Anda di halaman 1dari 3

Sebagai manusia yang hanya tinggal sementara di muka bumi, bumi merupakan salah satu amanah yang

dititipkan pada kita, sehingga kita harus menjaga bumi dengan baik. Ada banyak cara yang dapat
dilakukan, salah satunya menerapkan gaya hidup less waste atau gaya hidup yang menghasilkan lebih
sedikit sampah. Di Kota Bandung sendiri sudah ada satu program, yakni KANG PISMAN (Kurangi,
Pisahkan, Manfaatkan). Namun masih banyak masyarakat Bandung yang perlu untuk diingatkan kembali
seputar filosofi dan konsep KANG PISMAN.

Mengapa muncul gerakan KANG PISMAN?

Filosofi pertama dari Al-Qur’an, kita diciptakan sebagai khalifah. Allah menciptakan bumi yang kemudian
dititipkan pada manusia untuk menjaga bumi. Apakah kita sudah benar-benar menjaga bumi? Ada dua
perilaku buruk terkait sampah, yakni yang pertama buang sampah sembarangan. Sampah yang dibuang
sembarangan mengakibatkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan dan makhluk hidup. Antara
lain, sungai dan laut tercemar oleh sampah. Pencemaran sungai dan laut oleh sampah juga mendzalimi
makhluk hidup yang tinggal di ekosistem tersbeut. Salah satunya, penyu yang di dalam hidungnya ada
sesuatu yang tersangkut, ternyata yang tersangkut adalah sedotan plastik. Selain itu, saat ini tengah
ramai fenomena mikroplastik, yakni plastik-plastik yang terbawa dari hulu sungai ke laut dan dalam
perjalanannya mengalami berbagai tekanan kemudian pecah menjadi ukuran mikro, kemudian
mikroplastik itu termakan ikan, dan ikan nya dimakan oleh kita. Kaitannya dengan buang sampah
sembarangan, sampah terbanyak yang dihasilkan yakni sampah sisa makanan dan tumbuhan. Dan konon
Indonesia penghasil sampah makanan terbanyak ke-2.

Perilaku buruk yang kedua yakni, kita tidak membuang pada tempatnya sesuai jenisnya. Filosofinya
yakni berdasarkan satu ayat Al-Qur’an (Ali Imran, 191) yang artinya “Sesungguhnya Allah menciptakan
sesuatu yang sia-sia”. Tapi kenapa saat ini ada sampah yang menjadi sia-sia bahkan dianggap sebagai
masalah. Sampah menjadi sia-sia karena sampai saat ini kita masih mencampurkan sampah. Pada
program KANG PISMAN, kuncinya yakni PIS atau pisahkan. Sampah paling banyak saat ini di Indonesia
yakni sampah sisa makanan dan tumbuhan. Sampah ini yang paling banyak bermasalah, sampah jenis ini
dicampurkan membuat sampah lain menjadi jijik, jorok, dan bau kemudian diangkut oleh petugas
kebersihan. Dengan hal seperti itu, sebetulnya tidak menyelesaikan masalah, hanya memindahkan
masalah. Sampah di rumah kita jadi tidak ada, namun jadi jijik, jorok, dan bau di petugas kebersihan.
Kemudian petugas kebersihan membawa sampah ke TPS. Di perjalanan, masyarakat terganggu dengan
bau yang dihasilkan. Sampai ke TPS pun, masyarakat sekitar TPS masih terganggu dengan bau dari
sampah. Dari TPS kemudian diangkut oleh truk PD Kebersihan, Truk juga menjadi bau. Di perjalanan
sampah menuju TPA Sarimukti tetap saja bau karena terkadang ada lindi yang dihasilkan di dalam truk.
Yang menjadi masalah lagi, ketika sampah sampai ke TPA menjadi masalah bagi masyarakat sekitar TPA.

