Anda di halaman 1dari 15

1

PENGARUH TEMPERATUR SINTERING DAN KOMPOSISI NIKEL PADA SINTESIS PADUAN


TERNER Mg-Al-Ni DENGAN METODE PEMADUAN MEKANIK

Ahmad Yasin
Departemen Teknik Metalurgi-Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) Bandung,
Jl. Terusan Jenderal Gatot Subroto, PO.BOX 807 (PINDAD) Telp: (+622) 732 0920 dan (+622) 731 2741,
Fax 7320920; 40285 Bandung - Indonesia

ABSTRAK

Paduan berbasis magnesium (Mg) merupakan salah satu paduan yang banyak sekali manfaatnya
dalam dunia industri. Salah satu manfaatnya dapat digunakan sebagai Hydrogen Storage Materials.
Penambahan unsur Ni dalam paduan magnesium berguna untuk mengurangi energi ketika proses hidrogenasi
berlangsung. Proses pembuatan spesimen uji dilakukan dengan salah satu metode metalurgi serbuk (powder
metallurgy) yaitu proses Mechanical Alloying (MA) yang bertujuan untuk mereduksi ukuran partikel,
meningkatkan homogenitas serta membantu dalam pembentukan fasa baru. Alat yang digunakan adalah
Planetary Ball Mill. Paduan Mg-Al akan didoping dengan menambahkan 5at.% dan 10at.% Ni menggunakan
variasi temperatur Sintering yaitu 5000C dan 5500C. Pengujian Kekerasan, Metalografi, XRD, dan SEM/EDS,
dilakukan untuk menganalisa paduan yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya
penambahan doping Ni dan naiknya temperatur sintering mampu menaikan sifat mekanik dan paduan yang
terbentuk berupa larutan padat Mg, Mg3AlNi2, Al3Mg2, Mg17Al12 dan NiAl3.

Kata Kunci : Mg, Al, Ni, Variasi Temperatur sintering, Pemaduan Mekanik, Sifat Mekanik

I. PENDAHULUAN sebesar 7,6% wt [8]. Selain itu, hidrida berbasis


Hidrogen merupakan salah satu energi Mg memiliki sifat yang baik, seperti tahan panas,
alternatif yang memiliki prospek menjanjikan di menyerap getaran, dan reversibilitas [5].
masa depan. Hidrogen dapat dikonversi menjadi Paduan magnesium yang banyak
energi listrik dengan bantuan system sel bahan dikembangkan sebagai metal hydrid adalah Mg-
bakar atau dikenal dengan fuel cell. Salah satu Ni, Mg-Al, Mg-Ti, Mg-Fe, Mg-Cr [3]. Salah satu
penggunaan fuel cell saat ini adalah pada industri paduan yang banyak dikembangkan adalah
otomotif. Namun masih ada kendala yang paduan magnesium dengan aluminium (Mg-Al).
menghambat aplikasi fuel cell pada kenderaan Paduan ini mampu menyerap hidrogen sebesar
bermotor, yakni tabung penyimpan hidrogen. 3.02% wt hidrogen [2]. Menurut diagram fasa
Tabung penyimpan hidrogen berfungsi biner Mg-Al terdapat dua fasa paduan yaitu fasa
menampung gas hidrogen, sama halnya seperti β– Mg2Al3 dan fasa γ–Mg17Al12. Dari
tangki bensin pada motor konvensional. penelitian sebelumnya mengenai hidrogenisasi,
Magnesium (Mg) dan paduannya diantara kedua fasa tersebut yang mampu
merupakan salah satu kandidat potensial sebagai mengikat hidrogen lebih banyak adalah fasa γ–
material penyerap hidrogen untuk aplikasi pada Mg17Al12[6]. Ada beberapa metode untuk
kendaraan fuel cell karena, secara teoritis, mensintesis magnesium dengan aluminium
memiliki kemampuan menyerap hidrogen dalam seperti, electrodeposition [11], bulk mechanical
jumlah besar (7,6 wt%). Jumlah ini melebihi alloying [13], arc melting[1], induction
batas maksimum yang ditargetkan Badan Energi melting[12] dan lain-lain. Pada penelitian ini
Dunia sebesar 5 wt% dan temperatur sintesa dilakukan dengan menggunakan metode
absorpsi/desorpsi ≤100 derajat celcius[10]. mechanical alloying atau pemaduan mekanik
Selain itu sifat Mg yang ringan, mudah diperoleh dengan menggunakan ball mill. Banyak faktor-
dan harganya yang terjangkau juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap hasil dari
pertimbangan peneliti dunia saat ini. proses milling ini seperti, kecepatan, waktu,
Penelitian tentang sumber energi dari temperatur, tekanan, ukuran grinding ball,
hidrogen difokuskan pada pengembangan metal persentase PCA (process control agent), dan
hydride sebagai media penyimpanan hidrogen komposisi berat serbuk tersebut[7]. Sintesa
yang lebih aman, karena sifat hidrogen yang paduan Mg-Al dengan penambahan doping Ni
sangat mudah terbakar. Mg merupakan salah akan menggunakan metode mechanical alloying.
satu material yang menjajikan yang dapat Metode ini memanfaatkan energi tumbukan bola
digunakan sebagai material Hydrogen Storage. yang mengakibatkan serbuk akan terdeformasi
Magnesium hydrid mampu menyimpan hidrogen sehingga akan hancur menjadi partikel nano [7].
2

