Anda di halaman 1dari 21

YAYASAN HAJJAH TENGKU MARINAH

SMKS ISLAMIC TECHNOLOGY MARINAHAL-HIDAYAH


Jl. PanglimaDenai No.28 Kel.DenaiKec. Medan Denai - Medan Sumatera Utara 20227
Telp. : 061-7332551 e-Mail :info.smkmarinah@gmail.com - Website : www.smkmarinah.sch.id
Akreditasi: B. SK. IjinOperasional/PendirianSekolah No. 420/14699.PPMP/2016 NPSN : 69886449

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

A. Identitas

Nama Sekolah : SMKS IT Marinah Al-Hidayah


Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen
Program Keahlian : Manajemen Perkantoran
Kompetensi Keahlian : Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran
Mata Pelajaran : Otomatisasi Tata Kelola Kepegawaian
Kelas/Semester : XII/ 5
Tahun Pelajaran : 2022/2023
Materi Pokok : Peraturan Perkawinan Pegawai
Alokasi Waktu : 2 x 6 JP (12 x 45 Menit)
Pertemuan : Ke- 1 (6 x 45 menit)

B. Kompetensi Inti
Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial (rasa ingin tahu, tanggung jawab, displin
dan pantang menyerah) dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada
pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta
kebutuhan dan kondisi peserta didik.

KI3 : Memahami, menganalisis, menerapkan, dan mengevaluasi tentang pengetahauan faktual,


konseptual, operasional dasar dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja
Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluaga,
sekolah, dunia kerja warga
KI 4 : Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja
yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja
Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan
dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir,


menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.
C. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.13 Memahami peraturan perkawinan 3. 13.1 Menjelaskan regulasi/ peraturan tentang


pegawai perkawinan (C2)
3. 13.2 Mengidentifikasi izin perkawinan pegawai (C3)
3. 13.3Mengemukakan tata cara pelaksanaan
perkawinan pegawai (C3)
4.13 Melaksanakan Pengelompokan 4.13.1 Melakukan identifikasi peraturan perkawinan
peraturan perkawinan pegawai pegawai (C3)
4.13.2 Melakukan pengelompokan peraturan
perkawinan pegawai (C3)

E. Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Pengetahuan:
1. Melalui kegiatan dengan menjelaskan dan Tanya jawab bersama guru dengan menggunakan
media power point dan video pembelajaran, Peserta didik dapat Menjelaskan regulasi/
peraturan tentang perkawinan dengan benar
2. Setelah mengamati tayangan video dan powerpoint peserta didik dapat Mengidentifikasi izin
perkawinan pegawai dengan benar
3. Setelah berdiskusi dan menggali informasi peserta didik dapat mengidentifikasi peraturan
perkawinan pegawai
Kompetensi Keterampilan :
1. Melalui pengamatan artikel/informasi yang diberikan peserta didik dapat Melakukan identifikasi
peraturan perkawinan pegawai dengan tepat
2. Melalui pengamatan berita/informasi, maka peserta didik dapat Melakukan pengelompokan
peraturan perkawinan pegawai dengan tepat.

F. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK):


1. Religiusitas
2. Ketelitian
3. Kedisiplinan
4. Rasa ingin tahu
G. Kegiatan Pembelajaran

Sintaks Deskripsi Kegiatan Alokasi


waktu
Kegiatan Pendahuluan
Guru : 15 Menit
Orientasi
(Menunjukan sikap disiplin sebelum memulai proses
pembelajaran, menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianut (Karakter)
 Melakukan pembukaan dengan salam pambuka
 Peserta didik berdoa dan membaca ayat suci Al Quran untuk
memulai pembelajaran (Religius)
 Memeriksa kehadiran peserta didik (Disiplin)
Apersepsi
 Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Motivasi
 Guru memberi motivasi kepada peserta didik tentang
pemberian reward dalam pembelajaran dan membangkitkan
rasa percaya diri peserta didik

