Anda di halaman 1dari 6

Nama: Rika Amalia Nurmayani

No. Absen: 28

Kholil al-Bangkalani

Riwayat Hidup Dan Keluarga Kholil al-Bangkalani


Syekh Muhammad Kholil atau yang kerap dipanggil dengan Syekh Kholil
Bangkalan atau Syaikhona Kholil yang dikenal sebagai Waliyullah atau Mbah
Kholil lahir pada 11 Jumadil akhir 1235 H atau 25 Mei 1835 M di Kampung
Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau
Madura, Jawa Timur.Jalur nasab Syekh Kholil Bangkalan berasal jalur ayah
sampai kepada Syekh Syarif Hidayatullah (Cirebon). Nasab beliau adalah Syekh
Kholil Bangkalan bin KH. Abdul Lathif bin KH. Hamim bin KH. Abdul Karim
bin KH. Muharram bin KH. Asrar karamah bin KH. Abdullah bin Sayid
Sulaiman. Sayid Sulaiman merupakan cucu Syarif Hidayatullah atau Sunan
Gunung Jati Cirebon. Syarif Hidayatullah itu putera Sultan Umdatuddin
Umdatullah Abdullah yang memerintah di Cam (Campa). Sedangkan ibu dari
Syekh Muhammad Kholil merupakan Syarifah Khodijah putri Sayyid Asror
Karomah bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Ali akbar bin Sayyid Sulaiman
Kanigoro Mojoagung. dalam penjabaran M. Zaini, Syechona Kholil Bangkalan
juga memiliki sembilan istri yaitu: Pertama, Raden Ayu Assek binti Lodrapati.
kedua, Nyai Ummu Rahmah. Ketiga, Raden Ayu Arbi’ah. Keempat, Nyai Mesi.
Kelima, Nyai Su’lah. Keennam, Nyai Kuttab. ketujuh, Nyai Sabrah. Kedelapan,
Raden Ayu Nurjadi. Kesembilan, seorang janda kaya asal dari telaga biru,
Tanjung Bumi, Bangkalan. Anak keturunan Kiai Kholil berasal dari empat orang
istri, yaitu: Raden Ayu Assek binti Ludrapati, Nyai Ummu Rahmah, Raden Ayu
Arbi’ah serta Nyai Mesi, Sedangkan lima istri yang lain, yaitu Nyai Su’lah, Nyai
Khuttab, Nyai Sabrah, Raden Ayu Nurjati dan seseorang janda asal Telaga Biru,
sampai wafat tidak dikaruniai keturunan. Syekh Kholil Bangkalan wafat pada usia
106 tahun, pada 29 Ramadan 1343 Hijrah, bertepatan dengan tanggal 23 April
1925 Masehi, jasadnya dikebumikan di desa Mertajesa, Kecamatan Bangkalan.

Pendidikan Kholil al-Bangkalani


Syekh Kholil dididik dengan sangat ketat sang ayahnya. Mbah Kholil kecil
mempunyai keistimewaan yang haus akan ilmu, terutama ilmu Fiqih dan nahwu.
Bahkan beliau telah hafal dengan baik 1002 bait nadzom Alfiyah Ibnu Malik
semenjak usia belia. setelah dididik, orang tua Mbah Kholil kecil kemudian
mengirimnya ke banyak sekali pesantren untuk menimba ilmu. Mengawali
pengembaraannya, Mbah Kholil muda belajar kepada Kiai Muhammad Nur pada
Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. dari Langitan beliau pindah ke
Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. kemudian ke Pondok Pesantren
Keboncandi. Selama belajar di Pondok Pesantren ini beliau belajar juga kepada
Kiai Nur Hasan yang menetap pada Pondok Pesantren Sidogiri, 7 kilometer dari
Keboncandi. pada setiap perjalanannya berasal Keboncandi ke Sidogiri, beliau
tidak pernah lupa membaca Surat Yasin. Sewaktu menjadi santri, Mbah Kholil
telah menghafal beberapa matan, seperti Matan Alfiyah Ibnu Malik. di samping
itu beliau juga adalah seorang Hafidz Al-Quran dan mampu membaca Al-Qur’an
dalam Qira'at Sab'ah. waktu usianya mencapai 24 tahun setelah menikah, Mbah
Kholil memutuskan untuk pulang ke Makkah. untuk ongkos pelayaran mampu
beliau tutupi dari hasil tabungannya selama nyantri di Banyuwangi, sedangkan
untuk makan selama pelayaran, konon Mbah Kholil berpuasa. Hal tersebut
dilakukannya bukan dalam rangka menghemat uang, tapi untuk lebih
mendekatkan diri pada Allah supaya perjalanannya selamat.

