0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan3 halaman
Cerita berlatar belakang Padang pada tahun 1922 menceritakan kisah cinta antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya yang terhalang oleh Datuk Maringgih. Sitti Nurbaya terpaksa menikah dengan Datuk Maringgih untuk menyelamatkan ayahnya, sementara Samsulbahri diusir dari rumah karena dituduh berbuat tidak senonoh. Sepuluh tahun kemudian, Samsulbahri menjadi Letnan Mas dan terlibat d
Cerita berlatar belakang Padang pada tahun 1922 menceritakan kisah cinta antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya yang terhalang oleh Datuk Maringgih. Sitti Nurbaya terpaksa menikah dengan Datuk Maringgih untuk menyelamatkan ayahnya, sementara Samsulbahri diusir dari rumah karena dituduh berbuat tidak senonoh. Sepuluh tahun kemudian, Samsulbahri menjadi Letnan Mas dan terlibat d
Cerita berlatar belakang Padang pada tahun 1922 menceritakan kisah cinta antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya yang terhalang oleh Datuk Maringgih. Sitti Nurbaya terpaksa menikah dengan Datuk Maringgih untuk menyelamatkan ayahnya, sementara Samsulbahri diusir dari rumah karena dituduh berbuat tidak senonoh. Sepuluh tahun kemudian, Samsulbahri menjadi Letnan Mas dan terlibat d
SITTI NURBAYA (Kasih Tak Sampai) Karya Marah Roesli Terbit pada Tahun 1922 Diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit nasional negeri Hindia Belanda
Samsulbahri merupakan anak tunggal dari Sutan Mahmud Syah, salah
seorang bangsawan & penghulu yang sangat disegani dan dihormati di Padang. Rumah Samsulbahri bersebelahan dengan rumah Sitti Nurbaya, anak tunggal dari Baginda Sulaiman, seorang saudagar kaya.
Hubungan antara keluarga Sutan Mahmud Syah dan keluarga Baginda
Sulaiman, berjalan dengan baik. Begitu pula hubungan Samsulbahri dan Sitti Nurbaya. Sejak anak-anak sampai usia mereka menginjak remaja, persahabatan mereka makin erat. Apalagi, keduanya belajar di sekolah yang sama. Hubungan kedua remaja itu berkembang menjadi hubungan cinta. Perasaan tersebut baru mereka sadari ketika Samsulbahri akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya.
Ayah Sitti Nurbaya jatuh miskin.
Bisnis Baginda Sulaiman, ayah Sitti Nurbaya, semakin berkembang pesat. Hal ini menyebabkan Datuk Maringgih marah. Ia tak ingin kekayaan Baginda Sulaiman melebihinya. Ia pun menyuruh anak buahnya untuk membakar dan menghancurkan bangunan, toko-toko, dan semua harta kekayaan Baginda Sulaiman. Rencana Datuk Meringgih berhasil. Baginda Sulaiman kini jatuh miskin. Namun, ia belum menyadari bahwa semua peristiwa pembakaran tersebut akibat perbuatan licik Datuk Meringgih. Oleh karena itu, ia meminjam uang kepada Datuk Maringgih. Datuk Meringgih pun memberikannya, namun pinjaman tersebut harus dapat dilunasi dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang telah ditetapkan, Datuk Meringgih datang menagih janji. Namun Baginda Sulaiman tak dapat melunasi hutangnya. Datuk Meringgih marah. Ia mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman jika hutangnya tidak segera dilunasi, kecuali Sitti Nurbaya menjadi istri mudanya. Fitnah terhadap Samsulbahri Baginda Sulaiman memilih untuk dipenjara karena ia tak ingin putri tunggalnya menikah dengan Datuk Maringgih. Pada saat itulah, Sitti Nurbaya keluar dari kamarnya dan menyatakan bersedia menjadi istri Datuk Meringgih asalkan ayahnya tidak dipenjarakan. Suatu putusan yang kelak akan disesali oleh Sitti Nurbaya. Sitti Nurbaya mengirimkan surat untuk mengabarkan peristiwa yang dialaminya kepada Samsulbahri. Samsulbahri merasa sedih karena besarnya cinta kepada Sitti Nurbaya, maka ketika liburan, ia pun pulang ke Padang, dan menyempatkan diri menengok Baginda Sulaiman yang sedang sakit. Kebetulan, Sitti Nurbaya sedang menjenguk ayahnya, tanpa sengaja. Mereka pun bertemu,lalu saling menceritakan pengalaman. Ketika mereka sedang asyik mengobrol, datanglah Datuk Meringgih. Ia menuduh mereka telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Samsulbahri menyangkalnya, karena ia merasa tidak melakukan hal yang dituduhkan oleh Datuk Maringgih, maka terjadilah pertengkaran. Ayah Sitti Nurbaya berusaha turun ke bawah untuk melerai pertengkaran tersebut, namun kondisinya yang kurang sehat menyebabkan Baginda Sulaiman jatuh dari tangga. Ia pun meninggal.