Kegiatan Inti
Stimulus  Guru menampilkan tayangan tentang video berisi materi 240 menit
tentang peraturan perkawinan pegawai (TPACK)
https://www.youtube.com/watch?v=zRjlqgEYqTI
 Peserta didik mengamati dan memahami tayangan video berisi
materi tentang peraturan perkawinan pegawai
 Guru memberi stimulus berupa pertanyaan terkait tayangan tersebut

Orientasi siswa  Guru memberikan artikel kepada peserta didik yang dibagikan
pada masalah melalui tayangan slide yang dibuat oleh guru (TPACK)
 Peserta didik secara antusias membaca artikel yang diberikan
oleh guru dan menganalisis permasalahan terkait Peraturan
Perkawinan Pegawai
Mengorganisasi  Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan meminta siswa
kan siswa untuk memecahakan permasalahan dari artikel yang dibagikan oleh
belajar guru melalui tayangan slide
 Peserta didik menganalisa informasi tentang artikel yang
dibagikan oleh guru
Membimbing  Guru meminta masing-masing kelompok untuk
penyelidikan mengumpulkan data terkait tentang peraturan perkawinan
individu pegawai dengan mencari data/bahan-bahan/alat yang
maupun diperlukan untuk menyelesaikan masalah dalam
kelompok menyelesaikan masalah yang sudah diidentifikasi. (TPACK)
 Guru meminta masing-masing kelompok untuk
mengembangkan pemahaman tentang peraturan perkawinan
dengan cara melihat materi dari berbagai sumber.
 Guru meminta perwakilan salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
 Peserta didik menjawab dan mendiskusikan pertanyaan yang
diberikan guru secara berkelompok
Menganalisis  Guru mengevaluasi tugas semua siswa dan memberikan
dan penilaian.
mengevaluasi  Guru menginformasikan perlunya perbaikan yang harus
proses dilakukan oleh peserta didik pada hasil pekerjaannya.
pemecahan  Peserta didik menerima tanggapan dari guru dan peserta didik
masalah dari kelompok lain

Kegiatan Penutup

 Guru dan peserta didik merangkum/membuat simpulan 15 menit


pelajaran tentang point-point penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan (kerja sama).
 Peserta didik mengerjakan ulangan harian yang berkaitan
dengan materi pembelajaran (jujur).
 Guru memberikan motivasi kepada peserta didik dalam
menguasai materi yang dipelajari.
 Guru meminta peserta didik untuk mencari artikel tentang
penghargaan pegawai untuk pembelajaran berikutnya
 Do’a penutup pembelajaran (religious).

H. Materi Pembelajaran
1. Pengertian perkawinan
2. Perkawinan PNS
3. Ketentuan PNS pria yang akan beristri lebih dari satu orang

I. Metode, Model, Pendekatan Pembelajaran


Metode : Diskusi kelompok, tanya jawab,penugasan
Model : Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pendekatan : Pendekatan TPACK (Technological and Pedagogical Content Knowledge)
J. Media/Alat
Media : Menggunakan aplikasi video Youtube dalam kegiatan pembelajaran
Menggunkan Handphone sebagai mesin pencari Goole untuk sumber belajar
Alat dan Bahan : Laptop, LCD Proyektor, HP (TPACK)

K. Sumber Belajar
a. Buku Pelajaran Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran Tahun 2019 untuk SMK/MAK Kelas XII,
Penerbit Erlangga, hal. 63-70)

b. Video Pembelajaran: https://www.youtube.com/watch?v=zRjlqgEYqTI


K. Penilaian
1. Penilaian Sikap : Observasi
2. Penilaian Pengetahuan : Tes tertulis
3. Penilaian Keterampilan :
Mengetahui, Medan, September 2022
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Lainatus Syifa Manik, S.Pd Lainatus Syifa Manik, S.Pd


Lampiran Penilaian Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan

A. PENILAIAN SIKAP
Penilaian Observasi
Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik sehari-hari, baik
terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum. Pengamatan langsung dilakukan oleh
guru. Berikut contoh instrumen penilaian sikap.

