Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

Bells palsy didefinisikan sebagai


parese nervus fasialis tipe perifer idiopatik,
yang meliputi wajah bagian atas dan bawah
dengan atau tanpa hilangnya rasa pada lidah
ipsilateral. Hipotesis mengenai keterlibatan
infeksi virus herpes simpleks telah diterima
secara luas. Umumnya gejala penyakit ini
ringan dengan pemulihan sempurna dalam 2-3
minggu. Risiko seumur hidup terhadap pasien
ini adalah 2 %.1-3
Insidensi kelainan ini mencapai 23 per
100.000 orang pertahun. Bell’s palsy dapat
mengenai pria dan wanita dengan
perbandingan sama dari usia 10-40 tahun dan
mengenai wajah sisi kanan dan kiri dengan
kasus sama banyak.2,4,5
Kasus
Pasien laki-laki usia 45 tahun datang
dengan keluhan mulut mencong ke kanan
sejak 1 hari yang lalu. Keluhan mulai dirasakan
ketika pasien kesulitan untuk minum air
setelah bangun dari tidur. Pada waktu
bersamaan, mata kanan dirasakan sangat
perih, berair dan sulit untuk ditutup. Pasien
memiliki kebiasaan mengipasi wajah dengan
kipas. Keluhan mual (-), muntah (-), kejang (-),
gangguan penglihatan (-), gangguan
pengecapan(-), penglihatan ganda (-),
gangguan pendengaran (-), bunyi berdenging
(-), bicara pelo (-), kelemahan tubuh sesisi (-),
dan mengompol (-).
Pasien datang dengan keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis, GCS E4V5M6 = 15. Tanda vital: tekanan
darah 170/100 mmHg, nadi 88 x/menit, RR 20
x/menit, dan suhu 36,8 oC. Status generalis:
kepala, leher, toraks, abdomen dan
ekstremitas dalam batas normal. Pada
pemeriksaan neurologis didapatkan asimetri
pergerakan otot wajah sisi kanan seperti saat
pasien menutup mata, mengembungkan pipi,
menyeringai, mengangkat alis dan
mengerutkan dahi. Ditemukan lagoftalmus
dextra (+) dan sudut mulut deviasi ke kiri.
Rangsang meningeal (-), nervus cranial lain
dalam batas normal, sensorik normoestesi,

motorik bernilai 5 pada keempat ekstremitas.


1
Reflex fisiologis normal, reflex patologis tidak
ditemukan.
Pasien ini didiagnosis Parese N VII
sinistra tipe perifer et causal Bells palsy. Pada
pasien diberikan terapi metilprednisolon per
oral 4-48mg/hari, dibagi 2 yaitu selama 3 hari
pertama dengan menggunakan tablet 16mg,
hari pertama 1x3 tablet, hari kedua 1x2 tablet,
hari ketiga 1x1 tablet. Setelah itu diturunkan
lagi dosisnya menjadi 4mg selama 3 hari, hari
pertama 1x3 tablet, hari kedua 1x2 tablet, dan
hari ketiga 1x1 tablet, mecobalamine tab 1500
mcg dibagi 2, dan dosis amlodipin 1 x 10mg.
Terapi non medikamentosa berupa fisioterapi.
Prognosis pasien ini adalah dubia ad bonam.

Anda mungkin juga menyukai