Ahmad Yasin
Departemen Teknik Metalurgi-Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) Bandung,
Jl. Terusan Jenderal Gatot Subroto, PO.BOX 807 (PINDAD) Telp: (+622) 732 0920 dan (+622) 731 2741,
Fax 7320920; 40285 Bandung - Indonesia
ABSTRAK
Paduan berbasis magnesium (Mg) merupakan salah satu paduan yang banyak sekali manfaatnya
dalam dunia industri. Salah satu manfaatnya dapat digunakan sebagai Hydrogen Storage Materials.
Penambahan unsur Ni dalam paduan magnesium berguna untuk mengurangi energi ketika proses hidrogenasi
berlangsung. Proses pembuatan spesimen uji dilakukan dengan salah satu metode metalurgi serbuk (powder
metallurgy) yaitu proses Mechanical Alloying (MA) yang bertujuan untuk mereduksi ukuran partikel,
meningkatkan homogenitas serta membantu dalam pembentukan fasa baru. Alat yang digunakan adalah
Planetary Ball Mill. Paduan Mg-Al akan didoping dengan menambahkan 5at.% dan 10at.% Ni menggunakan
variasi temperatur Sintering yaitu 5000C dan 5500C. Pengujian Kekerasan, Metalografi, XRD, dan SEM/EDS,
dilakukan untuk menganalisa paduan yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya
penambahan doping Ni dan naiknya temperatur sintering mampu menaikan sifat mekanik dan paduan yang
terbentuk berupa larutan padat Mg, Mg3AlNi2, Al3Mg2, Mg17Al12 dan NiAl3.
Kata Kunci : Mg, Al, Ni, Variasi Temperatur sintering, Pemaduan Mekanik, Sifat Mekanik
Pada penelitian ini akan difokuskan kepada tidak seperti pada penggunaan energi fosil.
faktor penambahan % Ni dan temperatur Sebagai contoh aplikasi hidrogen pada sektor
sintering dalam metode mechanical alloying. otomotif. Hidrogen bila dikombinasikan dengan
Sehingga diharapkan dapat memberikan oksigen di dalam fuel cell akan menghasilkan
informasi mengenai pengaruh listrik. Hasil reaksinya hanya berupa uap air. Ini
penambahan Ni pada paduan MgAl dan menunjukkan salah satu ciri utamanya yang
memberikan parameter yang ideal dalam sangat ramah lingkungan. Karena itu teknologi
pembentukan paduan berbasis Mg-Al-Ni.[10] fuel cell sangat layak untuk dikembangkan.
II. LANDASAN TEORI Kendala utama yang menghadang aplikasi fuel
II.1. Energi Hidrogen cell saat ini adalah pada teknologi penyimpan
Energi fosil ketersediaannya makin hidrogen.
terbatas di alam, sehingga banyak upaya II.2. Teknologi Penyimpan Hidrogen
dilakukan untuk mencari energi alternatif lain (Hydrogen Storage)
yang baru dan terbarukan. Hidrogen, salah Sebuah sistem penyimpan hidrogen untuk
satunya, dipercaya sebagai salah satu energi aplikasi pada automotif setidaknya memenuhi
terbarukan yang sangat potensial, karena mudah beberapa persyaratan berikut ini, dengan
didapat, tersedia dalam jumlah besar di alam, dan memerhatikan sisi ekonomis dan lingkungan :
ramah lingkungan. Hidrogen merupakan salah 1. Kemampuan menyerap yang tinggi, baik
satu energi alternatif yang memiliki prospek secara gravimetric (>4.5 wt%) dan
menjanjikan untuk dikembangkan karena dapat volumetric(> 36g H2/L),
dikonversi menjadi energi listrik dengan bantuan 2. Temperatur operasional yang moderat dalam
sistem sel bahan bakar atau dikenal dengan fuel rentang antara 60–1200C
cell. 3. Reversibilitas dari siklus termal
Penelitian fuel cell kini menjadi harapan absorption/desorption,
baru khususnya bidang transportasi. Telah 4. Harga rendah,
diketahui bahwa konsumsi terbesar energi saat 5. Tidak mudah tercemar (low-toxicity) dan
ini adalah untuk transportasi yang 6. Segi keamanan yang tinggi
mengakibatkan tingkat polusi yang makin tinggi. Dikenal ada tiga metode penyimpanan
Karena itu arah riset hidrogen untuk aplikasi hidrogen untuk kenderaan berbahan bakar fuel
pada industri otomotif makin intensif dilakukan. cell, yakni dalam bentuk gas, cair dan padat.
