Anda di halaman 1dari 5

3/17/2020

PENGERTIAN

 Menurut bahasa:

ASHOBAH 

Pembela/pelindung/penolong
Kerabat laki-laki dari bapak
 Kelompok yang kuat
 Istilah: ahli waris yang berhak menerima harta
warisan sisa, dengan tidak ditentukan bagiannya
 Sifat, KONDISIONAL. Kemungkinan:
 menerima seluruh sisa harta warisan apabila tidak ada
Langkah 4 ahli waris lainnya
 Menerima bagian furud, ditambah sisa
 Tidak menerima sama sekali

JENIS ASHOBAH NASABIYAH (1). ASHOBAH BINAFSIHI


 Yaitu orang yang karena dirinya sendiri berhak
menerima warisan selaku ashobah, berdasar urutan:
 JIHAT BUNUWWAH/KETURUNAN
1. Ashobah binafsihi  Anak lelaki ke bawah
 JIHAT UBUWWAH/KEBAPAKAN/KE ATAS
2. Ashobah bilghoiri  Ayah, ke atas
 JIHAT UKHUWAH/PERSAUDARAAN/KE
3. Ashobah ma’al ghoiri SAMPING
 Saudara laki-laki kandung dan sebapak, serta anak lelaki
mereka
 JIHAT ‘UMUMAH/KEPAMANAN
 Paman sekandung dan paman sebapak, dan anak lelaki
mereka

1
3/17/2020

(1). ASHOBAH BINAFSIHI CONTOH


Pujianto meninggal dunia, dengan ahli waris: istri, ibu, bapak,
 Yaitu orang yang karena dirinya sendiri berhak menerima 2 anak laki-laki
warisan selaku ashobah, berdasar urutan:
1. Anak laki-laki 8. Anak laki-laki dari saudara Jawab:
2. Cucu laki-laki (dari anak laki-laki sebapak 1. Istri : 1/8, karena pewaris memiliki anak
laki-laki) 9. Paman yang sekandung
3. Bapak dengan bapak 2. Ibu : 1/6, karena pewaris memiliki anak
4. Kakek (dari pihak bapak) 10.Paman yang sebapak dengan 3. Bapak : 1/6
5. Saudara laki-laki kandung bapak
4. 2 anak laki-laki : ashobah
6. Saudara laki-laki sebapak 11.Anak laki-laki dari paman
7. Anak laki-laki dari saudara sekandung
laki-laki kandung 12.Anak laki-laki dari paman
sebapak

(2). ASHOBAH BIL GHOIRI SYARAT ASHOBAH BIL GHOIRI


 Yaitu orang yang menjadi ashobah beserta orang lain yang  Perempuan yang masuk kelompok ashabul furudl
telah menjadi ashobah. Kalau orang lain tidak ada, maka ia
 Anak perempuan saudara laki-laki sekandung tidak menjadi
tidak tidak menjadi ashobah, melainkan menjadi ash-habul ashobah bil ghoiri, karena bukan termasuk dzul furudl.
furudl biasa
 Sama derajadnya
 Anak laki-laki tidak bisa menjadikan anak perempuan
1. Anak perempuan beserta anak laki-laki (cucu) dari anak laki-laki sebagai ashobah bil ghoiri
2. Cucu perempuan beserta cucu laki-laki  Sama kuat kekerabatannya
3. Saudara perempuan sekandung  Saudara laki-laki sebapak tidak bisa menjadikan saudara
beserta saudara laki-laki sekandung perempuan sekandung menjadi ashobah bil ghoiri. Karena
4. Saudara perempuan sebapak beserta sekandung lebih kuat dari pada sebapak
saudara laki-laki sebapak

2
3/17/2020

Contoh (3). ASHOBAH MA’AL GHOIRI


 Halifah meninggal dunia, dengan ahli waris: suami, 2 orang  Yaitu orang yang menjadi ashobah disebabkan ada orang
anak perempuan dan seorang anak laki-laki, lain yang bukan ashobah, dimana orang lain tersebut tidak
ikut menjadi ashobah.Tetapi apabila orang lain tersebut
Jawab: tidak ada, maka ia menjadi ash habul furudl
1. Suami: ¼ karena pewaris memiliki anak
2. 2 orang anak perempuan: awalnya adalah dzul furudl dan 1.Saudara perempuan
mendapat 2/3 bagian karena lebih dari seorang. Akan sekandung
tetapi karena mewaris bersama anak laki-laki pewaris,
maka anak perempuan ditarik menjadi ashobah bil 2.Saudara perempuan
ghoiri.
3. 1 anak laki-laki: ashobah, dengan bagian 2 kali bagian
seayah
anak perempuan

