Anda di halaman 1dari 70

PROPOSAL TUGAS AKHIR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


PT. YTL Jawa Timur merupakan perusahaan Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) swasta terbesar kedua di Indonesia. Perusahaan ini
bergerak pada bidang pengoperasian dan pemeliharaan PLTU untuk unit 5 dan
6. Daya listrik yang dihasilkan dari keseluruhan PLTU berasal dari energi
pembakaran batu bara (coal) yang telah mengalami proses yang panjang mulai
dari bunker, boiler, turbin, dan generator hingga dihasilkannya energi listrik.
Boiler, turbin, dan generator adalah sumber kebisingan di PLTU unit 5
dan 6. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki bersumber dari
alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu
dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Data sekunder noise survey yang ada di PT YTL Jawa Timur,
memperlihatkan, bahwa daerah level intentsitas kebisingan yang paling tinggi
adalah di area turbin sebesar 94,3 dB (PT. YTL Jawa Timur, 2010), yang
berarti telah melebihi nilai ambang batas kebisingan berdasarkan Kep.
Menaker No. 51/MEN/1999 dan Standar Level Intensitas Kebisingan
American Conference of Government for Industrial Hygiene (ACGIH), NAB
kebisingan di tempat kerja tidak boleh lebih dari 85 dBA dalam 8 jam kerja
perhari dan 40 jam per minggu.
Kondisi kebisingan di PT. YTL memiliki potensi bahaya kesehatan
bagi pekerja berupa gangguan pada pendengaran, sehingga dipandang perlu
untuk meneliti kondisi kebisingan dan kondisi kesehatan pendengaran para
pekerja, yang akan dipakai untuk menentukan pengendalian secara
administrasi dan APD sesuai dengan level bising yang ingin direduksi atau
berdasarkan NRR (Noise Reduction Rating) yang dapat menyebabkan
Hearing Loss (Hilangnya Pendengaran) pada tenaga kerja yang terpapar
kebisingan melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 1
PROPOSAL TUGAS AKHIR

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kondisi kebisingan menurut Kep. Menaker No. Kep-
51/MEN/1999, Standar Level Intensitas Kebisingan American Conference
of Government for Industrial Hygiene (ACGIH), dan OSHA di ruang
Elevasi 16 Turbine Unit 5&6 PT YTL Jawa Timur?
2. Bagaimana kondisi kesehatan pendengaran dari pekerja di ruang
Elevasi 16 Turbine Unit 5&6 PT YTL Jawa Timur?
3. Bagaimana program pengendalian kebisingan di ruang Elevasi 16
Turbine Unit 5&6 PT YTL Jawa Timur?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kondisi kebisingan di ruang Elevasi 16 Turbine Unit 5&6 PT
YTL Jawa Timur.
2. Mengetahui kondisi kesehatan pendengaran dari pekerja di ruang Elevasi
16 Turbine Unit 5&6 PT YTL Jawa Timur.
3. Membuat Program pengendalian secara administrasi dan APD.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi mahasiswa
Sebagai kompetensi dasar yang nanti dapat diterapkan lebih lanjut didalam
dunia industri.
2. Bagi Institusi
Sebagai tambahan bahan literatur/referensi bagi semua civitas akademika
khususnya yang ada di PPNS-ITS.
3. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan tindakan yang diperlukan
ketika terjadi bahaya penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh
kebisingan di tempat kerja.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 2
PROPOSAL TUGAS AKHIR

1.5 BATASAN MASALAH


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:.
1. Penelitian dilakukan di ruang Turbine Elevasi 16 PT. YTL Jawa Timur.
2. Tidak memperhitungkan mekanika mesin Turbine.
3. Pegendalian dibatasi pada pengendalian administrasi dan APD.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 3
PROPOSAL TUGAS AKHIR

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Setiap orang tentu mengerti apa yang dinamakan kecelakaan


(Accident) maupun resiko atau bahaya. HW Heinrich dan Frank Bird, seperti
yang dikutip Ralph King (1982) menyatakan bahwa “kecelakaan terjadi
karena unsur ketidaksengajaan dan bukan yang direncanakan”. Sedangkan
hazard merupakan kondisi yang memiliki potensi terjadinya kecelakaan atau
kerusakan. Kadang-kadang hazard merupakan sinonim dari penyebab
kecelakaan. Sementara Ashfal (1999) menyatakan bahawa hazard melibatkan
resiko/ kesempatan (Hazard Involve or Change), yang berkaitan dengan
elemen-elemen yang tidak diketahui (unknown). Hammer (1989)
mendefinisikan hazard sebagai kondisi yang berpotensi untuk menyebabkan
injury terhadap orang, kerusakan peralatan, atau struktur bangunan, kerugian
material, atau mengurangi kemampuan untuk melakukan suatu fungsi yang
telah ditetapkan. Selanjutnya menurut ashfal (1999), keselamatan (safety)
seringkali dikaitkan dengan efek yang kronis dari hazard, sedangkan
kesehatan (Health) berkaitan dengan efek yang kronis dari hazard.

2.1 UNDANG-UNDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


NO.1 TAHUN 1970
Undang-undang No.1 tahun 1970 mulai berlaku dan diundangkan pada
tanggal 12 januari 1970 sebagai pengganti dari Veiligheids Reglement
(Stbl.1910 No.406). Undang-undang ini adalah sebagai undang-undang yang
memuat aturan dalam segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam Indonesia. Sebagaimana yang tertuang dalam pokok-
pokok pertimbangan dikeluarkannya UU No.1 tahun 1970 tentang upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka upaya K3 bertujuan :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
dalam keadaan sehat dan selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 4
PROPOSAL TUGAS AKHIR

c. Agar proses produksi dapat berjalan secara pasti tanpa ada hambatan
Ruang lingkup pemberlakuan Undang-undang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dibatasi dengan adanya tiga unsur yang harus
dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja, yaitu :
− Tempat usaha dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu bidang
usaha.
− Adanya tenaga kerja yang bekerja disana.
− Adanya bahaya kerja di tempat itu.

2.2 DESKRIPSI SISTEM PRODUKSI


Batubara digunakan sebagai bahan bakar yang menghasilkan panas.
Oksigen diperlukan dalam proses pembakaran ini. Hasil pembakaran yaitu
panas, digunakan untuk mengubah air menjadi uap. Uap inilah yang
digunakan untuk menggerakkan turbin. Energi mekanis yang dihasilkan dari
turbin digunakan untuk menggerakkan generator. Keseluruhan proses yang
terjadi dapat disederhanakan seperti di atas. Namun sebenarnya proses yang
terjadi tidak sesederhana itu. Masih banyak sekali proses yang menunjang
proses tersebut. Berikut ini merupakan proses produksi listrik yang terjadi
pada pembangkit listrik Unit 5 dan Unit 6.

Gambar 2. 1 Proses alir PLTU Paiton Unit 5 dan 6


(Sumber: PT. YTL, 2010)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 5
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Sebelum masuk ke tempat pembakaran (furnace), batu bara yang


digunakan untuk menghasilkan energi panas mengalami beberapa proses.
Setelah batu bara turun dari kapal, batubara ditampung di tempat
penampungan batubara. Dari tempat penampungan ini batubara dipindahkan
ke Silo dengan menggunakan Conveyor. Sebelum batubara dipindahkan,
batubara di spray dulu dengan air agar tidak terlalu berdebu. Dan dilewatkan
dalam sensor logam untuk memastikan agar tidak ada logam yang ikut
terbawa dalam Conveyor.
Dari Silo batubara dimasukkan ke dalam Pulverizer melalui Feeder.
Pulverizer merupakan tempat penghancuran batubara menjadi butiran yang
sangat halus sehingga menyerupai powder. Sedangkan Feeder adalah pengatur
kapasitas batubara yang harus memasuki Pulverizer. Silo ini mampu
menampung batubara sekitar 500 ton. Setelah dari Pulverizer, powder
batubara akan naik karena dorongan udara panas dari PA (Primary Air ) Fan.
Selain sebagai pendorong, udara panas ini juga berfungsi sebagai pengering
powder batubara agar lebih cepat dalam proses pembakaran di dalam Furnace.
Dan udara ini juga yang menjadi penyeimbang proses pembakaran di dalam
Furnace.
Proses pembakaran di dalam Furnace diawali dengan bahan bakar
yaitu solar sebagai bahan bakar untuk melakukan start yang disemprotkan
pada alat semacam spark-plug (busi) pada kendaraan bermotor. Spark-plug ini
terdapat di setiap corner (sudut) Furnace. Setelah terjadi pembakaran start,
perlahan-lahan batubara menggantikan solar sebagai bahan bakar sampai
akhirnya hanya digunakan batubara saja sebagai bahan bakar. Apabila
batubara yang digunakan kualitasnya sangat jelek maka batubara tersebut akan
sulit terbakar. Sebagai akibatnya akan dibutuhkan lebih banyak jumlah
batubara untuk menghasilkan jumlah panas yang sama.
Air yang akan dirubah menjadi uap dalam boiler berasal dari Water
Treatment Plant (WTP). Air yang digunakan adalah air laut yang dimurnikan
sehingga menjadi air demin dan digunakan untuk menyuplai Boiler.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 6
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Proses awal dari produksi air demin dimulai dari air laut yang telah
disaring kotorannya kemudian dipompa oleh Sea Water Feed Pump ke
Coagulant Storage Tank. Pada Coagulant Storage Tank, air laut diberi
coagulant untuk memadatkan partikel yang besar-besar (pasir, Lumpur, dll)
agar mengendap. Kemudian air dipompa ke Primary Sea Water Filter untuk
menyaring partikel- partikel yang telah dipadatkan tadi. Dari Primary
Seawater Filter air menuju ke Polishing Filter. Partikel-partikel padat yang
belum tertangkap pada Primary Seawater Filter diharapkan bisa tertangkap
pada Polishing Filter. Air yang telah difilter kemudian ditampung pada
Filtered Water Storage Tank.
Air dari Filtered Water Storage Tank kemudian dipompakan menuju
Cartridge Filter. Tetapi sebelumnya air diberi antiseptic, acid dan sodium
bisulfit. Dalam cartridge filter air disaring kembali untuk mendapatkan air
yang lebih murni. Kemudian air ini di jadikan air tawar melalui proses
Desalination Reverse Osmosis. Namun air tawar yang diperoleh masih
mengandung banyak carbon. Kemudian carbon dipisahkan pada Tangki
Decarbonate (Decarbonate Tank), dan dengan Decarbonate Pump dan
Decarbonate Blower, air dipindahkan menuju Permeate Storage Tank. Air
dari Permeate Storage Tank sudah bisa digunakan untuk menyuplai kebutuhan
sehari-hari. Namun air ini belum bisa digunakan untuk menyuplai kebutuhan
boiler.
Air dari Permeate Storage Tank dengan menggunakan Permeate
Supply Pump kemudian diproses lagi dengan dengan reverse osmosis yang
kedua. Air yang telah mengalami reverse osmosis yang kedua ditampung
dalam Mixed Beds. Dari Mixed Beds ini air telah berupa air demin dan di
tampung dalam Demin Water Tank.
Air yang berasal dari WTP pertama kali disuplai ke Condensor.
Dengan menggunakan Condensor Extraction Pump air dipindahkan ke
Deaerator melalui heater A1, heater A2, heater A3 dan heater A4. Di
Deaerator, kadar oksigen dikurangi agar tidak terlalu banyak terjadi oksidasi.
Karena bila terjadi oksidasi maka pipa akan mudah korosi dan bisa