Kendati mobil fuel cell saat ini sudah mulai Dalam bentuk gas, hidrogen musti disimpan
diproduksi, namun masih ada kendala yang dalam tangki bertekanan tinggi antara 300-700
dihadapi saat ini yakni pada tabung penyimpan bar. Dalam bentuk cair lebih rumit lagi dimana
hidrogennya. Tabung penyimpan hidrogen hidrogen harus dijaga agar tetap dalam keadaan
(hidrogen storage) berfungsi menampung gas cair atau pada suhu -253 derajat celcius. Kedua
hidrogen, sama halnya seperti tangki bensin pada teknik di atas dari sisi keamanan belum
motor konvensional. menjanjikan.
Saat ini dunia bergantung pada gas dan Sistem penyimpan yang menjanjikan untuk
minyak berbahan hidrokarbon. Ketergantungan bisa memenuhi persyaratan seperti tersebut di
dunia pada minyak dan gas bumi sangat atas adalah dengan menggunakan teknik
didominasi oleh bahan bakar fosil yang akhir- penyimpan padat (solid-state storage), dimana
akhir ini telah menimbulkan ancaman pada atom-atom H disimpan di dalam kisi material
ketahanan energi nasional. Untuk mengalihkan utamanya. Dalam hal ini hidrogen "disisipkan"
ketergantungan pada ekonomi berbasis pada material tertentu. Karena itu, kini kajian
hidrokarbon maka perlu langkah baru untuk mengenai penyimpan hidrogen (hydrogen
menuju era ekonomi hidrogen. Kegiatan storage) sangat intensif dilakukan sebagai upaya
ekonomi berbasis hidrogen dicirikan oleh untuk mendapatkan material yang sesuai dan
ketersediaan sumber energi ramah lingkungan mampu menyimpan/menyerap hidrogen dalam
dan tersedia secara merata, mulai dari perangkat jumlah besar, ringan dengan harga yang
pembangkit hidrogen dan sarana transportasi ekonomis. Metoda solid storage ini dipicu oleh
berbasis hidrogen. Sehingga perekonomian kenyataan bahwa jika menyimpan hidrogen
bergerak berbasis kepada penggunaan teknologi dalam bentuk gas harus dalam bentuk tabung
hidrogen. dengan tekanan tinggi (700 bar (4.4 MJ/L)) yang
Untuk merubah hidrogen menjadi energi secara safety sangat tidak efisien. Sementara itu,
listrik dapat dilakukan dengan sistem jika disimpan dalam bentuk cair, suhu harus
konvensional, yakni dengan teknologi internal tetap stabil pada -2530C (8 MJ/L). Guna mecari
combustion engine (ICT) ataupun dengan solusi atas permasalahan di atas maka beberapa
teknologi sel bakar atau dikenal dengan istilah upaya yang saat ini telah dilakukan untuk
fuel cell. Keuntungan pemakaian fuel cell mendapat material terutama yang berskala
berbasis hidrogen dapat mengurangi polusi, nanometer dan membentuk komposit dan
3
memenuhi persyaratan bagi penyimpan hidrogen penghancuran, dan pengelasan ulang untuk
padat. butiran serbuk pada high energy ball mill.
Disini akan didiskusikan secara ringkas Mechanical Alloying dapat digunakan untuk
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada sintesis supersaturated solid solution,
saat gas hidrogen berinteraksi dengan material nanostructures, amorphous alloys, intermetallic,
logam untuk membentuk hidrida logam (metals dan chemical compound. Variabel yang
hydrides). Ada dua jenis kontak yang terjadi saat digunakan pada penelitian kali ini adalah faktor
hydrogen berinteraksi dengan permukaan logam. penambahan Al dan kecepatan yang optimum
Yakni interaksi yang disebut Physisorption dan untuk milling paduan MgAl. Diharapkan dari
Chemisorption. penilitian ini akan dihasilkan paduan MgAl yang
Pada peristiwa interaksi physisorption, murni sesuai dengan kebutuhan dunia industri.
terjadi karena adanya interaksi elektrostatik Van Magnesium murni mampu menyimpan
der Walls. Perbedaan antara Physisorption dan hydrogen sebesar 7,6% wt [8]. Namun seringkali
Chemisorption utamanya adalah pada interaksi magnesium dipadukan dengan unsur lain,
antara adsorbent dan adsorbate. Jika pada diantaranya dengan menambahkan unsur nikel
interaksi secara physisorption -seperti telah (Ni), alumunium (Al), besi (Fe), chromium (Cr),
disebut sebelumnya- yakni murni terjadi karena titanium (Ti) [9]. Paduan Mg-Al merupakan
gaya elektrostatik Van der Walls, maka interaksi salah satu paduan yang banyak digunakan
chemisorption mencakup formasi ikatan kimia sebagai metal hydride, karena paduan tersebut
antara adsorbate dan adsorbent. Pada sistem mampu menyerap hidrogen sebesar 3.02 wt.%
metal-hydrogen (M-Hsystems) hampir semua [2].
jenis ikatan kimia dapat direalisasikan, baik Sistem biner dari Mg-Al yang paling
ionik, kovalen dan metalik. umum digunakan dari dahulu adalah paduan
II.3. Magnesium dan Paduannya tuangan. Paduan seperti AZ91, AM50, dan AM
Magnesium (Mg) memiliki sifat yang 60 masih terus dibandingkan dalam sejumlah
ringan, kelenturan yang tinggi dan mudah bagian dari seluruh magnesium dalam paduan
dibentuk. Penggunaan magnesium banyak sekali tuangan. Gambar 2.1. menunjukan diagram fasa
diterapkan pada industri transportasi. Paduan dari Mg-Al. larutan maksimum dari Aluminium
magnesium (Mg) banyak dikembangkan sebagai dalam magnesium berkisar antara 2,1wt% dalam
aplikasi dalam bidang hydrogen storage. 25°c hingga 12,6wt% pada suhu eutektik 437°c,
Perkembangan teknologi fuel cell banyak komposisi eutektik 32,3wt%dan eutektik berada
memacu penelitian untuk mengembangkan diantara a-Mg dan fasa β, yang mana fasanya
aplikasi paduan magnesium sebagai media adalah Mg17Al12.
penyimpanan hidrogen. Metode penyimpanan
melalui benda padat ini dirasa lebih aman jika
dibandingkan dengan metode penyimpanan
dengan media cair maupun gas. Keuntungan
utama magnesium dan paduan magnesium dari
material struktur lainya yaitu massa jenisnya
rendah, good ductility dan tahan korosi.
Beberapa paduan magnesium digunakan untuk
sarana angkut seperti kereta, truk, dan mobil.
Karena paduan Magnesium memiliki ductility
yang rendah maka dapat meningkatkan bahan
bakar secara efisiensi dibandingkan dengan
aluminium. Paduan Magnesium dalam Gambar 1. Diagram biner MgAl
aplikasinya untuk mesin-mesin industri II.4. Metalurgi Serbuk
digunakan untuk komponen yang beroperasi Metalurgi serbuk merupakan salah satu
pada kecepatan tinggi dan merupakan unsur teknik produksi dengan menggunakan serbuk
yang ringan untuk memperkecil kekuatan sebagai material awal sebelum proses
inersialnya. pembentukan. Prinsip ini adalah memadatkan
Paduan magnesium yang paling banyak sebuk logam menjadi bentuk yang dinginkan
digunakan adalah paduan MgAl. Paduan MgAl dan kemudian memanaskannya di bawah
yang lazim digunakan, dibuat dengan cara temperatur leleh. Sehingga partikel-partikel
pengecoran. Pada penelitian ini digunakan logam memadu karena mekanisme transportasi
metode yang tidak konvensional, yakni massa akibat difusi atom antar permukaan
menggunakan proses mechanical alloying partikel. Metode metalurgi serbuk memberikan
untuk sintesis MgAl. Mechanical alloying kontrol yang teliti terhadap komposisi dan
(MA) adalah proses solid-state serbuk dengan penggunaan campuran yang tidak dapat
teknik menyertakan pengulangan pengelasan, difabrikasi dengan proses lain. Sebagai ukuran
4
Sintering
Gambar 3. Skema proses metalurgi serbuk
1. Penimbangan Awal
Proses penimbangan awal serbuk dilakukan
dengan mengacu terhadap berat yang telah
Gambar 2. Proses penekanan serbuk
dirancang, yaitu Mg55%, Al45% sebanyak
Penekanan terhadap serbuk dilakukan agar
10,gram, Mg45%, Al45%, Ni10% sebanyak 10
serbuk dapat menempel satu dengan lainnya
gram dan Mg50%, Al45%, Ni5% sebanyak 10
sebelum ditingkatkan ikatannya dengan proses
gram. Pada penelitian ini, parameter yang
sintering. Dalam proses pembuatan suatu paduan
diteliti adalah variasi temperatur sintering yaitu
dengan metode metalurgi serbuk, terikatnya
500 oC & 550oC.
serbuk sebagai akibat adanya interlocking antar
2. Pemaduan Mekanik (Planetary Ball Mill )
permukaan, interaksi adesi-kohesi, dan difusi
Proses pemaduan mekanik (mechanical
antar permukaan. Untuk yang terakhir ini (difusi)
alloying) ini menggunakan mesin Mixer Mill
dapat terjadi pada saat dilakukan proses
PW 700i Toshiba dengan kecepatan getaran
sintering. Bentuk benda yang dikeluarkan dari
1270 Hz. Bahan serbuk awal tiap unsur
pressing disebut bahan kompak mentah, telah
dimasukan kedalam 3 kontainer dengan
menyerupai produk akhir, akan tetapi
komposisi yang sudah ditentukan.Proses
kekuatannya masih rendah. Kekuatan akhir
penggilingan ini menggunakan kecepatan
bahan diperoleh setelah proses sintering.
getaran 645 rpm dan lama penggilingan 1 jam.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Bahan serbuk awal setiap unsur dimasukan
III.1. Alat dan Bahan
kedalam 3 buah kontainer dengan komposisi
Tabel 1. Alat dan Bahan
yang sudah ditentukan.
Alat Bahan
1. Mesin kompaksi 1. Serbuk Mg
dengan cetakan 2. Serbuk Al
berdiameter 11 mm PUDAK scientific
2. Mesin Planetary 3. Serbuk Ni
Ball Mill 4. Ampelas (240,
3. Tungku sinter 400, 800, 1000,
(Tube Furnace) 2000 mesh)
4. Mikroskop optik 5. Pasta Gigi Zact
5. Alat pengujian (Pasta abrasif)
keras jenis Vickers 6. Resin & Hardener
6. Mesin Grinding (katalis) Gambar 4. Mesin HEM
7. Mesin Poles 7. Gas argon (high
8. Jangka sorong purity argon gas)
9. Timbangan digital Bola giling yang digunakaan saat proses
10. Mikrometer skrup pemaduan di dalam kontainer berupa bola
bearing dengan jenis material stainless steel
316, berdiameter 11 mm sebanyak 12 butir dan
8 mm 15 butir. Pada pengerjaannya
menggunakan perbandingan atau ratio antara
6
2. Penggerindaan/Pengampelasan
7
.
Dimana:
a) VHN= Vickers Hardness Number
b) P = Beban yang diberikan (kgf)
Gambar 11. Mesin uji SEM-EDS
8
Tabel 4. Data pengujian material Mg-Al Tabel 8. Data pengujian material Mg-Al-Ni
dengan temperatur sintering 500oC 10% dengan temperatur sintering 500oC
No Beban Diameter HVN HVN No Beban diameter HVN HVN
rata- rata-
rata rata
1 50 36,65 69,01 1 50 30,17 101,84
gram 75,33 gram 98,94
2 50 35,71 72,69
gram 2 50 31,04 94,21
3 50 35,01 75,24 gram
gram 3 50 30,22 101,51
4 50 33,14 84,41 gram
gram
4 50 30,04 96,21
Tabel 5. Data pengujian material Mg-Al gram
dengan temperatur sintering 550oC
No Beban diameter HVN HVN Tabel 9. Data pengujian material Mg-Al-
rata- Ni 10% dengan temperatur sintering 550oC
rata
No Beban diameter HVN HVN
1 50 32,14 89,74 rata-
gram 92,11 rata
2 50 31,26 94,86 1 50 24,19 158,42
gram gram 152,29
3 50 31,02 95,23 2 50 25,23 145,63
gram gram
4 50 32,34 88,63 3 50 25,05 147,73
gram gram
4 50 24,27 157,38
Tabel 6. Data pengujian material Mg-Al-Ni 5% gram
dengan temperatur sintering 500oC
No Beban diameter HVN HVN
rata- GRAFIK HARGA
rata
1 50 gram 33,62 82,01
KEKERASAN VS
87,88 TEMPERATUR SINTERING
2 50 gram 32,66 86,91
200
3 50 gram 31,04 96,21
Harga Kekerasan (HVN)
150
4 50 gram 32,76 86,38
100
50
Tabel 7. Data pengujian material Mg-Al-Ni 5%
dengan temperatur sintering 550oC 0
500 550
No Beban Diameter HVN HVN
rata-
rata Temperatur Sintering (0C)
1 50 25,91 138,08 MgAl MgAlNi5% MgAlNi10%
gram 136,50
2 50 26,73 129,74 Gambar 13. Grafik harga kekerasan vs
gram temperature sintering
3 50 26,72 129,84
gram
4 50 25,00 148,32
gram
10
15% MgAl
10%
MgAlNi
5%
5%
0% MgAlNi
500 550 10%
TEMPERATUR OC
Gambar 20. Hasil pengujian SEM-EDS Gambar 22. Plot data hasil EDS pada
sampel MgAl setelah sintering diagram fasa Mg-Al
Keterangan:
a) : Komposisi awal Mg-Al Temperatur
500oC
12
900
400
0
20 30 40 50 60 70 80 90
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
Counts
95 - 062016 - sbk 12
900
400
100
0
Gambar 24. Plot data hasil SEM-EDS pada 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
diagram fasa terner Mg-Al-Ni Position [°2Theta] (Copper (Cu))
Keterangan:
Gambar 26. Hasil pengujian XRD sampel
a) : Komposisi awal Mg-Al-Ni 5%
serbuk MgAlNi5%
Temperatur 500oC
b) : Komposisi awal Mg-Al-Ni 10%
Temperatur 550oC Counts
97-062016-Pdt 14
c) : Komposisi Mg-Al-Ni 5%
Temperatur 500oC Hasil Uji SEM-EDS 900
d) : Komposisi Mg-Al-Ni 10%
Temperatur 550oC Hasil Uji SEM-EDS
Pengujian XRD dilakukan untuk 400
paduan yang terbentuk, atau juga temperatur sintering 500°C = 10,6% dan
meningkatnya harga kekerasan, semakin 500°C = 9,2%, lalu Mg-Al-Ni5% di temperatur
banyak kandungan Nikel pada paduan Mg2Al3 sintering 500°C = 14,3% dan 500°C = 12,6%,
maka kekerasan semakin meningkat. dan Mg-Al-Ni10% di temperatur sintering
Penambahan unsur paduan dapat 500°C = 13,7% dan 500°C = 11,9%.
menghasilkan fasa kedua atau fasa sekunder Berdasarkan data yang didapatkan, persentase
yang berupa senyawa yang dapat dikaitkan porositas direpresentasikan dalam bentuk
dengan mekanisme penguatan fasa kedua. grafik agar terlihat apakah terjadi kenaikan
Terlihat dalam diagram terner hasil dari atau penurunan porositas berdasarkan
pengujian EDS didapatkan fasa kedua atau temperature sintering yang digunakan. Pada
senyawa Al3Ni larutan padat. Penguatan yang grafik 4.9 (persentase porositas vs temperature
dihasilkan oleh partikel fasa kedua merupakan sintering) terlihat bahwa adanya penurunan
tambahan penguatan larutan padat yang dibuat persentase porositas seiring dengan kenaikan
dalam matriks. Adanya partikel fasa kedua temperature sintering pada masing-masing
mengakibatkan tegangan intern yang sampel uji paduan. Selain terjadi perubahan
terlokalisir. Fasa kedua berfungsi sebagai dimensi, terjadi pula perubahan berat dari
penghalang laju dislokasi, karena untuk setiap spesimen setelah dilakukan proses
melewati partikel fasa kedua butuh tegangan sintering. Berat setiap spesimen mengalami
yang besar sehingga terjadi penguatan pada pengurangan seperti ditunjukkan pada (tabel
material tersebut yang dapat mengakibatkan 4.1). Hal ini diperkirakan terjadi akibat
meningkatnya harga kekerasan pada material temperatur sintering yang tinggi menyebabkan
tersebut. Jadi dengan adanya penambahannya kadar fluida pada setiap sampel menguap
Ni pada paduan Mg-Al dapat meningkatkan sehingga beratnya pun menjadi berkurang.
kekerasan sampel tersebut. Dapat dilihat dari Fluida pada setiap sampel diperkirakan masuk
hasil pengujian XRD terbentuknya beberapa ke dalam sampel akibat adanya pengaruh dari
fasa yang muncul dengan proses pemaduan lingkungan yang lembab ketika proses-proses
mekanik antara 3 unsur antra Mg, Al dan Ni sebelumnya.
yang disintering. Dan dimana intensitas Dari hasil struktur mikro yang telah
puncak tertinggi dimiliki oleh senyawa dianalisa seperti ditunjukan pada (gambar 4.3-
Mg3AlNi2 lalu Al3Mg2, Mg17Al12 dan NiAl3. gambar 4.8) dimana dapat dilihan bentuk
Dalam proses penelitian ini menggunakan stuktur mikro berbentuk flake atau pipih
2 variasi temperatur sintering yaitu 5000C dan dimana besar butir pada paduan Mg-Al
5500C. Perubahan dimensi terjadi setelah memiliki besar butir yang relatif sama dengan
spesimen dilakukan proses sintering baik dari rata-rata memiliki panjang 45 mikron tetapi
diameter maupun tinggi dari masing-masing dengan adanya perbedaan temperatur sintering
spesimen mengalami penurunan seperti dimana paduan Mg-Al dengan temperatur
ditunjukkan pada (tabel 4.1). Dengan kata lain sintering 5000C memiliki rata-rata lebar 4,5
setiap spesimen setelah disinter mengalami mikron sedangkan paduan Mg-Al dengan
penyusutan (shrinkage). Hal ini terjadi karena temperatur sintering 5500C memiliki rata-rata
pada saat proses sintering berlangsung, gas 4 mikron. Begitu pula dengan paduan Mg-Al-
(lubricant) yang berada pada porositas Ni 5% dengan temperatur sintering 5000C dan
mengalami degassing (peristiwa keluarnya gas 5500C yang memiliki panjang butir rata-rata
pada saat sintering) yang dipengaruhi oleh 6,5 mikron dan lebar 5,5 mikron. Paduan Mg-
temperatur sintering dimana apabila terus Al-Ni 10% dengan temperatur sintering 5000C
dinaikkan akan terjadi difusi permukaan antar dan 5500C yang memiliki panjang butir rata-
partikel matrik dan filler yang akhirnya akan rata 7,5 mikron dan lebar 7 mikron. Dari hasil
terbentuk liquid bridge / necking.Liquid bridge tersebut dan dikaitkan dengan foto struktur
ini akan menutupi porositas sehingga terjadi mikronya dapat terlihat mayoritas butir-butir
eliminasi porositas atau berkurangnya jumlah flake mengecil dan terjadi kerapatan antar
dan ukuran porositas. butir, walaupun ada beberapa butir yang
Untuk mengetahui berapa persentase mengalami pembesaran.
porositas yang ada pada sampel uji, maka Dari hasil analisa di atas dapat disimpulkan
dilakukan perhitungan pada hasil foto struktur bahwa terjadinya kerapatan antaran butir-butir
mikro dengan menggunakan metode point paduan yang ada pada sampel tersebut. Hal
count. Pada (tabel 4.9) dapat dilihat persentase tersebut berbanding lurus dengan teori yang
porositas hasil perhitungan metode point count ada yaitu “pada saat proses sintering
pada paduan Mg-Al, Mg-Al-Ni5%, dan Mg- berlangsung, gas (lubricant) yang berada pada
Al-Ni10% yang dilakukan proses sintering porositas mengalami degassing (peristiwa
500°C dan 500°C, dan memiliki hasil keluarnya gas pada saat sintering) yang
persentase porositas yaitu, Mg-Al di dipengaruhi oleh temperatur sintering dimana
15
apabila terus dinaikkan akan terjadi difusi Journal Of Hydrogen Energy. 33 (24),
permukaan antar partikel matrik dan filler yang 7489-7497.
akhirnya akan terbentuk liquid bridge / [3] Bououdina, M. Guo ,Z.X. 2001.“
necking.Liquid bridge ini akan menutupi Comparative Study of Mechanical
porositas sehingga terjadi eliminasi porositas Alloying of (Mg+Al) and (Mg+Al+Ni)
atau berkurangnya jumlah dan ukuran Mixtures for Hydrogen Storage”. Journal
porositas”. of alloys and Compounds. 336. 222-231.
Dalam pengujian SEM-EDS pada [4] German, Ramdal M. 1994. Powder
spesimen uji Mg-Al, Mg-Al-Ni 5% dan Mg- Metallurgy Science. United States of
Al-Ni 10% setelah sintering dilakukan untuk America.
menganalisis dan memastikan kondisi material [5] Crivello JC, Nobuki T, Kato S, Abe M, dan
Pada data SEM-EDS yang dihasilkan, terlihat Kuji T. 2007. ”Hydrogen
komposisi unsur-unsur yang terdapat pada absorption properties of the
(gambar 4.9 - grafik 4.14) terlihat bahwa gamma-Mg17Al12 phase and its Al-richer
komposisi unsur Mg, Al, dan Ni muncul akan domain”. Journal Alloys and
tetapi komposisi yang dirancang sedikit Compounds. 446:157.
bergeser, hal ini dapat di sebabkan oleh metode [6] Suryanarayana. C.2004. Mechanical
yang digunakan dalam penentuan titik tembak Alloying And Milling. Colorado : Marcell
SEM menggunakan metode spot analisis, Dekker
metode ini hanya menembak dititk-titik [7] H. Imamura, K. Masanari, M. Kusuhara, H.
tertentu yang berkemungkinan dititik tersebut Katsumoto, T. Sumi, dan Y. Sakata. 2005.
banyak komposisi material tersebut, “High Hydrogen Storage Capacity Of
seharusnya menembak dengan metode window Nanosized Magnesium Synthesized By
dikarenakan hasil dari SEM keseluruhan dari High Energy Ball-Milling”. Journal Alloys
paduan yang berada di material tersebut akan and Compounds, Vol. 386, No. 1-2. 211–
teranalisis secara merata. 216.
V. KESIMPULAN [8] I. P Jai, Chagan Lal, dan Ankur Jain,
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan “Hydrogen Storage in Mg: A Most
bahwa: Promising Material,” International
1. Terjadi peningkatan kekerasan dengan Journal Of Hydrogen Energy, Vol.
adanya penambahan unsur Ni dan 35, No. 10 (2010, Mei) 5133-5144.
temperatur sintering pada paduan Mg-Al. [9] International Energy Outlook 2006, US-
2. Semakin bertambahnya kandungan unsur DOE IEA Report DOE/EIA-0484
Ni pada paduan Mg-Al-Ni, meningkatkan (2006), available at
harga kekerasan dengan nilai rata-rata http://www.eia.doe.gov/oiaf/ieo/index.htm
kekerasan tertinggi pada sampel paduan l.
Mg-Al-Ni 10% dengan temperatur [10] Kurniawan, A dan Purwaningsih H. 2013.
sintering 550oC, yaitu sebesar 152,29 “Pengaruh Penambahan 10at.%Ni
HVN. dan Waktu Milling pada Paduan MgAl
3. Semakin tinggi temperatur sintering, Hasil Mechanical Alloying dan
semakin sedikit jumlah porositas yang ada Sintering”. JURNAL TEKNIK POMITS.
pada sampel paduan Mg-Al dan Mg-Al-Ni Vol. 2, No. 1
dimana fraksi volume porositas paling [11] Pangesthiaji Ganive dan Hariyati
terendah diperoleh pada sampel paduan Purwaningsih. 2013. “ Pengaruh Milling
Mg-Al temperatur sintering 550oC sebesar Time Terhadap Pembentukan Fasa γ-MgAl
9,2%. Hasil Mechanical Alloying”. JURNAL
4. Dari hasil pengujian metalografi, terjadi TEKNIK POMITS Vol. 2. No. 1.
kerapatan antara sturktur mikro dengan [12] Q. A. Zhang dan H. Y. Wu. 2005.
adanya kenaikan temperatur sintering. Dan “Hydriding Behavior Of Mg17Al12
bentuk struktur mikro berupa flake. Compound,” Material Chemistry and
5. Pada pengujian XRD sampel uji Mg-Al-Ni Physics, Vol. 94, No. 1. 69–72.
setelah sintering menunjukan fasa [13] T. Nobuki, Jean Claude Crivello, dan
Mg3AlNi2, Al3Mg2, Mg17Al12 dan NiAl3. Toshiro Kuji. 2008. “Synthesis of Mg-
Daftar Pustaka Al Alloys by Bulk Mechanical Alloying
[1] A. S. El-Amoush. 2007. ”An X-Ray (BMA) and Their Hydrogen
Investigation Of Hydrogenated Mg 30Al Solubility”. Materials Transactions. Vol.
Magnesium Alloy”. Journal Alloys and 9, No. 11. 2679-2685.
Compounds. Vol. 441, No. 1-2. 278–283.
[2] Andreasen Anders. 2008. “Hydrogenation
Properties of Mg-Al Alloys” International