Pada penelitian ini akan difokuskan kepada tidak seperti pada penggunaan energi fosil.
faktor penambahan % Ni dan temperatur Sebagai contoh aplikasi hidrogen pada sektor
sintering dalam metode mechanical alloying. otomotif. Hidrogen bila dikombinasikan dengan
Sehingga diharapkan dapat memberikan oksigen di dalam fuel cell akan menghasilkan
informasi mengenai pengaruh listrik. Hasil reaksinya hanya berupa uap air. Ini
penambahan Ni pada paduan MgAl dan menunjukkan salah satu ciri utamanya yang
memberikan parameter yang ideal dalam sangat ramah lingkungan. Karena itu teknologi
pembentukan paduan berbasis Mg-Al-Ni.[10] fuel cell sangat layak untuk dikembangkan.
II. LANDASAN TEORI Kendala utama yang menghadang aplikasi fuel
II.1. Energi Hidrogen cell saat ini adalah pada teknologi penyimpan
Energi fosil ketersediaannya makin hidrogen.
terbatas di alam, sehingga banyak upaya II.2. Teknologi Penyimpan Hidrogen
dilakukan untuk mencari energi alternatif lain (Hydrogen Storage)
yang baru dan terbarukan. Hidrogen, salah Sebuah sistem penyimpan hidrogen untuk
satunya, dipercaya sebagai salah satu energi aplikasi pada automotif setidaknya memenuhi
terbarukan yang sangat potensial, karena mudah beberapa persyaratan berikut ini, dengan
didapat, tersedia dalam jumlah besar di alam, dan memerhatikan sisi ekonomis dan lingkungan :
ramah lingkungan. Hidrogen merupakan salah 1. Kemampuan menyerap yang tinggi, baik
satu energi alternatif yang memiliki prospek secara gravimetric (>4.5 wt%) dan
menjanjikan untuk dikembangkan karena dapat volumetric(> 36g H2/L),
dikonversi menjadi energi listrik dengan bantuan 2. Temperatur operasional yang moderat dalam
sistem sel bahan bakar atau dikenal dengan fuel rentang antara 60–1200C
cell. 3. Reversibilitas dari siklus termal
Penelitian fuel cell kini menjadi harapan absorption/desorption,
baru khususnya bidang transportasi. Telah 4. Harga rendah,
diketahui bahwa konsumsi terbesar energi saat 5. Tidak mudah tercemar (low-toxicity) dan
ini adalah untuk transportasi yang 6. Segi keamanan yang tinggi
mengakibatkan tingkat polusi yang makin tinggi. Dikenal ada tiga metode penyimpanan
Karena itu arah riset hidrogen untuk aplikasi hidrogen untuk kenderaan berbahan bakar fuel
pada industri otomotif makin intensif dilakukan. cell, yakni dalam bentuk gas, cair dan padat.
Kendati mobil fuel cell saat ini sudah mulai Dalam bentuk gas, hidrogen musti disimpan
diproduksi, namun masih ada kendala yang dalam tangki bertekanan tinggi antara 300-700
dihadapi saat ini yakni pada tabung penyimpan bar. Dalam bentuk cair lebih rumit lagi dimana
hidrogennya. Tabung penyimpan hidrogen hidrogen harus dijaga agar tetap dalam keadaan
(hidrogen storage) berfungsi menampung gas cair atau pada suhu -253 derajat celcius. Kedua
hidrogen, sama halnya seperti tangki bensin pada teknik di atas dari sisi keamanan belum
motor konvensional. menjanjikan.
Saat ini dunia bergantung pada gas dan Sistem penyimpan yang menjanjikan untuk
minyak berbahan hidrokarbon. Ketergantungan bisa memenuhi persyaratan seperti tersebut di
dunia pada minyak dan gas bumi sangat atas adalah dengan menggunakan teknik
didominasi oleh bahan bakar fosil yang akhir- penyimpan padat (solid-state storage), dimana
akhir ini telah menimbulkan ancaman pada atom-atom H disimpan di dalam kisi material
ketahanan energi nasional. Untuk mengalihkan utamanya. Dalam hal ini hidrogen "disisipkan"
ketergantungan pada ekonomi berbasis pada material tertentu. Karena itu, kini kajian
hidrokarbon maka perlu langkah baru untuk mengenai penyimpan hidrogen (hydrogen
menuju era ekonomi hidrogen. Kegiatan storage) sangat intensif dilakukan sebagai upaya
ekonomi berbasis hidrogen dicirikan oleh untuk mendapatkan material yang sesuai dan
ketersediaan sumber energi ramah lingkungan mampu menyimpan/menyerap hidrogen dalam
dan tersedia secara merata, mulai dari perangkat jumlah besar, ringan dengan harga yang
pembangkit hidrogen dan sarana transportasi ekonomis. Metoda solid storage ini dipicu oleh
berbasis hidrogen. Sehingga perekonomian kenyataan bahwa jika menyimpan hidrogen
bergerak berbasis kepada penggunaan teknologi dalam bentuk gas harus dalam bentuk tabung
hidrogen. dengan tekanan tinggi (700 bar (4.4 MJ/L)) yang
Untuk merubah hidrogen menjadi energi secara safety sangat tidak efisien. Sementara itu,
listrik dapat dilakukan dengan sistem jika disimpan dalam bentuk cair, suhu harus
konvensional, yakni dengan teknologi internal tetap stabil pada -2530C (8 MJ/L). Guna mecari
combustion engine (ICT) ataupun dengan solusi atas permasalahan di atas maka beberapa
teknologi sel bakar atau dikenal dengan istilah upaya yang saat ini telah dilakukan untuk
fuel cell. Keuntungan pemakaian fuel cell mendapat material terutama yang berskala
berbasis hidrogen dapat mengurangi polusi, nanometer dan membentuk komposit dan
3

memenuhi persyaratan bagi penyimpan hidrogen penghancuran, dan pengelasan ulang untuk
padat. butiran serbuk pada high energy ball mill.
Disini akan didiskusikan secara ringkas Mechanical Alloying dapat digunakan untuk
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada sintesis supersaturated solid solution,
saat gas hidrogen berinteraksi dengan material nanostructures, amorphous alloys, intermetallic,
logam untuk membentuk hidrida logam (metals dan chemical compound. Variabel yang
hydrides). Ada dua jenis kontak yang terjadi saat digunakan pada penelitian kali ini adalah faktor
hydrogen berinteraksi dengan permukaan logam. penambahan Al dan kecepatan yang optimum
Yakni interaksi yang disebut Physisorption dan untuk milling paduan MgAl. Diharapkan dari
Chemisorption. penilitian ini akan dihasilkan paduan MgAl yang
Pada peristiwa interaksi physisorption, murni sesuai dengan kebutuhan dunia industri.
terjadi karena adanya interaksi elektrostatik Van Magnesium murni mampu menyimpan
der Walls. Perbedaan antara Physisorption dan hydrogen sebesar 7,6% wt [8]. Namun seringkali
Chemisorption utamanya adalah pada interaksi magnesium dipadukan dengan unsur lain,
antara adsorbent dan adsorbate. Jika pada diantaranya dengan menambahkan unsur nikel
interaksi secara physisorption -seperti telah (Ni), alumunium (Al), besi (Fe), chromium (Cr),
disebut sebelumnya- yakni murni terjadi karena titanium (Ti) [9]. Paduan Mg-Al merupakan
gaya elektrostatik Van der Walls, maka interaksi salah satu paduan yang banyak digunakan
chemisorption mencakup formasi ikatan kimia sebagai metal hydride, karena paduan tersebut
antara adsorbate dan adsorbent. Pada sistem mampu menyerap hidrogen sebesar 3.02 wt.%
metal-hydrogen (M-Hsystems) hampir semua [2].
jenis ikatan kimia dapat direalisasikan, baik Sistem biner dari Mg-Al yang paling
ionik, kovalen dan metalik. umum digunakan dari dahulu adalah paduan
II.3. Magnesium dan Paduannya tuangan. Paduan seperti AZ91, AM50, dan AM
Magnesium (Mg) memiliki sifat yang 60 masih terus dibandingkan dalam sejumlah
ringan, kelenturan yang tinggi dan mudah bagian dari seluruh magnesium dalam paduan
dibentuk. Penggunaan magnesium banyak sekali tuangan. Gambar 2.1. menunjukan diagram fasa
diterapkan pada industri transportasi. Paduan dari Mg-Al. larutan maksimum dari Aluminium
magnesium (Mg) banyak dikembangkan sebagai dalam magnesium berkisar antara 2,1wt% dalam
aplikasi dalam bidang hydrogen storage. 25°c hingga 12,6wt% pada suhu eutektik 437°c,
Perkembangan teknologi fuel cell banyak komposisi eutektik 32,3wt%dan eutektik berada
memacu penelitian untuk mengembangkan diantara a-Mg dan fasa β, yang mana fasanya
aplikasi paduan magnesium sebagai media adalah Mg17Al12.
penyimpanan hidrogen. Metode penyimpanan
melalui benda padat ini dirasa lebih aman jika
dibandingkan dengan metode penyimpanan
dengan media cair maupun gas. Keuntungan
utama magnesium dan paduan magnesium dari
material struktur lainya yaitu massa jenisnya
rendah, good ductility dan tahan korosi.
Beberapa paduan magnesium digunakan untuk
sarana angkut seperti kereta, truk, dan mobil.
Karena paduan Magnesium memiliki ductility
yang rendah maka dapat meningkatkan bahan
bakar secara efisiensi dibandingkan dengan
aluminium. Paduan Magnesium dalam Gambar 1. Diagram biner MgAl
aplikasinya untuk mesin-mesin industri II.4. Metalurgi Serbuk
digunakan untuk komponen yang beroperasi Metalurgi serbuk merupakan salah satu
pada kecepatan tinggi dan merupakan unsur teknik produksi dengan menggunakan serbuk
yang ringan untuk memperkecil kekuatan sebagai material awal sebelum proses
inersialnya. pembentukan. Prinsip ini adalah memadatkan
Paduan magnesium yang paling banyak sebuk logam menjadi bentuk yang dinginkan
digunakan adalah paduan MgAl. Paduan MgAl dan kemudian memanaskannya di bawah
yang lazim digunakan, dibuat dengan cara temperatur leleh. Sehingga partikel-partikel
pengecoran. Pada penelitian ini digunakan logam memadu karena mekanisme transportasi
metode yang tidak konvensional, yakni massa akibat difusi atom antar permukaan
menggunakan proses mechanical alloying partikel. Metode metalurgi serbuk memberikan
untuk sintesis MgAl. Mechanical alloying kontrol yang teliti terhadap komposisi dan
(MA) adalah proses solid-state serbuk dengan penggunaan campuran yang tidak dapat
teknik menyertakan pengulangan pengelasan, difabrikasi dengan proses lain. Sebagai ukuran
4