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 7
PROPOSAL TUGAS AKHIR

mengakibatkan kebocoran. Air yang telah dihilangi oksigennya ditampung di


Feedwater Storage Tank.
Selanjutnya air yang berada pada Feedwater Storage Tank dipindahkan
ke Economizer melalui heater A6, heater A7 dan heater A8 dengan Boiler
Feedwater Pump. Di economizer air mendapat pemanasan dari Furnace yang
pertama kali walaupun sebelumnya telah beberapa kali mendapat pemanasan
dari heater. Keluar dari Economizer air yang sudah bercampur dengan steam
ditampung di Steam Drum. Di Steam Drum, yang masih berupa air akan
dipanaskan kembali oleh Evaporator dan yang sudah berupa steam akan
dipanaskan di Superheater. Di Superheater inilah pemanasan yang utama
karena di Superheater ini pipa-pipa boiler bersentuhan langsung dengan api.
Di sini steam akan ditingkatkan suhunya sampai sekitar 500˚C.
Dari Superheater, bila kualitas steam sudah bagus, maka steam akan
langsung menuju ke High Pressure Turbine (HP Turbin), namun bila kualitas
steam belum bagus maka steam akan dilewatkan pada HP bypass artinya tidak
melalui High Pressure Turbine Karena bila steam yang kualitasnya belum
bagus sudah dilewatkan turbin dapat merusak sudu-sudu turbin.
Steam yang masuk ke HP Turbin akan memutar HP Turbin. Setelah itu
steam akan kembali lagi ke boiler untuk mendapatkan pemanasan kembali di
Reheater. Steam yang dipanaskan di Reheater suhunya tidak setinggi ketika
dipanaskan di Superheater. Kemudian steam akan menuju Intermediate
Pressure Turbine (IP Turbine) untuk menggerakkan IP Turbin. Setelah dari IP
Turbine tanpa pemanasan kembali steam langsung menuju ke Low Pressure
Turbine (LP Turbine). Setelah dari LP Turbine steam langsung menuju ke
Condensor dan dikondensasikan. Air hasil kondensasi terkumpul dan
dipompakan kembali dan seterusnya.
Pada waktu steam memutar turbin maka poros turbin akan ikut
berputar. Poros turbin sendiri menyatu antara HP Turbin, IP Turbin dan LP
Turbin. Dari putaran poros tersebut digunakan untuk memutar generator dan
exiter. Dengan putaran yang konstan, yaitu 3000 rpm energi listrik
dibangkitkan. Pada awalnya exiter yang mempunyai magnet alami dapat
menghasilkan energi listrik kurang lebih 220 volt. Tegangan listrik yang

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 8
PROPOSAL TUGAS AKHIR

dihasilkan oleh exiter digunakan untuk menyuplai generator yang


menggunakan elektromagnet (magnet buatan) sehingga timbul medan magnet
di sekitar elektromagnet tersebut. Karena elektromagnet tersebut dipasang
dengan poros maka elektromagnet tersebut juga ikut berputar bersama dengan
poros. Adanya medan magnet yang berputar disekitar kumparan menimbulkan
GGL induksi pada kumparan tersebut.

2.3 TURBINE
Pada umumnya turbin menggunakan media steam untuk mengubah
energi panas menjadi energi mekanik. Energi panas berasal dari pembakaran
bahan bakar yang terjadi di boiler. Energi kinetik terjadi ketika steam masuk
ke turbin. Steam yang masuk ke turbin memilki tekanan dan kecepatan
sehingga dapat menggerakan sudut-sudut turbin, akibatnya turbin berputar,
disini terjadi perubahan energi kinetik menjadi energi mekanik. Kemudian
putaran tersebut akan ditransmisikan oleh poros untuk menggerakkan
generator, karena antara turbin dengan generator terpasang satu shaft. Dalam
generator, energi mekanik tadi akan dirubah menjadi energi listrik. Sehingga
di dalam turbin terjadi beberapa proses perubahan energi yaitu dari energi
panas menjadi energi kinektik dan akhirnya menjadi energi mekanik.

Data teknik turbin uap PT YTL Jawa Timur:


Pabrik : Siemens
Type : HMN Series 4 (1 HP, 1 IP, 2 LP)
Daya : 650 MW (untuk beban 100%)
Putaran : 3000 rpm
Arah Putaran : Berlawanan arah jarum jam (dilihat dari sisi akhir turbin)

Kondisi Steam:
Tekanan main steam : 110 bar (50%), 128 bar (75%), 167 bar (100%)
Temperatur main steam : 5380C
Main steam : 264 kg/s (50%), 400 kg/s (75%), 546 kg/s (100%)
Cold reheat temperature : ±3300C

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 9
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Cold reheat pressure : 21 bar (50%), 32 bar (75%), 42.7 bar (100%)
Hot reheat temperature : 5380C
Hot reheat pressure : 19 bar (50%), 29 bar (75%), 38.8 bar (100%)

Keterangan:
Untuk 100% : maksimum load 650 MW
Untuk 75% : maksimum load 487 MW
Untuk 50% : maksimum load 325 MW
HP Turbin : Single Flow, memiliki 14 tingkatan.
IP Turbin : Double Flow, memiliki 2 x 13 tingkatan.
LP Turbin : Double Flow, memiliki 2 unit dengan 2 x 7 tingkatan.

Gambar 2.2 Ruang Turbine Unit 5&6 Elevasi 16


PT YTL Jawa Timur
(Sumber: Survey Lapangan, 2010)

2.3.1 Komponen Utama Turbin Uap


Dalam proses pembangkitan listrik dengan tenaga uap / Steam ini, uap
dihasilkan oleh boiler. Uap ini diperoleh dengan memanaskan air yang
dialirkan oleh Boiler Feed water Pump (BFP) dengan menggunakan bahan
bakar batubara. Pada setiap unit terdapat 3 buah BFP dengan kondisi 1 BFP
digerakkan oleh motor listrik yang digunakan pada waktu start up dan 2
lainnya digerakkan dengan menggunakan turbin yang disebut dengan Turbine
Feed Water Pump (TFWP).Turbine Feed Water Pump (TFWP) ini digunakan

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 10
PROPOSAL TUGAS AKHIR

untuk menggerakkan Boiler Feed water Pump (BFP) yang berfungsi untuk
memindahkan air dari Feed Water Storage Tank ke Boiler Economizer melalui
3 Feed Water Heater A6, A7 dan A8.

Gambar 2.3 Turbine Feed Water Pump (TFWP)


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

Dalam menjalankan fungsinya sebagai penggerak Boiler Feed water


Pump (BFP), Turbine Feed Water Pump (TFWP) ini terdiri dari beberapa
komponen yaitu:
- Turbine Casing
Casing adalah sebuah tabung dimana turbin ditempatkan dan juga
berfungsi sebagai pembatas yang memungkinkan uap mengalir melewaati
sudut turbin. Pada ujung casing ada ruang sekeliling poros turbin, dan
diluar casing dipasang bantalan yang berfungsi untuk menyangga rotor.
Casing dari turbin ini terbuat dari high-temperature steel dengan
bagian exhaustnya terbuat dari cast iron.

Gambar 2.4 Turbine Casing


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 11
PROPOSAL TUGAS AKHIR

- Steam Chest

Gambar 2.5 Steam Casing


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

- Guide Blade Carrier


Guide Blade Carrier ini berfungsi untuk menunjang letak blade agar
tetap pada posisinya dalam turbin.

Gambar 2.6 Guide Blade Carrier


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 12
PROPOSAL TUGAS AKHIR

- Turbine Rotor
Turbine Rotor ini berfungsi untuk menggerakkan blade turbine.

Gambar 2.7 Turbine Rotor


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

- Blading
Blade atau sudu turbin ini berfungsi untuk menggubah energi
thermal menjadi energi mekanik. Blade ini menjadi elemen utama yang
mempengaruhi effisiensi dan reliability dari turbin. Jenis turbin yang
digunakan ini adalah jenis turbin reaksi yang ekspansi dari fluida kerjanya
terjadi tidak hanya di sudu tetap tetapi juga terjadi di sudut gerak.

Gambar 2.8 Blading


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 13
PROPOSAL TUGAS AKHIR

- Gland Bush
Gland Bush merupakan labyrinth seal yang terletak diantara
turbine casing dan turbin rotor.

Gambar 2.9 Gland Bush


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

- Shaft Font Support System

Gambar 2.10 Shaft Support System


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 14
PROPOSAL TUGAS AKHIR

- Thrust Bearing
Thrust Bearing ini berfungsi untuk menjaga agar rotor dari turbin
tetap berada pada tempatnya.

Gambar 2.11 Thrust Bearing


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

- Turbine Journal Bearing


Pada Turbine Feed Water Pump (TFWP) ini terdapat dua buah
journal bearing yang terletak di depan dan yang satunya terletak dekat
dengan bearing housing.

Gambar 2.12 Turbine Journal Bearing


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 15
PROPOSAL TUGAS AKHIR

- Shaft Rear Support System

Gambar 2.13 Shaft Rear Support System


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

- Seal Ring
Seal Ring ini berfungsi untuk menseal bearing housing pada
tempat atau point dimana turbin rotor melewati turbin casing.

Gambar 2.14 Seal Ring


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 16
PROPOSAL TUGAS AKHIR

- Control Valve
Control Valve ini berfungsi untuk membuka atau menutup katup
untuk mengatur besarnya kebutuhan steam agar dihasilkan daya output
yang sesuai dengan kebutuhan. Control Valve ini didesain seperti
labyrinth bell valve. Dengan menggunakan Control Valve ini kita hanya
memerlukan tenaga yang kecil untuk membuka dan menutup katup.

Gambar 2.15 Control Valve


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 17
PROPOSAL TUGAS AKHIR

- Servo Motor Pengontrol Control Valve


Servo Motor Pengontrol Control Valve digunakan untuk mengirim
control signals yang digerakkan oleh secondary oil ke contol valve serta
untuk menaikkan atau menurunkan valve sampai steam yang digunakan
sesuai atau mencukupi dengan output daya yang dikehendaki.

Gambar 2.16 Servo Motor Pengontrol Control Valve


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

- Turbine Stop Valve


Turbine Stop Valve merupakan elemen isolasi antara steam work
dan turbin selain itu Turbine Stop Valve ini dapat mengcut off atau
mematikan suplai steam ke turbin dalam hitungan menit yang sangat
penting dilakukan dengan cepat dalam keadaan darurat atau sistem
mengalami kegagalan.

Gambar 2.17 Turbine Stop Valve


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 18
PROPOSAL TUGAS AKHIR

- Turbine Trip Gear


Turbine Trip Gear ini berfungsi untuk membuka trip oil circuit bila
terjadi kegagalan dalam operasi yang mengakibatkan turbin harus shut
down.

