Anda di halaman 1dari 13

Paparan terhadap Tetrakloroetilena di Usaha Binatu di Negara-Negara Nordik

ABSTRAK

Tujuan: Tetrakloroetilena merupakan pelarut yang dominan digunakan pada binatu di


seluruh dunia dan banyak pekerja yang berpotensi terpapar. Di sini kami melaporkan hasil
dari 1296 pengukuran tetrakloroetilena yang dilakukan di usaha-usaha binatu di Negara
Nordik pada tahun 1947-2001.

Metode: Kami mencari dokumen-dokumen dan berkas di institusi kesehatan okupasi Nordik
untuk pengukuran tetrakloroetilena di udara. Pengukuran berulang dari fasilitas yang sama
selama interval waktu yang singkat dicatat hanya satu kali menggunakan rerata waktu. Kami
juga mencatat perubahan seiring waktu pada batas paparan okupasi (occupational exposure
limit atau OEL) terhadap tetrakloroetilena.

Hasil: Hanya terdapat pengukuran acak yang tersedia dari tahun-tahun awal, dan tingkat
paparan tampak cukup stabil hingga pertengahan tahun 1970-an. Median tingkat paparan
adalah 20 p.p.m. pada tahun 1976 dan menurun menjadi 3 p.p.m. pada tahun 2000. Tingkat
paparan di empat negara Nordik mengikuti tren yang serupa. Pada akhir tahun 1960-an, nilai
OEL bervariasi antar negara Nordik dari 30 hingga 100 p.p.m. Swedia merupakan yang
pertama menurunkan batasnya, namun berangsur konvergen seiring waktu. Saat ini,
Denmark, Finlandia, dan Swedia menggunakan batas 10 p.p.m., sedangkan Norwegia
menggunakan nilai 6 p.p.m. Seiring waktu, rerata tingkat paparan yang diamati lebih rendah
dibandingkan OEL di seluruh negara, namun di Denmark dan Swedia, hingga sepertiga dari
paparan yang terukur melebihi OEL. Secara keseluruhan, pengukuran peralatan untuk kerja
pemeliharaan menunjukkan nilai 36 p.p.m., sedangkan pengukuran personal menunjukkan
7.5 p.p.m. untuk pekerja binatu dan 6.25 p.p.m. asisten toko.

Kesimpulan: Data Nordik menggambarkan bahwa dimungkinkan untuk mengendalikan


paparan kimia seiring waktu bahkan dalam sebuah industri yang terdiri dari banyak tempat
kerja yang kecil dan tersebar di berbagai tempat.

Kata kerja: binatu; penilaian paparan; tetrakloroetilen


PENDAHULUAN

Di awal tahun 1960-an, tetrakloroetilen tidak mudah terbakar (non-flammable), CAS 127-18-
4, menggantikan larutan Stoddard yang mudah terbakar sebagai pelarut utama binatu di AS
dan Eropa. Hal ini dari sudut pandang keamanan merupakan kemajuan besar. Meski begitu,
seiring dengan munculnya kesadaran tentang potensi neurotoksisitas dari pelarut berklorin
pada tahun 1970-an, tetrakloroetilen mulai tergantikan oleh klorofluorokarbon (CFC).
Perkembangan ini menjadi berbalik dengan adanya realisasi tentang penurunan kapasitas
lapisan lapisan ozon akibat CFC. Sejak tahun 1990-an, tetrakloroetilen kemudian kembali
menjadi pelarut utama di usaha binatu. Penggunaan tetrakloroetilen, hanya saja, bukan berarti
tidak menimbulkan masalah. Di dalam European Union, senyawa ini dicap dengan dua
kalimat berisiko, ‘keterbatasan data mengenai efek karsinogenik’ dan ‘toksik terhadap
organisme akuatik’, dapat menyebabkan efek samping jangka panjang pada lingkungan
akuatik. Kekhawatiran dalam hal kesehatan berasal dari kemungkinan karsinogenisitas dari
tetrakloroetilen berdasarkan kejadian keganasan hepar pada tikus yang terpapar dan pada data
yang terbatas mengenai kanker esofagus, kanker serviks, dan limfoma non-Hodgkin pada
pekerja yang terpapar (International Agency for Research on Cancer, 1995). Studi-studi
epidemiologi juga telah meningkatkan kekhawatiran mengenai kemungkinan risiko aborsi
spontan pada wanita yang bekerja di binatu (Kyyronen et al., 1989; Doyle et al., 1997), serta
efek berbahaya bagi kesehatan keturunan dari individu yang terpapar kloroetilen (Perrin et
al., 2007; Aschengrau et al., 2009).