ditentukan oleh cetakan dan penyelesaian akhir 2. Mixing (Pencampuran serbuk)


(finishing touch). Pencampuran serbuk dapat dilakukan dengan
Proses metalurgi serbuk adalah merupakan mencampurkan logam yang berbeda dan
proses pembuatan produk dengan material-material lain untuk memberikan sifat
menggunakan bahan dasar dengan bentuk fisik dan mekanik yang lebih baik.
serbuk yang kemudian di sinter yaitu proses Pencampuran dapat dilakukan dengan proses
konsolidasi serbuk pada temperatur tinggi yang kering (dry mixing) dan proses basah (wet
di dalamnya termasuk juga proses penekanan mixing). Pelumas (lubricant) mungkin
atau kompaksi. ditambahkan untuk meningkatkan sifat powder
Proses metalurgi serbuk memiliki banyak flow.
keuntungan antara lain : 3. Sintering
1. Efisiensi pemakaian bahan yang sangat Sintering adalah salah satu tahapan
tinggi dan hampir mencapai 100% metodologi yang sangat penting dalam ilmu
2. Tingkat terjadinya cacat seperti segregasi bahan, terutama untuk bahan keramik. Selama
dan kontaminasi sangat rendah. sintering terdapat dua fenomena utama yaitu
3. Stabilitas dimensi sangat tinggi. : pertama adalah penyusutan (shrinkage) yaitu
4. Kemudahan dalam proses standarisasi dan proses eliminasi porositas dan
otomatisasi yang kedua adalah pertumbuhan butiran.
5. Tidak menimbulkan tekstur pada produk. Fenomena yang pertama dominan selama
6. Besar butir mudah dikendalikan pemadatan belum mencapai kejenuhan, sedang
7. Mudah dalam pembuatan produk beberapa kedua akan dominan setelah pemadatan
paduan khusus yang susah didapatkan mencapai kejenuhan. Parameter sintering
dengan proses pengecoran (casting). diantaranya adalah : temperatur, waktu
8. Porositas produk mudah dikontrol penahanan, kecepatan pendinginan, kecepatan
9. Cocok untuk digunakan pada material pemanasan dan atmosfir.
dengan kemurnian tinggi. Sintering biasanya digunakan pada sampel
10. Cocok untuk pembuatan material komposit pada temperatur tinggi. Dalam terminologi
dengan matriks logam. teknik istilah sintering digunakan untuk
Proses metalurgi serbuk untuk aplikasi menyatakan fenomena yang terjadi pada produk
magnetik yang dalam hal ini adalah untuk bahan, padat dibuat dari bubuk, baik logam /
memproduksi material magnetik lunak (soft non logam. Sebuah kumpulan partikel dengan
magnetic materials) untuk aplikasi arus DC ukuran yang tepat (biasanya diameter beberapa
pada peralatan elektronik juga untuk magnet mikro atau lebih kecil) dipanaskan sampai suhu
permanent. Dalam beberapa tetapi tidak berarti antara ½ dan ¾ titik leleh, ini dalam orde menit
semua bagian dari aplikasi yang ada diproduksi selama perlakuan ini partikel-partikel tergabung
dengan proses metalurgi serbuk karena metode bersama-sama.
ini dapat menghasilkan bentuk akhir dengan Dari segi cairan, sintering dapat menjadi
proses tambahan seperti machining dan dua yaitu : sintering fasa padat dan sintering
grinding minimal pada satu waktu untuk fasa cair. Sintering dengan fasa padat adalah
mendapatkan sifat magnet yang diinginkan. sintering yang dilaksanakan pada suatu
II.5. Tahapan Proses Metalurgi Serbuk temperatur yang telah ditentukan, dimana dalam
1. Mechanical Alloying bahan semuanya tetap dalam fasa padat. Proses
Salah satu pembentukan serbuk dengan penghilangan porositas dilakukan melalui
mechanical alloying yaitu proses pengolahan transport massa. Jika dua partikel digabung dan
solid state serbuk logam teknik menyertakan dipanaskan pada suhu tertentu, dua partikel ini
pengulangan penggabungan, penghancuran dan akan berikatan bersama-sama dan akan
penggabungan kembali (rewelding) untuk membentuk neck. Pertumbuhan disebabkan
butiran serbuk pada HEM (High Energy Ball). oleh transport yang meliputi evaporasi,
Mechanical Alloying dapat digunakan untuk kondensasi, difusi. Lingkungan sangat
sintesis larutan padatan, nano partikel, paduan berpengaruh karena bahan mentah terdiri dari
amorf, intermetalik, dan komposisi kimia. partikel kecil yang mempunyai daerah
Proses mechanical alloying sebagian besar permukaan yang luas. Oleh karena itu
dipengaruhi oleh termodinamik dan sifat kinetik lingkungan harus terdiri dari gas reduksi atau
pada sistem serbuk, intensitas milling dan nitrogen untuk mencegah terbantuknya lapisan
temperatur. Mechanical alloying dapat oksida pada permukaan selama proses sinter.
digunakan untuk menghasilkan fasa amorfus 4. Compacting
yang berbeda, senyawa intermetalik, solid Compacting adalah suatu cara untuk
solution, atau paduan nano crystaline [6] memadatkan serbuk menjadi bentuk yang
diinginkan. Terdapat beberapa metode
penekanan , diantaranya penekanan dingin (cold
5

compacting) dan penekanan panas (hot III.2. Langkah-langkah Penelitian


compacting). Cold compacting yaitu Pembuatan sampel uji pada penelitian ini
memadatkan serbuk pada temperatur ruang dengan metode salah satu metalurgi serbuk
untuk menghasilkan green body. Sedangkan (powder metallurgy) yaitu High Energy Milling.
penekanan panas (hot compacting) yaitu proses Adapun tahapan proses metalurgi serbuk
pemadatan serbuk yang diiringi dengan menurut ASM Metal Handbook Vol 7 dapat di
pemanasan (sintering). Umumnya digunakan lihat pada skema berikut ini :
untuk serbuk yang tidak mudak teroksidasi. Serbuk Logam
Bahan-bahan dengan kekerasan rendah , seperti
alumunium, kuningan, dan perunggu
memerlukan tekanan pemadatan yang tinggi.
Semakin tinggi tekanan pemadatan akan Pemaduan Mekanik
menaikan berat jenis hingga kondisi optimum.
Kompaksi