Gambar 2.18 Turbine Trip Gear


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

- Speed Monitoring System

Gambar 2.19 Speed Monitoring System


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 19
PROPOSAL TUGAS AKHIR

- Pengukur Posisi Axial Rotor

Gambar 2.20 Pengukur Posisi Axial Rotor


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

- Vibration Monitoring

Gambar 2.21 Vibration Monitoring


(Sumber: PT. YTL Jawa Timur, 2010)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 20
PROPOSAL TUGAS AKHIR

2.3.2 Deskripsi Supervision and Protection System Pada Turbin


Untuk melakukan pengawasan dan proteksi pada steam turbin, maka
peralatan yang harus dipasang dan langkah-langkah yang harus dilakukan
yaitu:
1) Level Indicator
Berfungsi untuk mengecek level oil dalam tank
2) Level Switch
Berfungsi untuk mengecek level oil dalam tank dan memberikan
signal unutk trip
3) Level Transmitter
Berfungsi untuk melakukan proteksi dan mengalarm level oil dalam
tank
4) Different Pressure Indicator Switch
Berfungsi untuk mengecek perbedaan upstream dan downstream pada
filter oil serta meningkatkan perbedaan tekana sebagai tanda kegagalan
filter
5) Pressure Indicator
Berfungsi untuk mengecek penurunan tekanan lubricating oil pada
filter oil
6) Pressure Indicator
Berfungsi untuk mengecek tekanan oil accumulator
7) Pressure Switch
Berfungsi untuk mengecek tekanan lube oil serta memberikan signal
untuk menstart oil pump kedua
8) Pressure Switch
Berfungsi untuk mengecek tekanan lube oil dan memberikan signal
untuk menstart emergency oil pump
9) Pressure Switch : memberikan proteksi agar tidak terjadi tekanan yang
rendah pada lube oil, ada 2 buah

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 21
PROPOSAL TUGAS AKHIR

10) Pressure Transmitter


Berfungsi untuk memberikan alarm dan memonitoring tekanan lube
oil
11) Thermo Couple
Berfungsi untuk mengecek temperatur dari axial bearing serta
memberikan signal untuk menyalakan alarm
12) Thermo Couple
Berfungsi untuk mengecek temperatur radial bearing bagian depan
dan memberikan signal untuk indikasi alarm
13) Thermo Couple
Berfungsi untuk mengecek temperatur radial bearing bagian
belakang serta memberikan signal untuk menyalakan alarm
14) Thermo Couple
Berfungsi untuk mengecek menurunnya temperatur oil pada oil
cooler dan memberikan signal untuk alarmnya
15) Thermo Couple
Berfungsi untuk mengecek temperatur oil dalam tank dan
memberikan signal untuk pemanasan elektrik pada peralatan
16) Temperature Indicator
Berfungsi untuk mengecek kenaikan dan penurunan temperatur pada
oil cooler
17) Temperature Indicator
Berfungsi untuk mengecek kenaikan dan penurunan temperatur air
pendingin pada oil cooler
18) Vibration Sensor
Berfungsi untuk mengecek vibrasi (getaran) pada radial bearing
bagian depan dan memberikan signal alarm dan trip
19) Vibration Sensor
Berfungsi untuk mengecek vibrasi pada radial bearing bagian
belakang serta memberikan signal untuk alarm dan trip

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 22
PROPOSAL TUGAS AKHIR

20) Key Phasor


Berfungsi sebagai indikasi sudut phase dari rotor
21) Position Switch
Berfungsi untuk menyambungkan untuk melakukan turning
peralatan
22) Position Pick - up
Berfungsi untuk mengecek posisi axial rotor dan memberikan signal
untuk alarm dan trip.

2.3.3 Susunan Tingkatan Turbin Uap


1. High Pressure Turbine (HP Turbine)
HP Turbine adalah turbin bertekanan tinggi yang mengekspansikan
uap utama (main steam) yang dihasilkan oleh superheater dengan tekanan 167
bar dan dengan temperature 5380 C untuk beban 100%.
Uap yang keluar dari turbin mempunyai tekanan 42,7 bar dan
temperature 3300C untuk beban 100% yang dinamakan cold reheat steam
yang selanjutnya dimasukkan pada boiler dengan tujuan untuk menaikkan
entalphi dan temperature oleh reheater yang kemudian diekspansikan kembali
ke Intermediate Pressure Turbine (IP Turbine). Jenis HP Turbine ini adalah
single flow karena hanya memiliki satu saluran keluaran. Didalam HP Turbine
terdapat extraksi steam yang nantinya digunakan untuk media pemanas pada
heater.

Gambar 2.22 High Pressure Turbine (HP Turbine)


(Sumber: http://digilib.unnes.ac.id/)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 23
PROPOSAL TUGAS AKHIR

2. Intermediate Pressure Turbine (IP Turbine)


Turbin bertekanan menengah merupakan suatu alat yang
digunakan untuk mengekspansikan hot reheat steam yang dihasilkan oleh
reheater pada boiler. Turbin ini memiliki dua saluran keluaran atau disebut
dengan double flow. Pada IP Turbine juga terdapat extraction steam yang
nantinya dipergunakan sebagai media penggerak turbine feed water pump dan
sebagian lagi ke heater – heater.
Steam yang keluar dari IP Turbine ini langsung dialirkan ke LP
Turbine tanpa adanya pemanasan ulang. Temperatur masuk IP Turbine adalah
sebesar 5380C dan keluar Turbin 2820C untuk beban 100%. Sedangkan
tekanan saat masuk IP Turbine berkisar 38,8 bar dan keluarannya berkisar
5,24 bar.

Gambar 2.23 Intermediate Pressure Turbine (HP Turbine)


(Sumber: http://digilib.unnes.ac.id/)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 24
PROPOSAL TUGAS AKHIR

3. Low Pressure Turbine (LP Turbine)


Temperatur yang masuk LP Turbine sekitar 2820C dan keluara Turbin
510C untuk beban 100%. Sedangkan tekanan saat masuk LP Turbine berkisar
5,24 bar dan keluarannya berkisar 0,06 bar (untuk beban 100%) karena LP
Turbine terhubung dengan kondensor.

Gambar 2.24 Low Pressure Turbine (LP Turbine)


(Sumber: http://digilib.its.ac.id/)

2.4 SISTEM PENDENGARAN MANUSIA


2.4.1 Anatomi Telinga
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan
kompleks (pendengaran dan keseimbangan Anatominya juga sangat
rumit. Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk
perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada
kemampuan mendengar.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 25
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Gambar 2.25 Anatomi Telinga


(Sumber: http://www.sfu.ca/sonic-studio/handbook/Ear.html)
2.4.1.1 Telinga Luar (Outer Ear)
Telinga luar menangkap gelombang suara yang
dirubah menjadi energi mekanis oleh telinga tengah. Telinga
tengah merubah energi mekanis menjadi gelombang saraf,
yang kemudian dihantarkan ke otak. Telinga dalam juga
membantu menjaga keseimbangan tubuh.

Gambar 2.26 Telinga Bagian Luar


(Sumber: http://erwinadr.blogspot.com/)

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau


aurikel) dan saluran telinga (meatus auditorius eksternus).
Telinga luar merupakan tulang rawan (kartilago) yang
dilapisi oleh kulit, daun telinga kaku tetapi juga lentur.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 26
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui


saluran telinga ke gendang telinga. Gendang telinga adalah
selaput tipis yang dilapisi oleh kulit, yang memisahkan
telinga tengah dengan telinga luar.

2.4.1.2 Telinga Tengah (Middle Ear)


Teling tengah terdiri dari gendang telinga (membran
timpani) dan sebuah ruang kecil berisi udara yang memiliki 3
tulang kecil yang menghubungkan gendang telinga dengan
telinga dalam.

Gambar 2.27 Telinga Bagian Tengah


(Sumber: http://erwinadr.blogspot.com/)

Ketiga tulang tersebut adalah:


− Maleus (bentuknya seperti palu, melekat pada
gendang telinga)
− Inkus (menghubungkan maleus dan stapes)
− Stapes (melekat pda jendela oval di pintu masuk ke
telinga dalam). Getaran dari gendang telinga
diperkuat secara mekanik oleh tulang-tulang
tersebut dan dihantarkan ke jendela oval.
− Telinga tengah juga memiliki 2 otot yang kecil-
kecil:

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 27
PROPOSAL TUGAS AKHIR

− Otot tensor timpani (melekat pada maleus dan


menjaga agar gendang telinga tetap menempel)
− Otot stapedius (melekat pada stapes dan
menstabilkan hubungan antara stapedius dengan
jendela oval.
Jika telinga menerima suara yang keras,
maka otot stapedius akan berkontraksi sehingga
rangkaian tulang-tulang semakin kaku dan hanya
sedikit suara yang dihantarkan. Respon ini disebut
refleks akustik, yang membantu melindungi telinga
dalam yang rapuh dari kerusakan karena suara.
Tuba eustakius adalah saluran kecil yang
menghubungkan teling tengah dengan hidung
bagian belakang, yang memungkinkan masuknya
udara luar ke dalam telinga tengah.
Tuba eustakius membuka ketika kita
menelan, sehingga membantu menjaga tekanan
udara yang sama pada kedua sisi gendang telinga,
yang penting untuk fungsi pendengaran yang
normal dan kenyamanan.
2.4.1.3 Telinga Dalam (Inner Ear)
Telinga dalam (labirin) adalah suatu struktur yang
kompleks, yang terjdiri dari 2 bagian utama:
− Koklea (organ pendengaran)
− Kanalis semisirkuler (organ keseimbangan).
Koklea merupakan saluran berrongga yang
berbentuk seperti rumah siput, terdiri dari cairan
kental dan organ Corti, yang mengandung ribuan
sel-sel kecil (sel rambut) yang memiliki rambut
yang mengarah ke dalam cairan tersebut.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 28
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Gambar 2.28 Telinga Bagian Dalam


(Sumber: www.mayoclinic.com).

Getaran suara yang dihantarkan dari tulang


pendengaran di telinga tengah ke jendela oval di telinga
dalam menyebabkan bergetarnya cairan dan sel rambut. Sel
rambut yang berbeda memberikan respon terhadap frekuensi
suara yang berbeda dan merubahnya menjadi gelombang
saraf. Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-
serat saraf pendengaran yang akan membawanya ke otak.
Walaupun ada perlindungan dari refleks akustik,
tetapi suara yang gaduh bisa menyebabkan kerusakan pada
sel rambut.Jika sel rambut rusak, dia tidak akan tumbuh
kembali. Jika telinga terus menerus menerima suara keras
maka bisa terjadi kerusakan sel rambut yang progresif dan
berkurangnya pendengaran.
Kanalis semisirkuler merupakan 3 saluran yang berisi
cairan, yang berfungsi membantu menjaga keseimbangan.
Setiap gerakan kepala menyebabkan cairan di dalam saluran
bergerak. Gerakan cairan di salah satu saluran bisa lebih
besar dari gerakan cairan di saluran lainnya, hal ini
tergantung kepada arah pergerakan kepala.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 29
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Saluran ini juga mengandung sel rambut yang


memberikan respon terhadap gerakan cairan.
Sel rambut ini memprakarsai gelombang saraf yang
menyampaikan pesan ke otak, ke arah mana kepala bergerak,
sehingga keseimbangan bisa dipertahankan.

