Anda di halaman 1dari 2

TUGAS RESUME KH.

ABDUSSALAM
Biografi dan Keteladanan Beliau Dalam
Nilai Dasar Shalih Akrom

Kelompok I
1. Luthfi 22.22.00361
2. Muhammad Saifurrohman 22.22.00360
3. Teguh Prasetyo 22.22.00295

  K.H Abdussalam yang akrab dipanggil Mbah Salam dilahirkan dan wafat di desa
Kajen Margoyoso Pati. Kapan tanggal, bulan dan tahun lahir serta wafatnya, belum diketahui
secara pasti. Dari garis keturunan (nasab), Mbah Salam adalah putra dari KH. Abdullah bin
Ismail dan nasabnya sampai pada KH. Ahmad Mutamakkin seorang wali terkenal di desa
Kajen.

Adapun silsilahnya adalah KH. Abdussalam bin KH. Abdullah bin Nyai Mutiroh binti
KH. Bunyamin bin Nyai Toyyibah binti K. Muhammad Hedro Kusumo bin KH. Ahmad
Mutamakkin.

Mbah Salam memiliki riwayat berumah tangga dalam masa hidup beliau memiliki
empat orang istri. Diantaranya istri pertama bernama Nyai Sumirah dan dikaruniai tiga anak
yang bernama Nyai Aisyah (istri dari K. Kholil Mansur dari Lasem), KH. Mahfudz Salam
(Pendiri Pondok Pesantren Maslakul Huda), dan Suja’i (sudah meninggal saat usia muda dan
belum menikah). Dan istri kedua bernama Nyai Sumrah, yang dikaruniai empat anak
bernama KH. Abdullah Zen Salam (Pendiri Pondok Pesantren Mathali’ul Huda), KH. Ali
Mukhtar (Pendiri Pondok Pesantren Masyithah), Putri yang meninggal diusia empat tahun,
dan Nyai Saudah. Namun dua istri terakhir Mbah Salam ini tidak meninggalkan keturunan
dan tidak diketahui nama-namanya.

Keteladanan yang dapat diambil dari Mbah Salam diantaranya Istiqomah dalam
menambah ilmu meski berusia tua. Pada masa itu Mbah Salam menghafal Al-Quran dan
menjadi hafidh ketika usia beliau sudah tua, dan tidak sebagaimana lazimnya orang
mengahafalkan, dimana pada umumnya mengahafal Al-Quran di waktu muda.
Perjuangan beliau untuk menyebarkan ilmu agama Mbah Salam adalah Muassis atau
pendiri Perguruan Islam Mathaliul Falah yang pada saat itu bernama sekolah Arab, tepatnya
pada tahun 1912 disaat Belanda menjajah negara Indonesia. Selain itu, Mbah Salam juga
muassis cikal-bakal (embrio) berdirinya pondok-pondok pesantren yang berada di komplek
Polgarut melalui putra-putra dan cucu-cucunya sehingga menghasilkan murid atau santri
beliau yang saat ini telah mendirikan banyak pondok-pondok pesantren dalam rangka ikut
berpartisipasi mencerdaskan agama orang Kajen dan masyarakat di luar Kajen.

Memanfaatkan hal sekecil apapun untuk kepentingan bersama. Dimana pada saat itu
Mbah Salam nyisii atau menyayat klobot jagung yang beliau gunakan untuk merokok, pucuk
dan bongkotnya dipotongi dan dikumpulkan. Sedangkan ketika kotoran sisanya (larahan) 
hendak dibuang santrinya, tapi beliau melarangnya. Mbah Salam menyuruh santrinya untuk
menaruh larahan tersebut di dapur agar digunakan dedek geni (digunakan untuk memasak)

Kecintaan beliau kepada anak kecil para penerus generasi bangsa. Ketika setelah
selesai menghafal Al-Quran dari pasar, beliau tidak langsung pulang, tetapi mampir ke toko
untuk membeli permen (mut mutan) terlebih dahulu, dan membagikannya sambil berjalan
kepada anak-anak kecil dijalan sampai rumah.

Kemampuan beliau dalam menghafal dan murojaah Al-Qur'an ditempat ramai, Ketika
pergi ke pasar yang sudah menjadi kebiasaan Mbah Salam setiap hari rabu dan sabtu. Dan
menyimpulkan jika dapat menghafal Al-Qur’an dan melancarkan ditempat yang ramai berarti
hafalannya telah sukses dan berhasil.

Anda mungkin juga menyukai