Sintering
Gambar 3. Skema proses metalurgi serbuk
1. Penimbangan Awal
Proses penimbangan awal serbuk dilakukan
dengan mengacu terhadap berat yang telah
Gambar 2. Proses penekanan serbuk
dirancang, yaitu Mg55%, Al45% sebanyak
Penekanan terhadap serbuk dilakukan agar
10,gram, Mg45%, Al45%, Ni10% sebanyak 10
serbuk dapat menempel satu dengan lainnya
gram dan Mg50%, Al45%, Ni5% sebanyak 10
sebelum ditingkatkan ikatannya dengan proses
gram. Pada penelitian ini, parameter yang
sintering. Dalam proses pembuatan suatu paduan
diteliti adalah variasi temperatur sintering yaitu
dengan metode metalurgi serbuk, terikatnya
500 oC & 550oC.
serbuk sebagai akibat adanya interlocking antar
2. Pemaduan Mekanik (Planetary Ball Mill )
permukaan, interaksi adesi-kohesi, dan difusi
Proses pemaduan mekanik (mechanical
antar permukaan. Untuk yang terakhir ini (difusi)
alloying) ini menggunakan mesin Mixer Mill
dapat terjadi pada saat dilakukan proses
PW 700i Toshiba dengan kecepatan getaran
sintering. Bentuk benda yang dikeluarkan dari
1270 Hz. Bahan serbuk awal tiap unsur
pressing disebut bahan kompak mentah, telah
dimasukan kedalam 3 kontainer dengan
menyerupai produk akhir, akan tetapi
komposisi yang sudah ditentukan.Proses
kekuatannya masih rendah. Kekuatan akhir
penggilingan ini menggunakan kecepatan
bahan diperoleh setelah proses sintering.
getaran 645 rpm dan lama penggilingan 1 jam.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Bahan serbuk awal setiap unsur dimasukan
III.1. Alat dan Bahan
kedalam 3 buah kontainer dengan komposisi
Tabel 1. Alat dan Bahan
yang sudah ditentukan.
Alat Bahan
1. Mesin kompaksi 1. Serbuk Mg
dengan cetakan 2. Serbuk Al
berdiameter 11 mm PUDAK scientific
2. Mesin Planetary 3. Serbuk Ni
Ball Mill 4. Ampelas (240,
3. Tungku sinter 400, 800, 1000,
(Tube Furnace) 2000 mesh)
4. Mikroskop optik 5. Pasta Gigi Zact
5. Alat pengujian (Pasta abrasif)
keras jenis Vickers 6. Resin & Hardener
6. Mesin Grinding (katalis) Gambar 4. Mesin HEM
7. Mesin Poles 7. Gas argon (high
8. Jangka sorong purity argon gas)
9. Timbangan digital Bola giling yang digunakaan saat proses
10. Mikrometer skrup pemaduan di dalam kontainer berupa bola
bearing dengan jenis material stainless steel
316, berdiameter 11 mm sebanyak 12 butir dan
8 mm 15 butir. Pada pengerjaannya
menggunakan perbandingan atau ratio antara
6

bola baja SS 316 dengan serbuk dalam satu


kontainer yaitu 1: 10. Bola bearing yang
digunakan ada 2 jenis yaitu bola bearing dengan
dimensi 11 mm sebanyak 12 buah dan bola
bearing dengan dimensi 8 mm sebanyak 15
buah sehingga total berat seluruh bola bearing
itu adalah 100 mm.
3. Penimbangan kembali
Sesuai dengan komposisi yang dirancang, Gambar 6. Tube Furnace
berat satu buah spesimen untuk dilakukan
proses kompaksi ialah 1,1 gram. Sehingga
setelah proses pemaduan serbuk, ketiga
komposisi Mg-Al-Ni ditimbang kembali untuk
mendapatkan berat tiap spesimen sesuai dengan
yang sudah dirancang.
4. Proses Kompaksi
Mesin yang digunakan saat proses
kompaksi ini yaitu mesin Metal Injection
Molding dengan sistem kerja mesin secara
hydraulic. Proses kompaksi ini bertujuan untuk
meningkatkan ikatan mekanik antara partikel
serbuk sehingga didapatkan densitas yang lebih Gambar 7. Kurva sintering temperatur 5000C
baik.dengan penekanan dua arah dan tekanan
yang diberikan sebesar 80 kg/cm2 dengan waktu
penahan 30 detik.

Gambar 8. Kurva Sintering temperatur


5500C
6. Metalografi dan Pengujian Mikrostruktur
Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui struktur dan fasa pada paduan Mg-
(a) Al-Ni setelah melewati proses sintering.
Pertama-tama, material harus melalui tahapan
metalografi kualitatif terlebih dahulu.
Kemudian dilanjutkan dengan pengamatan
struktur mikro material melalui mikroskop
optik.
Tahapan metalografi kualitatif ini terdiri
dari beberapa tahapan proses, diantaranya:
(b) 1. Pembingkaian
Gambar 5. (a) Mesin kompaksi (kiri), (b) Pembingkaian bertujuan untuk
bentuk sampel uji (kanan) memudahkan pemegangan spesimen ketika
5. Proses Sintering dilakukan proses selanjutnya.
Tungku yang digunakan saat proses Pemegang/pembingkai dengan material
sintering ini yaitu Tube Furnace dengan pembingkai antara lain dari jenis resin, gip,
temperatur sinter 5000C dan 5500C dengan bakelit, atau dengan logam paduan dengan titik
penahanan waktu 1 jam serta dialiri gas argon. cair rendah serta menggunakan hardener
Proses pendinginan dilakukan di dalam tungku sebagai pengeras resin. Proses pembingkaian ini
yang dimatikan (annealing). menggunakan metode castable mount atau
pembingkaian cor.

2. Penggerindaan/Pengampelasan
7

Proses penggerindaan menggunakan mesin c) d = Panjang diagonal rata-rata


gerinda putar media gerinda berupa kertas hasil indentasi
ampelas mulai ampelas 240, 400, 800, 1000 dan
2000 mesh. Pada saat proses penggerindaan
spesimen dipegang dengan posisi yang tetap di
atas mesin gerinda putar sehingga semua
goresan ada pada satu arah yang sama.
3. Pemolesan
Mesin poles yang digunakan yaitu
METKON® Gripo 1V, kecepatan 231 rpm
dengan media kain poles (beludru) di atas
piringan poles dengan pasta gigi yang memiliki
partikel Al2O3 sebagai partikel abrasif.