2.5 KEBISINGAN
2.5.1 Pengertian Bunyi
Bunyi atau suara didefinisikan sebagai serangkaian gelombang yang
merambat dari suatu sumber getar sebagai akibat perubahan kerapatan dan
juga tekanan udara. Definisi lain suara adalah sensasi yang dihasilkan apabila
getaran longitudinal molekul-molekul dari lingkungan luar, yaitu fase
pemadatan dan perenggangan dari molekul-molekul yang silih berganti,
mengenai membran timpani.
Pola dari gerakan ini digambarkan sebagai perubahan-perubahan
tekanan pada membran timpani tiap unit waktu merupakan sederetan
gelombang dan gerakan ini dalam lingkungan sekitar kita umumnya
dinamakan gelombang suara. Bunyi merupakan perubahan tekanan dalam
udara yang ditangkap oleh gendang telinga dan disalurkan ke otak.
2.5.2 Pengertian Kebisingan
Bising dalam kesehatan kerja bising diartikan sebagai suara
yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan
ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan sepektrum
pendengaran). Berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan
pola waktu. Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak
sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan
gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia (Dwi P. Sasongko,
dkk, 2000:1). Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan (Kepmenkes RI
No.261/MENKES/SK/11/1998).

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 30
PROPOSAL TUGAS AKHIR

2.5.3 Kriteria Kebisingan

Resiko kerusakan pendengaran (damage risk on hearing) pada


karyawan dapat disebabkan oleh paparan level intensitas bising yang
tinggi atau wkatu komulatif paparan yang berlebihan. Karyawan di
industri sangat mudah mengalami kerusakan pendengaran jika
dihadapkan dengan kondisi ini, salah satu dampaknya ditandai dengan
pergeseran ambang dengar temporal (Temporary Threshold Shift /
TTS) atau (Permanent Threshold Shift / PTS). Kerusakan pendengaran
ditandai dengan meningkatnya ambang dengar (Threshold of Hearing)
secara temporal atau permanent. Oleh karena itu untuk menjaga
keselamatan dan kesehatan kerja, telah di tetapkan NAB kebisingan
menurut ACGIH, OSHA sebagaimana terdapat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas menurut ACGIH dan OSHA


Duration of Exposure Sound Level - dB(A)
No. (hrs/day) ACGIH OSHA
1. 16 82 85
2. 8 85 90
3. 4 88 95
4. 2 91 100
5. 1 94 105
6. ½ 97 110
7. ¼ 100 115*
8. 1/8 103 ---
Sumber: ACGIH, 1999; OSHA, 2000
Catatan: * tidak boleh ada kebisingan yang terus menerus
(continuous) dan terputus-putus (intermittent) melebihi dari 115 dBA.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 31
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Tabel 2.2 NAB kebisingan menurut Kepmen No. KEP-51/MEN/1999


Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja
Intensitas Kebisingan
Waktu pemajanan per hari
dalam dB (A)
8 85
4 88
Jam
2 91
1 94

30 97
15 100
7,5 Menit 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112

28,1
115
2 118
14,06 121
7,03 124
3,52 Detik 127
1,76 130
0,88 133
0,44 136
0,22 139
0,11
Sumber: KEP-51/MEN/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di
Tempat Kerja
Catatan: Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.

2.5.4 Type Kebisingan


Jenis kebisingan yang sering dijumpai menurut Suma’mur P.K.
(1996:58) yaitu:
1) Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang
luas (steady state wide band noise). Misalnya mesin-mesin, kipas
angin, dapur pijar.
2) Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit
(steady state narrow band noise). Misalnya gergaji sirkuler, katup gas.
3) Kebisingan terputus-putus (intermittent). Misalnya lalu
lintas, suara kapal terbang di lapangan udara.
4) Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise). Misal
tembakan bedil atau meriam, ledakan.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 32
PROPOSAL TUGAS AKHIR

5) Kebisingan impulsif berulang. Misalnya mesin tempa di


perusahaan
Sedangkan menurut Sihar Tigor Benjamin Tambunan (2005:7)
di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis
golongan besar yaitu:
1) Kebisingan tetap (steady noise), yang terbagi menjadi dua yaitu:
- Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency
noise), berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang
beragam,
- Broad band noise, kebisingan yang terjadi pada frekuensi
terputus yang lebih bervariasi (bukan “nada” murni).
2) Kebisingan tidak tetap (unsteady noise), yang terbagi menjadi tiga
yaitu:
- Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise), kebisingan yang
selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu,
- Intermittent noise, kebisingan yang terputus-putus dan besarnya
dapat berubah-ubah, contoh kebisingan lalu lintas,
- Impulsive noise, dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi
(memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya
suara ledakan senjata api.
2.5.5 Gangguan Yang Di Pengaruhi Kebisingan
Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah
kerusakan pada indera-indera pendengar yang menyebabkan ketulian.
Pengaruh kebisingan terhadap manusia tergantung pada karakteristik
fisis, waktu berlangsung, dan waktu kejadiannya. Pengaruh tersebut
berbentuk gangguan yang dapat menurunkan kesehatan, kenyamanan,
dan rasa aman manusia. Beberapa bentuk gangguan yang diakibatkan
oleh kebisingan adalah sebagai berikut:

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 33
PROPOSAL TUGAS AKHIR

2.5.5.1 Gangguan Fisiologis


Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-
mula timbul akibat kebisingan. Pembicaraan atau instruksi
dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas, pembicara
terpaksa berteriak-teriak selain memerlukan ekstra tenaga juga
menambah kebisingan (Departemen Kesehatan RI, 2003:MI-
2:37). Contoh gangguan fisiologis: naiknya tekanan darah, nadi
menjadi cepat, emosi meningkat, vaso kontriksi pembuluh
darah (semutan), otot menjadi tegang atau metabolisme tubuh
meningkat. Semua hal ini sebenarnya merupakan mekanisme
daya tahan tubuh manusia terhadap keadaan bahaya secara
spontan. Kebisingan juga dapat menurunkan kinerja otot yaitu
berkurangnya kemampuan otot untuk melakukan kontraksi dan
relaksasi, berkurangnya kemampuan otot tersebut menunjukkan
terjadi kelelahan pada otot.

2.5.5.2 Ganguan Psikologis


Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja adalah
mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu
komunikasi, mengurangi konsentrasi, dapat mengganggu
pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan karena
tingkat kebisingan yang kecil pun dapat mengganggu
konsentrasi sehingga muncul sejumlah keluhan yang berupa
perasaan lamban dan keengganan untuk melakukan aktivitas.
Kebisingan mengganggu perhatian tenaga kerja yang
melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses
produksi atau hasil serta dapat membuat kesalahan-kesalahan
akibat terganggunya konsentrasi. Kebisingan yang tidak
terkendalikan dengan baik, juga dapat menimbulkan efek lain
yang salah satunya berupa meningkatnya kelelahan tenaga
kerja.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 34
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Bila gelombang suara datang dari luar akan ditangkap


oleh daun telinga kemudian gelombang suara ini melewati
liang telinga, dimana liang telinga ini akan memperkeras suara
dengan frekuensi sekitar 3000 Hz dengan cara resonansi. Suara
ini kemudian diterima oleh gendang telinga, sebagian
dipantulkan dan sebagian diteruskan ke tulang-tulang
pendengaran dan akhirnya menggerakkan stapes yang
mengakibatkan terjadinya gelombang pada perlympha. Telinga
tengah merupakan suatu kesatuan sistem penguat bunyi yang
diteruskan oleh gendang telinga. Penguat oleh gendang telinga
adalah sebesar 30 dB yang diperoleh akibat perbedaan
penampang gendang telinga dengan jendela lonjong.
Gelombang pada perlympha pada skala media selanjutnya terus
ke helicotremia scala tympani dan menggerakkan foramen
rotundum untuk membuang getaran ke telinga tengah akibat
gelombang pada perlympha dan endollympha ini terjadi
gelombang pada basalis yang mengakibatkan sel rambut pada
organ corti mengenai M. Tectoria sampai membengkak dan
terjadi potensial listrik diteruskan sebagai rangsangan syaraf ke
daerah penerimaan rangsangan pendengaran primer (auditorius
primer) yang terletak pada gyrus temporalis transversus.

2.5.5.3 Ganguan Komunikasi


Ganguan komunikasi ini menyebabkan terganggunnya
pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja
baru yang belum berpengalaman, gangguan komunikasi ini secara
tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau
isarat tanda bahaya dan tentu akan menurunkan mutu pekerja dan
produktivitas kerja.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 35
PROPOSAL TUGAS AKHIR

2.5.5.4 Gangguan Terhadap Pendengaran (Ketulian)


Pengaruh kebisingan terhadap alat pendengaran yang
paling menonjol adalah menimbulkan ketulian yang bersifat
sementara hingga permanen (Departemen Kesehatan RI, 2003:MI-
2:37). Kebisingan dapat menurunkan daya dengar, dan tuli akibat
kebisingan. Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah
kerusakan pada indera-indera pendengar yang menyebabkan ketulian
progresif. Pemulihan terjadi secara cepat sesudah dihentikan kerja di
tempat bising untuk efek kebisingan sementara. Tetapi paparan
bising terus menerus berakibat kehilangan daya dengar yang menetap
dan tidak pulih kembali.
Di tempat kerja, tingkat kebisingan yang ditimbulkan
oleh mesin dapat merusak pendengaran dan dapat pula
menimbulkan gangguan kesehatan (tingkat kebisingan 80 s/d
90 dBA atau lebih dapat membahayakan pendengaran).
Seseorang yang terpapar kebisingan secara terus menerus dapat
menyebabkan dirinya menderita ketulian. Ketulian akibat
kebisingan yang ditimbulkan akibat pemaparan terus menerus
dibagi menjadi dua yaitu:
− Temporary deafness, yaitu kehilangan pendengaran
sementara.
− Permanent deafness, yaitu kehilangan pendengaran
secara permanen atau disebut ketulian syaraf. Pada pekerja
permanent deafness harus dapat dikompensasi oleh
jamsostek atau rekomendasi dari dokter pemeriksa
kesehatan.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 36
PROPOSAL TUGAS AKHIR

2.5.6 Sumber Kebisingan


Dalam industri, peningkatan mekanisme mengakibatkan
meningkatnya tingkat kebisingan.Pekerjaan-pekerjaan yang menimbulkan
bising dengan intensitas tinggi umumnya terdapat di pabrik tekstil (weaving,
spinning), pabrik Pembangkit Listrik (PLTU, PLTG, dan lain-lain) yang
mempunyai mesin dengan tingkat kebisingan yang tinggi seperti mesin
Turbin, Generator, dan sebagainya (Sugeng Budiono, 2003:33).
Sumber kebisingan dapat dibagi dalam tiga jenis sumber:
1. Mechines
Sumber kebisingan yang berasal dari mesin dapat diakibatkan oleh
suara mesin dan getaran mesin yang disebabkan dudukan/bantalan mesin
yang kurang sempurna oleh karena itu perlu adanya pengendalian kebisingan.
Suara mesin sangat ditentukan oleh beberapa hal:
− Jumlah silinder, semakin besar jumlah silinder semakin tinggi level
kebisingannya.
− Putaran motor, semakin besar putaran motor semakin tinggi level
kebisingannya.
− Berat jenis motor, semakin besar berat jenis motor semakin tinggi
level kebisingannya.
− Jumlah daun propeler, semakin banyak daun propeler semakin tinggi
kebisingannya.
− Usia mesin, semakin tua usia mesin semakin tinggi level
kebisingannya.
2. Equipments (vibration)
Kebisingan yang timbul akibat penggunaan peralatan kerja untuk
proses kerja. Suara timbul akibat tumbukan/benturan peralatan kerja yang
pada umumnya terbuat benda keras/logam.
3. Air or Gas flow
Aliran udara atau gas mengakibatkan gesekan dan tekanan yang
mengakibatkan timbulnya suara/kebisingan. Berdasarkan sumbernya
kebisingan dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Electric Motor
2. Compresor dan engines

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 37
PROPOSAL TUGAS AKHIR

3. Gear Box
4. Blower and Fans
5. Pumps
6. Gas dan steam turbines.
7. Control valve, flow meter, piping systems.
8. Steam ejector dan condensers.

