PENDAHULUAN
yang
disalurkan
dari
pembangkit
ke
pusat
beban.
Dalam
menuntut mutu serta kualitas pelayanan energi listrik yang lebih baik secara terus
menerus.
Pada konsumen besar sering ditemukan suatu perangkat instalasi listrik
yang sering disebut kubikel/perangkat hubung bagi. Fungsinya adalah sebagai
pembagi beban serta pengukuran Kubikel didalamnya mempunyai berbagai alat
seperti PMT, PT, CT, Relai, dll.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sebab PMT Alsthom Penyulang
Takalar GI Sungguminasa dengan memakai peredam busur api SF 6 meledak.
Sabtu, 27 Februari 2016 yang awalnya terjadi gangguan pada jaringan distribusi
tepatnya didaerah Cappa Bungaya akibat arus hubung singkat satu fasa ke tanah,
kemudian relay GFR pada Penyulang Takalar mendeteksi gangguan tersebut,
maka PMT Takalar trip. Setelah gangguan dihilangkan, PMT Penyulang Takalar
dimasukkan kembali. Namun, karena adanya gangguan di PMT Penyulang
Takalar yaitu kurangnya gas SF6 sehingga peredam busur apinya tidak dapat
bekerja secara optimal, yang mengakibatkan terjadinya arus bocor ke tanah pada
Penyulang Takalar. Sehingga relay GFR pada Penyulang Couple 1 memerintahkan
PMT Couple 1 untuk membuka. Yang menyebabkan Penyulang Parang Banua dan
Penyulang PS trip. Kemudian untuk menyuplai tegangan pada busbar PMT
Couple 1 dimasukkan (menutup) kembali, namun beberapa saat kemudian
PMTnya kembali trip. Lalu, PMS (Pemisah) pada Penyulang Takalar, Penyulang
Couple 1, Penyulang Parang Banua dan Penyulang PS dikeluarkan. Setelah itu,
PMT dan PMS Penyulang Couple 1, Penyulang Parang Banua dan Penyulang PS
kembali dimasukkaan, tidak tejadi trip. Ketika PMS pada Penyulang Takalar
dimasukkan kembali tiba-tiba terjadi ledakan. Sehingga, mengakibatkan
pemadaman meluas pada beberapa daerah.
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan hasil analisis sebab PMT pada Penyulang Takalar GI
Sungguminasa meledak.
2. Menjelaskan proses pemulihan kembali setelah terjadinya ledakan PMT
pada Penyulang Takalar.
E. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gardu Induk Sisi 20 KV
Modalek
Areva
Siemen
Merlin Gerin
Alsthom
AEG,dll
2. Bagian-bagian kubikel
Kubikel 20 kV terdiri dari :
a. Pemutus tenaga (PMT)
Menurut Ir.Wahyudi Sarimun N.,MT(2012 : 52), Sakelar pemutus tenaga
(PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga
listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua
kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya baik pada kondisi
tegangan yang normal ataupun tidak normal.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan
hal-hal diatas, sebagai berikut :
Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus
hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem
kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.
Pada saat terjadi pemutusan suatu rangkaian sistem tenaga listrik, maka
PMT dipisahkan menimbulkan arcing (busur api) antara dua buah kontak karena
adanya beda potensial diantara kontak tersebut.
ionisasi, sehingga perpindahan muatan antar kontak terus berlangsung dan hal
inilah disebut busur api.
Untuk memadamkan busur api perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat
menimbulkan proses deionisasi, antara lain dengan cara sebagai berikut :
a. Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga partikel-partikel hasil
ionisasi dijauhkan dari sela kontak.
b. Menyemburkan minyak isolasi ke busur api untuk memberi peluang
yang lebih besar bagi proses rekombinasi.
c. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam, sehingga
memberi peluang yang lebih besar bagi proses rekombinasi.
d. Membuat medium pemisah kontak dari gas elektronegatif, sehingga
elektron elektron bebas tertangkap oleh molekul netral gas tersebut.