Gambar 10. Microhardness Tester Zwick


3212
5. Pengujian SEM-EDS
Spesimen yang telah dimetalografi selanjutnya
dilakukan pengujian SEM-EDS untuk
mengetahui topografi permukaan spesimen dan
Gambar 9. Mesin poles analisa unsur-unsur yang terlokalisir dalam
4. Pengujian Kekerasan material. Spesimen yang diuji adalah spesimen
Proses pengujian material pada penelitian Mg55%, Al45% dengan temperatur sinter
ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik 4500C , Mg45%, Al45%, Ni10% dengan
material dan juga untuk mengetahui sifat temperatur sinter 5500C dan Mg50%, Al45%,
mekanis dari material yang telah dibuat. Ni5% dengan temperatur sinter 5500C.
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian
kekerasan dengan metode Vickers. Metode
Vickers ini didasarkan pada penekanan oleh
suatu gaya tekan tertentu menggunakan sebuah
penekan (indentor) berupa piramida intan.
Standar pengujian ini mengacu pada ASTM
E92 (Standard Test Method for Vickers
Hardness of Metallic Materials).
Pada pengujian kekerasan Vickers material
Mg-Al-Ni ini menggunakan mesin
Microhardness Tester Zwick 3212. Beban yang
digunakan ialah sebesar 50 gram dengan jeda
penekanan 8 sekon. Pengujian dilakukan pada
lima titik untuk setiap spesimen uji. Pengukuran
panjang diagonal hasil indentasi dilakukan
menggunakan mesin Nikon Eclipse LV 150.
Untuk mendapatkan nilai kekerasan dari
metode Vickers ini, data beban yang digunakan
dan panjang diagonal hasil indentasi harus
diolah menggunakan persamaan berikut.

.
Dimana:
a) VHN= Vickers Hardness Number
b) P = Beban yang diberikan (kgf)
Gambar 11. Mesin uji SEM-EDS
8

6. Pengujian X-Ray Diffraction (XRD) Tabel 3. Data pengamatan perubahan


Pengujian XRD dilakukan untuk dimensi dan berat sampel uji
mengetahui senyawa-senyawa apa saja yang
terkandung dalam spesimen setelah melewati Diameter Tinggi Berat
Kekuat Tem
proses sintering dan serbuk paduan. Spesimen (mm) (mm) (gram)
an perat
yang diuji adalah serbuk Mg-Al dan serbuk Mg- Sam Kompa ur Se
No Sesu Sesu Sebe Sesu
pel ksi Sinte bel Sebelu
Al-Ni5% lalu spesimen yang telah di kompaksi um
dah
m
dah lum dah
(kg/cm ring Sinte Sinte Sinte Sinte
dan melewati proses sintering yaitu Mg-Al- 2
) (oC) Sin Sinter
r r r r
Ni5% dengan temperatur sintering 5000C dan ter
Mg-Al-Ni10% dengan temperatur sintering MgA
11, 11,3 1,05 0,87
lNi5 80 500 4,99 4,93
5500C. %
41 0 33 96
MgA
11, 11,2 1,05 0,87
lNi5 80 500 5,00 4,97
43 7 60 56
%
MgA
11, 11,3 1,05 0,88
lNi5 80 500 4,89 4,86
43 2 32 37
%
1
MgA
11, 11,3 1,05 0,59
lNi5 80 550 5,17 5,08
41 6 98 60
%
MgA
11, 11,3 1,05 0,94
lNi5 80 550 5,10 5,08
43 5 35 90
%
MgA
11, 11,3 1,05 0,95
lNi5 80 550 5,15 5,07
40 5 59 09
%
Gambar 12. Mesin XRD MgA
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 11, 11,3 1,05 0,90
lNi1 80 500 4,72 4,70
42 5 28 62
IV.1. Hasil 0%
Penelitian ini diawali dengan pembuatan MgA
11, 11,3 1,04 0,90
lNi1 80 500 4,68 4,62
spesimen uji dengan menghitung massa 0%
42 6 59 07
masing masing serbuk Mg, Al dan Ni. MgA
11, 11,3 1,04 0,90
Pembuatan sampel dengan mangacu pada lNi1 80 500
43 6
4,69 4,61
86 35
desain komposisi yang telah ditentukan yaitu 0%
2
MgAl, Mg-Al-Ni5% dan Mg-Al-Ni10% sesuai MgA
11, 11,3 1,05 0,96
lNi1 80 550 4,91 4,81
dengan perhitungan yang telah telah terlampir. 47 5 08 00
0%
Berdasarkan hasil perhitungan massa MgA
11, 11,3 1,05 0,96
serbuk setiap unsur dapat dilihat pada tabel lNi1 80 550
46 4
4,96 4,88
36 47
berikut : 0%
MgA
Tabel 2. Massa unsur setiap sampel lNi1 80 550
11, 11,3
4,89 4,85
1,05 0,96
No Sampel Uji Unsur Berat (gr) 48 7 48 01
0%
1. Mg-Al Mg 5,5 MgA 450 11, 11,1 1,05 0,99
80 5,22 5,19
l 40 9 91 26
Al 4,5
MgA 500 11, 11,2 1,01 0,98
3 80 5,22 5,05
2. Mg-Al-Ni Mg 5 l 40 0 55 33
Al 4,5 MgA 550 11, 11,1 1,06 0,88
80 5,30 5,27
Ni 0,5 l 40 9 12 79
3. Mg-Al-Ni Mg 4,5 Pada penelitian ini, dilakukan pengujian
Al 4,5 kekerasan dengan metode uji Vickers
Ni 10 menggunakan alat Microhardness Tester
Pembuatan spesimen uji dilakukan dengan Vickers. Pengujian ini dilakukan dengan
salah satu metode metalurgi serbuk (powder mengaplikasikan beban pada 5 titik yang
metallurgy) yaitu proses pemaduan mekanik berbeda pada sampel supaya diketahui nilai
(machanical alloying), dilanjutkan dengan kekerasan rata-ratanya. Beban yang digunakan
proses kompaksi, dan sintering. Spesimen adalah sebesar 50 gram dengan indentor
yang dibuat mengalami perubahan dimensi berbentuk diamond pyramid (piramida intan).
baik berat maupun tinggi dan diameternya Dari hasil pengujian yang telah dilakukan,
setelah melewati proses sintering. didapatkan data beban tekan dan dioganal jejak
Berikut ini adalah data pengamata sampel indentasi yang kemudian diolah kembali
uji selama penelitian berlangsung. menggunakan rumus metode Vickers. Berikut
adalah data tabel hasil pengujian kekerasan
pada setiap sampel paduan.
9

Tabel 4. Data pengujian material Mg-Al Tabel 8. Data pengujian material Mg-Al-Ni
dengan temperatur sintering 500oC 10% dengan temperatur sintering 500oC
No Beban Diameter HVN HVN No Beban diameter HVN HVN
rata- rata-
rata rata
1 50 36,65 69,01 1 50 30,17 101,84
gram 75,33 gram 98,94
2 50 35,71 72,69
gram 2 50 31,04 94,21
3 50 35,01 75,24 gram
gram 3 50 30,22 101,51
4 50 33,14 84,41 gram
gram
4 50 30,04 96,21
Tabel 5. Data pengujian material Mg-Al gram
dengan temperatur sintering 550oC
No Beban diameter HVN HVN Tabel 9. Data pengujian material Mg-Al-
rata- Ni 10% dengan temperatur sintering 550oC
rata
No Beban diameter HVN HVN
1 50 32,14 89,74 rata-
gram 92,11 rata
2 50 31,26 94,86 1 50 24,19 158,42
gram gram 152,29
3 50 31,02 95,23 2 50 25,23 145,63
gram gram
4 50 32,34 88,63 3 50 25,05 147,73
gram gram
4 50 24,27 157,38
Tabel 6. Data pengujian material Mg-Al-Ni 5% gram
dengan temperatur sintering 500oC
No Beban diameter HVN HVN
rata- GRAFIK HARGA
rata
1 50 gram 33,62 82,01
KEKERASAN VS
87,88 TEMPERATUR SINTERING
2 50 gram 32,66 86,91
200
3 50 gram 31,04 96,21
Harga Kekerasan (HVN)