Gambar 2.29 Sumber Kebisingan ada di Electric Motor dan Pumps Turbine
(Sumber: Survey Lapangan, 2010)

Gambar 2.30 Sumber Kebisingan ada di gear box turbine


(Sumber: Survey Lapangan, 2010)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 38
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Gambar 2.31 Sumber Kebisingan ada di control valve,


flow meter, dan piping systems turbine.
(Sumber: Survey Lapangan, 2010)

2.5.7 Nilai Ambang Batas (NAB)


Nilai ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak
melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (KEPMENAKER
No.Kep-51 MEN/1999). NAB kebisingan di tempat kerja adalah
intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya
dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari
8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Nilai ambang batas yang
diperbolehkan untuk kebisingan ialah 85 dBA, selama waktu
pemaparan 8 jam berturut-turut.
Berikut adalah pedoman pemaparan terhadap kebisingan (NAB
Kebisingan) berdasarkan lampiran II Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di
Tempat Kerja dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 39
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Tabel 2.3 NAB kebisingan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja


No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di
Tempat Kerja.
Waktu Intensitas Waktu Intensitas
pemajanan / kebisingan pemajanan / Kebisingan
Hari (dB.A ) hari (dB.A )
8 jam 85 28,12 detik 115
4 jam 88 14,06 detik 118
2 jam 91 7,03 detik 121
1 jam 94 3,52 detik 124
30 menit 97 1,76 detik 127
15 menit 100 0,88 detik 130
7,5 menit 103 0,44 detik 133
3,75 menit 106 0,22 detik 136
1,88 menit 109 0,11 detik 139
0,94 menit 112 Tidak boleh *140
Catatan: (*) Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB.A, walaupun sesaat.
Sumber: Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
Di Tempat Kerja.

Tabel 2.4 NAB kebisingan menurut Keputusan Menteri Negara


Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan.
Peruntukan Kawasan / Lingkungan Tingkat
Kesehatan Kebisingan dB (A)
a. Peruntukan Kawasan.
Perumahan dan Pemukiman 55
Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas 60
Umum
7. Rekreasi 70
8. Khusus:
− Bandar Udara
− Stasiun Kereta Api 60
− Pelabuhan Laut 70
− Cagar Budaya
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
Sumber: Kepmen LH No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 40
PROPOSAL TUGAS AKHIR

2.5.8 Pengukuran
2.5.8.1 Sound Level Meter
Cara pengukuran kebisingan, biasanya dilakukan sesuai
dengan tujuan daripada pengukuran itu sendiri, antara lain:
1. Pengukuran yang ditujukan hanya sekedar untuk
pengendalian terhadap lingkungan kerja.
2. Pengukuran yang ditujukan untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap tenaga kerja yang bersangkutan.
Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan
adalah Sound Level Meter (SLM) dan satuan kebisingan
sebagai hasil pengukuran adalah decibel (dB).
Selain itu Sound Level Meter juga bisa dilengkapi
dengan alat penganalisa frekuensi dalam tingkat oktaf, setengah
oktaf dan sepertiga oktaf. Setiap akan digunakan Sound Level
Meter harus dikalibrasi terlebih dahuluatau tiap tiga bulan
sekali, agar dalam pengukuran diperoleh hasil dengan ketelitian
maksimal.
2.5.8.2 Bagian-bagian
Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan
adalah Sound Level Meter (SLM), bagian-bagian dari Sound
Level Meter (SLM) adalah :
1. Microphone
2. Pengatur intensitas dB range
Range mulai dari 20-80dB, 40-100 dB, 60-120 dB, 80-140
dB.
3. Tombol HOLD
Jika ditekan akan menampilkan dan menahan angka
terakhir yang terekam pada tampilan SPL maupun MAX.
Dengan menekan HOLD tidak akan menghentikan update
nilai MAX.
4. Tombol RESET

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 41
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Jika ditekan akan menghapus nilai MAX dari hasil


pembacaan, dan kemudian akan melakukan pembacaan
baru.
5. Tombol BATTERY
Jika ditekan akan menunjukkan kekuatan dari baterai, dan
selama ditekan tidak akan mempengaruhi pengukuran.
6. Tombol RESPON
Tombol ini akan mengontrol angka respon meter yang
dapat mengubah signal yang masuk. Pengukuran
kebisingan biasanya menggunakan SLOW respon.
Sedangkan untuk FAST respon digunakan untuk mengukur
kebisingan yang durasinya pendek seperti gerakan dari
kendaraan. PEAK respon biasanya digunakan untuk
menangkap gerakan yang sangat cepat dengan durasi yang
sangat pendek, misal : suara tembakan.
SLOW : durasi 1 detik.
FAST : durasi 125 milide
PEAK : durasi 50 mikrodetik dan dapat menangkap puncak
(Peak) sound level dan akan tetap terekam sampai tombol
RESET ditekan.
IMPULSE : durasi 35 milidetik dengan angka kesalahan
2,9 dB/detik.
7. Tombol WEIGHTING
Tombol ini mengontrol frekuensi respon meter. Ada
WEIGHTING A, B, C dan LIN (linier).
− Respon WEIGHTING A : respon yang sesuai /
mendekati kepekaan telinga manusia.
− Respon WEIGHTING B : jarang digunakan.
− Respon WEIGHTING C : sering digunakan pada
p[engukuranterhadap pengurangan kebisingan pada
pemakaian pelindung telinga.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 42
PROPOSAL TUGAS AKHIR

− Respon WEIGHTING LINIER : merupakan respon


dengan frekuensi yang melebihi kemampuan dengar
manusia. Biasa dipakai untuk analisa audiometri.
8. Tombol MODE
Tombol ini digunakan untuk memilih Sound Pressure Level
yang spontan ( SPL ) atau untuk memilih MAX dari Sound
Pressure Level ( MAX ).

9. Tombol POWER
Tombol untuk menyalakan (ON) dan mematikan (OFF)
10. Overload Detection (OL)
Bila respon disetting pada SPL, Overload Detection akan
terlihat dengan tampilan OL pada saat signal masuk dengan
level yang terlalu tinggi untuk pengukuran tsb.
11. Output Jacks
12. Bola Gabus
Tujuannya untuk mengurangi pengaruh dari aliran udara
dan untuk melindungi MICROPHONE dari debu.

2.5.8.3 Prosedur Kerja


1. Memasang MICROPHONE pada tempat yang tersedia.
2. Memasang bola gabus di ujung MICROPHONE.
3. Menekan tombol POWER pada ON untuk menghidupkan.
4. Menekan BATTERY untuk melihat kekuatan baterai.
5. Menekan RESPON pada skala yang FAST.
6. Menekan WEIGHTING pada skala A.
7. Menekan MODE ke SPL untuk melakukan pembacaan
spontan atau MAX untuk melihat nilai tertinggi.
8. Menekan dB range mulai dari yang terendah. Bila ada
tampilan OL, maka naikkan dB range.
9. Untuk menahan nilai tekan HOLD.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 43
PROPOSAL TUGAS AKHIR

10.Untuk menghapus data yang sudah terbaca tekan RESET.


Kemudian dapat dilakukan pembacaan dengan data baru.
11.Setelah mendapatkan data yang diinginkan, tekan POWER
(OFF) untuk mematikan.
12.Lepaskan MICROPHONE dan bola gabus dari tempatnya,
kemudian tempatkan pada penyimpanan.
13.Sebelum disimpan, keluarkan baterai dari tempatnya.

2.5.8.4 Langkah Pengambilan Data Kebisingan


Adapun langkah – langkah pengukuran dalam
pengambilan data adalah sebagai berikut:
1. Melakukan kalibrasi pada Sound Level Meter
(SLM)
Berdasarkan standart ANSI SI 40-1984 dan IEC 942 : 1988,
Sound Level Meter harus dikalibrasi terlebih dahulu.
Dengan memilih 94 atau 114 dB dan 250 atau 1000 hz
untuk verifikasi weigthing filter dan (-) 20 dB atteneuator.
2. Sound Level Meter setelah dikalibrasi dengan set
time konstans ’fast’, A-weighting filter, range treshold 80-
140 dBA, run time untuk pengukuran kebisingan ( Leq ,
L min , L max ).
3. Menentukan sampling point
Perlu di rencanakan dan dipersiapkan lokasi pengukuran
level bising. Titik – titik pengukuran ditentukan mulai dari
sourece (titik bising) sampai work area (lingkungan kerja)
dengan level kibisingan minimal 80 dBA. Radius yang
dipakai ± 5 m dari sumber dan dari satu titik pengukuran ke
titik yang lain., melakukan pengukuran di mulai dari titik
sumber dan menjauh sampai akhir work area atau lokasi
dengan level 78 dBA.
4. Menentukan run time

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 44
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Untuk run time yang dipakai selama 1 menit, dengan waktu


tersebut sudah mampu mewakili pengukuran kebisingan
yang sifatnya fluktuatif. Data level bising yang diambil
langsung dicatat pada report noise measurenment dan juga
dapat direkam dalam internal memori yang dapat diprint
out.
5. Maping
Data – data hasil pengukuran level kebisingan di work area
selain dicatat juga perlu dibuatkan map dan kontur
kebisingan.

