Anda di halaman 1dari 14

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sistem Pengapian

Sistem pengapian adalah suatu sistem yang ada dalam setiap motor bensin,

digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara yang telah

dikompresikan oleh torak di dalam silinder. Berdasarkan hal tersebut, maka sistem

pengapian dapat dibedakan menjadi dua kriteria yaitu sistem pengapian

berdasarkan sumber arus dan sistem pengapian berdasarkan sistem pemutus arus

primer coil, (Wayan, 2009).

2.1.1 Sistem Pengapian dengan Sumber Arus AC (Pengapian Magneto)

Magnit yang dipakai sepeda motor biasanya juga berfungsi sebagai roda

daya (fly wheel). Karenanya disebut magnit roda daya atau “fly wheel magneto”

Rotor mempunyai magnit dan ditempatkan pada poros engkol (crank shaft). Bila

berputar, arah dari fluks magnit berubah sehingga dihasilkan arus listrik, hal ini

disebut induksi elektromagnet.

2.1.2 Sistem Pengapian dengan Sumber Arus DC (Direct Current)

Sumber arus DC (Direct Current) dapat diperoleh dari baterai (accu)

yang merupakan sumber arus DC murni. Baterai ialah alat elektro kimia yang

dibuat untuk mensuplai listrik kekomponen sistem kelistrikan. Alat ini

menyimpan listrik dalam bentuk energi kimia, yang dikeluarkan bila diperlukan

dan mensuplainya kemasing-masing sistem kelistrikan atau alat yang

memerlukannya.
2.2 Coil Pengapian

Coil merupakan Sebuah kumparan elektromagnetik (transformator) yang

terdiri dari sebuah kabel tembaga terisolasi yang solid (Kawat tembaga) dan inti

besi yang terdiri atas kumparan primer dan kumparan sekunder. Untuk

menghasilkan percikan, listrik harus melompat melewati celah udara yang

terdapat diantara dua elektroda pada busi. Kerena udara merupakan isolator

(pengantar listrik yang jelek), tegangan yang sangat tinggi dibutuhkan untuk

mengatasi tahanan dari celah udara tersebut, juga untuk mengatasi sistem itu

sendiri dan seluruh komponen sistem pengapian lainnya. Coil pengapian

mengubah sumber tegangan rendah dari baterai atau coil sumber (12 V) menjadi

sumbar tegangan tinggi (10 KV atau lebih) yang diperlukan untuk menghasilkan

loncatan bunga api yang kuat pada celah busi dalam sistem pengapian. Terdapat

dua kumparan yaitu sekunder dan primer di mana lilitan primer digulung oleh

lilitan sekunder, (Jama Jalius, 2008).

2.3 Fungsi Coil Pengapian

Fungsi coil pada sistem pengapian yaitu menaikkan tegangan listrik dari

baterai 12 volt menjadi ribuan volt. Arus lisrik yang besar ini disalurkan ke busi,

sehingga busi mampu meletikkan pijaran bunga api, (Jama Jalius, 2008).

2.4 Konstruksi Coil Pengapian

Konstruksi coil pengapian terbuat dari lapisan tipis dan digabung menjadi

bentuk batang inti besi yang ditempatkan dibagian tengah dari kumparan primer
yang mempunyai diameter kawat tembaga 0,5 mm dan kumparan sekunder

dengan diameter kawat tembaga 0,03 mm. Kumparan sekunder dibuat 60 sampai

150 kali jumlahnya dibandingkan kumparan primer. Ruang antara kumparan

primer dan sekunder diisi dengan isolator (Aspalt). Coil pengapian memiliki 3

terminal. Rangkaian arus primer dari kunci kontak melalui terminal 15 mengalir

kekumparan primer dan keluar dari terminal 1 menuju kontak pemutus dan

kemassa membentuk rangkaian tertutup. Rangkaian sekunder membangkitkan

tegangan tinggi dari kumparan sekunder menuju terminal 4, kabel busi, steker

busi, busi dan kembali kemassa. Kumparan awal dari kumparan sekunder

digabungkan dengan akhir dari kumparan primer dan keluar berupa terminal 1,

(Muhammad Sholeh, 2017).