Sikap
Sikap sosial Jumlah
spiritual
No Nama Siswa Skor
Mensyukuri Disiplin Jujur Kerjasama
1-4 1-4 1-4 1-4
1
2
3
4
5

a. Sikap Spiritual
 Indikator sikap spiritual “mensyukuri” :
 Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran
 Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut
 Saling menghormati, toleransi
 Memelihara hubungan baik dengan sesama teman sekelas.
Rubrik pemberian skor:
 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
 3 = jika peserta didik melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut
 2 = jika peserta didik melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut
 1 = jika peserta didik melakukan 1 (satu) kegiatan tersebut
b. Sikap Sosial
 Indikator sikap sosial “disiplin” :
 Siswa datang tepat waktu
 Menjalankan tata tertib di sekolah
 Mendengarkan pelajaran dengan tekun
 Mengerjakan semua tugas-tugas sekolah (PR)
Rubrik pemberian skor:
 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
 3 = jika peserta didik melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut
 2 = jika peserta didik melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut
 1 = jika peserta didik melakukan 1 (satu) kegiatan tersebut
 Indikator sikap sosial “jujur” :
 Menyampaikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
 Bersedia mengakui kesalahan, kekurangan ataupun keterbatasan dirinya
 Tidak mencontek pekerjaan teman baik saat ujian maupun mengerjakan pekerjaan rumah.
 Tidak berbohong kepada guru dan teman
Rubrik pemberian skor:
 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
 3 = jika peserta didik melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut
 2 = jika peserta didik melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut
 1 = jika peserta didik melakukan 1 (satu) kegiatan tersebut
 Indikator sikap sosial “kerjasama” :
 Peduli kepada sesama
 Saling membantu dalam hal kebaikan
 Saling menghargai/ toleran
 Ramah dengan sesama.
Rubrik pemberian skor:
 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
 3 = jika peserta didik melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut
 2 = jika peserta didik melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut
 1 = jika peserta didik melakukan 1 (satu) kegiatan tersebut
B. PENILAIAN PENGETAHUAN

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) 1


1. Judul Kegiatan :Mengidentifikasi dan melakukan pengelompokan peraturan
perkawinan pegawai dengan kreatif dan inovatif, santun, teliti, dan
tanggungjawab.
2. Jenis Kegiatan : Kelompok
3. Tujuan Kegiatan :
 Peserta didik dapat Menjelaskan dan Menguraikan tata cara pelaksanaan perkawinan
pegawai
 Peserta didik dapat Mengidentifikasi dan melakukan pengelompokan peraturan
perkawinan pegawai dengan kreatif dan inovatif, secara mandiri, santun, teliti, dan
tanggungjawab
a) Langkah Kerja
Bentuklah kelompok yang terdiri atas 3-4 orang tanpa membedakan suku, ras, dan
tunjukkan salah seorang sebagai ketua!
Ketua Kelompok :………………………………………..
……………………………………………
Anggota Kelompok :
…………………………………………………………………………………….
………………………………………..…………………………………………..
……………………………………….……………………………………………

Langkah-langkah kegiatan:

1. Bacalah berita/informasi berikut!

Merdeka.com - Pernikahan siri antara AL (38), Pegawai Negeri Sipil (PNS) di instansi
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ogan Ilir Sumatera Selatan (Sumsel) dengan wanita teman
sekantor berinisial FT (30) berakhir menyedihkan. Istri sah AL, Suci Ariani melaporkan
perselingkuhan dan nikah siri tanpa izin tersebut ke Inspektorat Ogan Ilir dan Polres Ogan Ilir,
pada hari Selasa (9/2) lalu. Dari informasi yang dihimpun, FT yang tercatat sebagai Tenaga Kerja
Sukarela (TSK) di Dinas Sosial (Dinsos) Ogan Ilir Sumsel, sudah diberhentikan dari
pekerjaannya. Menurut Kepala Dinsos Ogan Ilir Irawan Sulaiman, pemberhentian FT dilakukan
setelah adanya laporan perselingkuhan yang dilayangkan ke kepolisian.