1) Klasifikasi PMT
Dalam Buku Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik (2012:56) Jenisjenis PMT berdasarkan media isolator dan material dielektrik-nya adalah terbagi
menjadi empat jenis, yaitu
a) Sakelar PMT minyak
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan
pada rangkaian bertegangan sampai 500 kV. Kelemahannya yaitu minyak mudah
terbakar dan kekentalan minyak memperlambat pemisahan kontak, sehingga tidak
cocok untuk sistem yang membutuhkan pemutusan arus yang cepat.
Gambar 2.4. Pemadaman busur api pada pemutus daya dengan minyak
b) Sakelar PMT udara hembus
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan
pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV. PMT udara hembus dirancang untuk
mengatasi kelemahan pada PMT minyak, yaitu dengan membuat media isolator
kontak dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan
kontak, sehingga pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat
cepat.
Gambar 2.5. Pemadaman busur api pada pemutus daya udara hembus
10
11
berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas
150 oC, gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak metal, plastik dan bermacam
bahan yang umumnya digunakan dalam pemutus tenaga tegangan tinggi. Sebagai
isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali
udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan tekanan.
Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu mengembalikan kekuatan dielektrik
dengan cepat, tidak terjadi karbon selama terjadi busur api dan tidak menimbulkan
bunyi pada saat pemutus tenaga menutup atau membuka. Selama pengisian, gas
SF6 akan menjadi dingin jika keluar dari tangki penyimpanan dan akan panas
kembali jika dipompakan untuk pengisian kedalam bagian/ruang pemutus tenaga.
Oleh karena itu gas SF6 perlu diadakan pengaturan tekanannya beberapa jam
setelah pengisian.
Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang
busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan akhirnya
padam. Rating tegangan CB adalah antara 3.6 KV 760 KV.
12
Tekanan
Tekanan
normal
Merlin
pabrik
Bar
0,03
Bar
6
Bar
5,2
Bar
5
Gerin
Delle
0,203
5,05 + 0,05
4,7
4,58-4,62
Alsthom
PMT 20 kV di Gardu Induk umumnya didisain dapat dikeluarkan dari
kubikel dengan cara ditarik ke luar. Sehingga PMT dan mekanisme penggeraknya
dapat dengan mudah dikeluarkan/dimasukan untuk keperluan pemeliharaan.
Umumnya PMT dengan jenis pabrik dan dengan rating sama, mempunyai
konstruksi dan rangkaian kontrol yang sama. Sehingga dapat dipindah antar
kubikel dan hanya perlu satu PMT cadangan untuk PMT dengan rating yang
sama. Selama operasi seluruh bagian yang bertegangan tertutup dengan pelindung
metal
menjamin
selama
13
Dalam
Energi
Listrik
buku
Pembangkit
oleh
Djiteng
Marsudi (2011 :
223),
menyatakan
yang menyebabkan
Kerusakan relai
Rusaknya relai menyebabkan tidak adanya sinyal perintah untuk membuka
PMT.
14
Baterai lemah
Apabila baterai lemah, tegangannya kurang, arus yang dihasilkannya
tidak cukup kuat untuk membuka PMT. Baterai lemah bisa disebabkan
karena kurang baiknya pemeliharaan. Setiap sel baterai harus diperiksa
tegangannya dan kondisi fisikinya secara rutin sesuai buku petunjuk pabrik.
Kerusakan baterai bisa terjadi akibat tegangan bolak balik sekunder
(tegangan rendah) masuk ke sirkuit bateri. Hal ini bisa terjadi apabila dalam
satu lemari panel terdapat pengawatan sekunder tegangan bolak-balik jangan
dipasang dalam satu lemari panel dengan pengawatan arus searah dari relai
dan dari baterai. Untuk mencegah hal ini, pengawatan tegangan bolak balik
jangan dipasang dalam satu lemari panel dengan pengawatan arus searah
untuk relai dan baterai. Pengawatan arus bolak-balik dibatasi dengan yang
berasal dari transformator arus atau transformator tegangan untuk penggerak
relai saja.