Pada tahun 1995, data yang tersedia secara internasional mengindikasikan bahwa rerata
tingkat paparan terhadap tetrakloroetilen di usaha-usaha binatu menurun dari 50-100 p.p.m.
pada tahun 1980-an (International Agency for Research on Cancer, 1995). Sebuah tinjauan
dari tahun 2008 berdasarkan pengukuran yang dilaporkan di literatur internasional dan di
database Evaluasi Bahaya Kesehatan, National Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH) dari tahun 1936 hingga 2001 menemukan rerata kadar paparan di industri binatu
adalah sebesar 57 p.p.m. (Gold dkk., 2008). Kami memasukkan sebuah studi kasus-kontrol
mengenai keganasan di pekerja binatu dari negara-negara Nordik (Lynge dkk., 2006).
Sebagai bagian dari material dasar untuk studi ini, kami menyusun sebuah database mengenai
seluruh pengukuran tetrakloroetilen yang dilakukan di fasilitas-fasilitas binatu di Denmark,
Finlandia, Norwegia, dan Swedia dari 1947 hingga 2001. Database ini memungkinkan kita
untuk memetakan tingkat paparan tetrakloroetilen di usaha binatu di negara-negara Nordik
selama periode hampir 50 tahun. Data-data riwayat paparan ini bermanfaat untuk dua tujuan.
Pertama, hal ini dapat digunakan pada desain studi epidemiologi yang membahas efek
kesehatan potensial dari paparan terhadap tetrakloroetilen. Kedua, data tersebut dapat
digunakan dalam evaluasi dari relevansi data epidemiologi yang ada untuk kondisi kerja di
industri binatu saat ini.

MATERIAL DAN METODE

Pengambilan data

Kami bermaksud mengumpulkan informasi mengenai seluruh pengukuran tetrakloroetilen


udara yang dilakukan di fasilitas-fasilitas binatu di negara-negara Nordik hingga tahun 2000.
Dari Denmark, data mengenai seluruh pengukuran yang dilakukan untuk inspeksi kerja dari
tahun 1947 hingga 1987 disimpan di Institusi Nasional Kesehatan Kerja, dan data ini telah
diperoleh untuk studi ini. Setelah tahun tersebut, pengukuran dapat disimpan di arsip dari
perusahaan pengawas lokal, namun hanya sedikit pemeriksaan semacam ini yang telah
dilakukan.

Di Finlandia, Institusi Kesehatan Kerja Finlandia telah melakukan survey paparan kimia
sejak tahun 1950-an. Informasi mengenai pengukuran ini disimpan di database pengukuran
paparan kerja Finlandia (FDOEM) (Heikkila dkk., 2005). Seluruh pengukuran yang tercatat
mengenai konsentrasi tetrakloroetilen udara di usaha-usaha binatu di FDOEM dikumpulkan.
Data ini mencakup periode sejak 1956 hingga 1999. Selain pengukuran yang dilakukan
berdasarkan permintaan dari perusahaan-perusahaan ini, sebuah rangkuman estimasi paparan
diambil dari sebuah studi yang dilakukan oleh Institusi Kesehatan Kerja Finlandia (Raisanin
dkk., 1998).

Di Norwegia, seluruh pengukuran diperoleh dari Institusi Nasional Kesehatan Kerja dan
mencakup periode dari 1976 hingga 2001, periode sebelum 1985 dari laporan terpublikasi
(Lillesand dan Hag, 1984), dan dari 1985 ke depan dari database paparan EXPO dari Institusi
Nasional Kesehatan Kerja (Rajan dkk., 1997).

