Anda di halaman 1dari 6

KH.

HAMZAH ABDULLOH : Sang Keturunan Pangeran


Diponegoro

KH. HAMZAH ABDULLOH


(Sang Keturunan Pangeran Diponegoro)

Jasa yang tidak boleh dilupakan :


.

32
KH. HAMZAH ABDULLOH : Sang Keturunan Pangeran
Diponegoro

A. Keturunan P. Diponegoro

Almarhum almaghfurlah KH. Hamzah atau KH.


Hamzah Abdulloh, adalah suami Ny. Hj. Umi Kulsum binti
KH. Abdul Fatah, putri ke-3 dari Almarhum almaghfurlah
KH. Abdul Fatah.
Kakak ipar dari Almarhum almaghfurlah KH. Hasan
Fatah ini, semasa kecil biasa dipanggil dengan nama
“Muhammad Mariyun”.
Dilihat dari sisi nasab (keturunan), Muhammad
Mariyun kecil ternyata bukan keturunan orang biasa. Beliau
terlahir dari nasab “ningrat” (darah biru). Betapa tidak?
Nasab beliau bersambung dengan seorang Pahlawan
Nasional, yakni Pangeran Diponegoro. Beliau merupakan
keturunan generasi ke-5 dari Pangeran Diponegoro.
Keturunan ke-5 dari Pangeran Diponegoro ini
lengkapnya bernama : Muhammad Mariyun bin Abdulloh
bin Mutana bin Joyo Kusumo bin Diponegoro. Dengan
demikian, maka apabila diurut dari Pangeran Diponegoro,
terdapat urutan nama sebagai berikut :
1. Pangeran Diponegoro,
2. Joyo Kusumo bin Diponegoro,
3. Mutana bin Joyo Kusumo,
4. Abdulloh bin Mutana,
5. Muhammad Mariyun bin Abdulloh (KH. Hamzah).

B. Dari Pesantren ke Pesantren

33
KH. HAMZAH ABDULLOH : Sang Keturunan Pangeran
Diponegoro

Sejak kecil Almarhum almaghfurlah KH. Hamzah


Abdulloh sudah gemar mengaji dan berpetualang dari
pesantren ke pesantren. Mulai dari Pondok Pesantren At-
Taujieh Al-Islamiyah, Leler, Krandegan, Banyumas,
kemudian mengaji cukup lama ke Pondok Pesantren Lirap,
Kebumen.
Dari Pesantren Lirap, Muhammad Mariyun bin
Abdulloh melanjutkan lagi ke beberapa pesantren. Di
antaranya : Pondok Pesantren Sarang, Kabupaten Rembang,
Jawa Tengah dan Pondok Pesantren di Solo, Jawa Tengah.
Kemudian melanjutkan lagi ke Pondok Pesantren Termas,
Jawa Timur.
Selain mengaji dan nyantri di pesantren-pesantren
tersebut Muhammad Mariyun bin Abdulloh juga pernah
tabarukan (mencari berkah) mengaji bandungan Kitab
Shohih Al-Bukhori sampai khatam 4 jilid kepada almarhum
almaghfurlah KH. Asy’ari di Pondok Pesantren Poncol,
Beringin, Salatiga, Jawa Tengah.

C. Pernikahan dan Keturunan

Setelah sekian lama berpetualang mengaji dari


pesantren ke pesantren, pada gilirannya Muhammad
Mariyun bin Abdulloh pun hidup berkeluarga dengan
mempersunting putri ke-3 almarhum almaghfurlah KH.
Abdul Fatah, Umi Kulsum binti KH. Abdul Fatah, kakak
kandung almarhum almaghfurlah KH. Hasan Fatah.
Bersamaan dengan itu, nama Muhammad Mariyun

34
KH. HAMZAH ABDULLOH : Sang Keturunan Pangeran
Diponegoro

kemudian berganti dan populer dengan nama “K. Hamzah”.


Dan setelah menunaikan ibadah haji, maka kemudian
populer dengan nama “KH. Hamzah”.
Dari pernikahannya dengan Umi Kulsum binti
KH.Abdul Fatah, KH. Hamzah dikaruniai 10 orang putra-
putri sebagai berikut:
1. Ny. Kholidi
2. KH. Subro Malisi
3. Ny. Musrifah
4. Hj. Latifah
5. H. M. Izudin
6. K. Sughro Wardi
7. Ny. Solekhah
8. Ny. Soimah
9. H. Syaifuddin
10. Salim (wafat ketika masih kecil).

D. Mengajar Kitab-kitab Besar di PP Al-Fatah

Sebagai putra menantu dari Pendiri dan Pengasuh


Pondok Pesantren Al-Fatah, almarhum almaghfurlah KH.
Hamzah bin Abdulloh pun giat membantu kegiatan Sang
Mertua dengan turut serta memberikan pengajian kitab
kuning kepada para santri di Pesantrennya.
Almarhum almaghfurlah KH. Hamzah Abdulloh
lebih banyak membimbing santri-santri senior di Pondok
Pesantren Al-Fatah. Dan kitab-kitab yang diajarkannya pun
relatif bukan kitab-kitab tingkat dasar, melainkan merupakan

35
KH. HAMZAH ABDULLOH : Sang Keturunan Pangeran
Diponegoro

kitab-kitab tingkat menengah dan tingkat tinggi, di


antaranya:
a. Tafsir Jalalain, karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi dan
Imam Jalaluddin Al-Mahalli,
b. Shohih Al-Bukhori, karya Imam Al-Bukhari,
c. Shihih Muslim, karya Imam Muslim,
d. Ihya’ Ulumuddin, karya Imam Abu Hamid Muhammad
bin Muhammad Al-Ghozali.
Sehubungan dengan itu, maka tidak salah kalau
almarhum almaghfurlah KH. Hasan Fatah sewaktu masih
muda pun sempat turut mengaji kepada almarhum
almaghfurlah KH. Hamzah.
Aktivitas di luar Pondok Pesantren, yakni beliau
pernah menjadi Lurah Parakancanggah pada masa
pennjajahan Belanda selain itu beliau pernah menjabat
sebagai ketua Nahdlatul Ulama di Banjarnegara.

E. Menjabat Kepala Desa dan Ketua PC NU

Selain berprofesi sebagai “kiai”, almarhum


almaghfurlah KH. Hamzah ternyata memiliki keahlian lain
di bidang tata pemerintahan, khususnya pemerintahan desa.
Hal ini beliau buktikan dengan menjabat sebagai Kepala
Desa Parakancanggah selama dua puluh tahun lebih.
Dan setelah PC NU Kabupaten Banjarnegara resmi
didirikan oleh almarhum almaghfurlah KH. Hasan Fatah
pada tahun 1952, almarhum almaghfurlah KH. Hamzah
Abdulloh juga pernah menduduki jabatan ketua, yakni Ketua

36
KH. HAMZAH ABDULLOH : Sang Keturunan Pangeran
Diponegoro

Tanfidziyah PC NU Kabupaten Banjarnegara.

F. Berpulang ke Rohmatulloh

Almarhum almaghfurlah KH. Hamzah Abdulloh


tergolong berumur panjang. Beliau berpulang ke
Rohmatulloh pada usia 90 tahun. Inalillahi wa ina ilaihi
roji’un.



37

Anda mungkin juga menyukai