BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara pasti tanpa ada hambatan
Ruang lingkup pemberlakuan Undang-undang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dibatasi dengan adanya tiga unsur yang harus
dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja, yaitu :
− Tempat usaha dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu bidang
usaha.
− Adanya tenaga kerja yang bekerja disana.
− Adanya bahaya kerja di tempat itu.
Proses awal dari produksi air demin dimulai dari air laut yang telah
disaring kotorannya kemudian dipompa oleh Sea Water Feed Pump ke
Coagulant Storage Tank. Pada Coagulant Storage Tank, air laut diberi
coagulant untuk memadatkan partikel yang besar-besar (pasir, Lumpur, dll)
agar mengendap. Kemudian air dipompa ke Primary Sea Water Filter untuk
menyaring partikel- partikel yang telah dipadatkan tadi. Dari Primary
Seawater Filter air menuju ke Polishing Filter. Partikel-partikel padat yang
belum tertangkap pada Primary Seawater Filter diharapkan bisa tertangkap
pada Polishing Filter. Air yang telah difilter kemudian ditampung pada
Filtered Water Storage Tank.
Air dari Filtered Water Storage Tank kemudian dipompakan menuju
Cartridge Filter. Tetapi sebelumnya air diberi antiseptic, acid dan sodium
bisulfit. Dalam cartridge filter air disaring kembali untuk mendapatkan air
yang lebih murni. Kemudian air ini di jadikan air tawar melalui proses
Desalination Reverse Osmosis. Namun air tawar yang diperoleh masih
mengandung banyak carbon. Kemudian carbon dipisahkan pada Tangki
Decarbonate (Decarbonate Tank), dan dengan Decarbonate Pump dan
Decarbonate Blower, air dipindahkan menuju Permeate Storage Tank. Air
dari Permeate Storage Tank sudah bisa digunakan untuk menyuplai kebutuhan
sehari-hari. Namun air ini belum bisa digunakan untuk menyuplai kebutuhan
boiler.
Air dari Permeate Storage Tank dengan menggunakan Permeate
Supply Pump kemudian diproses lagi dengan dengan reverse osmosis yang
kedua. Air yang telah mengalami reverse osmosis yang kedua ditampung
dalam Mixed Beds. Dari Mixed Beds ini air telah berupa air demin dan di
tampung dalam Demin Water Tank.
Air yang berasal dari WTP pertama kali disuplai ke Condensor.
Dengan menggunakan Condensor Extraction Pump air dipindahkan ke
Deaerator melalui heater A1, heater A2, heater A3 dan heater A4. Di
Deaerator, kadar oksigen dikurangi agar tidak terlalu banyak terjadi oksidasi.
Karena bila terjadi oksidasi maka pipa akan mudah korosi dan bisa
2.3 TURBINE
Pada umumnya turbin menggunakan media steam untuk mengubah
energi panas menjadi energi mekanik. Energi panas berasal dari pembakaran
bahan bakar yang terjadi di boiler. Energi kinetik terjadi ketika steam masuk
ke turbin. Steam yang masuk ke turbin memilki tekanan dan kecepatan
sehingga dapat menggerakan sudut-sudut turbin, akibatnya turbin berputar,
disini terjadi perubahan energi kinetik menjadi energi mekanik. Kemudian
putaran tersebut akan ditransmisikan oleh poros untuk menggerakkan
generator, karena antara turbin dengan generator terpasang satu shaft. Dalam
generator, energi mekanik tadi akan dirubah menjadi energi listrik. Sehingga
di dalam turbin terjadi beberapa proses perubahan energi yaitu dari energi
panas menjadi energi kinektik dan akhirnya menjadi energi mekanik.
Kondisi Steam:
Tekanan main steam : 110 bar (50%), 128 bar (75%), 167 bar (100%)
Temperatur main steam : 5380C
Main steam : 264 kg/s (50%), 400 kg/s (75%), 546 kg/s (100%)
Cold reheat temperature : ±3300C
Cold reheat pressure : 21 bar (50%), 32 bar (75%), 42.7 bar (100%)
Hot reheat temperature : 5380C
Hot reheat pressure : 19 bar (50%), 29 bar (75%), 38.8 bar (100%)
Keterangan:
Untuk 100% : maksimum load 650 MW
Untuk 75% : maksimum load 487 MW
Untuk 50% : maksimum load 325 MW
HP Turbin : Single Flow, memiliki 14 tingkatan.