2.6 PENGENDALIAN KEBISINGAN


2.6.1 Pengendalian Secara Administrasi
Pengendalian secara administratif merupakan prosedur yang
bertujuan untuk mengurangi waktu paparan pekerja terhadap bising,
dengan cara merotasi (shift kerja) dengan menyusun jadwal kerja,
Training (pelatihan terhadap pekerja), Medical Check Up secara rutin
dan Safety Sign Hearing Protection. Berdasarkan perhitungan dosis
paparan sesuai Nilai Ambang Batas.
2.6.1.1 Merotasi (Shift Kerja)
Beberapa peneliti melakukan studi tentang shift kerja.
Costa (2003) mengidentifikasi faktor-faktor utama yang
mempengaruhi kesehatan pekerja dan toleransi shift kerja,
seperti interaksi antar individu, kondisi sosial, dan organisasi
kerja dalam menyusun suatu shift kerja.
Beberapa studi mengenai pengaruh shift kerja terhadap
kinerja pekerja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya juga
telah dilakukan. Shift berpengaruh negatif terhadap
kemampuan dan kinerja pekerja. Shift kerja harus 8 jam/hari
setiap 1 kali shift kerja sehingga akan lebih efektif dalam
bekerja dan faktor pemaparan kebisingan terhadap pekerja akan
lebih rendah. Setiap pekerja yang melakukan shift kerja harus:

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 45
PROPOSAL TUGAS AKHIR

1. Penggantian shift kerja sebaiknya dengan pola rotasi


maju dengan waktu rotasi kurang dari 2 minggu dan dengan
waktu libur rata-rata 2 hari/minggu.
2. Lama shift kerja sebaiknya tidak lebih dari 8 jam, jika
lebih dari jam tersebut beban kerja sebaiknya dikurangi.
3. Pada pekerja dengan shift malam dianjurkan ada waktu
tidur siang sebelumnya dan bila melaksanakan pekerjaan
dengan pertimbangan khusus sebaiknya dilaksanakan
sebelum jam 4 pagi agar kesalahan dapat dikurangi.
4. Aspek demografis seperti jenis kelamin dan umur perlu
diperhatikan dalam penyusunan shift kerja.
2.6.1.2 Training (Pelatihan Terhadap Pekerja)
Pelatihan dianggap sebagai sarana yang ditujukan pada
upaya untuk lebih mengaktifkan kerja para anggota organisasi
yang kurang aktif sebelumnya, mengurangi dampak-dampak
negatif yang dikarenakan kurangnya pendidikan, pengalaman
yang terbatas, atau kurangnya kepercayaan diri dari anggota
atau kelompok anggota tertentu.
Juga dapat meningkatkan kesadaran setiap individu
akan pentingnya suatu pengendalian pada setiap bahaya di
tempat kerja seperti pengendalian kebisingan, terutama
kebisingan yang melebihi NAB. Sehingga perlu ada program
pelatihan ini minimal 6 bulan sekali, semakin sering
diadakannya pelatihan ini maka akan meningkatkan kesadaran
pekerja. Secara umum, pelatihan/training ini akan memberikan
manfaat, yaitu:
1. Menghilangkan kebiasaan kerja yang jelek
Para pekerja perlu dilatih untuk mengurangi atau
menghilangkan kebiasaan kerja yang jelek atau untuk
mempelajari keterampilan baru yang dapat meningkatkan
prestasi kerja. Seperti menyepelekan APD terutama
pelindung kebisingan di tempat yang kerja, keteledoran

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 46
PROPOSAL TUGAS AKHIR

dalam bekerja sehingga akan menyebabkan fatalnya


kecelakaan di tempat kerja.
2. Tanggung jawab diharapkan lebih besar
Dalam program pelatihan tidak hanya berusaha
memperbaiki dan mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan saja tetapi mencakup pula perbaikan dan
pengembangan sikap dan tingkah laku sesuai dengan
keinginan perusahaan. Sehingga tanggung jawab tiap
masing-masing individu akan memperkecil suatu
kecelakaan kerja.
2.6.1.3 Medical Check Up
Tenaga kerja merupakan asset yang berharga bagi
sebuah perusahaan, dimana kesehatan pekerja akan sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas perusahaan. Dalam
penerapan program efisiensi dan efektifitas health cost
perusahaan, maka diperlukanlah deteksi dini dan pencegahan
penyakit secara comprehensive, dimana banyak sekali
peraturan pemerintah yang berkaitan dengan kesehatan pekerja
terutama yang berkaitan dengan Penyakit Akibat Kerja.
Pemeriksaan kesehatan (Medical Check Up) adalah suatu
prosedur yang dilakukan untuk mengetahui status kesehatan
individu saat ini dan sebagai usaha untuk memelihara
kesehatan secara berkala. Pemeriksaan kesehatan sebagai
screening adalah suatu bentuk tindakan pencegahan dan sering
digunakan untuk mendeteksi adanya suatu penyakit secara dini.
Melalui pemeriksaan kesehatan yang tepat dan teliti dapat
membantu dalam mendeteksi suatu penyakit yang tidak
diketahui sebelumnya karena tidak menimbulkan keluhan pada
individu yang bersangkutan. Penyakit dan gangguan kesehatan
yang dapat dideteksi lebih dini tentu dapat mempermudah
kontrol dan tindakan pengobatan sehingga mencegah penyakit

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 47
PROPOSAL TUGAS AKHIR

berkembang menjadi lebih serius dan yang tidak kalah penting


adalah tidak mengurangi kualitas hidup individu tersebut.
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sangat penting untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas kerja serta
mencegah terjadinya penyakit pada pekerja akibat dari kondisi
kerjanya. Kapasitas dan produktivitas pegawai juga ditentukan
oleh keadaan kesehatannya. Dimana hal ini dipengaruhi oleh
banyak faktor termasuk kebiasaan hidup sehari-hari dan
kondisi lingkungan pekerjaan, yang pada akhirnya akan ikut
menentukan kinerja masing-masing pegawai. Bersandar pada
pengertian inilah maka penting untuk dilakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala kepada seluruh pegawai.
Tujuan dari pemeriksaan kesehatan kepada pegawai adalah
untuk memberi jaminan pegawai tersebut cocok untuk
dipekerjakan dan tetap dalam keadaan bugar sepanjang masa
kerja. Selain itu juga sebagai deteksi dini (screening) dan
penanganan penyakit akibat kerja/penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan.
Pelaksanaan dari pemeriksaan kesehatan pegawai juga
memiliki landasan hukum yang mengatur, yaitu sesuai dengan
UU Kesehatan no.23 / 1992, pasal 23, ayat 2 : Kesehatan Kerja
meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
1. Fungsi Medical Check Up.
− Untuk mendeteksi dini suatu penyakit, terutama
penyakit akibat kerja.
− Bermanfaat dalam reimbursment system atau premi
asuransi.
− Pembiayaan yang rasional dan efektif bagi health
budgeting perusahaan.
− Untuk meningkatkan produktivitas kerja.
2. Sistem Yang harus Digunakan

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 48
PROPOSAL TUGAS AKHIR

− Pengolahan data menggunakan software khusus


(sehingga dapat memudahkan pihak HRD/HSE dalam
membuat overview hasil medical check up).
− Hasil dapat disajikan dalam bentuk soft copy.
− Report hasil dapat dikelompokkan berdasar kajian
occupational health.

2.6.1.4 Safety Sign Hearing Protection


1. Warning Signs
Warning Signs jelas terlihat di pintu masuk dan
titik-titik kebisingan yang intensitasnya tinggi yaitu
melebihi 85 dB dalam 8 jam kerja per hari sehingga para
pekerja dapat melihat dengan jelas dan sadar akan bahaya
kebisingan di area tersebut.
Semua Warning Signs haru memakai 2 bahasa yaitu
bahasa Indonesia dan English. Jika ada pekerja yang belum
mengerti maka harus diberitahu secara lisan atau briefing.
Warning Signs harus bisa dipahami dan dimengerti
oleh semua pekerja yang mengandung informasi berikut:

Gambar 2.32 Warning Signs


(Sumber: NIOSH Publication No. 98-126: June 1996)

2. Notification to Workers
Operator atau pekerja yang bekerja di area
kebisingan dengan intensitas tinggi yang melebihi 85 dB
selama 8 jam harus di informasikan baik secara

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 49
PROPOSAL TUGAS AKHIR

lisan/briefing ataupun tertulis tentang potensi terpaparnya


kebisingan dan cara pencegahannya terlebih dahulu
sebelum bekerja.

2.6.2 Alat Pelindung Diri (APD)


2.6.2.1 Definisi
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang di
gunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh
tubuhnya dari adanya potensi bahanya atau kecelakaan. Alat ini
digunakan seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang
dimaksud untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya
tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun dari
lingkungan kerja. Alat pelindung diri ini tidaklah secara
sempurna dapat melindungi tubuhnya tetapi akan dapat
mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi (Sugeng
Budiono, 2003:329).
Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD
adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian
atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja
(Permenaker No. PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat
Pelindung Diri Pasal 1).

2.6.2.2 Fungsi Dan Jenis Alat Pelindung Diri


1. Alat pelindung kepala
− Fungsi
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk,
kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang
melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi
panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik
(mikro organisme) dan suhu yang ekstrim.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 50
PROPOSAL TUGAS AKHIR

− Jenis
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm
pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala,
penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.
2. Alat pelindung mata dan muka
− Fungsi
Alat pelindung mata dan muka adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi mata dan
muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan
partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air,
percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi
gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang
tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan
benda keras atau benda tajam.
− Jenis
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari
kacamata pengaman (spectacles), goggles, tameng muka
(face shield), masker selam, tameng muka dan kacamata
pengaman dalam kesatuan (ful face masker).
3. Alat pelindung telinga
− Fungsi
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi alat pendengaran terhadap
kebisingan atau tekanan.
− Jenis
Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat
telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).
4. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
− Fungsi
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 51
PROPOSAL TUGAS AKHIR

organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih


dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia,
mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol),
uap, asap, gas/ fume, dan sebagainya.
− Jenis
Jenis alat pelindung pernapasan dan
perlengkapannya terdiri dari masker, respirator, katrit,
kanister, Re-breather, Airline respirator, Continues Air
Supply Machine=Air Hose Mask Respirator, tangki selam
dan regulator (Self-Contained Underwater Breathing
Apparatus/SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus
(SCBA), dan emergency breathing apparatus.

5. Alat pelindung tangan


− Fungsi
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi tangan dan
jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin,
radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik,
bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat
patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
− Jenis
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan
yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau
kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan
bahan kimia.
6. Alat pelindung kaki
− Fungsi
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi
kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda
berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau
dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 52
PROPOSAL TUGAS AKHIR

bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.


− Jenis
Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan
pada pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri,
kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya
peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah atau
licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya
binatang dan lain-lain.

7. Pakaian pelindung
− Fungsi
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi
badan sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya
temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan
benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan
dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan
mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang,
mikro-organisme patogen dari manusia, binatang,
tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.
− Jenis
Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests),
celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung
yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.

