Anda di halaman 1dari 22

Buku ajar

Pendidikan agama islam

Materi
RUKUN IMAN KE 5
“HAJI”

Kelas III MAN


1
Madrasa Aliyah Negeri

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan atas
llmpahan Rahmat dan Hidayah-Nyalah, sehingga kami dapat menyelesaikan materi
buku ajar dengan Tema ”Rukun Islam yang kelima Haji.Shalawat berangkaiakan
salam semoga tetap tercurakan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga,
sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari pembalasan.
Dengan tersusunnya materi buku ajar ini semoga dapat berguna
bagipeserta didik maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah
keilmuan. Buku ajar ini disajikan dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan
agar yang membaca bisa lebih memahamitentang hal-hal Spritualmengenai Haji
secaraKhusus
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ajar ini masih terdapat
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Adanya kritik serta saran
yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan untuk segala
langkah-langkah perbaikan makalah kami selanjutnya.
Pada akhirnya hanyalah kepada Allah SWT dikembalikan
segalanya, sebab sesungguhnya hanya milik-Nyalah semata segala kesempurnaan.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Pinrang, 16 November 2021

Muh.Ilham. H
20203886108014

3
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................................. 2
STANDAR KOMPETENSI........................................................................................ 4
PENGERTIAN HAJI.................................................................................................. 4
SEKILAS TENTANG SEJARAH HAJI......................................................................6
HUKUM HAJI............................................................................................................ 9
SYARAT WAJIB HAJI.............................................................................................. 10
RUKUN HAJI............................................................................................................ 11
LARANGAN HAJI..................................................................................................... 12
KEUTAMAAN HAJI.................................................................................................. 13
MANFAAT HAJI........................................................................................................ 15
RANGKUMAN........................................................................................................... 16
LATIHAN SOAL........................................................................................................ 18
GLOSARIUM............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 20
BIODATA PENULIS.................................................................................................. 21

4
STANDAR KOMPETENSI
Siswa mampu mengetahui dan memahami tentang rukun islam yang
kelima yaitu haji
INDIKATOR
Agar siswa bisa menerapkan ketentuan-ketentuan ibadah haji ketika
ingin melaksanakan ibadah haji

PENGERTIAN HAJI
Haji secara bahasa berasal dari kata al-Hajj; berarti tujuan, maksud atau
menyengaja untuk perbuatan yang besar dan agung. Selain itu haji juga
berarti mengunjungi dan mendatangi. Makna haji secara istilahi (terminologis)
adalah perjalanan mengunjungi Baitullah untuk melaksanakan serangkaian
ibadah pada waktu dan tempat yang sudah ditentukan. Waktu yang
ditentukan tersebut adalah sekitar ka’bah, muzdalifah dan Mina dan

dilaksankan mulai tanggal 9 sampai 13 Zulhijjah. Menurut bahasa haji berasal


dari bahasa Arab ‫ خحال‬yang berarti ‫ ىال دصفال مظعم‬ziarah atau
berkunjung. Sedangkan menurut istilah syara’ haji adalah berkunjung atau
berziarah ke Ka’bah yang berada di Mekkah al –Mukaramah untuk melakukan

5
ibadah kepada Allah swt. dengan melakukan tata cara pelaksanaan ibadah
haji yang telah ditentukan secara berurutan, dimulai dari ihram, thawaf, sa’i,
wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, melontar jumarat dan terakhir
melakukan tahalul. Allah Swt. Berfirman di dalam QS. Al-Hajj ayat 27:
     
       

Terjemahnya:
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka
akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang
kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”
Haji menurut Imam Hanafi ialah menyengaja suatu perbuatan. Sedang
menurut istilah adalah berkunjung ke baitullah (Ka’bah) untuk mengerjakan
ibadah dengan cara, tempat, dan dalam masa tertentu. Maksud dari tertentu
ialah tawaf, sa’i, wukuf. Tempat tertentu ialah Ka’bah dan Arafah. Waktu
tertentu ialah, haji harus dikerjakan dalam bulan haji,
tanggal 10 Dzulhijjah. Dan orang yang berhaji
harus berniat ketika berihram. Imam Maliki
berkata, haji menurut bahasa ialah menyegaja.
Sedang menurut syara’ ialah wukuf di padang
Arafah pada malam kesepuluh dari bulan Dzulhijjah,
tawaf di Ka’bah 7 kali, sa’i kali. Dan semuanya itu dikerjakan menurut cara-
cara tertentu. Yang dimaksud wukuf pada malam kesepuluh dari bulan
Dzulhijjah dengan menunjukkan bahwa rukun wukuf harus pada malam hari.
Sedang tawaf maksudya ialah tawaf ifadhah, karena ia termasuk rukun haji.
Sa’i yang juga termasuk rukun dilakukan setelah tawaf ifadhah bagi orang