IP Turbin : Double Flow, memiliki 2 x 13 tingkatan.
LP Turbin : Double Flow, memiliki 2 unit dengan 2 x 7 tingkatan.
untuk menggerakkan Boiler Feed water Pump (BFP) yang berfungsi untuk
memindahkan air dari Feed Water Storage Tank ke Boiler Economizer melalui
3 Feed Water Heater A6, A7 dan A8.
- Steam Chest
- Turbine Rotor
Turbine Rotor ini berfungsi untuk menggerakkan blade turbine.
- Blading
Blade atau sudu turbin ini berfungsi untuk menggubah energi
thermal menjadi energi mekanik. Blade ini menjadi elemen utama yang
mempengaruhi effisiensi dan reliability dari turbin. Jenis turbin yang
digunakan ini adalah jenis turbin reaksi yang ekspansi dari fluida kerjanya
terjadi tidak hanya di sudu tetap tetapi juga terjadi di sudut gerak.
- Gland Bush
Gland Bush merupakan labyrinth seal yang terletak diantara
turbine casing dan turbin rotor.
- Thrust Bearing
Thrust Bearing ini berfungsi untuk menjaga agar rotor dari turbin
tetap berada pada tempatnya.
- Seal Ring
Seal Ring ini berfungsi untuk menseal bearing housing pada
tempat atau point dimana turbin rotor melewati turbin casing.
- Control Valve
Control Valve ini berfungsi untuk membuka atau menutup katup
untuk mengatur besarnya kebutuhan steam agar dihasilkan daya output
yang sesuai dengan kebutuhan. Control Valve ini didesain seperti
labyrinth bell valve. Dengan menggunakan Control Valve ini kita hanya
memerlukan tenaga yang kecil untuk membuka dan menutup katup.
- Vibration Monitoring
2.5 KEBISINGAN
2.5.1 Pengertian Bunyi
Bunyi atau suara didefinisikan sebagai serangkaian gelombang yang
merambat dari suatu sumber getar sebagai akibat perubahan kerapatan dan
juga tekanan udara. Definisi lain suara adalah sensasi yang dihasilkan apabila
getaran longitudinal molekul-molekul dari lingkungan luar, yaitu fase
pemadatan dan perenggangan dari molekul-molekul yang silih berganti,
mengenai membran timpani.
Pola dari gerakan ini digambarkan sebagai perubahan-perubahan
tekanan pada membran timpani tiap unit waktu merupakan sederetan
gelombang dan gerakan ini dalam lingkungan sekitar kita umumnya
dinamakan gelombang suara. Bunyi merupakan perubahan tekanan dalam
udara yang ditangkap oleh gendang telinga dan disalurkan ke otak.
2.5.2 Pengertian Kebisingan
Bising dalam kesehatan kerja bising diartikan sebagai suara
yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan
ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan sepektrum
pendengaran). Berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan
pola waktu. Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak
sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan
gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia (Dwi P. Sasongko,
dkk, 2000:1). Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan (Kepmenkes RI
No.261/MENKES/SK/11/1998).
30 97
15 100
7,5 Menit 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,1
115
2 118
14,06 121
7,03 124
3,52 Detik 127
1,76 130
0,88 133
0,44 136
0,22 139
0,11
Sumber: KEP-51/MEN/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di
Tempat Kerja
Catatan: Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
3. Gear Box
4. Blower and Fans
5. Pumps
6. Gas dan steam turbines.
7. Control valve, flow meter, piping systems.
8. Steam ejector dan condensers.
Gambar 2.29 Sumber Kebisingan ada di Electric Motor dan Pumps Turbine
(Sumber: Survey Lapangan, 2010)
2.5.8 Pengukuran
2.5.8.1 Sound Level Meter
Cara pengukuran kebisingan, biasanya dilakukan sesuai
dengan tujuan daripada pengukuran itu sendiri, antara lain:
1. Pengukuran yang ditujukan hanya sekedar untuk
pengendalian terhadap lingkungan kerja.
