“KLIPING”
Di Sususn Oleh:
Mapel:
Kelas:
IX3
Guru Pelajaran:
Masduki, S.Pd
2022
2
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat-Nya
yang selalu dan senantiasa memberikan hikmat dan pengetahuan dan anugrah akal budi kepada
insan yang berharap kepada-Nya untuk berkreasi dan berkarya,sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan kliping dengan judul: “Penyakit pada sistem reproduksi” ini dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan kliping ini, begitu banyak kekurangan,
kelemahan baik pengetahuan, ketrampilan, bahkan materi serta hambatan lain yang dialami.
Namun atas kerja keras, ketekunan dan dukungan dari berbagai pihak,maka penulisan klipng ini
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimah kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan kliping ini.
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................II
DAFTAR ISI................................................................................................................................III
1. Endometriosis.......................................................................................................................1
2. Kanker serviks......................................................................................................................2
3. Fibroid rahim........................................................................................................................4
4. HIV/AIDS.............................................................................................................................6
5. Epididimitis...........................................................................................................................8
6. Kanker Payudara.................................................................................................................10
7. Prostatitis............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14
III
Penyakit pada sistem reproduksi
Beberapa penyakit pada sistem reproduksi yang paling umum terjadi, seperti:
1. Endometriosis
Endometriosis adalah kondisi ketika endometrium tumbuh di luar dinding rahim. Pada kondisi
ini, endometrium dapat tumbuh di indung telur (ovarium), lapisan dalam perut (peritoneum), usus,
vagina, atau saluran kemih.
Penyebab endometriosis belum diketahui secara pasti, tetapi diduga terkait dengan
gangguan aliran darah menstruasi, perubahan sel-sel jaringan lain menjadi sel endometrium,
serta perpindahan sel endometrium melalui aliran getah bening.
Gejala utama endometriosis adalah nyeri atau kram hebat di bagian bawah perut atau
panggul (dismenore). Keluhan lain yang dapat muncul adalah nyeri saat berhubungan seksual,
volume darah yang banyak ketika menstruasi, dan diare.
1
Sedangkan untuk menghindari risiko terjadinya endometriosis, Anda dapat melakukan
olahraga secara rutin, menjaga berat badan agar tetap ideal, dan mengurangi konsumsi minuman
berkafein atau beralkohol.
2. Kanker serviks
Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada sel-sel di leher rahim. Kanker ini terjadi
saat ada sel-sel di leher rahim alias serviks yang tidak normal, dan berkembang terus dengan
tidak terkendali. Sel-sel abnormal ini dapat berkembang dengan cepat, sehingga mengakibatkan
tumbuhnya tumor pada serviks. Tumor yang ganas ini kemudian akan berkembang dan menjadi
penyebab kanker serviks.
Kanker serviks disebabkan oleh Human papillomavirus (HPV). Infeksi virus ini
cenderung meningkat pada orang yang melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan.
Perilaku seksual yang berisiko tinggi, seperti seks tanpa kondom atau berbagi mainan seks (sex
toys) yang tidak dicuci terlebih dahulu membuat seseorang rentan mengidap kanker serviks.
Selain itu, wanita yang tidak pernah mendapatkan vaksin (imunisasi) HPV jelas memiliki risiko
lebih tinggi terinfeksi HPV yang bisa jadi penyebab kanker serviks.
Gejala baru akan muncul saat tumor sudah tumbuh. Tumor ini kemudian dapat
mendorong organ di sekitar dan mengganggu sel-sel sehat. Nah, berikut ini gejala kanker serviks
yang pelru diwaspadai:
2
Perdarahan yang tidak wajar dari Miss V.
Siklus menstruasi jadi tidak teratur.
Nyeri pada panggul (di perut bagian bawah).
Nyeri saat berhubungan seks atau berhubungan seks.
Nyeri di pinggang (punggung bawah) atau kaki.
Badan lemas dan mudah lelah.
Berat badan menurun, padahal tidak sedang diet.
Kehilangan nafsu makan.
Cairan Miss V yang tidak normal, seperti berbau menyengat atau disertai darah.
Salah satu kaki membengkak.