Satu hari, sampah yang dihasilkan di Kota Bandung diprediksi mencapai 1700 ton/hari, tapi yang
terangkut oleh PD Kebersihan hanya 1300 ton/hari yang setara satu lapangan sepak bola terisi penuh
oleh sampah dengan ketinggian 75 cm. Pola kumpul-angkut-buang yang masih kita terapkan saat ini
hanya memindahkan masalah di akhir. Perlu kita ingat pada tahun 2005 saat Kota Bandung masih
membuang sampah secara open dumping ke Leuwigajah, terjadi longsoran sampah akibat tumpukan
sampah dan menimpa satu kampung sehingga merenggut 147 korban jiwa. Tanpa kita sadari, perilaku
kita terhadap sampah, pernah membunuh 147 orang.
Pola kumpul-angkut-buang di luar negeri sudah banyak ditinggalkan, dan muncul satu pola zero waste
lifestyle, pendekatan bagaimana caranya kita menyelesaikan sampah sejak dari sumber. Salah satunya di
Jepang, sudah menerapkan 3R (reduce, reuse, recycle). Di Bandung sendiri, diterjemahkan dengan gaya
orang Bandung menjadi KANG PISMAN (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan). Jadi intinya bagaimana
mengupayakan sampah ini tidak dibuang sampai ke TPA, tapi sudah mulai dikurangi dan diselesaikan
dari sumber.

Terdapat dua pendekatan yang dilakukan untuk menerapkan KANG PISMAN, yakni kampanye dan
sistem. Namun, kedua hal tersebut membutuhkan waktu. Tapi hal yang kita terapkan ini lebih baik
daripada kita tidak pernah memulai. Kita belajar dari Jepang, di Kawasaki tepatnya, yang sudah memulai
dari 1985, dan mereka membutuhkan waktu sekitar 8 tahun untuk menerapkan budaya 3R. Oleh karena
itu, kita menerapkan dua pendekatan sebagai strategi untuk menerapkan KANG PISMAN. Untuk saat ini
di Kota Bandung sedang memfokuskan kampanye massif dengan bekerja sama dengan berbagai pihak,
dan pembuatan kawasan model yang menerapkan KANG PISMAN. Saat ini sudah ada belasan RW yang
sudah menerapkan sistem KANG PISMAN dari rumah. Kemudian terdapat beberapa kawasan yang
menjadi percontohan yakni Mall PVJ, RS Hasan Sadikin, Pasar Ciwastra, Pasar Astanaanyar, Masjid Al-
Lathif. Dengan adanya kawasan percontohan ini, kita mempunyai lesson learn yang mudah diduplikasi.

Bagaimana praktik KANG PISMAN di rumah tangga?

Yang pertama dimulai dengan budaya KANG atau kurangi. Apa yang kita kurangi? Yang pertama sampah
sisa makanan. Contohnya di Itali, apabila makan di café tidak habis, maka harus membayar lebih. Yang
kedua kemasan plastik. Mulailah menerapkan budaya menggunakan tumbler. Di beberapa tempat yang
sudah menerapkan KANG PISMAN yang menerapkan program less waste sudah tidak menyediakan air
minum dalam kemasan, pesertanya biasanya membawa botol minum sendiri dan kotak makan sendiri.
Yang ketiga sedotan plastik. Di beberapa gerai makanan sudah tidak menyediakan sedotan kecuali kita
meminta pada kasir. Yang keempat plastik keresek. Kadang-kadang kita ingin memuliakan pembeli
kemudian memberikan keresek kepada pembeli. Tapi, seperti yang kita tahu 95% sampah keresek
berakhir di TPA atau sungai atau laut. Saat ini sudah ada Perda terkait penggunaan keresek di Kota
Bandung. Oleh karena itu, sebaiknya kita mulai menerapkan budaya membawa kantong belanja sendiri.
Selain itu, para pedagang sebaiknya menawarkan kantong keresek, kalua bias tidak menggunakan
kantong keresek. Yang kelima penggunaan tissue. Sebaiknya kita kurangi dengan penggunaan sapu
tangan.