Peran Penting Kholil al-Bangkalani Dalam


Perkembangan Agama Islam
Kholil al-Bangkalani atau dikenal dengan Syaikhona Kholil atau Syekh
Kholil juga mempunyai peranan penting dalam perkembangan agama islam di
indonesia serta berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia.
Kontribusinya terlihat dalam berbagai aspek, antara lain:
 Kepemimpinan Agama : Syaikh Kholil adalah seorang tokoh terkenal dan
berpengaruh di bidang keagamaan. Ia menjadi referensi bagi para ulama
Indonesia dan internasional dan memainkan peran penting dalam
menghubungkan para sarjana Indonesia dengan Haramain (Mekkah dan
Madinah).
 Perkembangan Tasawuf : Kholil al-Bangkalani berperan penting dalam
perkembangan Tasawuf (ilmu tasawuf) di nusantara. Ia mendirikan
Tarekat (ordo spiritual Islam) di Madura, yang berkontribusi terhadap
penyebaran dan pendalaman spiritualitas Islam di wilayah tersebut.
 Keterlibatan dalam Pembentukan NU : Sebelum berdirinya NU pada tahun
1926, Syaikhona Kholil mempunyai peranan penting dalam
pembentukannya. Ia berkontribusi dengan memberikan tongkat dan
tasbihnya kepada Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU, pada
masa krusial diskusi dan pengambilan keputusan di kalangan ulama.
Dalam mengembangkan agama islam di Indonesia Syekh Kholil juga
memiliki hubungan yang dekat dengan beberapa tokoh penting di indonesia.
Berikut merupakan beberapa tokoh penting yang dikenal memiliki hubungan
dekat dengan Kholil al-Bangkalani :
 KH. Ahmad Dahlan : Kholil al-Bangkalani mempunyai hubungan dekat
dengan KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, sebuah organisasi
Islam di Indonesia. Keduanya sama-sama memiliki komitmen untuk
meningkatkan nilai moral dan perilaku masyarakat Indonesia.
 KH. Hasyim Asy'ari : Kholil al-Bangkalani adalah guru KH. Hasyim
Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di
Indonesia. Hubungan ini menunjukkan pengaruh Kholil al-Bangkalani
dalam membentuk pemikiran dan gagasan pemimpin Islam generasi masa
depan.
 Soekarno : Presiden pertama Indonesia, Soekarno, juga merupakan salah
satu murid Kholil al-Bangkalani. Hubungan ini menyoroti dampak Kholil
al-Bangkalani terhadap pembentukan kepemimpinan negara.
 Kiai Abdul Bashar : Perjalanan akademis dan intelektual Kholil al-
Bangkalani diperkuat oleh hubungannya dengan Kiai Abdul Basyar,
pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi'iyah di Banyuwangi. Keterhubungan
ini semakin memperluas jaringan Kholil al-Bangkalani dengan pesantren
lain di Madura dan Jawa.

Jasa-Jasa Kholil al-Bangkalani


1. Beliau sering disebut sebagai maha guru. Hampir banyak kyai atau ulama
Nusantara pernah menimba ilmu kepada beliau. Seperti halnya Hadratus
Syaikh Hasyim Asy’ari; pendiri dan pengasuh pondok pesantren Tebu
Ireng Jombang, KH. Abdul Karim (Mbah Manab); pendiri dan pengasuh
pondok pesantren Lirboyo, KH Abdul Wahab Hasbullah (Jombang), Kiai
Bisri Syansuri (Jombang), Kiai Maksum (Lasem), Kiai Nawawi (Sidogiri),
Kiai As’ad Syamsul Arifin (Situbondo), Kiai Zaini Mun’im (Paiton
Probolinggo), dan masih banyak lagi murid-murid KH. M. Kholil
Bangkalan. Bahkan konon katanya Ir. Soekarno Presiden RI pertama,
menurut penuturan Kiai As'ad Syamsul Arifin, Bung Karno meski tidak
resmi sebagai murid Kiai Kholil, namun ketika sowan ke Bangkalan, Kiai
Kholil memegang kepala Bung Karno dan meniup ubun-ubunya (hal.51-
53 dalam buku yang berjudul “KH. M. Kholil Bangkalan Biografi Singkat
1820-1923).
2. Syaikhona Muhammad Kholil yang berasal dari Bangkalan, Madura,
dinilai menjadi salah satu ulama besar yang penting dalam perlawanan
melawan kolonialisme dan konstruksi Islam Nusantara. Eksistensi serta
kontribusi Syaikhona Muhammad Kholil dalam bidang agama,
pendidikan, sosial kemasyarakatan, hingga politik dianggap sangat
berpengaruh dan positif keberlanjutannya.
3. Melalui pendidikan, Kiai Kholil menggembleng para santri untuk menjadi
ulama cendekiawan yang pejuang. Beliau juga menjadi salah satu penentu
berdirinya salah satu organisasi Islam keagamaan terbesar di Indonesia,
Nahdlatul Ulama (NU).