15
Dalam hal ini busur listrik yang terjadi tidak bisa dipadamkan
sehingga busur listrik yang terjadi di antara kontak-kontak PMT terus
menyala dan akhirnya PMT meledak. Untuk menghindari kejadian ini,
kemampuan memutus arus dari PMT harus betul-betul diperhitungkan
terhadap tingkat arus gangguan (fault level) yang dihadapi.
16
1) Pemisah (PMS)
Pemisah berfungsi untuk memisahkan peralatan yang akan dipelihara agar
terlihat secara visual bahwa peralatan yang akan dipelihara sudah terpisah dari
bagian yang bertegangan, sehingga aman bagi petugas terhadap tegangan dari luar
peralatan tersebut. Lengan kontak PMT 20 kV pada kubikel disisi kabel dan di sisi
rel, berfungsi sebagai pemisah, dimana untuk memisahkannya dilakukan dengan
cara mengeluarkan PMT dari kubikel tersebut atau diposisikan test.
2) Pemisah Tanah
Pemisah tanah berfungsi untuk pengamanan petugas yang akan bekerja,
agar aman terhadap tegangan sisa dan tegangan induksi. Pemisah tanah pada
kubikel adalah mentanahkan di sisi kabel. Sedangkan untuk mentanahkan di sisi
busbar (rel) harus dilakukan secara lokal melalui grounding fleksibel atau melalui
pentanahan model dorong.
c. Busbar (Rel) 20 KV
17
18
19
20
setting. Relai arus lebih (OCR) memproteksi instalasi listrik terhadap gangguan
antar fasa.
21
Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay arus
lebih dengan karakteristik yang lain.
Gambar 2.10. Karakteristik relai arus lebih waktu tertentu (Definite time
relai)
c. Inverse relai (relai arus lebih waktu terbalik)
Adalah relai dimana waktu tundanya mempunyai karakteristik tergantung
pada besarnya arus gangguan. Jadi semakin besar arus gangguan maka kerja relai
akan semakin cepat, arus gangguan berbanding terbalik dengan waktu kerja relai.
Gambar 2.11. Karakteristik relai arus lebih waktu terbalik (inverse time)
22
t=
120
tms ..........................................................................................(1)
I 1
t=
80
tms
..........................................................................................(2)
I 1
2
t=
13.5
tms ...........................................................................................(3)
I 1
t=
Dimana :
0.14
tms
......................................................................................(4)
I 1
0.02
23
(OCR) namun memiliki perbedaan dalam kegunaannya. Bila relai arus lebih
mendeteksi adanya hubung singkat antar fasa, maka GFR mendeteksi
adanya hubung singkat ke tanah.
Adapun prinsip kerja dari GFR yaitu pada kondisi beban seimbang,
Ir, Is, It sama besar, sehingga pada kawat netral tidak timbul arus dan relai
hubung tanah tidak dialiri arus. Bila terjadi ketidakseimbangan arus atau
terjadi gangguan hubung singkat ke tanah maka akan timbul arus urutan nol
pada kawat netral, sehingga relai hubung tanah akan bekerja. Menurut
Muhalan, dkk (2014 : 169), perhitungan setelan arus gangguan tanah di
penyulang dengan rumus :
Iset = Set Relai x In Relai .............................................................................(5)
3. Prinsip kerja relay OCR & GFR
24
relay proteksi tidak bekerja maka gangguan akan meluas yang menyebabkan
kerugian.