"Sudah diberhentikan, karena dinilai mencemarkan nama baik instansi," ujarnya, Rabu (10/2).
Dikutip dari Liputan6.com.Irawan Sulaiman juga membeberkan status AL, yang juga merupakan
PNS di Dinsos Ogan Ilir Sumsel. Saat ini kasus AL sudah diserahkan ke Badan Kepegawaian
Daerah (BKD) Ogan Ilir. Diungkapkan Sekretaris BKD Ogan Ilir Alifia, AL masih mengikuti
pemeriksaan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). "Hasilnya (pemeriksaan) nanti
diberitahu, tapi belum sekarang," ucapnya.

Sebelumnya, kasus ini bergulir usai Suci Ariani melaporkan AL dan selingkuhannya ke SPKT
Polres Ogan Ilir. Ibu dua anak tersebut tampak geram dengan ulah suaminya, yang ternyata sudah
bermain cinta dengan WIL sejak bulan Maret 2020 lalu. Bahkan Suci tidak menyangka, suaminya
nekat melakukan nikah siri dengan FT pada tanggal 15 Desember 2020 lalu. "Foto-foto mesra
mereka berdua ada sama saya. Mereka juga mengingkari janji jika tidak akan melanjutkan
hubungannya," katanya. Dia bahkan meminta kepada AL agar menyudahi rumah tangganya. Suci
juga mengharap agar AL dipecat dari pekerjaannya sebagai PNS di Ogan Ilir Sumsel.
2. Diskusikanlah bersama kelompokmu, pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
a. Dari permasalahan di atas, apa yang menjadi pemicu terjadinya konflik dalam rumah
tangga pada PNS tersebut!
b. Dari permasalahan di atas, peraturan perundang-undangan mana yang telah dilanggar oleh
PNS tersebut!
c. Hukuman/sanksi kode etik apa yang bisa diterapkan kepada PNS tersebut!
d. Larangan apa yang tidak diperbolehkan kepada PNS yang sudah melaksanakan
perkawinan!
C. PENILAIAN KETERAMPILAN
Teknik / Bentuk Penilaian : Presentasi
No Aspek yang dinilai Kriteria Skor

1 Sistematika presentasi Materi presentasi disajikan secara runtut dan


4
sistematis
Materi presentasi disajikan secara runtut tetapi
3
kurang sistematis
Materi presentasi disajikan secara kurang runtut dan
2
tidak sistematis
Materi presentasi disajikan secara tidak runtut dan
1
tidak sistematis
2 Penggunaan bahasa Bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami 4
Bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami 3
Bahasa yang digunakan agak sulit dipahami 2
Bahasa yang digunakan sangat sulit dipahami 1
3 Ketepatan intonasi dan Penyampaian materi disajikan dengan intonasi yang
4
kejelasan artikulasi tepat dan artikulasi/lafal yang jelas
Penyampaian materi disajikan dengan intonasi yang
3
agak tepat dan artikulasi/lafal yang agak jelas
Penyampaian materi disajikan dengan intonasi yang 2
kurang tepat dan artikulasi/lafal yang kurang jelas
Penyampaian materi disajikan dengan intonasi yang
1
tidak tepat dan artikulasi/lafal yangtidak jelas
4 Kemampuan Mampu mempertahankan dan menanggapi
4
mempertahankan dan pertanyaan/sanggahan dengan arif dan bijaksana
menanggapi pertanyaan Mampu mempertahankan dan menanggapi
atau sanggahan 3
pertanyaan/sanggahan dengan cukup baik
Kurang mampu mempertahankan dan menanggapi
2
pertanyaan atau sanggahan dengan baik
Sangat kurang mampu mempertahankan dan
1
menanggapi pertanyaan