Di Swedia, sampel diambil antara tahun 1973 dan 1995. Kebanyakan pengukuran diperoleh
dari arsip dari otoritas lingkungan kerja Swedia. Pengukuran utamanya dilakukan dalam
bentuk kampanye selama tahun 1977, dilakukan oleh Institusi Penelitian Lingkungan Swedia
selama 1979-1984 oleh pengawas kerja, dan antara 1988 dan 1989 dalam sebuah proyek yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan Kerja dan Lingkungan di Orebro.
Hingga tahun 1977, hampir seluruh pemeriksaan yang dilakukan adalah pengukuran udara di
lingkungan kerja, dimana setelahnya baru diperkenalkan adanya pengukuran di zona
bernapas bagi pekerja. Informasi mengenai teknik pengambilan sampel dan metode analisis
tidak tercatat. Akan tetapi, sebagaimana pada pengukuran trikloroetilen udara, absorpsi dari
etanol mendominasi hingga tahun 1973, dimana penggunaan pipa arang mengambil alih
(Raaschou-Nielsen dkk., 2002).

Perlu dicatat bahwa meskipun identitas personal dan toko diketahui dari dokumen asli,
informasi ini tidak dimasukkan dalam set data Nordik. Maka tidak memungkinkan untuk
menganalisis variasi dari tingkat paparan antar toko, serta tidak mungkin pula dilakukan
analisis variasi antar individu dalam sebuah toko. Jabatan kerja yang tercatat dari set data saat
ini berasal dari satuan kerja yang tercatat untuk pengukuran personal dan area kerja yang
tercatat untuk pengukuran alat. Maka dari itu tidak memungkinkan untuk melihat dari set data
jika seorang pekerja yang dilakukan pengukuran saat melakukan pencucian, dan selanjutnya
dianalisis sebagai ‘pekerja binatu’, bekerja sebagai asisten kerja di lain waktu. Variabel yang
tercatat terdaftar di Tabel 1. Kami selanjutnya mengumpulkan informasi mengenai batas
paparan okupasi (OEL), untuk tetrakloroetilen seiring waktu pada masing-masing empat
negara tersebut.

Tabel 1. Informasi yang diperoleh pada pengukuran tetrakloroetilen udara di fasilitas binatu di negara-negara
Nordik tahun 1947-2001

Variabel Deskripsi Jumlah


Negara Denmark 86
Finlandia 126
Norwegia 426
Swedia 658
Tahun pengambilan sampel 1947-2001 Lihat Tabel 2
Alasan pengambilan sampel Inspeksi 463
Menilai paparan pasien 29
Proyek 536
Lainnya 100
Tidak diketahui 168
Satuan kerja (sampel personal) / area kerja (sampel peralatan) Pekerja binatu 770
Asisten 280
Pemeliharaan 108
Lainnya 6
Tidak diketahui 132
Jenis pengambilan sampel Peralatan 609
Personal 687
Lama pengambilan sampel Diukur dalam menit
Konsentrasi tetrakloroetilen Diukur dalam p.p.m.
Ukuran dan kondisi area kerja NA*
Jumlah pekerja di area kerja NA*
Jumlah dan jenis mesin cuci NA*
Teknik pengambilan sampel NA*
Analisis

Dokumen asli meliputi banyak pengukuran berulang dari fasilitas yang sama selama interval
waktu yang singka, seperti dalam satu hari. Pengukuran semacam ini secara definisi sangat
berkorelasi. Pengukuran berulang dari orang yang sama atau pengukuran dari satu area kerja
yang sama kemudian dicatat sebagai satu pengukuran dengan memasukkan keseluruhan
jumlah jam/menit pengukuran dan rerata konsentrasi waktu pada database. Data dari orang
yang berbeda pada toko yang sama dan/atau dari area kerja yang berbeda dari toko yang sama
tidak dimasukkan dalam satu kelompok.

Tujuan utama kami adalah untuk menilai tren keseluruhan dari tingkat paparan
tetrakloroetilen pada industri binatu. Untuk keempat negara seluruhnya dan untuk tiap negara
secara terpisah, kami melakukan plotting seluruh konsentrasi yang terukur berdasarkan tahun
pengukuran. Seluruh pengukuran dimasukkan dalam analisis tanpa memandang apakah
pengukuran tersebut merupakan pengukuran pada alat atau pekerja. Mengingat pengukuran
berulang dari orang/area kerja yang sama tidak dimasukkan secara terpisah, kami tidak
mengetahui variannya, sehingga kami melakukan analisis yang relatif sederhana dari tren
waktu. Untuk tiap tahunnya, kami menggunakan median dari observasi, dan interval
kepercayaan 95% (confidence interval atau CI) untuk median diestimasi menggunakan
bootstrap (Efron, 1987). Tingkat paparan oleh satuan kerja/area kerja, jenis pengambilan
sampel, dan alasan pengambilan sampel diestimasi dengan median dan 95% CI untuk
keempat negara secara keseluruhan dan terpisah. Digunakan SAS versi 9.2 dan R untuk
analisis.