Kegagalan kerja proteksi dapat disebabkan oleh :
1. Relay rusak
2. Seting relay tidak benar
3. Power suplay dc tidak ada/ hilang
4. Gangguan pada mekanis tripyng/pegas macet
5. Kegagalam PMT memutus arus gangguan (media pemutus) gas habis
6. Trafo arus tidak jenuh pada arus gangguan
7. Kesalahan pengawatan wirring tripyng
D. Gangguan
1. Pengertian gangguan dan jenis-jenis gangguan
Berdasarkan ANSI/IEEE standar 100-1992, Gangguan didefenisikan
sebagai suatu kondisi fisis yang disebabkan kegagalan suatu perangkat,
komponen, atau suatu elemen untuk bekerja sesuai fungsinya. Sedangkan
menurut Widianto, dkk Suatu gangguan di dalam peralatan listrik didefenisikan
sebagai terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan listrik yang menyebabkan
arus listrik keluar dari saluran yang seharusnya , dimana gangguan hampir selalu
ditimbulkan oleh hubung singkat antar fasa atau hubung singkat fasa ke tanah.
Ada beberapa jenis gangguan pada sistem tenaga listrik, yaitu gangguan
simetris dan gangguan asimetris. Gangguan simetris adalah gangguan yang terjadi
pada semua fasanya sehingga arus dan tegangan pada masing-masing fasa bernilai
25
sama, yaitu diantaranya hubung singkat 3 fasa dan hubung singkat 3 fasa ke tanah.
Sedangkan gangguan asimetris adalah gangguan yang mengakibatkan arus
mengalir pada setiap fasa tidak seimbang, yaitu diantaranya hubung singkat 1 fasa
ke tanah, hubung singkat fasa ke fasa, dan hubung singkat 2 fasa ke tanah.
Gangguan hubung singkat 3 fasa, gangguan hubung singkat 2 fasa dan
gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah. Adapun rumus dasar perhitungan arus
gangguan yang dikemukakan oleh Yulistiawan, dkk (2012 : 85)
I=
V
Z
...................................................................................................(6)
Keterangan :
I
Dengan mengetahui besarnya tegangan sumber dan besarnya nilai impedansi tiap
komponen jaringan serta bentuk konfigurasi jaringan di dalam sistem, maka
besarnya arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan rumus di atas.
Dari ketiga jenis gangguan terdapat perbedaan dalam penggunaan
impedansi untuk menghitung besarnya arus gangguan tersebut.
26
27
Zs =
kV 2
MVA hs
.........................................................................................(7)
Keterangan :
Zs
= Impedansi sumber (dalam hal ini pada sisi sumber 150 kV)
kV
kV 2
MVA hs
Xt (pada 100%) =
kV
MVA (trafo) ............................................................(9)
Keterangan :
Xt
= Reaktansi trafo ()
28
Untuk trafo tenaga dengan belitan Yyd dimana kapasitas belitan delta (d)
biasanya sepertiga dari kapasitas belitan Y (belitan yang dipakai untuk
menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada di dalam tetapi tidak
dikeluarkan kecuali satu terminal delta untuk ditanahkan), maka nilai
Xt0=3Xt1,
29
30
Z1s
Z1t
Z1 penyulang
eq
(Z2
eq
lokasi tersebut.
Perhitungan Z0 eq :
Z0 eq = Zt0 + 3RN + Z0 penyulang........................................................................(13)
Keterangan :
RN
Karena lokasi gangguan diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100%
panjang penyulang, maka Z0 eq yang didapat juga pada lokasi tersebut.
Setelah mendapatkan impedansi ekivalen sesuai dengan lokasi
gangguan, selanjutnya perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat
dihitung dengan menggunakan rumus dasar seperti dijelaskan sebelumnya,
hanya saja impedansi ekivalen mana yang dimasukkan ke dalam rumus
dasar tersebut adalah tergantung dari hubung singkat 3 fasa, 2 fasa atau 1
fasa ke tanah.