Nilai = Jumlah skor x 100


16
Interval Nilai Ketrampilan
90 < X < 100 A
80 < X < 90 B
70 < X < 80 C
0.00 < X < 70 D
2
Materi Pembelajaran
Peraturan Perkawinan Bagi Pegawai

A. Pengertian perkawinan

M enurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 perkawinan adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Ada beberapa definisi menurut beberapa ahli tentang pengertian perkawinan,
antara lain sebagai berikut:
1. Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2, Perkawinan adalah pernikahan, yaitu
akad yang sangat kuat atau untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.
2. Menurut Prof. Subekti, SH., Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-
laki dengan seorang perempuan untuk waktu yang lama.
3. Menurut Prof. Mr. Paul Scholten, Perkawinan adalah hubungan hukum antara seorang
pria dan seorang wanita untuk hidup bersama dengan kekal, yang diakui oleh negara.
4. Menurut Prof. Dr. R. Wirjono Prodjodikoro, SH., Perkawinan adalah suatu hidup
bersama dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang memenuhi syarat-syarat
yang termasuk dalam peraturan hukum perkawinan.
Mengenai pengertian perkawinan ini banyak beberapa pendapat yang satu sama lainnya
berbeda. Tetapi perbedaan pendapat ini sebetulnya bukan untuk memperlihatkan
pertentangan yang sungguh-sungguh antara pendapat yang satu dengan yang lain. Perbedaan
itu hanya terdapat pada keinginan para perumus untuk memasukkan unsur-unsur yang
sebanyak-banyaknya dalam perumusan pengertian perkawinan di satu pihak dan pembatasan
banyaknya unsur di dalam perumusan pengertian perkawinan di pihak yang lain.
Hukum perkawinan yang berlaku bagi tiap-tiap agama tersebut satu sama lain ada perbedaan,
akan tetapi tidak saling bertentangan. Adapun di Indonesia telah ada hukum perkawinan yang
secara otentik diatur di dalam Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974.

8
B. Perkawinan Bagi Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang
dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang
ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Menurut pasal 2 ayat 1 Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999, pegawai negeri terdiri dari:
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia dan
c. Anggota Bersenjata Republik Indonesia.
Sedangkan Pegawai Negeri Sipil itu sendiri terdiri dari pegawai negeri sipil pusat dan
pegawai negeri sipil daerah. Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang
bahagia, kekal dan sejahtera, maka dalam undang-undang menganut prinsip untuk
mempersukar terjadinya perceraian. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Undang-
undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, selain itu juga diberlakukan Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 1990 terhadap Pegawai Negeri Sipil. Pada dasarnya, Pegawai Negeri Sipil
(PNS) adalah unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang harus menjadi
tauladan yang baik bagi masyarakat dalam tingkah laku, tindakan dan ketaatan kepada
peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk dalam menyelenggarakan kehidupan
berkeluarga. Untuk dapat melaksanakan kewajiban yang demikian itu, kehidupan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) harus ditunjang oleh kehidupan berkeluarga yang serasi, sehingga setiap
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam melaksanakan tugasnya tidak akan banyak terganggu oleh
masalah-masalah dalam keluarganya.

C. Dasar-dasar perkawinan

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, sahnya suatu perkawinan adalah


merujuk pada dasar hukum sebagai berikut:
Pasal 2
(1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaannya itu.
(2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 3
(1) Pada azasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang
isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.
(2) Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari
seorang apabila dikehendaki oleh fihak-fihak yang bersangkutan.