2. Pengukuran yang ditujukan untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap tenaga kerja yang bersangkutan.
Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan
adalah Sound Level Meter (SLM) dan satuan kebisingan
sebagai hasil pengukuran adalah decibel (dB).
Selain itu Sound Level Meter juga bisa dilengkapi
dengan alat penganalisa frekuensi dalam tingkat oktaf, setengah
oktaf dan sepertiga oktaf. Setiap akan digunakan Sound Level
Meter harus dikalibrasi terlebih dahuluatau tiap tiga bulan
sekali, agar dalam pengukuran diperoleh hasil dengan ketelitian
maksimal.
2.5.8.2 Bagian-bagian
Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan
adalah Sound Level Meter (SLM), bagian-bagian dari Sound
Level Meter (SLM) adalah :
1. Microphone
2. Pengatur intensitas dB range
Range mulai dari 20-80dB, 40-100 dB, 60-120 dB, 80-140
dB.
3. Tombol HOLD
Jika ditekan akan menampilkan dan menahan angka
terakhir yang terekam pada tampilan SPL maupun MAX.
Dengan menekan HOLD tidak akan menghentikan update
nilai MAX.
4. Tombol RESET
9. Tombol POWER
Tombol untuk menyalakan (ON) dan mematikan (OFF)
10. Overload Detection (OL)
Bila respon disetting pada SPL, Overload Detection akan
terlihat dengan tampilan OL pada saat signal masuk dengan
level yang terlalu tinggi untuk pengukuran tsb.
11. Output Jacks
12. Bola Gabus
Tujuannya untuk mengurangi pengaruh dari aliran udara
dan untuk melindungi MICROPHONE dari debu.
2. Notification to Workers
Operator atau pekerja yang bekerja di area
kebisingan dengan intensitas tinggi yang melebihi 85 dB
selama 8 jam harus di informasikan baik secara
− Jenis
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm
pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala,
penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.
2. Alat pelindung mata dan muka
− Fungsi
Alat pelindung mata dan muka adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi mata dan
muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan
partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air,
percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi
gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang
tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan
benda keras atau benda tajam.
− Jenis
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari
kacamata pengaman (spectacles), goggles, tameng muka
(face shield), masker selam, tameng muka dan kacamata
pengaman dalam kesatuan (ful face masker).
3. Alat pelindung telinga
− Fungsi
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi alat pendengaran terhadap
kebisingan atau tekanan.
− Jenis
Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat
telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).
4. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
− Fungsi
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
7. Pakaian pelindung
− Fungsi
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi
badan sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya
temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan
benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan
dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan
mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang,
mikro-organisme patogen dari manusia, binatang,
tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.
− Jenis
Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests),
celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung
yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.
− Jenis
Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari
sabuk pengaman tubuh (harness), karabiner, tali koneksi
(lanyard), tali pengaman (safety rope), alat penjepit tali
(rope clamp), alat penurun (decender), alat penahan jatuh
bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain.
2.6.2.3 Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga biasanya dibedakan menjadi 2
jenis:
1. Sumbat Telinga (ear plug)
Sumbat telinga dapat dibuat dari kapas, malam, karet
atau sintetik dan plastik. Menurut cara pemakaiannya
dibedakan menjadi sumbat telinga yang hanya menyumbat
lubang telinga luar (insert type). Menurut cara penggunaannya
dibedakan dispossible ear plug yaitu sumbat telinga yang
digunakan untuk sekali pakai saja dan kemudian dibuang.
Sumbat telinga dari kapas dan malam hanya mempunyai daya
lindng 1-12 dB dan non dispossible ear plug waktu yang
digunakan untuk waktu yang lama yang terbuat dari karet atau
plastik yang dicetak mempunyai daya lindung antara 25-30 dB.
− Keuntungan
Mudah dibawa karena ukurannya kecil, relatif lebih
nyaman di tempat yang panas, tidak membatasi gerakan
kepala, dipakai efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakauan
kaca mata, tutup kepala dan anting-anting. Noise Reduction
Rating (NRR) lebih besar dari pada ear muff sehingga dapat
mengurangi intensitas kebisingan lebih tinggi dibandingkan
ear muff.