e. Gangguan hubung singkat 3 fasa
31
V
Z
...................................................................................................(14)
Keterangan :
I = Arus gangguan hubung singkat 3 fasa
V = Tegangan fasa-netral system 20 kV =
20000
3
Sehingga arus gagguan hubung singkat 3 fasa dapat dihitung sebagai berikut :
32
I 3fasa
E fasa
Z 1 eq
V ph
Z 1 eq
20000
3
Z 1 eq
11547
Z 1 eq
..................................(15)
I=
V
Z ....................................................................................................(16)
Keterangan :
I
33
Sehingga arus gagguan hubung singkat 2 fasa dapat dihitung sebagai berikut :
I1fasa =
V ph ph
Z 1 eq + Z 2 eq
20000
Z 1 eq + Z 2 eq
....................................................(17)
V ph ph
2 x Z 1 eq
..................................................................................(18)
34
tinggi dll. Berikut rumus yang dikemukakan oleh Yulistiawan, dkk (2012 :
92)
I=
V
Z ....................................................................................................(19)
Keterangan:
I = Arus gangguan urutan nol = I0
20000
3
= Vph
I1fasa =
E fasa
Z 1 eq
3x
3 xV ph
= 3 x I0 =
34641,016
Z 1 eq+ Z + Z
2eq
0eq
Z 1 eq+ Z
2eq
+ Z 0eq
34641,016
2 xZ 1 eq+ Z
0eq
20000
3
Z 1 eq+ Z
2eq
+ Z 0eq
...............................................(21)
35
36
37
masing-masing
komponen
dapat
disesuaikan
keadaan
sebenarnya atau kondisi nyata di lapangan. Spesifikasi ini juga dapat dipilih
38
sesuai data umumnya yang dapat diambil dari library atau data yang ada
pada program.
Adapun tampilan Program ETAP Power Station sebagaimana tampak ada gambar
berikut:
39
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan di kantor PT. PLN (Persero) UPT
Sistem Sulselrabar Unit Transmisi dan Gardu Induk Panakkukang (TRAGI
PANAKKUKANG) yang dimulai dari tanggal 16 Februari 2016 hingga 15 Mei
2016 dan di kampus Politeknik Negeri Ujung Pandang.
B. Prosedur Penelitian
Dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini, penulis mengikuti langkahlangkah yang terstruktur agar laporan ini dapat dikerjakan secara sistematis dan
terarah. Berikut langkah-langkah yang menjadi acuan dari penulis:
1. Melakukan pengenalan lingkup kerja di Tragi Panakkukang.
2. Mengenali objek yang akan diteliti berupa observasi langsung (Studi
Lapangan).
3. Melakukan pengambilan data penelitian yang dibutuhkan .
40
41
42
Proteksi Sistem Tenaga Listrik, Buku Pedoman Proteksi, Buku Pedoman Kubikel
Tegangan Menengah Kepdir 0520-2 K DIR 2014, Buku Pedoman Pemutus
Tenaga Kepdir 0520-2 K DIR 2014, dll.
2. Metode observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan kunjungan
langsung ke lapangan guna mengetahui mengapa PMT Alsthom dengan peredam
busur api SF6 pada Kubikel 20 kV Penyulang Takalar GI Sungguminasa meledak.
Adapun data-data yang akan diambil melalui observasi ini berupa name plate
PMT, pengukuran/pemeliharaan PMT tahun sebelumnya, data arus hubung
singkat, single line diagram dan standar PLN (SPLN).
3. Metode wawancara
Pada saat wawancara, penulis melakukan tanya jawab dengan semua pihak
yang memahami masalah sistem ketenagalistrikan yang berkaitan dengan kasus
yang akan dikaji. Penulis bermaksud untuk memahami lebih mengenai PMT
Alsthom dengan peredam busur api SF6 pada Kubikel 20 kV Penyulang Takalar
GI Sungguminasa meledak.
43
awal terjadinya PMT meledak, maka penulis mencari data yang berkaitan
dengan masalah tersebut seperti name plate PMT, data pemeliharaan, data
arus hubung singkat dan lainnya. Kemudian data tersebut digunakan untuk
menganalisis kejadian tersebut. Setelah mengetahui sebab PMT tersebut
meledak dan mengapa beberapa Penyulang lainnya ikut trip, maka penulis
dapat mengambil kesimpulan dan memberikan solusi agar kejadian tersebut
tidak terulang lagi.
