Anda di halaman 1dari 8

KH.

ABDUL FATAH Sang Pendiri PP Al-Fatah

KH HASAN FATAH

Sejarah Kecil.

Achmad Subalio adalah nama asli dari KH. Hasan


Fatah. Beliau adalah putra KH Abdul Fatah yang ke tiga dari
enam bersaudara yang lahir pada tahun 1907 di Jambansari
(Parakancanggah) Banjarnegara.

Pendidikan.

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang umumnya di


lakukan oleh semua orang baik secara formal maupun non
formal guna untuk meningkatkan SDM bagi kehidupanya.
Begitu pula yang dilakukan oleh KH Hasan Fatah, beliau
mengenyam pendidikan formal hanya di Sekolah Rakyat (SR)
yang sekarang berubah menjadi Sekolah Dasar (SD). Setelah
lulus dari SR, beliau melanjutkan pendidikannya di lembaga
non formal yaitu mondok atau nyantri di Pondok Pesantren.
Beliau pernah nyantri di Termas Jawa Timur, tetapi beliau
tidak lama mondok disana, kemudian beliau meneruskan
mondoknya di berbagai Pondok Pesantren. Seperti di
Kalijaran Banyumas, Lirab Kebumen, tidak hanya itu beliau
juga pernah menuntut ilmu di Timur Tengah (Makkah)
kurang lebih selama 2 tahun. Selama beliau menuntut ilmu di
Makkkah, beliau sekalian melakukan ibadah Haji bersama
abahnya (KH Abdul Fatah). Setelah menuntut ilmu di Timur
Tengah (Makkah) kuran lebih selama 2 tahun, beliau
kekampung halamannya yaitu parakancanggah banjarnegara
untuk membantu mengembangkan Pondok Pesantren Al
Fatah yang di dirikan oleh abah beliau (KH Abdul Fatah).

1
KH. ABDUL FATAH Sang Pendiri PP Al-Fatah

Salah satu kegiatan untuk mengembangkan Pondok


Pesantren Al Fatah yaitu dengan mengamalkan ilmu – ilmu
yang beliau dapat selama beliau menempuh pendidikan di
berbagai Pondok Pesantren. Serta mengajar di sekolah
formal yaitu PGA dengan menggunakan vespa
kesayangannya.

Pernikahan.

Selang beberapa waktu KH Hasan Fatah menikahi seorang


janda yang sudah memiliki dua anak yaitu putri dari KH Abdus Somat
yan bernama Ny Hj Sama’i dan ada riwayat yang mengatakan bahwa
beliau adalah keturunan dari keraton Yogyakarta.

Dari pernikahan tersebut KH Hasan Fatah di karuniai 7


keturunan, di antaranya :

1. KH. Hasyim Hasan (Alm.).


2. KH. Bunyamin Hasan.
3. KH. Ali Hanan Fatah.
4. Ny.. Hj. Taukminatun.
5. KH. Zainal Abidin.
6. Ny. Hj. Nur Hasanah.
7. Ny. Hj. Fauziah.

Setelah Ny. Hj. Sama’i mengalami sakit selama beberapa


waktuu, akhirnya dengan izin Allah SWT Ny. Hj. Sama’ipulang ke
rohmatullah dan dimakamkan di komplek Pondok Pesantren Al Fatah
Banjarnegara.

Setelah Ny. Hj. Sama’i, KH. Hasan Fatah menikah lagi


dengan putri KH Baidzowi dari Lasem Remabang yang
beranama Ny. Hj. Choiriyah, beliau menikah pada bulan

2
KH. ABDUL FATAH Sang Pendiri PP Al-Fatah

Jumadil Awal. Setelah 3 bulan menikah, putri ke 6 KH. Hasan


Fatah yaitu Ny. Hj. Nur Hasanah tepat pada bulan rajab
menikah dengan KH Yahya Hanafi. Dalam pernikahan
dengan Ny. Hj. Choiriyah, KH. Hasan Fatah tidak memiliki
keturunan karena terkena penyakit stroke.

Perjuangan

‫حب الو اطن من االيمان‬ Itulah kata-kata yang sering di


ucapkan para ulama terdahulu. Begitu pula KH. Hasan Fatah,
selain berperan dalam mengembangkan PP Al-Fatah KH
Hasan Fatah juga ikut andil dalam memperjuangkan
kemerdekaan RI, khususnya di Banjarnegara, beliau adalah
seorang yang lincah Politikus, Kyai, dan Ulama.

Ketika KH Hasan Fatah memperjuangkan NKRI.