Karya- Karya Kholil al-Bangkalani


1. Al-Matnu as-Syarif (Panduan fiqih ibadah), selesai pada hari Rabu 17 Raja
1299 H. Cetakan Maktabah Musthafa al-Babi al-Halabi Mesir, tahun 1934
M. / 1353 H. No. 550, ditashih dan diterjemah dengan makna jawa pegon
oleh KH. Ahmad Qusyairi bin Shiddiq Pasuruan. Dan juga dicetak oleh
Maktabah Kholid bin Ahmad bin Nabhan Surabaya, di terjemah dan
makna pegon berbahasa madura oleh KHR Abdul Majid Tamim, di tulis
oleh Habib Idrus bin Hasan al-Khirid pada tahun 1409 H.
2. As-Silah fi Bayan al-Nikah (panduan nikah), disalin oleh KH. Ahmad
Qusyairi bin Shiddiq Pasuruan. (Manuskrip), dan di cetak di surabaya.
3. Ratib Syaikhona Kholil, disebarkan dalam bentuk selebaran oleh KH.
Kholil bin KH. Moh Yasin Kepang pada tahun 28/9/1404 H. dan di cetak
ulang oleh Lajnah Turots Ilmy Syaikhona Muhammad Kholil pada tahun
2019 dan 2020.
4. Isti’dad al-Maut (panduan fikih jenazah), bertahun 3 Dz. Qa’dah 1309 H.
Disalin dan dicetak oleh Lajnah Turots pada tahun 2019 M.
5. Taqrirat Nuzhah Thullab (Kaedah I’rob, gramatika arab), bertahun 1315
H. Disalin dan dicetak oleh Lajnah Turots pada tahun 2019 M.
6. Al-Bina’ Dhimna Tadrib wa Mumārasah (ilmu sharaf), bertahun
3/10/1309 H. Disalin dan dicetak oleh Lajnah Turots pada tahun 2020 M.
7. Taqrirat Matan al-Izzi (ilmu sharaf), bertahun 1309 H. Disalin dan dicetak
oleh Lajnah Turots pada tahun 2020.
8. Tafsir al-Khalil (Terjemah lengkap Al-Qur’an dg makna Jawa pegon dan
catatan pinggir), bertahun 1320 H.
9. Mukhtashar Fiqih Ibadah, lengkap dengan makna Jawa pegon, bertahun 13
Ramadhan 1308 H.
10. Buku Khutbah (memuat satu khutbah Jum’at, dan dua khutbah untuk dua
hari raya), bertahun Jumat 19 Ramadhan 1323 H.
11. Buku Dzikir dan Wiridan, bertahun Ramadhan 1323 H.
12. Al-‘Awāmil, makna pegon Jawa dan taqrir (Nahwu tingkat dasar),
bertahun 1309 H.
13. Taqrirat Matn al-Ajurrumiyah dan makna pegon Jawa (Nahwu tingkat
dasar), bertahun 1309 H.
14. Taqrirat Alfiyah dan makna pegon Jawa (nahwu tingkat lanjutan),
bertahun Malam Senin Dz. Qa’dah 1311 H. (Ditemukan di Dzurriyah KH.
Rawi Mancengan Bangkalan).
15. Taqrirat Alfiyah dan makna pegon Jawa, bertahun 3 Ramadhan 1314 H.
(Ditemukan di Dzurriyah KH. Nawawi Mlonggo Jepara).
16. Jauharah al-Tauhid dan makna pegon Jawa (ilmu tauhid).
17. Bad-u al-Amāli dan makna pegon Jawa.
18. Kitab Wasiat bi Taqwa Allah, dan makna pegon Jawa, bertahun 1308 H.
19. Qashidah Hubbi li Sayyidana Muhammad dan makna, bertahun 1309 H.
20. Taqrirat Nazham al-Jazariyyah (ilmu tajwid), bertahun 1314 H.

Anda mungkin juga menyukai