Diagnosis kanker serviks ditegakkan dengan tes pap smear. Dokter dapat melakukan tes
lainnya untuk melihat sel kanker atau pre-kanker pada serviks jika tes pap smear menunjukkan
malfungsi perubahan sel, seperti kolposkopi dan biopsi. Jika dokter menemukan adanya potensi
kanker serviks, dokter kemudian akan memeriksa seberapa parah kondisi (tahap stadium) kanker.
Tesnya dapat meliputi hal-hal di bawah ini.
Pemeriksaan kondisi rahim, vagina , rektum, dan kemih apabila terdapat kanker.
Tes darah untuk memeriksa kondisi sekitar organ kewanitaan, seperti tulang, darah dan
ginjal.
Tes pemindaian, yaitu dengan teknologi Computerised Tomography (CT) scan, Magnetic
resonance imaging (MRI) scan, sinar X, dan Positive emission tomography (PET) scan.
Jika dokter sudah yakin bahwa kamu mengidap kanker serviks, terdapat beberapa pilihan
penanganan yang bisa dilakukan. Antara lain dengan operasi, radioterapi, dan kemoterapi.
Metode pengobatan tersebut juga bisa dikombinasikan untuk melenyapkan sel kanker.
3
Mendapatkan vaksinasi HPV.
Hindari merokok.
Lakukan hubungan intim yang aman dengan menggunakan kondom.
Menjaga kebersihan area intim kewanitaan.
3. Fibroid rahim
Fibroid rahim adalah pertumbuhan massa yang bersifat non-kanker di dalam rahim atau
di luar rahim. Jenis kanker yang disebut juga leiomyoma atau mioma ini tidak ada kaitannya
dengan peningkatan risiko kanker rahim dan hampir tidak pernah berkembang menjadi kanker.
Fibroid rahim memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari sekecil benih sehingga tidak
bisa terdeteksi oleh mata, sampai yang berukuran besar yang dapat menekan dan memperbesar
rahim. Seorang wanita bisa memiliki fibroid tunggal atau ganda. Dalam kasus yang ekstrem,
beberapa fibroid bisa muncul di dalam rahim, sehingga memperlebar organ tersebut hingga
mencapai tulang rusuk dan juga menambah beratnya.
Tidak ada yang tahu apa pemicu fibroids. Para peneliti berpikir ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya hal tersebut. Faktor itu, yaitu:
Seperti halnya pemicunya tidak jelas, hingga kini faktor yang menyebabkan terbentuknya
fibroid rahim juga belum jelas. Hal yang diketahui bahwa fibroid berhubungan erat dengan
4
kondisi hormon, baik estrogen ataupun progesteron. Fibroid diketahui bisa bertambah besar saat
seorang wanita hamil, karena pada saat itu terjadi peningkatan kadar hormon. Namun, fibroid
dipastikan akan menyusut ketika seorang wanita memasuki masa menopause karena kadar
hormon cenderung menurun.
Kebanyakan wanita tidak mempunyai gejala fibroid rahim. Gejala tergantung pada
jumlah, ukuran, dan lokasi fibroid. Beberapa gejala umum:
c) Pengobatan
d) Pencegahan
Olahraga atau Aktivitas Fisik. Tubuh akan membakar kalori lebih sedikit ketika kamu
malas bergerak.
Pola Makan Sehat. Pola makan yang tinggi kalori, sedikit sayur dan buah, sering
melewatkan sarapan, serta minum-minuman tinggi gula dapat menyebabkan terjadinya
obesitas.
Hindari Merokok. Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko mioma.
5
4. HIV/AIDS
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh
dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, daya
tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit.
HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi HIV.
Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Kebanyakan penderita mengalami flu ringan pada 2–6 minggu setelah terinfeksi HIV. Flu
bisa disertai dengan gejala lain dan dapat bertahan selama 1–2 minggu. Setelah flu membaik,
gejala lain mungkin tidak akan terlihat selama bertahun-tahun meski virus HIV terus merusak
kekebalan tubuh penderitanya, sampai HIV berkembang ke stadium lanjut menjadi AIDS.