Beliau bergabung dalam gerakan AUI (Angkatan Ulama
Indonesia) yang berlokasi diSomalayu Kebumen selama satu
tahun. Sebagai prajurit, pada waktu AUI melakukan
pemberontakan terhadap Belanda AUI hanya bersenjatakan
Bambu Runcing sedangkan Belanda sudah menggunakan
senjata yang canggih dan memadahi dan ada sebuah riwayat
bahwa KH Hasan Fatah hanya menggunakan tasbih sebagai
senjata dan atas izin Allah SWT Belanda mengalami kesulitan
dalam memerangi tentara AUI, akan tetapi dalam
peperangan tersebut AUI kehilangan sesosok uswah penting
yaitu KH Hamzah yang menjadi korban peperangan tersebut.

Pada saat desa Somalayu diserang / berada dalam


masa kekosongan, Belanja langsung beranjak menuju target
yang selanjutnya yaitu keluarga besar Al-Fatah, dengan cara

3
KH. ABDUL FATAH Sang Pendiri PP Al-Fatah

diteror yaitu dengan memberikan suatu tanda silang


(Berbentuk X) yang berwarna kuning di pintu-pintu atau
pagar-pagar rumah. Sehingga keluarga besar Al-Fatah
mengalami kekhawatiran sehingga keluarga besar KH Hasan
Fatah mengungsi ke Watubelah Pagedongan tetapi masih
merasa kurang aman dan akhirnya pindah ke pengungsian
Kaligowo, Kaliwiro (Perbatasan Wonosobo-Banjarnegara)
selama 2 tahun.

Dan selama beliau mengungsi di Kaliwiro tidak


berarti beliau hanya diam mengikuti arus air, akan tetapi
beliau mengisi kegiatan. Kegiatan di Kaliwiro dengan
menyebarkan islam (Berdakwah) secara sir (sembunyi-
sembunyi) melalui jalur perdagangan.

Setelah mengalami bertubi-tubi serangan dan cobaan


akhirnya Indonesia mengalami puncak kejayaan (masa
kejayaan) yang berupa kemerdekaan. Setelah Indonesia
mengalami kemerdekaan KH Hasan Fatah beserta keluarga
besarnya pulang kekampung halamannya untuk membangun
kembali PP Al-Fatah yang telah ditinggalnya beberapa tahun
silam. Beliau juga mendirikan masjid yang terbuat dari
bambu guna untuk melengkapi fasilitas yang sangat
diperlukan oleh santri. Dengan di bangun kembali PP Al-
Fatah dan didirikan masjid dari bambu beliau alhamdulillah
banyak santri yang minat untuk mengkaji beberapa ilmu
agama, dari KH Hasan Fatah di PP Al-Fatah dan dengan
keminatan santri yang sangat tertanam dalam hati dan
penuh keikhlasan dan ketawadlu’an akhirnya dengan izin

4
KH. ABDUL FATAH Sang Pendiri PP Al-Fatah

Allah dan keberkahan KH Hasan Fatah terdapat beberapa


bibit-bibit yang berhasil menjadi tokoh agama diantaranya:

 KH Muntaha dari Kalibeber, Mojotenga, Wonosobo.


 KH Hasan dari Gunung Tawang, Leksono, Wonosobo.
 KH Zainudin dari Tempel, Kretek, Wonosobo.

Dilihat dari kepribadiaan KH Hasan Fatah yang sangat


rendah hati dan mempunyai sifat keikhlasan yang tinggi
serta mengerti akan ilmu ma’rifat, tak heran jika KH Hasan
Fatah ditunjuk oleh abah beliau (KH Abdul Fatah) sebagai
penerus pengasuh sekaligus Mursyid Thoriqoh
Naqsabandiyah Annahdliyah setelah wafatnya KH Abdul
Fatah (pendiri PP Al-Fatah). Setelah Thoriqoh
Naqsabandiyah dipimpin oleh KH Hasan Fatah PP Al-Fatah
mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Hal ini dibuktikan dengan maraknya santri yang


mengikuti ilmu di PP Al-Fatah dan diberlakukannya kegiatan
suluk untuk para ikhwan Thoriqoh selama 1 tahun (3x) yaitu
pada bulan Syuro (Muharom), Rajab dan Ramadlan.
Disamping itu KH Hasan Fatah juga menjadi pengurus
wilayah idaroh wustho Thoriqoh Naqsabandiyah Jawa
Tengah.