6
yang tidak bersa’i setelah tawaf qudum (selamat datang di Ka’bah). Akan
tetapi, sekalipun juga niat termasuk rukun bagi mereka.
Sedangkan menurut Imam Syafi’i haji secara bahasa ialah menyengaja.
Sedangkan menurut syara’ adalah sengaja mengunjungi Ka’bah untuk
melaksanakan manasik haji. Pengertian haji menurut madzhab ini, tidak
mencakup semua rukun rukun haji. Karena ia membatasi pengertian hanya
dengan enyengaja mengunjungi Ka’bah dan tidak menyebutkan wukuf di
Arafah, sa’I antara Safa dan Marwah atau mencukur rambut. Padahal al itu
termasuk rukun menurut mazhab Syafi’I Imam Hanbali berkata, haji menurut
bahasa artinya menyengaja. Sedang menuut istilah adalah sengaja
mengunjungi Makkah untuk satu perbuatan tertentu seperti tawaf dan sa’i
termauk wukuf di Arafah. Karena Arafah ikut bagian dari Makkah dan dalam
waktu tertentu pula. Yang dimaksud dengan waktu-waktu tertentu adalah
melaksanakan rukun dan syarat wajibnya, sunat-sunatnya dalam waktu-waktu
tertentu. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa haji adalah
melaksanakan ibadah dengan cara, tempat, dan dalam masa tertentu.

SEKILAS TENTANG SEJARAH HAJI


Ibadah haji dikumandangkan Ibrahim as. sekitar 3600 tahun lalu.
Sesudah masa beliau, praktek-prakteknya sedikit atau banyak telah
mengalami perubahan, tetapi kemudian
diluruskan kembali oleh Muhammad saw.
Salah satu hal yang diluruskan itu adalah
praktek ritual yang bertentangan dengan
penghayatan nilai universal kemanusiaan haji.
Al-Qur'an Surah al-Baqarah 2: 199, menegur sekelompok manusia (yang
dikenal dengan nama al-Hummas) yang merasa diri memiliki keistimewaan

7
sehingga enggan bersatu dengan orang banyak dalam melakukan wuquf.
Mereka wukuf di Mudzdalifah, sedangkan orang banyak di Arafah. Pemisahan
diri yang dilatarbelakangi perasaan superioritas dicegah oleh al-Qur'an dan
turunlah ayat tersebut di atas, "Bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya
orang-orang banyak dan mohonlah ampun kepada Allah sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Tak jelas apakah praktek
bergandengan tangan saat melaksanakan thawaf pada awal periode sejarah
Islam, bersumber dari ajaran Ibrahim dalam rangka mempererat
persaudaraan dan rasa persamaan. Namun, yang pasti Nabi saw
membatalkannya, bukan dengan tujuan membatalkan persaudaraan dan
persamaan itu, tapi karena alasan-alasan praktis pelaksanaan thawaf.
Salah satu bukti yang jelas tentang keterkaitan ibadah haji dengan
nilai nilai kemanusiaan adalah isi khutbah Nabi Muhammad Saw., pada haji
wada' (haji perpisahan) yang intinya menekankan Persamaan keharusan
memelihara jiwa, harta dan kehormatan orang lain dan larangan melakukan
penindasan atau pemerasan terhadap kaum lemah baik di bidang ekonomi
maupun fisik.
Ibrahim AS dan Isma’il AS membangun ka’bah semata-mata untuk
beribadah pada Allah disaat seluruh negeri dipenuhi oleh praktek
penyembahan berhala. Kemudian Ibrahim diperintah menyeru umat manusia
untuk melaksanakan haji ke Baitullah, tempat bersinarnya cahaya rabbaniyah,
berdasarkan tuntunan agama tauhid yang murni.
Ajaran agama yang dibawa Ibrahim telah menyebar keseluruh jazirah
Arab. Kabilah-kabilah Arab melaksanakan haji ke Baitullah dan
mengagungkan Tanah Haram menurut ajaran nenek moyang bangsa Arab,
Ibrahim. Selama beberapa dekade mereka masih memegang teguh ajaran itu.
Namun seiring berlalunya masa, akhirnya mereka melupakan ajaran tersebut,