Pada kebanyakan kasus, seseorang baru mengetahui bahwa dirinya terserang HIV setelah
memeriksakan diri ke dokter akibat terkena penyakit parah yang disebabkan oleh melemahnya
daya tahan tubuh. Penyakit parah yang dimaksud antara lain diare kronis, pneumonia,
atau toksoplasmosis otak.
6
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau anal, penggunaan jarum
suntik, dan transfusi darah. Meskipun jarang, HIV juga dapat menular dari ibu ke anak selama
masa kehamilan, melahirkan, dan menyusui.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan adalah sebagai berikut:
Penderita yang telah terdiagnosis HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa
terapi antiretroviral (ARV). ARV bekerja mencegah virus HIV bertambah banyak sehingga tidak
menyerang sistem kekebalan tubuh.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari dan
meminimalkan penularan HIV:
7
5. Epididimitis
Epididimitis adalah kondisi di mana terjadi peradangan pada saluran sperma alias
epididimis. Saluran ini terletak di belakang testis. Saluran epididimis menghubungkan antara
testis dan vas deferens. Sedangkan, vas deferens adalah saluran sperma yang langsung menuju
pintu keluar di penis saat pria ejakulasi. Epididimis berperan dalam menyimpan dan membawa
sperma.
Peradangan pada epididimitis bisa dialami oleh pria usia berapa pun. Namun, kondisi ini
paling sering terjadi pada pria yang berusia 19 sampai 35 tahun. Risikonya lebih besar pada
orang yang bergonta-ganti pasangan, atau melakukan aktivitas seksual berisiko. Hal ini bisa
menyebabkan seseorang tertular penyakit menular seksual, di mana bakteri penyebabnya
memicu epididimitis.
a) Penyebab Epididimtis
b) Gejala Epididimitis
Ada beberapa gejala yang bisa muncul pada pria pengidap epididimitis, antara lain:
Skrotum akan membengkak, terasa hangat, terasa sakit saat disentuh, atau berwarna
kemerahan.
Nyeri pada testis, terutama saat disentuh.
8
Darah pada cairan sperma.
Nyeri saat buang air kecil.
Meningkatnya frekuensi buang air kecil dan selalu merasa tidak tuntas.
Terdapat benjolan di sekitar testis yang disebabkan karena penumpukan cairan.
Ujung penis mengeluarkan cairan abnormal, biasanya terkait dengan penyakit menular
seksual.
Nyeri saat ejakulasi atau berhubungan seksual.
Rasa nyeri pada perut bagian bawah atau sekitar panggul.
Pembesaran kelenjar getah bening di pangkal paha.
Demam bisa terjadi, meski cukup jarang.
Apabila kondisi ini kunjung membaik selama lebih dari enam minggu atau kambuh
kembali, maka disebut epididimitis kronis. Pada epididimitis kronis, gejala muncul secara
bertahap dan perlu penanganan dokter.
c) Pengobatan Epididimitis
Obat antibiotik.
Obat pereda nyeri dan istirahat.
Pembedahan.
d) Pencegahan Epididimitis
Apakah kondisi ini bisa dicegah? Ternyata bisa. Caranya dengan menghindari hal-hal yang bisa
meningkatkan risikonya. Berikut tips mencegah epididimitis yang bisa dilakukan:
Lakukan hubungan intim dengan cara yang sehat dan hindari bergonta-ganti pasangan.
Menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan intim.
Rutin melakukan pemeriksaan ke dokter.
9
6. Kanker Payudara
kanker payudara merupakan suatu jenis tumor ganas yang berkembang pada sel-sel
payudara. Kanker ini dapat tumbuh jika terjadi pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel pada
payudara. Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat dari sel normal dan berakumulasi, yang
kemudian membentuk benjolan atau massa. Pada stadium yang lebih parah, sel-sel abnormal ini
dapat menyebar melalui kelenjar getah bening ke organ tubuh lainnya.
Kanker payudara terjadi akibat pertumbuhan abnormal dari sel-sel pada payudara.
Pertumbuhan abnormal tersebut diduga disebabkan oleh mutasi gen yang diturunkan secara
genetik.