Pasal 4
(1) Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang, sebagaimana tersebut
dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini, maka ia wajib mengajukan permohonan
kepada Pengadilan di daerah tempat tinggalnya.
(2) Pengadilan dimaksud data ayat (1) pasal ini hanya memberikan izin kepada seorang
suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila:
a. isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri;
b. isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;
c. isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Pasal 5
(1) Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri;
b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup
isteri-isteri dan anak-anak mereka;
c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-
anak mereka.
(2) Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi
seorang suami apabila isteri/isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetujuannya
dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari
isterinya selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, atau karena sebab-sebab lainnya
yang perlu mendapat penilaian dari Hakim Pengadilan.
D. Syarat-syarat Perkawinan
Syarat-syarat Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Syarat perkawinan bersifat materiil
Syarat perkawinan yang bersifat materiil dapat disimpulkan dari Pasal 6 sampai dengan
11 UU No. 1 tahun 1974, yaitu:
a. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai
b. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun
harus mendapat ijin kedua orangtuanya/salah satu orang tuanya, apabila salah satunya
telah meninggal dunia/walinya apabila kedua orang tuanya telah meninggal dunia.
c. Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak
wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Kalau ada penyimpangan harus ada ijin dari
pengadilan atau pejabat yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun
wanita.
d. Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi
kecuali memenuhi Pasal 3 ayat 2 dan pasal 4.
e. Apabila suami dan istri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain dan bercerai
lagi untuk kedua kalinya.
f. Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu.

2. Syarat perkawinan secara formal dapat diuraikan menurut Pasal 12 UU No.1 Tahun 1974
direalisasikan dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun
1975. Secara singkat syarat formal ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan harus memberitahukan
kehendaknya kepada Pegawai Pencatat Perkawinan di mana perkawinan di mana
perkawinan itu akan dilangsungkan, dilakukan sekurang-kurangnya 10 hari sebelum
perkawinan dilangsungkan. Pemberitahuan dapat dilakukan lisan/tertulis oleh calon
mempelai/orang tua/wakilnya. Pemberitahuan itu antara lain memuat: nama, umur,
agama, tempat tinggal calon mempelai (Pasal 3-5)
2. Setelah syarat-syarat diterima Pegawai Pencatat Perkawinan lalu diteliti, apakah
sudah memenuhi syarat/belum. Hasil penelitian ditulis dalam daftar khusus untuk hal
tersebut (Pasal 6-7).
3. Apabila semua syarat telah dipenuhi Pegawai Pencatat Perkawinan membuat
pengumuman yang ditandatangani oleh Pegawai Pencatat Perkawinan yang memuat
antara lain:
 Nama, umur, agama, pekerjaan, dan pekerjaan calon pengantin.
 Hari, tanggal, jam dan tempat perkawinan akan dilangsungkan (pasal 8-9)
4. Barulah perkawinan dilaksanakan setelah hari ke sepuluh yang dilakukan menurut
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Kedua calon mempelai
menandatangani akta perkawinan dihadapan pegawai pencatat dan dihadiri oleh dua
orang saksi, maka perkawinan telah tercatat secara resmi. Akta perkawinan dibuat
rangkap dua, satu untuk Pegawai Pencatat dan satu lagi disimpan pada Panitera
Pengadilan. Kepada suami dan Istri masing-masing diberikan kutipan akta
perkawinan (pasal 10-13).

Sedangkan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), syarat-


syaratnya adalah sebagai berikut:
a. kedua pihak harus telah mencapai umur yang ditetapkan dalam undang-undang, yaitu
bagi laki-laki 18 tahun dan bagi perempuan 15 tahun.
b. Harus ada persetujuan bebas antara kedua pihak
c. Untuk seorang perempuan yang telah kawin harus lewat 300 hari dahulusetelah
putusnya perkawinan pertama
d. Tidak ada larangan dalam undang-undang bagi kedua belah pihak
e. Untuk pihak yang masih dibawah umur harus ada izin dari orangtua atauwalinya.
f. Asas Monogami yang mutlak (Pasal 27 KUH Perdata)