Tabel 2. Jumlah pengukuran tetrakloroetilen udara di fasilitas binatu di negara-negara Nordik tahun 1947-2001

Tahun Denmark Finlandia Norwegia Swedia Total


1945-1949 2 0 0 0 2
1950-1954 0 0 0 0 0
1955-1959 1 2 0 0 3
1960-1964 48 6 0 0 54
1965-1969 6 40 0 0 46
1970-1974 0 0 0 2 2
1975-1979 11 9 28 97 145
1980-1984 10 22 36 360 428
1985-1989 8 23 149 182 362
1990-1994 0 10 165 17 192
1995-1999 0 14 47 0 61
2000-2005 0 0 1 0 1
Total 86 126 426 658 1296
HASIL

Sebanyak 1296 pengukuran tercatat dalam studi ini: 86 dari Denmark, 126 dari Finlandia,
426 dari Norwegia, dan 658 dari Swedia (Tabel 2). Pengukuran dari empat negara
terdistribusi secara tidak merata berdasarkan tahun pengambilan sampel. Pada dasarnya, tidak
ada pengukuran yang tersedia dari Norwegia dan Swedia sebelum tahun 1975, dan seluruh
pengukuran di Denmark dilakukan sebelum tahun 1990.

Tabel 3. Pengukuran tetrakloroetilen udara di fasilitas binatu di negara-negara Nordik tahun 1947-2001
berdasarkan lama pengambilan sampel dan satuan kerja/area kerja

Lama pengambilan sampel


Tidak
0-4 1-4 5-23 24-65
5-29 mnt 30-59 mnt diketahu
mnt jam jam jam
i Total
Sampel personal
Pencuci 0 23 38 134 218 43 5 461
Asisten 0 7 13 22 40 16 6 104
Pemeliharaan 0 0 0 0 0 0 0 0
Lainnya 0 0 0 0 0 0 0 0
Tidak diketahui 0 1 0 5 97 15 4 122
Total 0 31 51 161 355 74 15 687
Sampel peralatan
Pencuci 4 74 69 62 53 2 45 309
Asisten 2 15 56 13 7 0 83 176
Pemeliharaan 2 33 55 16 1 0 1 108
Lainnya 0 0 2 3 1 0 0 6
Tidak diketahui 0 0 1 0 9 0 0 10
Total 8 122 183 94 71 2 129 609
Seluruh sampel
Total 8 153 234 255 426 76 144 1296

Sampel terbagi secara merata antara sampel personal (687/1296) dan sampel peralatan
(609/1296). Totalnya, 66% dari pengukuran memiliki panjang pengambilan sampel minimal
1 jam, dan 66% dari pengukuran dilakukan di area pencucian (Tabel 3).

Konsentrasi tetrakloroetilen berdasarkan negara dan tahun menunjukkan variasi yang luas.
Pada tahun 1969, tingkat pengukuran bervariasi misalnya dari 1 sampai 637 p.p.m. Pada
tahun 1990, ditemukan rentang dari <1 hingga 203 p.p.m. Berdasarkan pada pengukuran
acak, tren dari median tingkat paparan cenderung stabil dari tahun 1947 sampai 1976, dimana
setelahnya tren menurun secara bertahap ditemukan dari median sebesar 19.59 p.p.m. (95%
CI 13.33–34.81 p.p.m.) pada tahun 1976 hingga median sebesar 2.61 p.p.m. (95% CI 0.53–
3.16 p.p.m.) pada tahun (Gambar 1A). Pengukuran personal hanya tersedia mulai tahun 1969,
dengan tresn waktu serupa dengan yang ditemukan untuk seluruh pengukuran (Gambar 1B).
Gambar 1. Pengukuran tetrakloroetilen udara di usaha binatu pada negara-negara Nordik. (A) Seluruh
pengukuran tahun 1947-2001, median, dan 95% CI. (B) Pengukuran personal tahun 1969-2001, median, dan
95% CI.