KH Hasan Fatah selain menjadi Mursyid Thoriqoh


Naqsabandiyah dan pengasuh PP Al-Fatah beliau juga aktif
dalam organisasi Nahdlatul ‘Ulama. Secara struktural NU
masuk di Banjarnegara pada tahun 1952, yang dipelopori
oleh Mbah Hasan Fatah. Karena saat Abdul Fatah masih

5
KH. ABDUL FATAH Sang Pendiri PP Al-Fatah

hidup, beliau hanya mengamalkan ajaran NU atau disebut


juga Abdul Fatah menganut NU secara kultural.

Saat itu Kyai Ridwan/korda NU Banyumas bersama


Kyai Hisyam Zuhdi, Kyai Suheni, dan Kyai Mareh menghadap
Mbah Hasan Fatah agar mempelopori pendirian NU di
Banjarnegara. Tetapi bagi KH Hasan Fatah permintaan
tersebut harus membutuhkan pertimbangan, selama dua
minggu dengan melakukan shalat Istikhoroh. Setelah dua
minggu terlampaui Kyai Ridwan rombongannya datang ke
tempat Mbah Hasan untuk menanyakan hasil istikhorohnya.

Alhamdulillah saat itu juga terjadi kesepakatan untuk


membentuk Nahdlatul ‘Ulama di Banjarnegara pada tahun
1952 itulah cikal bakal berdirinya NU struktural di
Banjarnegara. Mbah Hasan terkenal memiliki ukhuwah
tinggi karena beliau selalu membangun silaturrahim dengan
tokoh organisasi diluar pondok antara lain:

1. KH. Ahmad Busyeri adalah Tokoh besar SI


(syariat islam).
2. KH. Muhammad Hummam adalah tokoh besar
Muhammadiyyah Banjarnegara.
3. H.M. Soedjirno adalah tokoh Nasional
Banjarnegara yang di segani di daerah
Banjarnegara dan sekitarnya.

Setelah PP Al-Fatah sepenuhnya di nobatkan kepada


KH Hasan Fatah, Beliau langsung melaksanakan kewajiban-
kewajibannya seperti memanagement (mengatur) tata
kepengurusan PP Al-Fatah yang dibantu oleh KH Ridho Fatah

6
KH. ABDUL FATAH Sang Pendiri PP Al-Fatah

selaku adik bungsu dan KH Ahmad Dalimi dan mengajarkan


beberapa susunan kitab-kitab kepada beberapa santri-
santrinya agar agama islam lebih berkembang dan dapat
terselubung kembali. Adapun kitab-kitab yang diajarkannya
yaitu:

 Kitab yang mengajarkan ilmu nahwu dan


shorof.
 Kitab yang menjelaskan tentang ushul fikih
dan fikih.
 Kitab yang menerangkan tasawuf dan lain
sebagainya.

Kegiatan mengajarkan ilmu-ilmu agama tidak hanya


itu beliau juga sering mengisi berbagai pengajian rutinan di
berbagai desa. Seiring keseringan KH Hasan Fatah mengisi
pengajian-pengajian maka tak heran jika KH Hasan sudah
dikenal banyak orang dan akhirnya sering di undang untuk
mengisi pengajian di luar Banjarnegara yang awal mulanya
mengguanakan mobil sewaan lama kelamaan alhamdulillah
KH Hasan Fatah dapat membeli mobil pribadi sendiri.

Kepulangan ke Rahmatulloh

Tidak lama KH Hasan Fatah menikah dengan NY


Khoiriah, beliau mengalami sakit stroke, belia sudah lama
berobat kemanapun tetapi belum ada titik kesembuhan bagi
beliau, dan suatu hari beliau pernah didoakan oleh Mbah
Fajar dari Bukateja, Purbalingga. Dan Alhamdulillah atas izin
Allah beliau mampu bertahan selama 9,5 tahun , walaupun
beliau mampu bertahan tetapi beliau susah dalam berbicara.
7
KH. ABDUL FATAH Sang Pendiri PP Al-Fatah

Innalillahiwainnailaihiraji’un 1 Suro 1990 Allah SWT


menghendaki beliau untuk sowan ke-hadiratNya saat itu pula
bangsa, negara, umat islam, dan para santri telah kehilangan
sesosok ulama yang ‘arif dan zuhud itu, banyak sekali waktu,
pemikiran sampai harta yang beliau korbankan untuk
kemaslahatan umat. Jadi kita sebagai generasi penerus dapat
mengambil hikmah serta ibrah dari perjuangan beliau yang
sampai nafas terahirnya masih mensyiarkan agama islam.
Dan semoga perjuangan serta amal ibadah beliau di terima di
sisi Allah SWT, amin ya Rabbal ‘alamiin.

Anda mungkin juga menyukai