Untuk memperjelas konstruksi coil pengapian di atas dapat diperlihatkan

pada gambar 2.1. Konstruksi coil pengapian.

Gambar 2.1. Konstruksi Coil Pengapian


(Muhammad Sholeh, 2017)
2.5 Mekanisme kerja coil

Arus yang dilepaskan dari kapasitor, kemudian arus mengalir kekumparan

primer coil untuk menghasilkan tegangan sebesar 100-400 volt sebagai tegangan

induksi sendiri. Kemudian terjadi induksi dalam kumparan sekunder karena

perbandingan kumparan sekunder lebih banyak dibandingkan kumparan primer

maka tegangan sekunder mencapai 10 KV. Tegangan tinggi tersebut selanjutnya

mengalir kebusi dalam bentuk loncatan bunga api yang akan membakar campuran

bahan bakar, (Oetomo, 2014).

2.6 Tipe Coil Pengapian

Terdapat tiga tipe utama coil pengapian yang umum digunakan pada sepeda

motor, yaitu:

2.6.1 Tipe Canister

Tipe ini mempunyai inti besi dibagian tengahnya dan kumparan sekunder

mengelilingi inti besi tersebut. Kumparan primernya berada di sisi luar kumparan

sekunder. Seluruh komponen tersebut disusun pada satu rumah pada logam

canister. Dan terkadang di dalam rumah (canister) tersebut ada oli pelumasnya

yang berfungsi untuk membantu mengurangi panas yang dihasilkan oleh coil

pengapian, (Jurianto, 2014).

Untuk memperjelas Coil Pengapian Tipe Canister di atas dapat

diperlihatkan pada gambar 2.2. Coil Pengapian Tipe Canister.


Gambar 2.2. Coil Pengapian Tipe Canister
(Jurianto, 2014)

2.6.2 Tipe Moulded

Tipe moulded coil menjadi pilihan yang populer sebab konstruksinya yang

tahan dan kuat. Pada mesin multicylinder (silinder banyak) biasanya satu coil

melayani dua busi karena mempunyai dua kabel tegangan tinggi dari kumparan

sekunder.

Tipe moulded coil memiliki inti besi yang berada ditengahnya yang dililiti

oleh kumparan primer, adapun kumparan sekundernya terletak pada sisi bagian

luar. Semua komponen tersebut disusun di dalam resin atau damar agar tahan

terhadap adanya getaran dari mesin sepeda motor, (Jurianto, 2014).

Untuk memperjelas Coil Pengapian Tipe Moulded di atas dapat

diperlihatkan pada gambar 2.3. Coil Pengapian Tipe Moulded.


Gambar 2.3. Coil Pengapian Tipe Moulded
(Jurianto, 2014)

2.6.3 Tipe Coil gabungan (menyatu) dengan tutup busi (spark plug)

Tipe coil ini merupakan tipe paling baru dan sering disebut sebagai coil

batang (stick coil) dan dilengkapi dengan tutup busi (spark plug). Ukuran besar

dan beratnya lebih kecil dibanding tipe moulded coil dan keuntungan paling besar

adalah coil ini tidak memerlukan kabel tegangan tinggi, (Jurianto, 2014).

Untuk memperjelas Coil Pengapian Tipe menyatu di atas dapat

diperlihatkan pada gambar 2.4. Coil Pengapian Tipe menyatu.

Gambar 2.4. Coil menyatu


(Jurianto, 2014)
2.7 Macam-macam Coil

Beberapa macam coil diantaranya yaitu:

2.7.1 Coil standard

Coil standard merupakan coil original bawaan dari produsen motor. Coil ini

mentransformasikan tegangan baterai 12 Volt menjadi tegangan tinggi lebih 5000

Volt, (Tjatur, 2013).

Untuk memperjelas Coil standard di atas dapat diperlihatkan pada gambar

2.5. Coil Standard.

Gambar 2.5. Coil Standard


(Tjatur, 2013)

2.7.2 Coil racing

Perbedaan antara coil standard dan coil racing yaitu kumparan primer dan

sekunder pada coil racing lebih banyak daripada coil standard. Hal ini yang

menyebabkan tegangan yang dihasilkan coil racing lebih besar dibandingkan coil

standard, (Oetomo, 2014).