8. Alat pelindung jatuh perorangan


− Fungsi
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi
membatasi gerak pekerja agar tidak masuk ke tempat yang
mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja berada pada
posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring
maupun tergantung dan menahan serta membatasi pekerja
jatuh sehingga tidak membentur lantai dasar.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 53
PROPOSAL TUGAS AKHIR

− Jenis
Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari
sabuk pengaman tubuh (harness), karabiner, tali koneksi
(lanyard), tali pengaman (safety rope), alat penjepit tali
(rope clamp), alat penurun (decender), alat penahan jatuh
bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain.
2.6.2.3 Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga biasanya dibedakan menjadi 2
jenis:
1. Sumbat Telinga (ear plug)
Sumbat telinga dapat dibuat dari kapas, malam, karet
atau sintetik dan plastik. Menurut cara pemakaiannya
dibedakan menjadi sumbat telinga yang hanya menyumbat
lubang telinga luar (insert type). Menurut cara penggunaannya
dibedakan dispossible ear plug yaitu sumbat telinga yang
digunakan untuk sekali pakai saja dan kemudian dibuang.
Sumbat telinga dari kapas dan malam hanya mempunyai daya
lindng 1-12 dB dan non dispossible ear plug waktu yang
digunakan untuk waktu yang lama yang terbuat dari karet atau
plastik yang dicetak mempunyai daya lindung antara 25-30 dB.
− Keuntungan
Mudah dibawa karena ukurannya kecil, relatif lebih
nyaman di tempat yang panas, tidak membatasi gerakan
kepala, dipakai efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakauan
kaca mata, tutup kepala dan anting-anting. Noise Reduction
Rating (NRR) lebih besar dari pada ear muff sehingga dapat
mengurangi intensitas kebisingan lebih tinggi dibandingkan
ear muff.
− Kerugian
Sulit untuk memonitor tenaga kerja karena
pemakaiannya sukar dilhat oleh petugas, hanya dapat
dipakai oleh saluran telinga yang sehat, bila tangan yang

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 54
PROPOSAL TUGAS AKHIR

digunakan untuk memasang sumbat telinga kotor maka


saluran telinga akan terkena infeksi karena iritasi.

Gambar 2.33 Foam Ear Plugs Type 3M 1100 UF (NRR 29)


(Sumber: http://www.cartserver.com/)

2. Tutup Telinga (ear muff)


Tutup telinga terdiri dari 2 buah tudung, untuk
telinga dapat berisi cairan atau busa yang berfungsi untuk
menyerap suara.
− Keuntungan
Atenvasi suara oleh tutup telinganya umumnya
lebih besar daripada sumbat telinga, satu ukuran tutup
telinga dapat digunakan oleh beberapa orang dengan
ukuran telinga berbeda, mudah dimonitor pemakainnya
oleh petugas.
− Kerugian
Tidak nyaman dipakai di tempat kerja yang panas,
efektifitas dan kenyamanannya dipengaruhi oleh pemakaian
kaca mata, dapat membatasi gerakan pada ruang kerja yang
agak sempit, harganya relatif lebih mahal dari sumbat
telinga. Noise Reduction Rating (NRR) lebih kecil dari

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 55
PROPOSAL TUGAS AKHIR

pada ear plug.

Gambar 2.34 Ear Muff Type 3M H10A (NRR 27)


(Sumber: http://www.cartserver.com/)

2.7 KUESIONER/ANGKET
Daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk
memberikan respon sesuai dengan permintaan peneliti. Tujuan
penyebaran angket untuk mencari informasi yang lengkap mengenai
suatu masalah dan peneliti tidak merasa kuatir jika responden memberi
jawaban tidak sesuai dengan kenyataan.
Jenis-jenis angket :
1. Terbuka (angket tidak berstruktur)
bentuknya sederhana
responden memberi isian sesuai dengan kehendaknya
Contoh :
1. Pendidikan terakhir yang pernah diikuti
Tabel 2.5 Angket terbuka (angket tidak berstruktur)
No Tingkat Tempat Tahun
pendidikan Kelulusan
1.
2.
3.
Sumber: Hand out metodologi penelitian PPNS-ITS, 2007

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 56
PROPOSAL TUGAS AKHIR

2. Bagaimana pendapat saudara tentang kurikulum D4 K3?


………………………………………………………………
………………..
2. Tertutup (angket berstruktur)
responden diminta untuk memilih 1 jawaban yang sesuai
dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda (x) atau
(√) pada jawaban yang telah tersedia
Contoh :
1. Apakah anda punya riwayat penyakit sebelum bekerja di PT YTL
Jawa Timur?
a. Ya b. Tidak
2.7.1 Ukuran Sampel
1. Pendapat Bailey
Ukuran sampel minimum 30
6. Pendapat Gay
Besarnya ukuran sampel berdasarkan metode penelitian yang digunakan
a. metode deskriptif : minimum 10 % dari ukuran populasi,
untuk ukuran populasi yang relative
kecil maka ukuran sampelnya
minimum 20% dari ukuran populasi
b. metode korelasional : minimum 30 subjek
c. metode eksperimental : minimum 15 subjek per kelompok
d. metode expost facto : minimum 15 subjek per kelompok
3. Rumus
a. Jika ukuran populasi tidak diketahui,
asumsi populasi berdistribusi normal
2
 σZ α 
 
n = 2

 E 
 

dimana: n= ukuran sampel


σ= simpangan baku populasi

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 57
PROPOSAL TUGAS AKHIR


= nilai standar berdasarkan tingkat signifikansi
2

tertentu
α = taraf nyata
E = kesalahan penaksiran maksimum
2.7.2 Skala Pengukuran
Skala pengukuran digunakan untuk mengklasifikasikan variabel-
variabel yang akan diteliti agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan
analisis data yang digunakan dan langkah penelitian selanjutnya.
1. Skala Guttman / Metode Skalogram / Analisis Skala
Skala Guttman mempunyai sifat uni dimensional, yaitu
mengukur 1 dimensi saja dari 1 variabel yang multidimensi. Skala
yang digunakan bersifat jelas, tegas dan konsisten karena hanya
mempunyai 2 interval saja (ya – tidak, benar – salah, positif –
negatif, dll).
Langkah:
1. Susunlah beberapa pernyataan yang relavan
2. Ukuran sampel minimum 50
3. Buatlah tabel Guttman
Skala Guttman dihitung dari jumlah jawaban ‘Ya’ untuk tiap
responden. Jumlah error yang dapat dihitung adalah (∑ pernyataan *
∑ reponden) – Total jawaban ‘Ya’
Total error = ∑ responden yang menjawab ‘Tidak’
(Ada kalanya responden tidak merespon/memberi
jawaban pada beberapa pernyataan)
4. Hitung Koefisien Reprodusibilitas (Kr) dan Koefisien
Skalabilitas (Ks)
Koefisien Reprodusibilitas (Kr) = mengukur tingkat ketepatan alat
ukur / angket / kuesioner
Koefisien Skalabilitas (Ks) = mengukur penyimpangan pada skala
reprodusibilitas

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 58
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Kedua koefisien dapat diterima jika nilai pengukurannya adalah :


Kr ≥ 90% dan Ks ≥ 60%
e e e
Kr = 1 − Ks = 1 − =1−
n p c( n − Tn )

dimana : e = ∑ kesalahan
n = ∑ pernyataan * ∑ responden
= ∑ total pilihan jawaban
p = ∑ kesalahan yang diharapkan
c = kemungkinan mendapat jawaban benar
untuk jawaban ‘Ya’ dan ‘Tidak’ c = 0,5
Tn = ∑ jawaban responden
Contoh : Pada 10 responden diberikan angket / instrumen dengan 5
pernyataan dalam bentuk jawaban ‘Ya’ dan ‘Tidak’
Oleh karena tabel Guttman dilihat pada jawaban ‘Ya’ untuk tiap
pernyataan / responden maka dapat disusun tabel sebagai berikut:
Tabel 2.6 Skala Guttman / Metode Skalogram / Analisis Skala
Nomor Pernyataan
Responden 5 4 3 2 1 Total
1 √ √ 2
2 √ √ 2
3 √ √ 2
4 √ √ √ √ 4
5 √ √ √ √ 4
6 √ √ √ √ √ 5
7 √ √ √ √ √ 5
8 √ √ √ √ √ 5
9 √ √ √ √ 4
10 √ √ √ 3
Total ‘Ya’ 9 8 7 7 5 36
Total ‘Tidak’ / error 1 1 1 0 0 3
Total tidak menjawab 0 1 2 3 5 11
Sumber: Hand out metodologi penelitian PPNS-ITS, 2007
Total pernyataan = 10 x 5 = 50
Total jawaban ‘Ya’ = 36
Total error yang seharusnya= 50 – 36 = 14
Total error yang ada = 3

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 59
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Apakah error (jawaban ‘Tidak’) yang berjumlah 3 ini dapat diterima?


Koefisien Reprodusibilitas Koefisien Skalabilitas
e e
Kr = 1− Ks = 1−
n c( n − Tn )

3 3
= 1− =1 −
50 0,5( 50 − 36 )

= 0,94 = 0,57
Kr standar, Kr ≥ 0,9 Ks standar, Ks ≥ 0,6
Karena Ks < Ks standar maka skala Guttman tidak dapat digunakan
untuk mengukur pernyataan-pernyataan tersebut.
2.7.3 Pengujian Validitas Instrumen
Validitas : suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau
kesahihan suatu alat ukur
Valid : instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur

Validitas instrumen menunjukkan ketepatan memilih alat ukur.


Pengujian validitas instrument dapat dilakukan dengan Analisis
Faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen
dengan rumus Pearson Product Moment.
n( Σxy ) − ( Σx )( Σy )
rhitung =
{nΣx 2
− ( Σx )
2
}{nΣy 2
− ( Σy )
2
}
dimana : rhitung = koefisien korelasi
Σxi = jumlah skor item
Σyi = jumlah skor total (seluruh item)
n = jumlah responden
selanjutnya dihitung Uji t dengan rumus :
r n −2
thitung =
1−r2

dimana : r = nilai rhitung


Bandingkan nilai thitung dengan ttabel = ; n −2
2

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 60
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Kaidah keputusan :
- Jika thitung > ttabel berarti instrumen tersebut valid
- Jika thitung ≤ ttabel berarti instrumen tersebut tidak valid
Jika instrumen tersebut valid, maka dilihat kriteria penafsiran
menggunakan indeks korelasinya (r) :
- antara 0,80 – 1,00 : sangat tinggi
- antara 0,60 – 0,79 : tinggi
- antara 0,40 – 0,59 : cukup tinggi
- antara 0,20 – 0,39 : rendah
- antara 0,00 – 0,19 : sangat rendah (tidak valid)
Contoh: Pada 10 responden diberikan angket / kuesioner yang
mempunyai 5 item pernyataan dengan skala sikap 1 – 5.
Tabel 2.7 Jawaban yang diberikan responden
No Nomor item pernyataan Total
responden 1 2 3 4 5 skor
1 3 5 3 4 1 16

10
Jumlah
Sumber: Hand out metodologi penelitian PPNS-ITS, 2007
Langkah :
1. hitung nilai rhitung untuk tiap-tiap item pernyataan dengan x = item
pernyataan yang dimaksud dan y = total skor

karena terdapat 5 item pernyataan maka ada 5 nilai rhitung


rhitung; 1 antara x1 (pernyataan 1) dengan y (total skor)
rhitung; 2 antara x2 (pernyataan 2) dengan y (total skor)
rhitung; 3 antara x3 (pernyataan 3) dengan y (total skor)
rhitung; 4 antara x4 (pernyataan 4) dengan y (total skor)
rhitung; 5 antara x5 (pernyataan 5) dengan y (total skor)

