0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
123 tayangan3 halaman
1. Biografi singkat Syaikh Kholil Bangkalan, termasuk tempat belajarnya di berbagai pesantren di Jawa dan Mekkah serta pemikirannya tentang tasawuf.
2. Karya-karyanya antara lain Kitab Silah Fi Bayanin Nikah dan Kitab Al-Matnus Syarif yang membahas tentang hukum Islam secara ringkas dan mudah dipahami.
3. Kitab Al-Matnus Syarif membahas tata nilai ibadah seperti tata cara shalat dan
1. Biografi singkat Syaikh Kholil Bangkalan, termasuk tempat belajarnya di berbagai pesantren di Jawa dan Mekkah serta pemikirannya tentang tasawuf.
2. Karya-karyanya antara lain Kitab Silah Fi Bayanin Nikah dan Kitab Al-Matnus Syarif yang membahas tentang hukum Islam secara ringkas dan mudah dipahami.
3. Kitab Al-Matnus Syarif membahas tata nilai ibadah seperti tata cara shalat dan
1. Biografi singkat Syaikh Kholil Bangkalan, termasuk tempat belajarnya di berbagai pesantren di Jawa dan Mekkah serta pemikirannya tentang tasawuf.
2. Karya-karyanya antara lain Kitab Silah Fi Bayanin Nikah dan Kitab Al-Matnus Syarif yang membahas tentang hukum Islam secara ringkas dan mudah dipahami.
3. Kitab Al-Matnus Syarif membahas tata nilai ibadah seperti tata cara shalat dan
Biografi Singkat Syaikh Kholil Bangkalan dan Pemikiran-Pemikinnya
Syaikh Kholil Bangkalan lahir pada Selasa, 11 Jumadil Akhir 1225 H,
bertepatan dengan tahun 1835 M. Nama asilnya adalah Muhammad Kholil atau biasa dipanggil Syaikhona Kholil. Ayahnya adalah Kyai Abdul Lathif dan ibunya adalah Nyai Maryam. Syaikh Kholil Bangkalan masih keturunan Sunan Gunung Jati, salah seorang Wali Songo di Pulau Jawa. Sejak kecil Syaikh Kholil sudah di didik oleh kedua orang tuanya tentang ajaran Islam. Setelah bertambah usianya dan menginjak remaja, kedua orang tuanya memasukkan Syaikh Kholil ke pesantren di daerah pulau Jawa. Ada beberapa pesantren yang dijadikan tempat belajar oleh beliau, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Pesantren Langitan Tuban Jawa Timur dengan pendiri dan pengasuhnya Kyai Muhammad Noer. 2. Pesantren Cangaan Bangil Jawa Timur dengan pendiri dan pengasuhnya Kyai Asyik. 3. Pesantren Darussalam Kebon Candi Pasuruan dengan pengasuh dan pendirinya Kyai Arif. 4. Pesantren Sidogiri Pasuruan dengan pengasuh dan pendirinya Kyai Nur Hasan. Pergumulan intelektual-spiritual Syaikh Kholil dengan dunia pesantren merupakan salah satu aspek yang memengaruhi pemikiran tasawuf beliau dalam menempa diri menjadi seorang sufi besar di Nusantara yang menyebarkan Islam dengan pendekatan sufistik (mistik). Pendekatan ini memang menjadi salah satu strategi yang dianggap efektif, karena banyak dari mayarakat Nusantara yang masih memiliki kepercayaan terhadap agama Hindu dan Budha, yang inti ajarannya adalah kehidupan mistik. Sesudah Syaikh Kholil merasa cukup belajar di pesantren beliau melanjutkan belajarnya ke Makkah. Syaikh Kholil berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Sambas Ibnu Abdul Ghofar yang mengajarkan Thoriqoh Qodariyyah wan Naqsyabandiyah. Dari Syaikh Ahmad khatiblah Syaikh Kholil belajar ilmu kerohanian atau ilmu tasawuf selain di pesantren. Berikut beberapa karya-karya Syaikh Kholil Bangkalan. 