Keterangan:
 Saudara perempuan sekandung:
 Apabila ada ahli waris saudara perempuan sekandung (seorang atau
CONTOH:
lebih) bersamaan dengan anak perempuan (seorang atau lebih), atau  Pak Robby meninggal dengan ahli waris: seorang anak
bersamaan dengan cucu perempuan (seorang atau lebih), maka perempuan, seorang cucu perempuan dari anak laki-laki:
saudara perempuan sekandung tadi menjadi ashobah maal ghoiri.
Sesudah ahli waris yang lain mengambil bagian masing-masing, sisanya seorang saudara perempuan sekandung.
menjadi bagian saudara perempuan tersebut. Jawab:
 Saudara perempuan sebapak: 1. Seorang anak perempuan: ½
 Apabila ada ahli waris saudara perempuan sebapak (seorang atau 2. Seorang cucu perempuan dari anak laki-laki: 1/6 (menggenapi
lebih) bersamaan dengan anak perempuan (seorang atau lebih), atau
bersamaan dengan cucu perempuan (seorang atau lebih), maka
anak perempuan tunggal)
saudara perempuan sebapak tadi menjadi ashobah maal ghoiri. 3. Saudara perempuan sekandung: ashobah maal ghoiri
Sesudah ahli waris yang lain mengambil bagian masing-masing, sisanya (saudara perempuan sekandung ini saja yang menjadi ashobah
menjadi bagian saudara perempuan tersebut.
maal ghoiri, tetapi orang lain yang menyebabkan dia menjadi
 Saudara perempuan kandung atau sebapak dapat menjadi ashobah ma’al
ghoiri apabila mereka tidak mempunyai saudara laki-laki. Apabila ashobah (yaitu anak perempuan), tidak berubah tetap
mereka mempunyai saudara laki-laki kedudukannya menjadi ashobah bil menjadi ahli waris dzul furudl.
ghoiri

3
3/17/2020

 Menetapkan asal mas’alah untuk menentukan


bagian warisan bagi golongan yang berhak
menerima dengan furudl (dzul faraid, yaitu: ½;
¼; 1/8; 1/3; 2/3 dan 1/6)

 Dalam ilmu faraid terdapat 7 macam asal


MENENTUKAN ASAL MAS’ALAH mas’alah (KPK), yaitu 2 – 3 – 4 – 6 – 8 – 12
dan 24, tergantung kepada angka penyebut
masing-masing ahli waris yang masuk dalam
golongan dzul faraid

PENGERTIAN ASAL MASALAH: BEBERAPA ISTILAH:


 Adalah angka kelipatan persekutuan 1. TAMASUL atau MUMATSALAH: apabila angka
terkecil yang dapat dibagi oleh masing- penyebut masing-masing bagian sama besarnya.
Asal masalahnya adalah mengambil angka tersebut.
masing angka penyebut dari bagian ahli Contoh:
waris  Saudara perempuan kandung 2/3
 Saudara seibu 1/3
 CONTOH: 1/6 Maka akar masalahnya adalah 3

 Angka 1 = pembilang 2. TADAKHUL atau MUDAKHALAH: apabila penyebut pada


bagian ahli waris yang satu dapat dibagi dengan
 Angka 6 = penyebut penyebut pada bagian ahli waris lainnya. Contoh:
 Istri 1/8
 Anak perempuan 1/2
Maka asal masalahnya adalah 8, karena 8 dapat dibagi
dengan 2

4
3/17/2020

3. TAWAQUF atau MUWAFAQAH:


apabila angka penyebut pada bagian terkecil tidak dapat membagi
angka penyebut yang besar, tetapi masing-masing angka penyebut
dapat dibagi oleh angka yang sama. Contoh:
 Istri 1/8
 Ibu 1/6
 Anak perempuan 1/2
Maka asal masalahnya adalah mengalikan angka penyebut yang satu
dengan hasil bagi angka penyebut yang lain.
8 x (6 : 2) = 24
6 x (8 : 2) = 24
4. TABAYUN atau MUBAYANAH:
Apabila angka penyebut dalam bagian ahli waris masing-masing
tidak sama, yang satu tidak dapat membagi angka penyebut yang
lain, dan masing-masing tidak bisa dibagi oleh satu angka yang
sama. Maka asal masalahnya adalah dengan mengalikan angka
penyebut masing-masing. Contoh:
Suami 1/2
Ibu 1/3
Maka asal masalahnya adalah 2 x 3 = 6

Anda mungkin juga menyukai