Yang kedua budaya PIS atau pisahkan. Contohnya di Jepang, tepatnya di Kamamatsu sudah memisahkan
sampah sampai 34 jenis. Untuk saat ini di Kota Bandung, marilah kita pisahkan sampah untuk permulaan
menjadi 3 jenis, yakni sampah sisa makanan dan tumbuhan, sampah yang masih memiliki nilai ekonomis
(kardus, kaleng, gelas, dan sebagainya), dan sampah residu (sampah lainnya yang tidak memeiliki nilai
ekonomis seperti kemasan makanan, popok, keresek, dan sebagainya).
Yang ketiga MAN atau manfaatkan. Pertama sisa makanan dan tumbuhan, kita bisa melakukan sedekah
sampah organik. Sebetulnya tanah membutuhkan sampah organik. Oleh karena itu, kita bisa
menyedekahkan sampah organik kita ke tanah, dikembalikan ke alam, sehingga memberikan nutrisi baru
untuk tanah atau menggemburkan tanah. Manfaat lain dari menyedekahkan sampah organik ke tanah,
meningkatkan daya serap atau infiltrasi air ke tanah. Selain itu, kita memberikan kehidupan untuk biota-
biota di tanah. Hal pertama yang paling mudah dalam sedekah sampah yakni biarkan saja di halaman
rumah (sampah taman/kebun). Yang kedua kita membuat lubang untuk sampah organik. Apabila
memiliki lahan luas, buat lubang di taman kebun sendiri. Namun, jika areanya terbatas, buat lubang
biopori. Untuk mengurangi bau, sediakan penutup untuk lubang tersebut. Untuk mempercepat proses
pembusukan, kita dapat menambahkan air cucian beras ke dalamnya. Atau dapat pula menggunakan
cairan MOL (mikroorganisme lokal) untuk mempercepat pembusukan dan mengurangi bau. Hasilnya
menjadi kompos yang dapat digunakan sebagai media tanam atau pupuk di taman/kebun masing-
masing. Yang kedua dapat melakukan teknik pengomposan sederhana. Contohnya pipa kompos. Kita
membeli pipa beserta tutupnya. Ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian ditempatkan di
lahan yang ada di rumah, ditanam di sebuah galian, kemudian sampah organik dimasukkan ke dalam
pipa dan ditutup. Dapat menggunakan pula cairan MOL. Apabila sudah penuh, hasil kompos dipanen.
Selain itu, ada komposter, wasima, biodigester, dan sebagainya. Sampah sedekah organik dapat pula
diberikan ke hewan. Contohnya diberikan ke ayam, burung, ungags. Yang terbaru ada yang disebut
maggot. Maggot diberi makan sampah dan kemudian bisa dijadikan pakan ternak.

Yang kedua sampah daur ulang (sampah yang masih memiliki nilai ekonomis). Kita bisa melakukan pula
sedekah sampah daur ulang langsung ke pemulung/petugas kebersihan, atau bersama warga lainnya
membuat unit sedekah sampah dengan bekerja sama dengan unit-unit bank sampah yang sudah ada
atau menghubungi PD Kebersihan. Sedekah sampah ini lebih cocok diterapkan di masjid. Uang yang
didapatkan dari sedekah sampah dapat digunakan sebagai uang operasional masjid.

Yang ketiga residu. Saat ini sampah residu belum menciptakan sementara, untuk sementara masih
dibuang ke petugas kebersihan. Apabila kita membiasakan atau menerapkan KANG PISMAN, sampah
yang dibuang ke petugas kebersihan hanya tinggal residu saja. Targetnya pada tahun 2023 atau 2024
ditargetkan sampah residu ini akan diubah menjadi energy (Waste to Energy).

Anda mungkin juga menyukai