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
A. Data Komponen pada Panyulang Takalar
Pada penyulang Takalar disuplai dari trafo #2 GI Sungguminasa yang
terhubung pada bus 150 kV menuju bus 20 kV. Berikut ini data kompenen
pada Penyulang takalar :
44
1. Bus 150 KV
Busbar disini merupakan titik hubungan pertemuan (connecting) antara
transformator daya, SUTT dengan komponen listrik lainnya, untuk menerima dan
menyalurkan tenaga listrik. Pada GI Sungguminasa mempunyai dua (double)
busbar. Dimana keunggulan menggunakan dua (double) busbar untuk mengurangi
terjadinya pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan perubahan sistem
(manuver sistem).
frekuensinya
tetap.
Berikut
spesifikasi
Trafo
#2
GI
Sungguminasa :
Tabel 4. 1 Spesifikasi Trafo #2 GI Sungguminasa
MVA HUBUNG
SINGKAT :
Kapasitas
2376.12
MVA
60
MVA
45
Reak X1
Teg. Prim
Teg. Sek.
Belitan D
Kap. D
Reak Xo
I nom
CT ratio
NGR
12.5%
0.83
150
20
ADA
20
2.5
1732.1
2000
40
Ohm
kV
kV
MVA
Ohm
Ampere
5
Ohm
3. Kubikel 20 kV
Kubikel 20 kV yang dipakai pada Penyulang Takalar
yakni merk GEC ALSTHOM/UNINDO. Kubikel ini berfungsi
sebagai pembagi, pemutus, penghubung, pengontrol, dan
proteksi sistem penyaluran tenaga listrik tegangan 20 kV.
46
24 kV
16 kA/1s
In
630 A
Frequency
50 Hz
1.2 bar
47
16 kA/1 s
Ratio CT
300/5 A
Frekuensi
50 Hz
d. Relai OCR/GFR
Relai OCR/GFR disini berfungsi untuk mengamankan peralatan dari
gangguan simetri maupun asismetri. Dimana relai OCR/GFR memiliki peran yang
berbeda. Relai arus lebih (OCR) adalah peralatan yang dapat merasakan adanya
arus lebih yang disebabkan karena adanya gangguan hubung singkat maupun
adanya beban berlebih (overload) yang dapat merusak peralatan yang berada di
wilayah proteksi dalam hal ini antara fasa ke fasa. Sedangkan, Relai GFR
mendeteksi adanya hubung singkat ke tanah. Berikut spesifikasi relai OCR/GFR
pada penyulang Takalar :
Tabel 4.4 Data Relai
48
No
Data Relai
OCR
GFR
Merek/Type
Set Relai
1A
0.1 A
300 A
30 A
Waktu Kerja
0.15
0.1
In Relai
5A
5A
Kurva Karakteristik
SI
Rasio CT
300/5 A
49
B. Analisis
Sebab
PMT
Penyulang
Takalar
Meledak
pada
GI
Sungguminasa
1. Arus hubung singkat
Untuk menghitung arus hubung singkat pada sistem diatas, pertama
tama hitung impedansi sumber ( reaktansi ) dalam hal ini diambil dari
data hubung singkat pada bus 150 kV , kedua menghitung reaktansi trafo
tenaga, ketiga menghitung impedansi penyulang.