Untuk memperjelas Coil racing di atas dapat diperlihatkan pada gambar 2.6.

Coil Racing.
Gambar 2.6. CoilRacing KTC
(Oetomo, 2014)

2.8 Emisi Gas Buang

Gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam mesin

pembakaran yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan. Sisa hasil

pembakaran berupa air (H2O), karbonmonoksida (CO), hidrokarbon (HC),

karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx). Carbon Monoksida (CO) atau

karbon monoksida tercipta dari bahan bakar yang terbakar sebagian akibat

pembakaran yang tidak sempurna ataupun karena campuran bahan bakar dan

udara yang terlalu kaya (kurangnya udara). Unsur karbon di dalam bahan bakar

akan terbakar dalam suatu proses sebagai berikut: 2C + O2 → 2CO.

CO yang dikeluarkan dari sisa hasil pembakaran banyak dipengaruhi oleh

perbandingan campuran bahan bakar dan udara yang dihisap oleh mesin. Untuk

mengurangi CO perbandingan campuran ini harus dibuat kurus, tetapi cara ini

mempunyai efek samping yang lain, yaitu NOx akan lebih mudah timbul dan

tenag yang dihasilkan mesin akan berkurang. CO sangat berbahaya karena tidak

berwarna maupun berbau, mengakibatkan pusing, mual, gangguan napas, bahkan

dapat mengakibatkan kematian, (Agus Lukman, 2009).


2.9 Komposisi Emisi Gas Buang

2.9.1 CO (Karbon Monoksida)

Karbon monoksida adalah adalah gas yang tak berwarna dan tidak

beraroma, gas ini terjadi bila bahan bakar atau unsur C tidak mendapatkan ikatan

yang cukup dengan O2 artinya udara yang masuk ke ruang silinder kurang atau

suplay bahan bakar berlebihan.

2.9.2 NO (Nitrogen Oksida)

Tidak berwarna dan tidak beraroma, gas ini terjadi akibat panas yang tinggi

pada ruang bakar akibat proses pembakaran sehingga kandungan nitrogen pada

udara berubah menjadi Nox.

2.9.3 HC (Hidro Karbon)

Warna kehitam-hitaman dan beraroma cukup tajam, gas ini terjadi apabila

proses pembakaran pada ruang bakar tidak berlangsung dengan baik atau suplai

bahan bakar berlebihan.

2.9.4 CO2 (Karbon dioksida)

Tidak berwarna dan tidak beraroma, gas ini terjadi akibat pembakaran yang

sempurna antara bahan bakar dan udara.

2.9.5 SO2 (Oksida Belerang)

Oksida Belerang (SO2) dapat menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas

sehingga menimbulkan gejala batuk, sesak nafas dan meningkatkan asma.


2.10 Jenis Bahan Bakar

Jenis bahan bakar minyak bensin merupakan nama umum untuk beberapa

jenis BBM yang diperuntukkan untuk mesin dengan pembakaran dengan

pengapian. Di Indonesia terdapat beberapa jenis bahan bakar jenis bensin yang

memiliki nilai mutu pembakaran berbeda. Nilai mutu jenis BBM bensin ini

dihitung berdasarkan nilai RON (Randon Otcane Number). Berdasarkan RON

tersebut maka BBM bensin dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:

2.10.1 Premium (RON 88)

Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan

yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye).

Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan

bermotor bermesin bensin, seperti: mobil, sepeda motor, motor temple dan lain-

lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol.

2.10.2 Pertalite (RON 90)

Pertalite adalah bahan bakar minyak terbaru dari Pertamina dengan RON

90, komposisi bahannya adalah nafta yang memiliki RON 65-70, agar RON-nya

menjadi RON 90 maka dicampurkan HOMC (High Octane Mogas Component),

Selain itu juga ditambahkan zat aditif Eco SAVE. Zat aditif Eco SAVE ini bukan

untuk meningkatkan RON tetapi agar mesin bertambah halus, bersih dan irit.

Pertalite diluncurkan tanggal 24 Juli 2015.

