Anda di halaman 1dari 3

Semut Pembawa Pesan dan Naga Penjaga Bumi

(Orientasi)
Pada zaman dahulu hiduplah sekelompok masyarakat suku yang tamak,
yaitu Suku Agnirake Angkara. Meskipun mereka sudah dicukupkan dengan bahan-
bahan yang tersedia di alam untuk dimanfaatkan dengan baik tetapi mereka terus-
terusan membunuh semua binatang untuk mengisi perut.
Pada suatu waktu, ketua suku memerintahkan ke semua orang untuk
memburu binatang di pulau dengan meracuninya. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah perburuan sehingga binatang-binatang tersebut dapat segera
dimakan.

(Komplikasi)
Seekor semut yang bernama Rangrang, melihat kejadian tersebut kemudian
ia masuk ke lubang bumi untuk menyampaikan hal tersebut kepada naga pelindung
bumi, yaitu Naga Bhalaraksa. “Hei Naga Bhalaraksa, aku melihat si gembul
manusia itu membunuh semua babi di pulau seberang dan memakannya. Bahkan
mereka membunuhnya dengan racun,” kata Semut Rangrang.
Naga Bhalaraksa menjawab, “Mereka melakukannya lagi ? Aku benar-benar
ingin memberikan peringatan kepada mereka, tapi aku hanya bisa menggerakkan
ekorku untuk mengguncangkan bumi saat semua orang sudah mati.” Di lain waktu,
Kepala Suku kemudian mengerahkan seluruh pasukannya untuk menyumbat
sungai supaya alirannya tidak menuju danau. Dan binatang air yang terdapat di
sana harus ditangkap sampai habis untuk disantap. Singkat cerita semua ikan dan
binatang air lainnya habis dalam waktu sekejap.
Semut Rangrang pun kembali menyampaikan apa yang ia lihat di bumi
kepada Naga Bhlaraksa, “Aku melihat bumi sudah benar-benar hancur, karena
semua isi alam sudah dikuras habis oleh manusia itu. Bhalaraksa, engkau harus
memberikan peringatan kepada mereka dengan menggoyangkan ekormu supaya
bumi tergoncang.”
Naga Bhalaraksa menjawab, “Ini belum waktunya. Aku hanya bisa
menjalankan tugasku sebagaimana yang diperintahkan Raja Naga kepadaku.”
Karena makanan semakin menipis, mereka hanya bisa makan kelapa yang ada di
ujung hutan. Mereka pun memakan buah kelapa dengan lahap dan rakus dan
membuang cangkang kelapa di pekarangan gubuk mereka. Semut Rangrang
melihat cangkang kelapa yang berbentuk bulat itu dan menganggap bahwa itu
adalah tengkorak manusia yang berserakan. Rangrang berpikir bahwa semua
manusia sudah mati.

(Resolusi)
Rangrang masuk ke dalam bumi dan menyampaikan pesan kepada Naga
Bhalaraksa, “Bhalaraksa, aku melihat manusia itu sudah mati. Banyak sekali
tengkorak mereka berserakan. Aku menyaksikannya sendiri, tengkorak yang
sangat banyak. Ini saatnya kau menggoncangkan bumi untuk meratakan seluruh
bumi.”
Kemudian Bhalaraksa menjawab, “Benarkah ? Baiklah, akan ku goncangkan bumi
dengan ekorku.” Naga Bhalaraksa menggoyangkan ujung ekornya dan bumi pun
tergoncang dahsyat. Ternyata sekelompok manusia itu masih hidup dan menjerit
ketakutan karena bumi tergoncang sangat keras.
(Koda)
Karena Naga Bhalaraksa sudah terlanjur menggoncangkan ekornya,
akhirnya semua manusia yang rakus itu pun mati karena bumi yang tergoncang
sudah rata. Akhir dari kehidupan sekelompok manusia suku pedalaman itu sangat
tragis akibat perbuatan mereka sendiri.
Mereka tidak bisa menyayangi alam padahal alam sudah memberikan
segalanya untuk mereka untuk dimanfaatkan dengan baik. Sifat rakus dan tamak
mereka yang tidak dapat dikendalikan membuat mereka berakhir dengan tragis.

https://deckarenas.com/contoh-cerita-fantasi-4-paragraf/

Anda mungkin juga menyukai