Samsulbahri diusir dari rumah.
Ternyata ayah Samsulbahri merasa malu atas tuduhan terhadap anaknya, ia pun mengusir Samsulbahri. Pemuda itu terpaksa kembali ke Jakarta. Sementara Sitti Nurbaya, sejak ayahnya meninggal merasa dirinya telah bebas dan tidak perlu lagi tunduk dan patuh kepada Datuk Meringgih. Sejak saat itu, ia tinggal menumpang di rumah kerabatnya, Aminah. Sitti Nurbaya bermaksud menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Namun, semua itu terhalang karena tuduhan dari Datuk Maringgih, mantan suaminya. Menurut Datuk Maringgih, Sitti Nurbaya sudah mencuri perhiasan miliknya. Namun, semua tuduhan tersebut tak terbukti. Datuk Maringgih masih belum puas. Ia kemudian menyuruh seseorang untuk meracuni Sitti Nurbaya. Kali ini, perbuatannya berhasil. Akhirnya, Sitti Nurbaya meninggal karena keracunan. Berita kematian Sitti Nurbaya membuat sedih ibu Samsulbahri. Ia jatuh sakit, dan tak berapa lama kemudian meninggal dunia. Berita kematian Sitti Nurbaya dan ibu Samsulbahri, sampai ke Jakarta. Samsulbahri amat berduka, ia mencoba bunuh diri. Beruntung, temannya, Arifin, dapat menggagalkan aksi nekat tersebut. Namun, berita yang sampai ke Padang, Samsulbahri dikabarkan telah meninggal dunia. Samsulbahri menjadi serdadu kompeni. Sepuluh tahun berlalu, Samsulbahri telah menjadi serdadu kompeni berpangkat letnan. Ia sekarang dikenal dengan nama Letnan Mas. Sebenarnya, ia menjadi serdadu kompeni hanyalah pelarian dari rasa frustasinya saat mendengar orang-orang yang dicintainya telah meninggal. Ia sempat ragu ketika mendapat tugas memimpin pasukan untuk memadamkan pemberontakan yang terjadi di Padang. Bagaimanapun, ia tak dapat begitu saja melupakan tanah leluhurnya itu. Ternyata, pemberontakan tersebut didalangi oleh Datuk Meringgih. Dalam pertempuran melawan pemberontak, Letnan Mas mendapat perlawanan cukup sengit. Namun, akhirnya ia berhasil menumpasnya, termasuk juga menembak Datuk Meringgih, hingga tewas. Namun, Letnan Mas luka parah terkena sabetan pedang Datuk Meringgih pada bagian kepala, sehingga terpaksa dirawat dirumah sakit.
Samsulbahri meninggal dunia.
Saat itulah timbul keinginan Letnan Mas untuk berjumpa dengan ayahnya. Ternyata, pertemuan antara “Si anak hilang” dan ayahnya itu merupakan pertemuan terakhir, setelah Letnan Mas mengatakan bahwa dirinya adalah Samsulbahri, ia mengembuskan napas terakhir di depan ayahnya. Ayahnya sangat terpukul dengan kepergian Samsulbahri menghadap Sang Pencipta, sehingga esok harinya, Sutan Mahmud Syah pun menghadap Illahi.