2.10.3 Pertamax (RON 92)

Pertamax ditujukan untuk kendaraan yang mempersyaratkan penggunaan

bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbal (unleaded). Pertamax juga
direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi di atas tahun 1990 terutama

yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel injection dan

catalytic converters.

2.10.4 PertamaxPlus (RON 95)

Jenis BBM ini telah memenuhi standar performance International World

Wide Fuel Charter (WWFC). Ditujukan untuk kendaraan yang berteknologi

mutakhir yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan

ramah lingkungan. Pertamax Plus sangat direkomendasikan untuk kendaraan yang

memiliki kompresi ratio > 10,5 dan juga yang menggunakan teknologi Electronic

Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbo

chargers dan catalytic converters, (Baharudin, 2015).

2.11 Pengertian Gas Analyzer

Gas analyzer adalah sebuah perangkat yang berfungsi untuk mendeteksi gas

tertentu di dalam sebuah sistem. Pada bidang otomotif, gas analyzer berfungsi

untuk mengukur kadar emisi gas buang kendaraan yang selanjutnya digunakan

sebagai informasi apakah kendaraan tersebut masih ramah lingkungan atau perlu

dilakukan perbaikan pada sistem tertentu, (Nilsson, 1999).

Gas analyzer adalah alat suatu alat instrument yang bermanfaat untuk

mengukur proporsi dan komposisi dari gabungan gas. Gas yang biasa diukur oleh

perangkat ini ialah gas karbon dioksida (CO2), oksigen (O2), dan karbon

monoksida (CO). Prinsip kerja gas analyzer adalah mengambil gas sample dari

probe lalu bakal masuk ke masing-masing sample cell. Lalu, gas sample akan
dikomparasikan dengan gas standar melewati pemancaran sistem. Setelah itu,

bakal menghasilkan perbedaan panjang gelombang dan di konversi menjadi sinyal

analog oleh receiver, (Kosegeran,2013).

Gambar 2.7. Gas Analyzer


(Kosegeran, 2013)

2.12 Pengertian Tachometer

Tachometer atau kadang disebut RPM adalah sebuah alat untuk

mengukur putaran mesin, khususnya jumlah putaran yang dilakukan oleh

sebuah poros dalam satu satuan waktu dan sering digunakan pada peralatan

kendaraan bermotor. Biasanya memiliki layar yang menunjukkan kecepatan

perputaran per menitnya, (Adi Darmana, 2010).

Gambar 2.8. Tachometer


(Adi Darmana, 2010)
2.13 Sepeda Motor

Motor adalah sebuah sepeda yang memiliki roda dua, yang digerakan atau

dijalankan menggunakan mesin. Sepeda motor diciptakan mulai terinspirasi dari

sepeda biasa yang tidak menggunakan mesin, melainkan menggunakan tenaga

manusia dengan cara dikayuh meggunakan kaki. Tujuan dari terciptanya sepeda

motor adalah untuk memudahkan pada pekerjaanya manusia tanpa harus

mengeluarkan tenaga yang lebih. Misalnya untuk berpergian atau mengangkut

barang dan kegiatan lainnya.

Sebuah mesin dimana untuk menghasilkan sebuah tenaga memerlukan 4

proses langkah naik-turun piston, dua kali rotasi kruk as, dan satu putaran noken

as (camshaft), (Cahyo Kusumo, 2017).

Berikut langkah kerja sepeda motor 4 tak:

2.13.1 Langkah hisap untuk menghisap campuran bensin atau solar dan udara

kedalam silinder ketika piston bergerak turun.

2.13.2 Langkah kompresi di dalam ruang bakar ketika piston bergerak naik. Di

akhir kompresi ini dilakukan penyalaan oleh busi, agar gas terbakar.

2.13.3 Langkah kerja atau ekspansi yaitu bergeraknya piston kebawah karena

terdesak oleh gas hasil pembakaran yang bersuhu dan bertekanan tinggi.

2.13.4 Langkah pembuangan yaitu membuang gas sisa pembakaran keluar

silinder melalui exhaus valve.


Gambar 2.9. Motor Honda Beat FI 2015

Anda mungkin juga menyukai