150
4 50 gram 32,76 86,38
100
50
Tabel 7. Data pengujian material Mg-Al-Ni 5%
dengan temperatur sintering 550oC 0
500 550
No Beban Diameter HVN HVN
rata-
rata Temperatur Sintering (0C)
1 50 25,91 138,08 MgAl MgAlNi5% MgAlNi10%
gram 136,50
2 50 26,73 129,74 Gambar 13. Grafik harga kekerasan vs
gram temperature sintering
3 50 26,72 129,84
gram
4 50 25,00 148,32
gram
10

Dari hasil proses metalurgi serbuk kemudian


dilakukan pemeriksaan mikrostruktur pada
spesimen melalui pengujian metalografi.
Adapun hasilnya dapat dilihat pada gambar
berikut :

Gambar 18. Hasil uji metalografi sampel


MgAlNi10% T.5000C

Gambar 14. Hasil uji metalografi sampel


MgAl T.5000C

Gambar 19. Hasil uji metalografi sampel


MgAlNi10% T.5500C
Gambar 15. Hasil uji metalografi sampel Berikut ini adalah data pengujian
MgAl T.5500C metalografi kuantitatif dimana tujuannya ialah
untuk mengetahui fraksi volume porositas pada
sampel paduan Mg-Al-Ni. Metode yang
digunakan adalah metode point counting
(ASTM E-562).
Tabel 10. Data Fraksi Volume Porositas
No Sampel Temperatur Fraksi Volume
Sintering oC Porositas (%)

1 Mg-Al 500 10,6

Gambar 16. Hasil uji metalografi sampel 2 Mg-Al 550 9,2


MgAlNi5% T.5000C 3 Mg-Al-Ni 5% 500 14,3

4 Mg-Al-Ni 5% 550 12,6

5 Mg-Al-Ni 10% 500 13,7

6 Mg-Al-Ni 10% 550 11,9

Gambar 17. Hasil uji metalografi sampel


MgAlNi5% T.5500C
11

GRAFIK PERSEN POROSITAS VS


TEMPERATUR SINTERING
20%
PERSEN POROSITAS

15% MgAl
10%
MgAlNi
5%
5%
0% MgAlNi
500 550 10%
TEMPERATUR OC

Gambar 20. Grafik persen porositas vs


temperatur sintering
Pengujian SEM-EDS (Scanning Electron
Microscope - Energy Dispersive Spectroscopy)
untuk menganalisis komposisi kimia dari suatu
spesimen. Pada pengujian ini dilakukan pada
spesimen MgAl, MgAlNi5% dan
MgAlNi10%. Pengujian pada spesimen setelah
sintering untuk melihat komposisi kimia yang
terbentuk dan di plot pada diagram fasa Mg-
Al-Ni untuk dianalisis komposisi kimia target
yang sudah direncanakan.

Gambar 21. Hasil pengujian SEM-EDS


sampel MgAlNi5% temperatur 5000C
setelah sintering
Data hasil pengujian SEM EDS yang di
plotkan ke dalam diagram biner dan terner :

Gambar 20. Hasil pengujian SEM-EDS Gambar 22. Plot data hasil EDS pada
sampel MgAl setelah sintering diagram fasa Mg-Al
Keterangan:
a) : Komposisi awal Mg-Al Temperatur
500oC
12

b) : Komposisi Mg-Al Temperatur 500oC


Hasil Uji SEM-EDS Counts
100 - 062016 Sbk 17

900

400

Gambar 23. Kurva Sintering temperatur 100


5000C

0
20 30 40 50 60 70 80 90
Position [°2Theta] (Copper (Cu))

Gambar 25. Hasil pengujian XRD sampel


serbuk MgAl

Counts
95 - 062016 - sbk 12

900

400

100

0
Gambar 24. Plot data hasil SEM-EDS pada 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
diagram fasa terner Mg-Al-Ni Position [°2Theta] (Copper (Cu))

Keterangan:
Gambar 26. Hasil pengujian XRD sampel
a) : Komposisi awal Mg-Al-Ni 5%
serbuk MgAlNi5%
Temperatur 500oC
b) : Komposisi awal Mg-Al-Ni 10%
Temperatur 550oC Counts
97-062016-Pdt 14
c) : Komposisi Mg-Al-Ni 5%
Temperatur 500oC Hasil Uji SEM-EDS 900
d) : Komposisi Mg-Al-Ni 10%
Temperatur 550oC Hasil Uji SEM-EDS
Pengujian XRD dilakukan untuk 400

mengetahui fasa-fasa yang terbentuk pada


paduan MgAl dan MgAlNi. Pada Pengujian
XRD dilakukan terhadap sampel uji Serbuk 100

MgAl dan serbuk MgAlNi 5% lalu hasil


sintering MgAlNi 5% dan MgAlNi 10%
dimana temperatur sinteringnya yaitu 500oC 0

dan 550oC lalu di lakukan holding time selama 20 30 40 50 60 70 80


Position [°2Theta] (Copper (Cu))
90 100 110

1 jam. Hasil XRD pada spesimen setelah


sintering ditunjukan pada gambar berikut :
Gambar 27. Hasil pengujian XRD sampel
MgAlNi5% setelah sintering
13