OEL untuk tetrakloroetilen menurun seiring waktu pada seluruh keempat negara. Batas dari
Denmark pertama kali ditentukan sebesar 50 p.p.m. pada tahun 1957 dan tetap pada tingkat
ini hingga 1975 yang kemudian menurun menjadi 30 p.p.m. (Sikkerhedsudvalget for
Kemiske Industrier, 1973), dan pada tahun 1995, diturunkan kembali hingga tingkat saat ini
sebesar 10 p.p.m. (Arbejdstilsynet, 2005). Finlandia memiliki nilai batas yang sangat tinggi
sebesar 200 p.p.m. sebelum tahun 1962 (Sosiaaliministerio¨n, 1960), yang kemudian turun
menjadi 100 p.p.m. (Sosiaaliministerio¨n, 1962). Batas Finlandia diturunkan kembali di tahun
1972 menjadi 50 p.p.m. (Sosiaali- ja terveysministerio¨n, 1972), namun masih tetap di atas
tingkat dari negara-negara Nordik lainnya hingga tahun 2000 dimana ditentukan menjadi
sebesar 10 p.p.m. (Sosiaali- ja terveysministerio¨n, 2000). Sebelum 1978, batas Norwegia
didasarkan pada daftar American Conference of Governmental Industrial Hygienist’s
(ACGIH) (ACGIH, 2006), sebesar 100 p.p.m. hingga tahun 1978. Pada tahun 1978, batas
Norwegia ditentukan sebesar 30 p.p.m.; diturunkan menjadi 20 p.p.m pada tahun 1989, dan
diturunkan lebih lanjut menjadi 6 p.p.m. pada tahun 2001 (Arbeidstilsynet.no, 2003), yang
mana merupakan tingkat terendah dari negara-negara Nordik saat ini. Swedia memulai
dengan batas yang direkomendasikan sebesar 30 p.p.m. pada tahun 1969 (Arbetsmedicinska
institutet, 1969), yang menjadi ketetapain pada tahun 1974 (Arbetarskyddsstyrelsen, 1974).
Batas diturunkan menjadi 20 p.p.m. pada tahun (Arbetarskyddsstyrelsen, 1978) dan kembali
diturunkan hingga 10 p.p.m. pada tahun 1989 (Arbetarskyddsstyrelsen, 1989).

Seluruh empat negara diamati memiliki tingkat paparan dengan median tingkat paparan
utamanya di bawah OEL (Gambar 2). Hal ini khususnya ditemukan pada Finlandia, dimana
nilai OEL hingga tahun 2000 lebih tinggi dibanding negara Nordik lainnya. Meski begitu,
31% dari pengukuran di Denmark melebihi OEL pada waktu pengukuran, dan hal ini terjadi
pada 7% pengukuran di Norwegia, pada 12% pengukuran di Finlandia, dan pada 27%
pengukuran di Swedia.

Pengukuran peralatan menunjukkan tingkat paparan yang lebih tinggi dibandingkan


pengukuran personal, 11.92 p.p.m. (95% CI 10.66–13.51 p.p.m.) secara keseluruhan
dibandingkan dengan 7.27 p.p.m. (95% CI 6.78–7.79 p.p.m.). Untuk pengukuran peralatan,
pekerja pemeliharaan memiliki tingkat paparan tertinggi sebesar 35.94 p.p.m. (95% CI
20.92–55.99 p.p.m.), diikuti dengan pekerja binatu sebesar 13.20 p.p.m. (95% CI 11.13–
15.24 p.p.m.), dan asisten toko sebesar 7.50 p.p.m. (95% CI 6.84–8.02 p.p.m.). pola ini
ditemukan di Denmark, Finlandia, dan Swedia, sedangkan terdapat sedikit antar ketiga
kelompok di Norwegia. Untuk pengukuran personal, pekerja binatu memiliki keseluruhan
tingkat paparan sebesar 7.50 p.p.m. (95% CI 6.73–7.94 p.p.m.) dan diikuti oleh asisten toko
6.25 p.p.m. (95% CI 4.09–8.93 p.p.m.). Pola ini cukup bervariasi antar negara. Pekerja binatu
memiliki tingkat paparan yang jauh lebih tinggi dibandingkan asisten toko di Denmark dan
Finlandia, sedangkan perbedaan ini lebih kecil di Swedia, dan kedua kelompok cenderung
serupa di Norwegia. Tidak ada pengukuran paparan personal yang tersedia untuk pekerja
pemeliharaan. Pengukuran yang diperoleh sebagai bagian dari pemeriksaan paparan dari
pasien menunjukkan median tertinggi: 10.32 p.p.m. (95% CI 0.15–19.66 p.p.m.), dengan
seluruh pemeriksaan berasal dari Denmark. Pengukuran yang diperoleh sebagai bagian dari
sebuah inspeksi menunjukkan tingkat paparan yang sama: 8.00 p.p.m. (95% CI 6.51–9.19
p.p.m.) sebagaimana pengukuran yang diperoleh sebagai bagian dari sebuah proyek: 8.05
p.p.m. (95% CI 6.07–9.10 p.p.m.) (Tabel 4).