Pencatatan perkawinan diperlukan sebagai bukti adanya perkawinan. Buktiadanya


perkawinan ini diperlukan kelak untuk melengkapi syarat-syarat administrasi yang diperlukan
untuk membuat akta kelahiran, kartu keluarga dan lain-lain. Dalam KUHPerdata, pencatatan
perkawinan ini diatur dalam bagian ke tujuh Pasal 100 danPasal 101. Dalam Pasal 100, bukti
adanya perkawinan adalah melalui akta perkawinan yang telah dibukukan dalam catatan sipil.
Pengecualian terhadap pasal ini yaitu Pasal 101, apabila tidak terdaftar dalam buku di catatan
sipil, atau hilang maka bukti tentang adanya suatu perkawinan dapat diperoleh dengan
meminta pada pengadilan. Di pengadilan akan diperoleh suatu keterangan apakah ada atau
tidaknya suatu perkawinan berdasarkan pertimbangan hakim.
E. Larangan-larangan dalam Perkawinan
Larangan Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yaitu:
1. Larangan perkawinan berdasarkan kekeluargaan (Pasal 8 UU No. 1 Tahun 1974)
disebabkan berhubungan darah yaitu larangan perkawinan karena hubungan ke-saudara-an
yang terus menerus berlaku dan tidak dapat disingkirkan berlakunya :
a. Hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah maupun ke atas yang terdiri dari
ibu sendiri, anak perempuan, ibu dari ayah, cicit (Pasal 8 sub a).
b. Hubungan darah dalam garis keturunan menyamping terdiri dari saudara perempuan
ayah, anak perempuan saudara laki-laki, anak perempuan saudara perempuan
(kemanakan) (Pasal 8 sub b).
c. Hubungan semenda terdiri dari saudara perempuan bibi (makcik), ibu dari isteri
(mertua), anak tiri (Pasal 8 sub c).
d. Hubungan susuan yaitu orang tua susuan, saudara susuan, anak susuan dan bibi atau
paman susuan (Pasal 8 sub d).
e. Hubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri, dalam hal
seorang suami beristeri lebih dari seorang (Pasal 8 sub e).
f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang
kawin (Pasal 8 sub f).
2. Larangan oleh karena salah satu pihak atau masing-masing pihak masih terikat dengan tali
perkawinan (Pasal 9 UU No. 1 Tahun 1974). Larangannya bersifat sepihak artinya
larangan berlaku secara mutlak kepada pihak perempuan saja yaitu seorang perempuan
yang masih terikat dalam perkawinan. Larangan Pasal 9 tidak mutlak berlaku kepada
seorang laki-laki yang sedang terikat dengan perkawinan atau seoramg laki-laki yang
beristeri tidak mutlak dilarang untuk melakukan perkawinan dengan isteri kedua.
3. Larangan kawin bagi suami isteri yang telah bercerai sebanyak 2 (dua) kali (Pasal 10 UU
No. 1 Tahun 1974). Menurut Pasal 10 diatur larangan kawin bagi suami isteri yang telah
bercerai sebanyak 2 (dua) kali. Perkawinan yang mempunyai maksud agar suami isteri
dapat membentuk keluarga yang kekal maka suatu tindakan yang mengakibatkan putusnya
suatu perkawinan harus benar-benar dipertimbangkan. Pasal 10 bermaksud untuk
mencegah tindakan kawin cerai berulang kali, sehingga suami maupun isteri saling
menghargai satu sama lain.
4. Larangan kawin bagi seorang wanita selama masa tunggu (Pasal 11 UU No. 1 Tahun
1974). Larangan dalam Pasal 11 bersifat sementara yang dapat hilang dengan sendirinya
apabila masa tunggu telah lewat waktunya sesuai dengan ketentuan masa lamanya waktu
tunggu. Sesuai dengan pasal 8 masa lamanya waktu tunggu selama 300 hari, kecuali jika
tidak hamil maka masa tunggu menjadi 100 hari. Masa tunggu terjadi karena perkawinan
perempuan telah putus karena:
1) Suaminya meninggal dunia.
2) Perkawinan putus karena perceraian.
3) Isteri kehilangan suaminya.