Menghitung impedansi sumber
kV 2
MVA hs
2
150
2376.12
Zs(sisi 20 kV) =
= 9.469
kV 2
MVA hs
50
Zs(sisi 20 kV) =
202
2376.12
x 9.469 = 1.594
Xt (pada 100%) =
Xt (pada 100%) =
20 2
60
kV 2
MVA trafo
= 6.667
51
Z0 = 9 x (0.6088 + j1.6447)
Z0 = 5.4792 + j14.8023
Menghitung impedansi jaringan ekivalen
-
Perhitungan Z0eq :
Z0eq = Zt0 + 3RN + Z0penyulang
Z0eq = j2.499 + 3(40) + (5.4792 + j14.8023)
Z0eq = 125.4792 + j17.3013
Menghitung arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah
I1fasa = 3xI0 =
3 x V ph
Z 1 eq + Z 2 eq +Z 0 eq
20000
3
Z 1 eq + Z 2 eq +Z 0 eq
3x
34641.061
Z 1 eq + Z 2 eq +Z 0 eq
34641.061
{2 x ( 4.1472+ j 5.6148 ) }+125.4792+ j17.3013
34641.061
2 x Z 2 eq + Z 0 eq
52
34641.061
8.2944+ j 11.2296+125.4792+ j17.3013
34641.061
133.7736+ j 28.5309
34641.061
136.782<12.04
=253.26<12.04A
Pada kasus ini terjadi gangguan hubung singkat satu fasa ketanah
sebesar 253.26<-12.04A. Dimana arus hubung singkat tersebut melebihi
Iset(sekunder) = 30A pada relai GFR. Sehingga relai GFR bekerja dan
memerintahkan PMT Takalar trip. Dibandingkan dengan hasil simulasi
pada ETAP yakni sebesar 253A, terlihat pada gambar dibawah:
53
peralatan. Secara teori, jika lokasi gangguan semakin jauh dari sumber,
maka impedansi gangguan semakin besar dan akibatnya arus gangguan
semakin kecil.
2. Gas SF6 habis
Gangguan yang sering kali terjadi pada kubikel mengakibatkan
terjadinya pemutusan pada PMT. Dalam proses pemutusan/penutupan PMT,
peredam busur api dalam hal ini gas SF6 akan bekerja. Pada kasus ini gas
SF6 memiliki tekanan nominal 1,2 Bar. Gangguan yang terjadi pada tahun
2014-2015 sebanyak 113 kali, pada kurun waktu itu juga hasil pemeliharaan
gas SF6 tiap fasa yang didapatkan dibawah 1.2 Bar.
Adapun jumlah
gangguan pada tahun 2016 sebanyak 116 kali. Karena banyaknya terjadi
gangguan menyebabkan berkurangnya gas SF6 pada penyulang Takalar,
namun karena PMT pada Penyulang Takalar tidak dilengkapi dengan lampu
indikator sehingga pengurangan gas SF6 tidak dapat diketahui. Sehingga
dalam kasus ini habisnya gas SF6 dikuatkan dengan analisis dari pihak PLN
sendiri yang diterangkan pada berita acara kerusakan PMT pada tanggal 29
Februari 2016. Karena habisnya gas SF6 yang menyebabkan terjadinya
flashover yang besar mengakibatkan PMT penyulang Takalar meledak.
Selain itu, umur PMT yang sudah tua juga mempengaruhi kinerja dari PMT.
Karena semakin tua umur peralatan, kinerja peralatan juga akan menurun.
3. Analisis relai
Berikut perhitungan Arus setting GFR:
54
55
56
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, penyebab ledakan pada PMT
penyulang Takalar GI sungguminasa yaitu habisnya gas SF 6. Dalam kasus ini
habisnya gas SF6 dikuatkan dengan analisis dari pihak PLN sendiri yang
diterangkan pada berita acara kerusakan PMT pada tanggal 29 Februari 2016.
Selain itu karena umur peralatan yang sudah tua mempengaruhi kinerja dari
PMT. Hubung singkat tidak termasuk salah satu faktor penyebab meledaknya
PMT pada Penyulang Takalar, karena nilai yang didapat dari hasil
perhitungan sebesar 253.26 A dan simulasi ETAP sebesar 253 A, tidak
melebihi kapasitas hubung singkat PMT Takalar yakni sebesar 16 kA.
2. Adapun cara untuk pemulihan kembali setelah terjadinya ledakan PMT pada
penyulang takalar yaitu menginformasikan terlebih dahulu ke pihak DCC
(Distribution Control Center), setelah disetujui oleh pihak DCC maka
dilakukan penormalan kembali pada PMT. Untuk beban penyulang Takalar
dimanuver ke penyulang Barombong.