PEMBAHASAN

Data yang tersedia mengindikasikan tingkat paparan terhadap tetrakloroetilen yang cukup
stabil di usaha-usaha binatu di negara-negara Nordik hingga pertengahan 1970-an, median
tingkat paparan adalah sebesar 20 p.p.m. pada tahun 1976. Tingkat ini berada di bawah OEL
untuk negara-negara Nordik saat itu, yaitu 30 p.p.m. di Denmark, Norwegia, dan Swedia dan
50 p.p.m. di Finlandia. Sejak tahun 1976, tingkat paparan yang diukur menurun hingga 3
p.p.m. pada tahun 2000, masih di bawah OEL yaitu 10 p.p.m. di Denmark, Finlandia, dan
Swedia dan 6 p.p.m. di Norwegia. Keseluruhan paparan terhadap tetrakloroetilen di usaha
binatu Nordik telah mengalami perkembangan yang pesat selama 25 tahun terakhir dengan
penurunan median tingkat paparan sebesar ~17 p.p.m. Hasil ini sejalan dengan luaran dari
meta-analisis dari 700 set data paparan dari berbagai senyawa yang telah diterbitkan selama
periode 30 tahun, dimana 78% dari data log-transformed alami menunjukkan tren linier ke
arah tingkat paparan yang lebih rendah Symanski dkk., 1998).

Gambar 2. Pengukuran tetrakloroetilen udara di usaha binatu tahun 1947-2001, median, dan OEL untuk
tetrakloroetilen untuk Denmark, Finlandia, Norwegia, dan Swedia.

Tingkat paparan yang menurun menggambarkan perkembangan teknologi seiring waktu. Di


Denmark, mesin-mesin cuci semi-otomatis berbasis-tetrakloroetilen dimana pakaian akan
dicuci sekaligus dikeringkan sudah tersedia pada tahun 1950-an. Pada tahun 1959, mesin
otomatis dari Jerman ‘Zanker’ dan Inggris ‘Spencer’ telah tersedia, dimana sentrifugasi yang
lebih baik berarti lebih sedikit pelarut yang tertinggal di pakaian. Sejak tahun 1964, usaha
binatu hanya diizinkan pada mesin cuci kering otomatis, yang tidak dapat dijalankan sebelum
pintunya ditutup dan dijalankan ventilasi. Pada tahun 1978, mesin sirkuit tertutup pertama
kali diperkenalkan, dan mesin non-ventilasi cuci kering dengan kondensor pendingin ini
hanya dibuka ke udara bebas ketika pintu mesin terbuka, yang semakin menurunkan emisi
pelarut (Johansen dkk., 2005). Pada pertengahan 1970-an, Swedia mengalami perdebatan
intens mengenai efek merugikan pada kesehatan dari paparan pelarut berklorin organik
(Axelson dkk., 1976). Hal ini mengarah pada penurunan OEL untuk tetrakloroetilen,
kampanye pengukuran pada beberapa distrik Swedia, dan instruksi untuk pemeliharaan yang
lebih baik dari mesin-mesin binatu. Sebagai hasil dari kolaborasi erat antara inspeksi kerja
Nordik, tindakan serupa dilakukan pula pada negara-negara Nordik lainnya.