− Kerugian
Sulit untuk memonitor tenaga kerja karena
pemakaiannya sukar dilhat oleh petugas, hanya dapat
dipakai oleh saluran telinga yang sehat, bila tangan yang
2.7 KUESIONER/ANGKET
Daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk
memberikan respon sesuai dengan permintaan peneliti. Tujuan
penyebaran angket untuk mencari informasi yang lengkap mengenai
suatu masalah dan peneliti tidak merasa kuatir jika responden memberi
jawaban tidak sesuai dengan kenyataan.
Jenis-jenis angket :
1. Terbuka (angket tidak berstruktur)
bentuknya sederhana
responden memberi isian sesuai dengan kehendaknya
Contoh :
1. Pendidikan terakhir yang pernah diikuti
Tabel 2.5 Angket terbuka (angket tidak berstruktur)
No Tingkat Tempat Tahun
pendidikan Kelulusan
1.
2.
3.
Sumber: Hand out metodologi penelitian PPNS-ITS, 2007
Zα
= nilai standar berdasarkan tingkat signifikansi
2
tertentu
α = taraf nyata
E = kesalahan penaksiran maksimum
2.7.2 Skala Pengukuran
Skala pengukuran digunakan untuk mengklasifikasikan variabel-
variabel yang akan diteliti agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan
analisis data yang digunakan dan langkah penelitian selanjutnya.
1. Skala Guttman / Metode Skalogram / Analisis Skala
Skala Guttman mempunyai sifat uni dimensional, yaitu
mengukur 1 dimensi saja dari 1 variabel yang multidimensi. Skala
yang digunakan bersifat jelas, tegas dan konsisten karena hanya
mempunyai 2 interval saja (ya – tidak, benar – salah, positif –
negatif, dll).
Langkah:
1. Susunlah beberapa pernyataan yang relavan
2. Ukuran sampel minimum 50
3. Buatlah tabel Guttman
Skala Guttman dihitung dari jumlah jawaban ‘Ya’ untuk tiap
responden. Jumlah error yang dapat dihitung adalah (∑ pernyataan *
∑ reponden) – Total jawaban ‘Ya’
Total error = ∑ responden yang menjawab ‘Tidak’
(Ada kalanya responden tidak merespon/memberi
jawaban pada beberapa pernyataan)
4. Hitung Koefisien Reprodusibilitas (Kr) dan Koefisien
Skalabilitas (Ks)
Koefisien Reprodusibilitas (Kr) = mengukur tingkat ketepatan alat
ukur / angket / kuesioner
Koefisien Skalabilitas (Ks) = mengukur penyimpangan pada skala
reprodusibilitas
dimana : e = ∑ kesalahan
n = ∑ pernyataan * ∑ responden
= ∑ total pilihan jawaban
p = ∑ kesalahan yang diharapkan
c = kemungkinan mendapat jawaban benar
untuk jawaban ‘Ya’ dan ‘Tidak’ c = 0,5
Tn = ∑ jawaban responden
Contoh : Pada 10 responden diberikan angket / instrumen dengan 5
pernyataan dalam bentuk jawaban ‘Ya’ dan ‘Tidak’
Oleh karena tabel Guttman dilihat pada jawaban ‘Ya’ untuk tiap
pernyataan / responden maka dapat disusun tabel sebagai berikut:
Tabel 2.6 Skala Guttman / Metode Skalogram / Analisis Skala
Nomor Pernyataan
Responden 5 4 3 2 1 Total
1 √ √ 2
2 √ √ 2
3 √ √ 2
4 √ √ √ √ 4
5 √ √ √ √ 4
6 √ √ √ √ √ 5
7 √ √ √ √ √ 5
8 √ √ √ √ √ 5
9 √ √ √ √ 4
10 √ √ √ 3
Total ‘Ya’ 9 8 7 7 5 36
Total ‘Tidak’ / error 1 1 1 0 0 3
Total tidak menjawab 0 1 2 3 5 11
Sumber: Hand out metodologi penelitian PPNS-ITS, 2007
Total pernyataan = 10 x 5 = 50
Total jawaban ‘Ya’ = 36
Total error yang seharusnya= 50 – 36 = 14
Total error yang ada = 3
3 3
= 1− =1 −
50 0,5( 50 − 36 )
= 0,94 = 0,57
Kr standar, Kr ≥ 0,9 Ks standar, Ks ≥ 0,6
Karena Ks < Ks standar maka skala Guttman tidak dapat digunakan
untuk mengukur pernyataan-pernyataan tersebut.
