasi dari CPU,
dipakai untuk mengoperasikan actuator ( lampu, relay, solenoid dll ). Program
ditulis pada Programming device ( PC, Notebook ) yang terhubung ke CPU. Pada
programming device harus sudah terinstall software dari vendor PLC. Setelah
program di transfer ke CPU, maka PLC bisa running sendiri tanpa membutuhkan
programming device.

Cara Setting Type Pemrograman

Untuk pemrograman SFC harus menggunakan alat bantu dengan nama Touch
Pendant/Konsole (Tidak menggunakan komputer seperti pada pemrograman
Ladder). Pemrograman dengan Touch Pendant ini sangat cocok untuk editing
Program PLC di lapangan.
Contoh Pemrograman PLC
Contoh Pemrograman SFC
Berikut adalah contoh sederhana Ladder Pemrograman :
Dan Jika DiKonversikan ke dalam SFC Pemrograman, sebagai Berikut:

3.F. IMPLEMENTASI PLC DI DUNIA KONTROL/SISTEM


KENDALI
 Dalam merancang suatu sistem kendali dibutuhkan pendekatan-
pendekatan sistematis dengan prosedure sebagai berikut :
1.   Rancangan Sistem Kendali
       Dalam tahapan ini si perancang harus menentukan terlebih dahulu sistem
apa yang akan dikendalikan dan proses bagaimana yang akan ditempuh. Sistem
yang dikendalikan dapat berupa peralatan mesin ataupun proses yang
terintegrasi yang sering secara umum disebut dengan controlled system.
2.  Penentuan I/O
Pada tahap ini semua piranti masukan dan keluaran eksternal yang akan
dihubungkan PLC harus ditentukan. Piranti masukan dapat berupa saklar, sensor,
valve dan lain-lain sedangkan piranti keluaran dapat berupa solenoid katup
elektromagnetik dan lain-lain.
3.  Perancangan Program (Program Design)
Setelah ditentukan input dan output maka dilanjutkan  dengan proses
merancang program dalam bentuk ladder diagram dengan mengikuti aturan dan
urutan operasi sistem kendali.
4.  Pemrograman (Programming)
5.  Menjalankan Sistem (Run The System)
Pada tahapan ini perlu dideteksi adanya kesalahan-kesalahan satu persatu
(debug), dan menguji secara cermat sampai kita memastikan bahwa sistem aman
untuk dijalankan.
PLC banyak digunakan dalam proses kerja yang memerlukan sistem
kendali otomasi,misalnya dalam dunia industri ,pada mesin mesin industri
dibutuhkan peragkat kendali yang sederhana namun dapat mengerjakan semua
perintah perintah yang digunakan untuk melakukan proses produksi .yang
pastinya lebih ringkas dibanding menggunakan relay atau switch dalam jumlah
yang banyak dan memerlukan ruang yang lebih.
Untuk dapat menggunakan PLC,cukup dengan menghubungkan sensor
pada bagian input device PLC dan alat-alat yang dikontrol pada bagian output
device PLC.Kemudian program yag ada dalam PLC akan mempross data dari
masukan input device PLC dan ouputnya akan berkerja sesuai dengan program
yang dibuat dan tersimpan di dalam memory PLC . peralatan input dapat
berupa sensor photo-elektrik, push button dan panel kontrol,limit switch atau
peralatan lainnya dimana dapat menghasilkan suatu sinyal yg dapat diterima
PLC . peralatan output dapat berupa switch yang menggerakan lampu
indikator,relai yang menyalakan motor atau peralatan lain yang dapat digerakan
oleh sinyal output dari PLC.
BAB III
PENUTUP

III.A KESIMPULAN
o

o Programmable Logic Controllers (PLC) adalah komputer elektronik


yang mudah digunakan (user friendly) yang memiliki fungsi
kendali untuk berbagai tipe dan tingkat kesulitan yang beraneka
ragam. Definisi Programmable Logic Controller menurut Capiel
(1982) adalah :sistem elektronik yang beroperasi secara dijital dan
didisain untuk pemakaian di lingkungan industri, dimana sistem ini
menggunakan memori yang dapat diprogram untuk penyimpanan
secara internal instruksi-instruksi yang mengimplementasikan
fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan,
pencacahan dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau
proses melalui modul-modul I/O digital maupun analog.
DAFTAR PUSTAKA
 https://www.academia.edu/12000252/Makalah_PLC

 http://staffnew.uny.ac.id/upload/131655278/pendidikan/
Handout+Kendali+Mesin+Listrik.pdf

 https://www.samrasyid.com/2020/05/sistem-pengendalian-motor-listrik.html

Anda mungkin juga menyukai