Dari data uji keras sampel Mg-Al-Ni5%


Counts
96 - 062016 - pdt 13 dengan temperatur sintering 500oC dapat
diketahui bahwa harga kekerasan rata-rata
1600
pada sampel ini adalah 87,88 HVN, dan pada
sampel Mg-Al-Ni5% dengan temperature
900 sintering 550oC dapat diketahui bahwa harga
kekerasan rata-rata pada sampel ini adalah
400
98,94 HVN.
Dari data uji keras sampel Mg-Al-Ni10%
dengan temperatur sintering 500oC dapat
100
diketahui bahwa harga kekerasan rata-rata
pada sampel ini adalah 136,50 HVN, dan pada
0
20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
sampel Mg-Al-Ni10% dengan temperature
Position [°2Theta] (Copper (Cu)) sintering 550oC dapat diketahui bahwa harga
kekerasan rata-rata pada sampel ini adalah
Gambar 28. Hasil pengujian XRD sampel
152,29 HVN.
MgAlNi10% setelah sintering
Dari seluruh data tersebut, kita dapat
melihat bahwa perbandingan harga kekerasan
IV.2. PEMBAHASAN
antara paduan Mg-Al, Mg-Al-Ni5% dan Mg-
Rancangan spesimen uji yang akan dibuat
Al-Ni10% pada setiap temperatur sintering
dihitung berdasarkan komposisi kimia yang
semakin menaik seiring dengan adanya
direncanakan dan dimensi sampel uji. Dari data
penambahan unsur Nikel dan meningkatnya
perhitungan kebutuhan serbuk yang digunakan
komposisi atau persentase Nikel pada paduan
bahwa tiap komposisi memiliki jumlah serbuk
Mg-Al. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada
yang berbeda. Dan dapat dilihat Pada (tabel
grafik (4.2 harga kekerasan vs persentase Ni).
4.1) menunjukan komposisi setap sampel uji.
Nikel pada paduan Mg-Al-Ni dapat
Proses kompaksi menghasilkan spesimen
meningkatkan kekerasan terhadapan paduan
berbentuk pelet dengan ukuran diameter dan
ini.
tinggi yang sama. Pada (tabel 4.3) menunjukan
Pada paduan Mg-Al terjadi mekanisme
hasil kompaksi menghasilkan ukuran diameter
penguatan logam, yaitu solid solution
12 mm dan tinggi 5 mm pada ketiga sampel uji
hardening adalah memasukan atom larut
tersebut. Ukuran yang dihasilkan sama karena
sebagai larutan padat dalam kisi atom pelarut,
peralatan (dies) dan tekanan kompaksi yang
selaluu menghasilkan paduan yang lebih kuat
digunakan yaitu sama 80 kg/cm2 selama 30
dari pada logam murni. Ada dua jenis larutan
detik.
padat ya itu interstisi dan substitusi,
Pada data sampel uji awal sebelum
mekanisme yang terjadi pada paduan Mg-Al
dilakukan proses sintering, diameter dan tinggi
adalah interstisi yaitu atom terlarutnya lebih
dari setiap sampel sesuai dengan hasil
kecil dari pada atom pelarut, atom –atom
rancangan yaitu diameter 12 mm dan tinggi 4
menduduki posisi sisipan dalam kisi perlarut.
mm. Hal ini disebabkan oleh ukuran cetakan
Dapat dilihat dari jari –jari atom setiap unsur,
dan tekanan kompaksi yang diberikan pada
Mg memiliki jari-jari atom 160 pm dan Al
setiap spesimen sama sehingga menghasilkan
memiliki jari-jari atom 142 pm jadi proses
sampel dengan dimensi yang sama pula.
mekanisme penguatan logam dengan metode
Pengujian kekerasan dilakukan dengan
interstisi terjadi pada paduan Mg-Al, unsur Al
metode mikro vickers menggunakan mesin uji
yang memiliki jari-jari atom lebih kecil dari
Microhardness Tester Zwick 3212. Tujuannya
pada jari-jari atom Mg masuk kedalam kisi
ialah untuk mengetahui sifat mekanik (harga
unsur Mg.
kekerasan) dari material yang telah dibuat
Dengan penambahan Ni dapat
dengan hasil indentasi yang sangat kecil.
mempengaruhi harga kekerasan dimana
Indentasi dilakukan di lima titik yang berbeda
dengan adanya kenaikan nilai kekerasan, dapat
dengan tujuan untuk mendapatkan harga
dilihat dari hasil pengujian yang telah
kekerasan rata-rata pada sampel yang diuji. Hal
dilakakukan dimana dengan hasil miling
ini dimaksud agar data yang dihasilkan valid
selama 1 jam menghasilkan solid solution Mg
atau tidak error.
dan terbentuknnya metasabil Mg2Al3. Nikel
Dari data uji keras sampel Mg-Al dengan
mempengaruhi harga kekerasan pada paduan
temperatur sintering 500oC dapat diketahui
Mg2Al3, Pada komposisi tersebut memang
bahwa harga kekerasan rata-rata pada sampel
dimungkinkan terbentuknya fasa metastabil
ini adalah 75,33 HVN, dan pada sampel Mg-Al
Mg2Al3 yang dapat dilihat dari hasil XRD
dengan temperature sintering 550oC dapat
munculnya fasa terebut. Dengan adanya
diketahui bahwa harga kekerasan rata-rata
penambahan Ni dapat menstabilkan fasa
pada sampel ini adalah 92,11 HVN.
14

paduan yang terbentuk, atau juga temperatur sintering 500°C = 10,6% dan
meningkatnya harga kekerasan, semakin 500°C = 9,2%, lalu Mg-Al-Ni5% di temperatur
banyak kandungan Nikel pada paduan Mg2Al3 sintering 500°C = 14,3% dan 500°C = 12,6%,
maka kekerasan semakin meningkat. dan Mg-Al-Ni10% di temperatur sintering
Penambahan unsur paduan dapat 500°C = 13,7% dan 500°C = 11,9%.
menghasilkan fasa kedua atau fasa sekunder Berdasarkan data yang didapatkan, persentase
yang berupa senyawa yang dapat dikaitkan porositas direpresentasikan dalam bentuk
dengan mekanisme penguatan fasa kedua. grafik agar terlihat apakah terjadi kenaikan
Terlihat dalam diagram terner hasil dari atau penurunan porositas berdasarkan
pengujian EDS didapatkan fasa kedua atau temperature sintering yang digunakan. Pada
senyawa Al3Ni larutan padat. Penguatan yang grafik 4.9 (persentase porositas vs temperature
dihasilkan oleh partikel fasa kedua merupakan sintering) terlihat bahwa adanya penurunan
tambahan penguatan larutan padat yang dibuat persentase porositas seiring dengan kenaikan
dalam matriks. Adanya partikel fasa kedua temperature sintering pada masing-masing
mengakibatkan tegangan intern yang sampel uji paduan. Selain terjadi perubahan
terlokalisir. Fasa kedua berfungsi sebagai dimensi, terjadi pula perubahan berat dari
penghalang laju dislokasi, karena untuk setiap spesimen setelah dilakukan proses
melewati partikel fasa kedua butuh tegangan sintering. Berat setiap spesimen mengalami
yang besar sehingga terjadi penguatan pada pengurangan seperti ditunjukkan pada (tabel
material tersebut yang dapat mengakibatkan 4.1). Hal ini diperkirakan terjadi akibat
meningkatnya harga kekerasan pada material temperatur sintering yang tinggi menyebabkan
tersebut. Jadi dengan adanya penambahannya kadar fluida pada setiap sampel menguap
Ni pada paduan Mg-Al dapat meningkatkan sehingga beratnya pun menjadi berkurang.
kekerasan sampel tersebut. Dapat dilihat dari Fluida pada setiap sampel diperkirakan masuk
hasil pengujian XRD terbentuknya beberapa ke dalam sampel akibat adanya pengaruh dari
fasa yang muncul dengan proses pemaduan lingkungan yang lembab ketika proses-proses
mekanik antara 3 unsur antra Mg, Al dan Ni sebelumnya.
yang disintering. Dan dimana intensitas Dari hasil struktur mikro yang telah
puncak tertinggi dimiliki oleh senyawa dianalisa seperti ditunjukan pada (gambar 4.3-
Mg3AlNi2 lalu Al3Mg2, Mg17Al12 dan NiAl3. gambar 4.8) dimana dapat dilihan bentuk
Dalam proses penelitian ini menggunakan stuktur mikro berbentuk flake atau pipih
2 variasi temperatur sintering yaitu 5000C dan dimana besar butir pada paduan Mg-Al
5500C. Perubahan dimensi terjadi setelah memiliki besar butir yang relatif sama dengan
spesimen dilakukan proses sintering baik dari rata-rata memiliki panjang 45 mikron tetapi
diameter maupun tinggi dari masing-masing dengan adanya perbedaan temperatur sintering
spesimen mengalami penurunan seperti dimana paduan Mg-Al dengan temperatur
ditunjukkan pada (tabel 4.1). Dengan kata lain sintering 5000C memiliki rata-rata lebar 4,5
setiap spesimen setelah disinter mengalami mikron sedangkan paduan Mg-Al dengan
penyusutan (shrinkage). Hal ini terjadi karena temperatur sintering 5500C memiliki rata-rata
pada saat proses sintering berlangsung, gas 4 mikron. Begitu pula dengan paduan Mg-Al-
(lubricant) yang berada pada porositas Ni 5% dengan temperatur sintering 5000C dan
mengalami degassing (peristiwa keluarnya gas 5500C yang memiliki panjang butir rata-rata
pada saat sintering) yang dipengaruhi oleh 6,5 mikron dan lebar 5,5 mikron. Paduan Mg-
temperatur sintering dimana apabila terus Al-Ni 10% dengan temperatur sintering 5000C
dinaikkan akan terjadi difusi permukaan antar dan 5500C yang memiliki panjang butir rata-
partikel matrik dan filler yang akhirnya akan rata 7,5 mikron dan lebar 7 mikron. Dari hasil
terbentuk liquid bridge / necking.Liquid bridge tersebut dan dikaitkan dengan foto struktur
ini akan menutupi porositas sehingga terjadi mikronya dapat terlihat mayoritas butir-butir
eliminasi porositas atau berkurangnya jumlah flake mengecil dan terjadi kerapatan antar
dan ukuran porositas. butir, walaupun ada beberapa butir yang
Untuk mengetahui berapa persentase mengalami pembesaran.
porositas yang ada pada sampel uji, maka Dari hasil analisa di atas dapat disimpulkan
dilakukan perhitungan pada hasil foto struktur bahwa terjadinya kerapatan antaran butir-butir
mikro dengan menggunakan metode point paduan yang ada pada sampel tersebut. Hal
count. Pada (tabel 4.9) dapat dilihat persentase tersebut berbanding lurus dengan teori yang
porositas hasil perhitungan metode point count ada yaitu “pada saat proses sintering
pada paduan Mg-Al, Mg-Al-Ni5%, dan Mg- berlangsung, gas (lubricant) yang berada pada
Al-Ni10% yang dilakukan proses sintering porositas mengalami degassing (peristiwa
500°C dan 500°C, dan memiliki hasil keluarnya gas pada saat sintering) yang
persentase porositas yaitu, Mg-Al di dipengaruhi oleh temperatur sintering dimana
15