Tingkat paparan tetrakloroetilen di usaha-usaha binatu Nordik pada tahun 1970-an berada di
bawah tingkat yang dilaporkan secara internasional (Gold dkk., 2008). Ketika rerata
pengukuran Nordik dari tahun 1970 hingga 1979 adalah 36 p.p.m. untuk pengukuran personal
dan 25 p.p.m. untuk pengukuran peralatan, tingkat ini adalah sebesar 67 dan 30 p.p.m., secara
berurutan, dalam sebuah tinjauan yang berdasarkan pada literatur internasional dan utamanya
pengukuran NIOSH (Gold dkk., 2008). Kemungkinan penjelasan dari perbedaan ini adalah
munculnya mesin-mesin cuci kering yang cukup dini di negara-negara Nordik. Meskipun
pemindahan terbuka mesin-mesin binatu telah dilarang di Denmark sejak 1953 (Johansen
dkk., 2005), mesin-mesin ini masih digunakan pada sepertiga usaha binatu di AS pada tahun
1971 (Mundt dkk., 2003). Pada tahun 1980-an, rerata tingkat paparan Nordik adalah sebesar
15 p.p.m. untuk pengukuran personal dan 20 p.p.m. untuk peralatan dibandingkan dengan 31
dan 223 p.p.m., secara berurutan, pada data AS, meskipun nilai yang disebut terakhir
didasarkan pada pengukuran dalam jumlah kecil. Pada tahun 1990-an, rerata tingkat paparan
Nordik adalah sebesar 6 p.p.m. untuk pengukuran personal dan 12 p.p.m. untuk peralatan
dibandingkan dengan 10 dan 84 p.p.m., secara berurutan, pada data AS.

Arsip pengukuran yang dianalisis di sini, dan pada sebagian besar set data paparan lainnya
(Kromhaut dan Vermeulen, 2000), tidak menggambarkan sampel acak dari situasi paparan di
industri. Pengukuran dapat dimintakan ketika terdapat kecurigaan, dapat berupa bagian dari
sebuah kampanye, atau dapat dilakukan untuk mengendalikan efek dari sebuah perubahan di
tempat kerja. Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan dalam tingkat paparan untuk pengukuran
yang dilakukan untuk inspeksi atau sebagai bagian dari sebuah proyek, meskipun pengukuran
peralatan, yang sering dilakukan untuk mengendalikan adanya kebocoran pada pipa
sambungan, menunjukkan kadar yang lebih tinggi dibandingkan pengukuran personal.
Paparan semakin bervariasi antar satuan kerja/area kerja dengan hierarki dari pekerja
pemeliharaan – yang mana hanya tersedia pengukuran peralatan yang tersedia – hingga
pekerja binatu dan asisten toko. Dalam interpretasi dari perbedaan yang ditemukan ini, perlu
dipertimbangkan pula bahwa kami tidak dapat mengendalikan variasi yang berasal dari
perbedaan antar toko mengingat kode identitas untuk toko dan individu tidak diikutkan dalam
set data Nordik. Di Denmark dan Norwegia , data dari kontrol yang dipilih untuk studi kasus-
kontrol berdasarkan ketenagakerjaan pada tahun 1970 (Lynge dkk., 2006) menunjukkan
bahwa dua pertiga pekerja di usaha binatu adalah pekerja cuci, sepertiga adalah asisten dan
tidak ada pegawai di usaha binatu yang tercatat sebagai petugas pemeliharaan. Statistik yang
sama tidak dapat ditunjukkan untuk Finlandia dan Swedia akibat banyaknya pekerja yang
tidak diketahui satuan kerjanya (Lynge dkk., 2006). Pengukuran pemeliharaan pada set data
seluruhnya merupakan pengukuran peralatan.

OEL tetrakloroetilen bervariasi antar negara Nordik pada akhir 1960-an yang mana tiga kali
lebih tinggi di Finlandia dibandingkan di Swedia. Perbedaan ini telah menghilang dan
Denmark, Finlandia, dan Swedia saat ini memiliki batas pada 10 p.p.m. dan Norwegia
memiliki batas 6 p.p.m. OEL Nordik lebih rendah dibanding yang ada saat ini di UK,
Perancis, Austria, dan Swiss sebesar 50 p.p.m. dan di Belgia serta Spanyol sebesar 25 p.p.m.
(Bgia-online.hvbg.de, 2010). Di antara negara-negara Nordik, Swedia hingga baru-baru ini
merupakan negara pertama yang menurunkan nilai batas, mengindikasikan bahwa Swedia
merupakan faktor pemicu dalam memperbaiki kebutuhan tempat kerja secara legal. Fakta
bahwa tingkat paparan aktual di Denmark, Finlandia, Norwegia, dan Swedia mengikuti tren
yang cukup serupa meskipun terdapat perbedaan dalam nilai OEL mengindikasikan bahwa
tingkat paparan aktual lebih banyak dipengaruhi oleh kemungkinan teknologi dan ekonomi
dibandingkan ketentuan peraturan. Keputusan dinamis yang mendasari pada OEL dibahas
dalam sebuah analisis kritis dari ACGIH TLV, dimana penulis menyimpulkan bahwa nilai
ambang yang baru berkorelasi lemah dengan angka kejadian efek samping dan berkorelasi
kuat dengan tingkat paparan aktual pada saat itu (Roarch dan Rappaport, 1990).