1. Kitab Silah Fi Bayanin Nikah, kitab ini tata cara, adab dan hukum pernikahan. Dalam karya ini, pemikiran Syaikh Kholil di dalam madzhab Syafi‟I terasa begitu kuat. 2. Kitab Terjemah Alfiyah, kitab ini belum dicetak, masih dalam bentuk manuskrip. Jika melihat tulisan Syaikh Kholil dalam kitab ini, maka akan terlihat keahliannya dalam menulis khat Arab. 3. Kitab Al-Matnus Syarif al-Mulaqqab bi Fat-hil Latif, kitab ini merupakan kitab matan (inti) yang berbicara mengenai fundamen dasar hukum Islam (ilmu fiqih). kitab ini menampilkan keilmuan yang selama ini terkesan rumit, menjadi demikian lugas dan mudah difahami. Sayang sekali, banyak karya tulis beliau yang tidak dapat dilacak. Hanya sebagian kecil yang didapat, namun Syaikh Kholil sangat berperan dalam perkembangan munculnya pesantren- pesantren di pulau Jawa. Setelah pulang belajar dari Makkah beliau mendirikan pesantren di Bangkalan. Banyak santri Syaikh Kholil yang setelah lulus, kemudian mendirikan pesantren, seperti Kyai Hasyim Asy‟ari pendiri Pesantren.Tebuireng Jombang, Kyai Wahab Chasbullah pendiri Pesantren Tambak Beras Jombang.
Resume kitab Al-Matnus Syarif
Kitab ini menyuguhkan trikotomi pembelajaran yaitu uatu pengistilahan, yang sebenarnya mengacu pada intisari dari kitab yang ditulis oleh beliau. Muatan intisari itu, pertama: kitab ini berbicara tentang filosfi kesempempurnaan ‘hamba’ dengan predikat Muslim. Yang dimaksud adalah, pijakan teologis paling mendasar dengan menanamkan sikap kepatuhan dan keyakinan berupa pengenalan terhadap rukun iman dan rukun Islam. Kedua, usai menambatkan landasan teologis, Syaikh Kholil menyinggung permasalahan lain yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Hal ini berkaitan dengan tata-nilai ibadah seorang hamba, yakni berupa tatak-rama atau etika. Karena bagaimanapun, praktik ibadah tidak hanya berkutat pada seperangkat aturan berupa syarat-rukun atau pun kesunahan. Hal itu memang perlu, namun mengedepankan etika juga tidak kalah pentingnya. Dalam contoh sederhana, misalnya, Syaikh Kholil mewanti-wanti untuk tidak membelakangi kiblat tatkala melakukan aktivitas, yang menurut keumuman, dianggap tidak pantas, umpamanya sewaktu membuang hajat (qadlil hajat). Ketiga, kitab ini mengusung tema besar yang menyangkut keabsahan peribadatan seorang hamba. Dalam hal ini, Syaikh Kholil memulai pembahasaan dengan mengurai tuntutan bersuci (thaharah). Yang tak lain, merupakan tahapan pertama sebelum melangkah ritus ibadah berikutnya. Setelah itu, beliau menuturkan prasyarat sebelum menjalankan shalat berikut permasalahannya. Pun demikian, beliau menampilkan syarat-rukun, kesunahan, dan juga aturan-aturan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan predikat ibadah paripurna. Penjelasan berikutnya, beliau menyajikan permasalahan merawat jenazah (tajhizul janaiz), puasa Ramadhan, i’tikaf dan diakhiri dengan risalah haji dan umroh. Syaikh Kholil juga menyuguhkan beberapa tema yang umumnya tidak ditemukan dalam kitab sejenis. Tema yang dimaksud, misalnya, tata-aturan melakukan salam (As-Salam). Pada akhirnya, kitab ini berhasil menjembatani kesukaran dalam memahami literatur keislaman, utamanya dalam (proses) mempelajari ilmu fiqih. Dan tentunya, hadirnya kitab ini merupakan langkah nyata wujud kepedulian Syaikh Kholil pada generasi setelahnya. Kitab yang rampung ditulis pada malam Rabu 17 Rajab 1299 hijriyah ini, setidaknya semakin melengkapi ‘lumbung’ keilmuan yang di dalamnya berisi harapan terciptanya generasi pembelajar di kemudian hari.