F. Laporan perkawinan

Pencatatan perkawinan diperlukan sebagai bukti adanya perkawinan. Bukti adanya


perkawinan ini diperlukan kelak untuk melengkapi syarat-syarat administrasiyang diperlukan
untuk membuat akta kelahiran, kartu keluarga dan lain-lain. Dalam KUHPerdata, pencatatan
perkawinan ini diatur dalam bagian ke tujuh Pasal 100 danPasal 101. Dalam Pasal 100, bukti
adanya perkawinan adalah melalui akta perkawinan yang telah dibukukan dalam catatan sipil.
Pengecualian terhadap pasal ini yaitu Pasal 101, apabila tidak terdaftar dalam buku di catatan
sipil, atau hilang maka bukti tentang adanya suatu perkawinan dapat diperoleh dengan
meminta pada pengadilan. Di pengadilan akan diperoleh suatu keterangan apakah ada atau
tidaknya suatu perkawinan berdasarkan pertimbangan hakim.
Tanda Bukti Laporan Perkawinan pasti akan dibutuhkan / diminta bila terjadi kondisi-
kondisi dibawah ini, yaitu :
a. Bila pasangan suami istri yang bersangkutan (1920, 1933, 1917 maupun 1849 baik salah
satu atau keduanya) menikah di luar wilayah Negeri Kesatuan Republik Indonesia dan
akan menetap di Indonesia selanjutnya
b. Bila pasangan suami istri yang bersangkutan (1920, 1933, 1917 maupun 1849 baik salah
satu atau keduanya) menikah di luar wilayah Negeri Kesatuan Republik Indonesia dan
akan membuat Akta Kelahiran bagi putra/i nya di dalam wilayah Indonesia, karena akan
dipergunakan untuk :
1. Pendaftaran awal masuk sekolah
2. Pembuatan surat-surat penting untuk si Kecil seperti SBKRI / OS-19 / Passport / KTP /
SIM
3. Pembuatan Akta Pernikahan atau Surat Kawin si Kecil kelak (bila si Kecil akan
melangsungkan Pernikahan di dalam wilayah Indonesia nantinya)
4. Mengurus Bea Siswa / Hak Ahli Waris / masalah-masalah Asuransi dan Tunjangan
Keluarga dalam konteks hukum Negara Indonesia
5. aktivitas-aktivitas lainnya yang akan dilakukan di dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan berhubungan dengan pencatatan ataupun pembuatan surat-surat
yang memiliki kekuatan hukum, baik secara pidana maupun perdata.

Data-data yang dibutuhkan untuk pembuatan Tanda Bukti Laporan Perkawinan ini
adalah :
1. Asli Akte Pernikahan / Perkawinan atau Surat Kawin Luar Negeri
(akan dikembalikan)
2. Asli Akte Kelahiran milik Suami dan/ Istri (bila sudah memiliki anak, maka Akte
Kelahiran milik Anak Anda pun harus dilampirkan) (akan dikembalikan)
3. Asli Translate bahasa, dari translator yang diakui legalitasnya oleh Catatan Sipil
Jakarta (tidak dikembalikan, dijadikan arsip oleh pihak Catatan Sipil)
4. Copy Tanda Pengenal (KTP, Passport, dan/ ID Card) milik suami dan/ Istri tersebut
(salah satu atau keduanya)
5. Copy Status Kewarganegaraan milik suami dan/ Istri tersebut (salah satu atau
keduanya), seperti SKKRI / SBKRI / WNI hanya diperuntukkan bagi 1917 &
1849
6. Copy Surat Ganti Nama dari data-data yang terkait (jika ada)
7. Copy Surat Keterangan ke-Imigrasi-an milik Suami dan/ Istri tersebut (salah satu
atau keduanya, spt. : KITAP / KITAS / Passport)
Contoh Tanda Bukti Laporan Perkawinan

Anda mungkin juga menyukai