OEL saat ini adalah 10 p.p.m. di Denmark, Finlandia, dan Swedia merupakan dua perintah
dalam pedoman ambien udara dengan nilai 100 µgm-3 (~0.015 p.p.m.) yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan New York (2003) dan diikuti dengan segera pada regulasi Denmark
untuk tingkat tetrakloroetilen yang diperbolehkan di ruangan sekitar fasilitas binatu
(Retsinformation.dk, 2010). Selain pertimbangan risiko kesehatan untuk penilaian OEL,
pedoman ambien udara juga mempertimbangkan data manusia terkait tes visual, waktu
reaksi, dan perhatian.

Industri binatu ditandai dengan banyaknya toko-toko kecil (Johansen dkk., 2005). Tren waktu
dalam pengukuran tetrakloroetilen yang dilaporkan disini menunjukkan bahwa kontrol
paparan mungkin dilakukan bahkan dalam kondisi semacam ini. Dapat disimpulkan, luaran
dari 1296 pengukuran tetrakloroetilen dari industri binatu di negara-negara Nordik
mengindikasikan adanya penurunan dalam tingkat paparan dari 20 p.p.m. pada tahun 1976
hingga 3 p.p.m. pada tahun 2000. Swedia dan Denmark merupakan yang pertama
menurunkan OEL untuk tetrakloroetilen, namun Finlandia dan Norwegia memiliki nilai
paparan yang lebih rendah dari nilai OEL-nya.
Tabel 4. Median pengukuran tetrakloroetilen udara pada fasilitas binatu di negara-negara Nordik tahun 1947-2001 berdasarkan 95% CI

Negara Jenis pengukuran: peralatan Jenis pengukuran: personal


Satuan kerja/ area kerja Satuan kerja/ area kerja
Pekerja Asisten Pemeliharaa Tidak Total Pekerja Asisten toko Pemeliharaan Tidak Total
binatu toko n diketahui binatu diketahui
(cuci) (cuci)
Seluruhnya
N 309 176 108 16 609 461 104 - 122 687
Median 13.20 7.50 35.94 2.65 11.92 7.50 6.25 - 4.00 7.27
95% CI 11.13-15.24 6.84-8.02 20.92-55.99 -0.31 – 5.21 10.66-13.51 6.73-7.94 4.09-8.93 - 3.15-4.58 6.78-7.79
Denmark
N 32 6 29 - 67 9 10 - - 19
Median 11.99 4.72 50.87 - 18.17 22.97 3.41 - - 10.32
95% CI 5.34-17.12 3.13-6.04 31.23-71.58 - 8.93-26.44 2.61-41.23 -10.10 – 13.29 - - -4.85 –
23.41
Finlandia
N 61 10 17 2 90 32 4 - - 36
Median 12.35 9.81 74.13 4.51 15.84 5.31 0.21 - - 4.87
95% CI 6.61-18.90 2.06-18.54 3.31-118.97 -2.62 – 11.63-21.55 2.10-8.23 -10.06 – 6.45 - - 1.83-7.73
11.64
Norwegia
N 106 33 30 13 182 125 40 - 79 244
Median 12.25 13.00 11.50 2.40 11.45 3.42 3.66 - 2.70 3.20
95% CI 9.43-15.60 11.35- 5.95-16.35 -1.11 – 5.06 9.44-13.42 1.94-4.67 -0.85 – 6.87 - 1.68-3.40 2.48-3.83
15.05
Swedia
N 110 127 32 1 270 295 50 - 43 388
Median 15.00 7.50 38.00 3.20 10.00 9.00 7.00 - 8.00 8.72
95% CI 11.57-18.07 7.30-7.72 18.39-69.12 - 7.62-12.75 7.24-10.47 4.16-8.75 - 3.94- 7.54-10.11
11.75

Anda mungkin juga menyukai