apabila terus dinaikkan akan terjadi difusi Journal Of Hydrogen Energy. 33 (24),
permukaan antar partikel matrik dan filler yang 7489-7497.
akhirnya akan terbentuk liquid bridge / [3] Bououdina, M. Guo ,Z.X. 2001.“
necking.Liquid bridge ini akan menutupi Comparative Study of Mechanical
porositas sehingga terjadi eliminasi porositas Alloying of (Mg+Al) and (Mg+Al+Ni)
atau berkurangnya jumlah dan ukuran Mixtures for Hydrogen Storage”. Journal
porositas”. of alloys and Compounds. 336. 222-231.
Dalam pengujian SEM-EDS pada [4] German, Ramdal M. 1994. Powder
spesimen uji Mg-Al, Mg-Al-Ni 5% dan Mg- Metallurgy Science. United States of
Al-Ni 10% setelah sintering dilakukan untuk America.
menganalisis dan memastikan kondisi material [5] Crivello JC, Nobuki T, Kato S, Abe M, dan
Pada data SEM-EDS yang dihasilkan, terlihat Kuji T. 2007. ”Hydrogen
komposisi unsur-unsur yang terdapat pada absorption properties of the
(gambar 4.9 - grafik 4.14) terlihat bahwa gamma-Mg17Al12 phase and its Al-richer
komposisi unsur Mg, Al, dan Ni muncul akan domain”. Journal Alloys and
tetapi komposisi yang dirancang sedikit Compounds. 446:157.
bergeser, hal ini dapat di sebabkan oleh metode [6] Suryanarayana. C.2004. Mechanical
yang digunakan dalam penentuan titik tembak Alloying And Milling. Colorado : Marcell
SEM menggunakan metode spot analisis, Dekker
metode ini hanya menembak dititk-titik [7] H. Imamura, K. Masanari, M. Kusuhara, H.
tertentu yang berkemungkinan dititik tersebut Katsumoto, T. Sumi, dan Y. Sakata. 2005.
banyak komposisi material tersebut, “High Hydrogen Storage Capacity Of
seharusnya menembak dengan metode window Nanosized Magnesium Synthesized By
dikarenakan hasil dari SEM keseluruhan dari High Energy Ball-Milling”. Journal Alloys
paduan yang berada di material tersebut akan and Compounds, Vol. 386, No. 1-2. 211–
teranalisis secara merata. 216.
V. KESIMPULAN [8] I. P Jai, Chagan Lal, dan Ankur Jain,
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan “Hydrogen Storage in Mg: A Most
bahwa: Promising Material,” International
1. Terjadi peningkatan kekerasan dengan Journal Of Hydrogen Energy, Vol.
adanya penambahan unsur Ni dan 35, No. 10 (2010, Mei) 5133-5144.
temperatur sintering pada paduan Mg-Al. [9] International Energy Outlook 2006, US-
2. Semakin bertambahnya kandungan unsur DOE IEA Report DOE/EIA-0484
Ni pada paduan Mg-Al-Ni, meningkatkan (2006), available at
harga kekerasan dengan nilai rata-rata http://www.eia.doe.gov/oiaf/ieo/index.htm
kekerasan tertinggi pada sampel paduan l.
Mg-Al-Ni 10% dengan temperatur [10] Kurniawan, A dan Purwaningsih H. 2013.
sintering 550oC, yaitu sebesar 152,29 “Pengaruh Penambahan 10at.%Ni
HVN. dan Waktu Milling pada Paduan MgAl
3. Semakin tinggi temperatur sintering, Hasil Mechanical Alloying dan
semakin sedikit jumlah porositas yang ada Sintering”. JURNAL TEKNIK POMITS.
pada sampel paduan Mg-Al dan Mg-Al-Ni Vol. 2, No. 1
dimana fraksi volume porositas paling [11] Pangesthiaji Ganive dan Hariyati
terendah diperoleh pada sampel paduan Purwaningsih. 2013. “ Pengaruh Milling
Mg-Al temperatur sintering 550oC sebesar Time Terhadap Pembentukan Fasa γ-MgAl
9,2%. Hasil Mechanical Alloying”. JURNAL
4. Dari hasil pengujian metalografi, terjadi TEKNIK POMITS Vol. 2. No. 1.
kerapatan antara sturktur mikro dengan [12] Q. A. Zhang dan H. Y. Wu. 2005.
adanya kenaikan temperatur sintering. Dan “Hydriding Behavior Of Mg17Al12
bentuk struktur mikro berupa flake. Compound,” Material Chemistry and
5. Pada pengujian XRD sampel uji Mg-Al-Ni Physics, Vol. 94, No. 1. 69–72.
setelah sintering menunjukan fasa [13] T. Nobuki, Jean Claude Crivello, dan
Mg3AlNi2, Al3Mg2, Mg17Al12 dan NiAl3. Toshiro Kuji. 2008. “Synthesis of Mg-
Daftar Pustaka Al Alloys by Bulk Mechanical Alloying
[1] A. S. El-Amoush. 2007. ”An X-Ray (BMA) and Their Hydrogen
Investigation Of Hydrogenated Mg 30Al Solubility”. Materials Transactions. Vol.
Magnesium Alloy”. Journal Alloys and 9, No. 11. 2679-2685.
Compounds. Vol. 441, No. 1-2. 278–283.
[2] Andreasen Anders. 2008. “Hydrogenation
Properties of Mg-Al Alloys” International

Anda mungkin juga menyukai