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 61
PROPOSAL TUGAS AKHIR

2. hitung thitung untuk tiap-tiap item pernyataan

karena terdapat 5 item pernyataan maka ada 5 nilai thitung


rhitung; 1 thitung 1
rhitung; 2 thitung 2
rhitung; 3 thitung 3
rhitung; 4 thitung 4
rhitung; 5 thitung 5
3. menentukan ttabel dengan α = 0,05 dan derajat bebas, db = n – 2 ; n
: jumlah responden
ttabel = tα ; n-2
4. bandingkan thitung dengan ttabel
Kriteria keputusan: Jika thitung > ttabel berarti pernyataan valid
Jika thitung ≤ ttabel berarti pernyataan tidak valid
Tabel 2.8 Kriteria keputusan
No item Keputusan Penafsiran
rhitung thitung ttabel
pernyataan Valid / tidak valid korelasi
1

5
Sumber: Hand out metodologi penelitian PPNS-ITS, 2007
Misalnya :
Berdasarkan hasil pengujian validitas tersebut diperoleh 3 item
pernyataan yang dinyatakan valid, yaitu item (1), (3) dan (4), maka
berarti:
- item (1), (3) dan (4) dapat dilanjutkan dengan penafsiran korelasi(r)
- item (2) dan (5) harus diperbaiki / dihilangkan

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 62
PROPOSAL TUGAS AKHIR

2.7.4 Metode Kuder Richardson – 21 (KR – 21)


Alternatif lain dalam menentuka reliabilitas dan fungsinya sama
dengan KR – 20.
Langkah :
1. menghitung total skor
2. menghitung reliabilitas dengan KR – 21

 k 
r11 =  1−
(
x k −x ) 

 k −1  ks 2 

dimana : r11 = koefisien reliabilitas seluruh item pernyataan


k = banyaknya item pernyataan
s = simpangan baku
x = mean (rerata total skor)
1. menghitung rtabel = rα ; n-2
2. membandingkan antara r11 dengan rtabel
Kaidah keputusan :
- Jika r11 > rtabel maka pernyataan tersebut reliabel
- Jika r11 ≤ rtabel maka pernyataan tersebut tidak reliabel
Contoh : Pada 10 responden diberikan angket / keusioner yang terdiri
dari 5 item pernyataan dengan skala sikap ‘Ya’ (1) dan
‘Tidak’ (0).
Tabel 2.9 Metode Kuder Richardson – 21 (KR – 21)
No No item pernyataan Total
1 2 3 4 5
reponden skor
1 1 1 1 0 1 4

10
Jumlah jawaban ‘Ya’ (∑’Ya’) 8 8 7 8 9 40
Simpangan baku (s) …
Mean ( x ) 4
Sumber: Hand out metodologi penelitian PPNS-ITS, 2007

Bagaimana menghitung s?

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 63
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Nilai rata-rata / mean, x =


∑'Ya '
∑responden
40
=
10
= 4

∑(totalskort iaprespond en − x )
2
2
Varian, s =
∑responden −1
=
( 4 − 4) 2 + (... − 4) 2 + ...
10 − 1
= …

∑(totalskort iaprespond en − x )
2

Simpangan baku, s =
∑responden −1
=…
Langkah :
1. Hitung r11 (KR – 21)
2. Menentukan rtabel dengan α = 0,05 dengan derajat bebas = db = n
– 2 rtabel = rα ; n-2
3. Bandingkan r11 dengan rtabel
Kriteria keputusan :
- Jika r11 > rtabel berarti seluruh item pernyataan tersebut reliable
- Jika r11 ≤ rtabel berarti seluruh item pernyataan tersebut tidak reliable

2.8 RUMUS DND (DAILY NOISE DOSE)


2.8.1 Menurut Kep. Menaker No. Kep-51/MEN/1999
L = 95 dB
8
T = ( L −85 )
2 3

C1 C 2 C 3
DND = + +
T1 T2 T3

Keterangan:
L = Nilai intensitas bising maks yang dibolehkan dalam 3 jam/hari

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 64
PROPOSAL TUGAS AKHIR

T = Waktu yang diperbolehkan


DND = Daily Noise Dose
C = Waktu paruh dalam satu hari

2.8.2 Standar Level Intensitas Kebisingan American Conference of


Government for Industrial Hygiene (ACGIH)
L = 95 dB
8
T = ( L −85 )
2 5

C1 C 2 C 3
DND = + +
T1 T2 T3

Keterangan:
L = Nilai intensitas bising maks yang dibolehkan dalam 5 jam/hari
T = Waktu yang diperbolehkan
DND = Daily Noise Dose
C = Waktu paruh dalam satu hari

2.8.3 Menurut Standar Level Intensitas Kebisingan Occupotional Safety


and Health Administration (OSHA)
L = 95 dB
8
T = ( L −90 )
2 5

C1 C 2 C 3
DND = + +
T1 T2 T3

Keterangan:
L = Nilai intensitas bising maks yang dibolehkan dalam 5 jam/hari
T = Waktu yang diperbolehkan
DND = Daily Noise Dose
C = Waktu paruh dalam satu hari

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 65
PROPOSAL TUGAS AKHIR

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan langkah kerja yang


terstruktur dan sistematis untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
terdapat dalam penelitian ini. Adanya pembuatan kerangka pemikiran dan pola
kerja ini diharapkan akan dapat memberikan hasil yang maksimal.
3.1 TAHAP IDENTIFIKASI AWAL
Tahap identifikasi awal merupakan langkah awal dalam pelaksanaan
penelitian dan tahap ini merupakan tahap yang sangatlah penting dimana pada
tahap inilah penetapan tujuan dan identifikasi permasalahan dilakukan.
Adapun isi dari tahap ini digambarkan sebagai berikut :
1. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini dilakukan identifikasi beberapa permasalahan yang
didapatkan pada saat melakukan pengamatan sehingga bisa dilakukan
sebuah penelitian.
2. Penetapan Tujuan dan Rumusan Manfaat Penelitian
Pada tahap ini dilakukan penetapan tujuan apa yang ingin dicapai
dan manfaatnya bagi pihak terkait serta bagi penelitian selanjutnya. Tahap
ini sebagai dasar tentang apa yang akan dilakukan selama penelitian.
3. Studi Lapangan
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap Ruang Turbine Unit
5&6 Elevasi 16 PT YTL Jawa Timur. Dengan adanya pengamatan secara
langsung akan didapatkan gambaran umum tentang Turbine Unit 5&6
Elevasi 16 PT YTL Jawa Timur dan hasil data pengukuran kebisingan di
Ruang Turbine Unit 5&6 Elevasi 16 PT YTL Jawa Timur
4. Studi pustaka
Untuk menunjang penyelesaian tugas akhir ini, perlu adanya study
pustaka dan literatur-literatur terkait. Pustaka yang ada akan digunkan
sebagai acuan dalam menyelesaikan dan menganalisa permasalahan yang
ada.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 66
PROPOSAL TUGAS AKHIR

3.2 TAHAP PENGUMPULAN DATA


Pada tahap pengumpulan data akan dilakukan pengumpulan data-data
yang berhubungan dengan permasalahan yang didapat. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi
data pengukuran kebisingan, data kuisioner dan penarikan kesimpulan.
Sedangkan untuk data sekunder adalah Denah Ruang Turbine Unit 5&6
Elevasi 16 PT YTL Jawa Timur, data pengukuran kebisingan, data alat dan
petunjuk penggunaan alat ukur, data pekerja serta dokumen-dokumen lain
yang menunjang penulisan Tugas Akhir.
3.3 TAHAP PENGOLAHAN DATA
Tahap ini merupakan tahapan dimana terjadi proses pengolahan data
secara kualitatif dan kuantitatif.
3.4 TAHAP ANALISA DAN KESIMPULAN
Tahap ini merupakan tahap akhir penelitian yang akan dilakukan di
Ruang Turbine Unit 5&6 Elevasi 16 PT YTL Jawa Timur. Pada tahap ini
akan dilakukan analisa dan intrepetasi data yang dilanjutkan dengan
penarikan kesimpulan serta pemberian saran.
3.4.1 Analisa
Tahap ini merupakan tahap dimana dilakukan analisa terhadap
data-data yang telah didapatkan dan telah diolah.
3.4.2 Kesimpulan
Tahap ini merupakan tahap yang terakhir dimana akan ditarik
beberapa kesimpulan terhadap analisa dan pengolahan data yang telah
dilakukan. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian saran yang
ditujukan untuk penelitian selanjutnya dikarenakan keterbatasan waktu
penelitian dalam meneliti semua aspek yang terkait permasalahan yang
diangkat serta sebagai pedoman untuk pengembangan perusahaan
kedepannya.

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 67
PROPOSAL TUGAS AKHIR

3.5 FLOW CHART PENYELESAIAN TUGAS AKHIR

START

Studi Studi Literatur


Lapangan
Tahap
Identifikasi Masalah
Identifikasi Awal

Penetapan Tujuan
dan Perumusan
masalah

Pengumpulan Data
Tahap
Pengumpulan
Data
Data Primer Data Sekunder
1. Data pengukuran 1. Denah Ruang Turbine Unit 5&6 Elevasi 16
Kebisingan. PT YTL Jawa Timur.
2. Data Kuisioner 2. Data Pengukuran Kebisingan.
3. Data penarikan 3. Data alat dan petunjuk penggunaan alat ukur.
kesimpulan. 4. Data Pekerja.

Tahap Pengolahan
Membuat program pengendalian Kebisingan Data
secara administrasi dan APD

Analisa data
Tahap Analisa
dan Kesimpulan

Kesimpulan dan saran

FINISH

Gambar 3.1 Diagram Alir Penyelesaian Tugas Akhir

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 68
PROPOSAL TUGAS AKHIR

3.6 JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN


Tabel 3.1 Tabel Rencana Kegiatan
Waktu
BULAN I BULAN II BULAN III
No Jenis Kegiatan
II II II
I II IV I II IV I II IV
I I I
1 Studi lapangan
2 Studi pustaka
3 Pengumpulan data
4 Pengolahan data
5 Analisa data dan kesimpulan
Konsultasi ke dosen
6
pembimbing
7 Penulisan Tugas akhir

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 69
PROPOSAL TUGAS AKHIR

DAFTAR PUSTAKA

Depnakertrans RI.(2004). Himpunan Peraturan Keselamatan Kerja:


Kepmenaker RI No. Kep–51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di Tempat Kerja.Jakarta.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996


Tentang Baku Tingkat Kebisingan.Jakarta

Dr. Suma’mur (1976).Higine Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Gunung


Agung, Jakarta.

Dr. Anies M.kes, dkk (2005). Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Kerja
dan Upaya Penanggulanannya, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

American National Standard Measurement of Occupational Noise Exposure,


ANSI S12.19-1996 [ANSI 1996a].

American Conference of Government for Industrial Hygiene (ACGIH). 1999

PT. YTL Jawa Timur. 2010

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya – ITS 70

Anda mungkin juga menyukai