Sejumlah gen bermutasi yang diturunkan yang dapat meningkatkan kemungkinan kondisi
ini telah diidentifikasi. Yang paling terkenal adalah gen kanker payudara 1 (BRCA1) dan gen
kanker payudara 2 (BRCA2), keduanya secara signifikan meningkatkan risiko penyakit ini dan
ovarium.
Pada stadium dini, penyakit ini dapat tidak menunjukkan gejala tertentu. Oleh karena itu,
sangat penting untuk melakukan SADARI atau periksa payudara sendiri setiap bulan, 10 hari
setelah masa haid berakhir. Raba dengan teliti searah jarum jam payudara untuk mendeteksi
adanya benjolan atau perubahan pada payudara.
10
Beberapa gejala kanker payudara yang bisa dialami pengidapnya, yaitu:
Benjolan atau pengerasan pada payudara yang berbeda dari jaringan sekitar.
Darah keluar dari puting payudara.
Kemerahan atau pembesaran pori-pori kulit payudara yang menyerupai kulit jeruk.
Nyeri dan pembengkakan pada payudara.
Pengelupasan kulit di sekitar puting payudara.
Perubahan pada kulit payudara, seperti cekungan.
Perubahan ukuran, bentuk, atau tampilan dari payudara.
Puting tertarik masuk (retraksi atau inversi) ke dalam.
Benjolan atau pembengkakan di bawah ketiak.
Penanganan untuk penyakit ini bergantung pada jenis kanker yang dialami, stadium
kanker, ukuran massa, serta sensitivitas sel kanker terhadap hormon. Dokter akan menentukan
terapi yang paling sesuai dengan keadaan penderita berdasarkan hal-hal tersebut. Beberapa
pilihan pengobatan pada kanker payudara, antara lain:
11
Umumnya, pengidap akan menjalani prosedur pembedahan untuk kanker payudara dan
mendapatkan penanganan lain sebelum dan/atau sesudah pembedahan, seperti kemoterapi, terapi
hormonal, atau terapi radiasi.
7. Prostatitis
Prostatitis kronis atau sindrom nyeri panggul kronis. Ini adalah nyeri panggul yang
berkelanjutan atau berulang.
Prostatitis bakteri kronis. Ini adalah infeksi bakteri yang sedang berlangsung atau
berulang, biasanya dengan gejala yang kurang parah.
Prostatitis bakterial akut. Ini adalah infeksi bakteri pada prostat, biasanya dengan gejala
yang tiba-tiba dan parah.
Prostatitis non-bakterial. Peradangan pada prostat yang menyebabkan rasa sakit, tapi
bukan karena infeksi bakteri.
12
a) Penyebab Prostatitis
Penyebab umumnya adalah infeksi bakteri. Infeksi bisa terjadi akibat bakteri yang berada
pada urine bocor atau rembes ke kelenjar prostat dan kemudian bersarang di kelenjar prostat.
Sementara prostatitis non bakterial bisa dikaitkan dengan stres, peradangan atau iritasi saraf,
cedera atau infeksi saluran kemih sebelumnya.
Beberapa hal yang diduga bisa menjadi penyebab nyeri panggul, antara lain:
b) Pengobatan Prostatitis
Antibiotik. Obat ini merupakan pengobatan awal untuk melawan bakteri yang dapat
diberikan secara oral (diminum) atau jika pengidap berada dalam kondisi yang berat.
Obat anti peradangan diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, menurunkan demam, dan
membuat pengidap merasa lebih nyaman.
Obat yang berguna untuk menghambat adrenalin. Obat golongan ini diberikan untuk
menghilangkan gejala nyeri saat berkemih dengan cara membantu relaksasi otot dan leher
kandung kemih.
Pijat prostat. Ini bisa membantu mengurangi tekanan pada prostat.
Terapi fisik dasar panggul. Terapi ini bermanfaat untuk mengendurkan otot-otot di
panggul kamu.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com.penyakit-pada-reproduksi-manusia
https://www.halodoc.com-kesehatan-epididimitis
https://www.halodoc.com-kesehatan-kanker-payudara
https://www.halodoc.com-kesehatan-prostatis
14