58
B. Saran
Dari analisis yang kami lakukan, kami dapat menarik saran :
1. Memberikan indikator (batas ukur) untuk mengetahui apakah Gas Sf6 telah
habis dari keadaan normal atau tidak,dengan mengambil metode pengkajian
jumlah gangguan yang terjadi di suatu penyulang yaitu menghitung berapa
kali penyulang tersebut mengalami gangguan dalam sebulan dan berapa besar
arus Maksimal gangguan yang terjadi dalam sebulan. Dari pengkajian itu,
kita dapat menentukan apakah Gas Sf6 telah habis atau masih dalam keadaan
standar tanpa menunggu pemeliharaan yang dilakukan setahun sekali, dengan
metode ini kita bisa lebih mudah memperkirakan volume dari gas Sf 6
tersebut.
2. Melakukan pemeliharaan intensif apabila terjadi gangguan di suatu
penyulang. Pemeliharaan intensif itu adalah pemeliharaan dengan mengecek
semua keadaan penyulang tanpa melihat waktu yang telah ditetapkan untuk
memelihara bagian bagian penyulang. Dan sebaiknya dari pihak team HAR
TRAGI Panakkukang melakukan pemeliharaan pada setiap penyulang kurang
lebih 3X dalam setahun karena melihat dari umur peralatan yang sudah tua
dan seringnya terjadi gangguan pada penyulang tersebut.
59
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Irfan. 2009. Skripsi : Analisa Setting Relai Arus Lebih Dan Relai
Gangguan Tanah Pada Penyulang Sadewa Di GI Cawang. Depok:
Universitas Indonesia.
Hasan, Bachtiar. 2006. Pemutus Tenaga Listrik. Bandung: Pustaka Ramadhan.
Hakim, Yanuar. 2002. Protection of Industrial Power Systems.
(http://xa.yimg.com/kq/groups/26952859/494303003/name/ProteksiPenyulang
KoordinasiRelaiArusLebihGround.pdf), diakses 15 Mei 2016.
Heryanto, Irwan. 2006. Kajian Pengaruh Tekanan Gas SF6 Terhadap Penentuan
Jarak Sela Minimum Kontak Pemutus Tenaga (Pmt). Dalam Jurnal Eltek, IX
(04), 96-104.
Marsudi, Djiteng. 2005. Pembangkit Energi Listrik. Jakarta: Erlangga.
Multa, P. Lesnanto dan Aridan. Restu. 2013. Modul Pelatihan Etap. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Muhalan, dkk. 2014. Analisa Perhitungan dan Pengaturan Relai Arus Lebih dan
Relai Gangguan Tanah pada Kubikel Cakra 20 kV Di PT XYZ. Dalam Jurnal
Sinergi, XVIII (03), 166-169.
Pandjaitan, Bonar. 2012. Praktik-praktik Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
PT.PLN (Persero). 2011. Diklat Profesi Penyaluran Pemeliharaan Kubikel 20 KV
Gardu Induk B.1.1.2.60.3. Jakarta Selatan.
PT.PLN (Persero). 2014. Buku O&M (SE114).
Sarimun N, Wahyudi. 2012. Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Depok:
Garamond.
Yulistiawan dkk. 2012. Analisis Penggunaan Gas SF6 Pada Pemutus Tenaga
(PMT) Di Gardu Induk Cigereleng Bandung. Dalam Jurnal Upi Edu, XIV (2):
81 93.
60
LAMPIRAN
1. Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
61
Tahun 2014
Tahun 2015
2. Jumlah Gangguan
Tahun 2011
Tahun 2012
62
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
63
Tahun 2016
Tahun 2012
64
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
65
4. Foto Dokumentasi
66
67
68
69
70
71
Hasil Pengukuran Gas SF6 Tahun 2015 Setelah dilakukan Penambahan Tekanan
72