2.7.3 Pengujian Validitas Instrumen
Validitas : suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau
kesahihan suatu alat ukur
Valid : instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur
tα
Bandingkan nilai thitung dengan ttabel = ; n −2
2
Kaidah keputusan :
- Jika thitung > ttabel berarti instrumen tersebut valid
- Jika thitung ≤ ttabel berarti instrumen tersebut tidak valid
Jika instrumen tersebut valid, maka dilihat kriteria penafsiran
menggunakan indeks korelasinya (r) :
- antara 0,80 – 1,00 : sangat tinggi
- antara 0,60 – 0,79 : tinggi
- antara 0,40 – 0,59 : cukup tinggi
- antara 0,20 – 0,39 : rendah
- antara 0,00 – 0,19 : sangat rendah (tidak valid)
Contoh: Pada 10 responden diberikan angket / kuesioner yang
mempunyai 5 item pernyataan dengan skala sikap 1 – 5.
Tabel 2.7 Jawaban yang diberikan responden
No Nomor item pernyataan Total
responden 1 2 3 4 5 skor
1 3 5 3 4 1 16
…
10
Jumlah
Sumber: Hand out metodologi penelitian PPNS-ITS, 2007
Langkah :
1. hitung nilai rhitung untuk tiap-tiap item pernyataan dengan x = item
pernyataan yang dimaksud dan y = total skor
k
r11 = 1−
(
x k −x )
k −1 ks 2
Bagaimana menghitung s?
∑(totalskort iaprespond en − x )
2
2
Varian, s =
∑responden −1
=
( 4 − 4) 2 + (... − 4) 2 + ...
10 − 1
= …
∑(totalskort iaprespond en − x )
2
Simpangan baku, s =
∑responden −1
=…
Langkah :
1. Hitung r11 (KR – 21)
2. Menentukan rtabel dengan α = 0,05 dengan derajat bebas = db = n
– 2 rtabel = rα ; n-2
3. Bandingkan r11 dengan rtabel
Kriteria keputusan :
- Jika r11 > rtabel berarti seluruh item pernyataan tersebut reliable
- Jika r11 ≤ rtabel berarti seluruh item pernyataan tersebut tidak reliable
C1 C 2 C 3
DND = + +
T1 T2 T3
Keterangan:
L = Nilai intensitas bising maks yang dibolehkan dalam 3 jam/hari
C1 C 2 C 3
DND = + +
T1 T2 T3
Keterangan:
L = Nilai intensitas bising maks yang dibolehkan dalam 5 jam/hari
T = Waktu yang diperbolehkan
DND = Daily Noise Dose
C = Waktu paruh dalam satu hari
C1 C 2 C 3
DND = + +
T1 T2 T3
Keterangan:
L = Nilai intensitas bising maks yang dibolehkan dalam 5 jam/hari
T = Waktu yang diperbolehkan
DND = Daily Noise Dose
C = Waktu paruh dalam satu hari
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
START
Penetapan Tujuan
dan Perumusan
masalah
Pengumpulan Data
Tahap
Pengumpulan
Data
Data Primer Data Sekunder
1. Data pengukuran 1. Denah Ruang Turbine Unit 5&6 Elevasi 16
Kebisingan. PT YTL Jawa Timur.
2. Data Kuisioner 2. Data Pengukuran Kebisingan.
3. Data penarikan 3. Data alat dan petunjuk penggunaan alat ukur.
kesimpulan. 4. Data Pekerja.
Tahap Pengolahan
Membuat program pengendalian Kebisingan Data
secara administrasi dan APD
Analisa data
Tahap Analisa
dan Kesimpulan
FINISH
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Anies M.kes, dkk (2005). Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Kerja
dan Upaya Penanggulanannya, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta