Anda di halaman 1dari 2

Rangkuman Pancasila Sebagai Etika Berbangsa

Pancasila merupakan pegangan perilaku dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.


Prinsip-prinsip yang termuat dalam setiap sila Pancasila menjadi rambu-rambu perilaku oleh
siapa pun yang menyebut diri sebagai warga negara Indonesia maupun penyelenggaraan negara.

Etika adalah cabang dari filsafat, dilihat dari etimologinya kata “etika” berasal dari
bahasa Yunani, yakni ethos. Kaelan menunjukkan bahwa etika berkaitan dengan berbagai
masalah nilai. Etika pada umumnya membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan orang dapat
disebut memiliki kualitas susila baik dan benar, kualitas-kualitas ini mewujudkan kualitas inti
pribadi yang menurut Khaelan dinamakan kebajikan. Mengutip Kamus Bahasa Indonesia ,
K Bertens menunjukkan tiga arti etika yang biasanya dipahami di Indonesia.

Ketiga arti itu adalah : nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam bertingkah laku. Kedua kumpulan asas atau nilai moral dalam hal arti
etika sering identik diidentikkan dengan “kode etik”. Ketiga Ilmu mengenai apa yang baik dan
buruk, pengertian ketiga ini sering disamakan dengan filsafat moral.

Umumnya etika dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yakni etika umum dan etika
khusus. Etika umum membicarakan prinsip-prinsip atau norma-norma yang berlaku secara
umum sebagaimana bertindak berdasarkan hati nurani. Sementara etika khusus mengulas prinsip
prinsip yang berlaku pada sidang tertentu.

Etiket berkaitan dengan hal-hal mendasar kemanusiaan seperti kebebasan, tanggung


jawab, keadilan, dan suara hati. Kees Bertens membedakan etika dan etiket, etiket berkaitan
dengan cara suatu perbuatan sedangkan etika berkaitan dengan niat dan menentukan perbuatan
sendiri. Namun etika juga memiliki persamaan dengan etiket dua persamaan tersebut pertama
etika dan etiket sama sama menyangkut perilaku manusia, Kedua baik etiket maupun etika sama
-sama mengatur perilaku manusia secara normatif.

Etika juga dapat dibedakan dari pendekatan biasanya ada etika deskriptif dan etika
normatif. Etika deskriptif bertujuan untuk menggambarkan atau menjelaskan berbagai persoalan,
tanpa bermaksud memberikan penilaian atas persoalan itu. Sedangkan etika normatif justru
berupaya untuk memberikan penilaian terhadap suatu tindakan menurut norma norma yang
berlaku, oleh karena itu etika ini tidak bersifat netral sebagaimana dalam etika deskriptif.
Etika normatif dikelompokkan dalam dua bagian norma umum dan norma khusus. Norma umum
prinsip etis yang berlaku bagi siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Sedangkan norma khusus
norma yang berlaku pada bidang-bidang tertentu saja, norma umum dibagi dalam tiga kelompok.

Pertama norma sopan santun. Norma ini menyangkut pola perilaku dan sikap tata cara
berpakaian, bertemu dan sebagainya. Kedua norma hukum norma ini bersifat tegas dan sangat
dituntut oleh masyarakat, keberlakuan norma hukum jauh lebih bersifat pasti daripada norma
sopan santun, karena norma hukum disertai dengan sanksi dan hukuman. Ketiga norma moral
aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia, norma ini menjadi tolak ukur
untuk menilai tindakan seseorang, cakupan norma moral jauh lebih luas dan mendalam
dibandingkan dengan cakupan nilai norma sopan santun dan hukum.

Nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila merupakan intisari dari nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu menurut Driyarkarya berpusat
pada penghargaan pada kemanusiaan dengan kata lain pancasila menjadi norma dalam menata
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam pengembangan ekonomi, nilai-nilai
pancasila diungkapkan dengan menjadikan nilai kemanusiaan serta kepentingan bersama
prioritas dalam pembangunan ekonomi, dalam gagasan ekonom nasional, seperti Mubyarto yang
mengembangkan ekonomi kerakyatan.

Dengan ini penyelenggaraan negara yang beralaskan Pancasila menuntut agar kekuasaan
dijalankan sesuai dengan tiga asas legitimasi, yakni asas legitimasi legal kekuasaan dijalankan
sesuai dengan hukum yang berlaku, asas legitimasi demokratis dilaksanakan dan dijalankan
secara demokratis dan asas legitimasi moral dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga tidak boleh menyimpang pada nilai-
nilai dasar pancasila, ini berarti ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh
Indonesia tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai religius dan humanistik serta tidak boleh
merusak kesatuan bangsa. Karena itu pula upaya ini dilakukan demi pengembangan peradaban
bangsa Indonesia serta menyatukan rasa kebangsaan dan membangkitkan semangat nasionalisme
serta berkeadilan sosial.

Anda mungkin juga menyukai