8
dikarenakan beberapa sebab diantaranya; mewabahnya kebodohan,
sedikitnya orang yang memberi peringantan dan adanya pergumulan dengan
bangsa-bangsa non-Arab yang membawa kebudayaan dan peradaban
berhala ke dalam negeri mereka. Kebodohan mereka sudah mencapai tarap
mengkhawatirkan, sampai-sampai daerah sekeliling dan bagian dalam ka’bah
dipenuhi oleh berhala yang mereka datangkan dari luar negeri. Ketika Islam
hadir di tengah-tengah bangsa Arab, mereka sedang mengalami kekacauan
akidah agama, seperti tergambar di atas, walaupun ada sebagian dari
pembesar-pembesar agama yang masih memegang sedikit sisa ajaran
Ibrahim dan Isma’il, terutama ajaran yang berkaitan dengan haji. Dan
memang, ritual haji merupakan fenomena yang paling jelas yang terdapat
dalam syari’at agama terdahulu, walaupun mungkin sudah terkotori oleh
aliran-aliran, bid’ah dan khurafat.
Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima. Dari bukti di atas dapat
diketahui bahwa ibadah haji ialah syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW. Sebagai pembaharu dan penyambung ajaran Nabi Allah Ibrahim AS.
Ibadat haji diwajibkan bagi umat Islam pada tahun ke-6 setelah Hijrah.
Pada tahun tersebut Rasulullah SAW. bersama-sama lebih kurang 1500
orang telah berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji tetapi gagal
mengerjakannya karena telah dihalangi oleh kaum Quraisy, yang pada
akhirnya terjadilah sebuah perjanjian yang dinamakan perjanjian Hudaibiah.
Perjanjian itu membuka jalan bagi perkembangan Islam di mana pada tahun
berikutnya ( Tahun ke-7 Hijrah), Rasulullah telah mengerjakan Umrah
bersama-sama 2000 orang umat Islam. Pada tahun ke-9 Hijrah barulah ibadat
Haji dapat dikerjakan di mana Rasulullah SAW. mengarahkan Saidina Abu
Bakar Al-Siddiq mengetuai 300 orang umat Islam mengerjakan haji.

9
Nabi Muhammad S.A.W telah menunaikan fardhu haji sekali semasa
hayatnya. Haji itu dinamakan "Hijjatul Wada'/ Hijjatul Balagh/ Hijjatul Islam atau
Hijjatuttamam Wal Kamal karena selepas haji itu tidak berapa lama kemudian
nabi wafat. Rasulullah telah berangkat ke Madinatul Munawwarah pada hari
Sabtu, 25 Zulkaidah tahun 10
Hijrah bersama isteri dan sahabat-
sahabatnya sebanyak kurang lebih
90,000 orang Islam. Rasulullah
telah menyempurnakan amalan-
amalan sunat Ihram, memakai
ihram dan berniat ihram di
Zulhulaifah, sekarang dikenali dengan nama Bir Ali, 10 km dari Madinah dan
Rasulullah sampai di Makkah pada 04 Zulhijjah setelah mengambil masa 9
hari dalam perjalanan. Rasulullah berangkat ke Mina pada 08 Zulhijjah dan
bermalam di situ. Kemudian Rasulullah ke Arafah untuk melaksankan wukuf
pada tanggal 9 Zulhijjah yang jatuh pada hari Jum’at dan sekaligus
merayakan hari raya Aidil Adha.

HUKUM HAJI
Semua ulama sepakat dengan jalan Ijma’ bahwa hukum haji wajib bagi
semua umat Islam, baik itu laki-laki mampun bagi perempuan. Pelaksanaan
haji ini hanya sekali seumur hidup bagi orang-orang yang mampu (isthitho’ah).
Sebagaimana firman Allah swt. dalam QS Ali Imran/3: 97 :
     
       
      
      


10
Terjemahnya:
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka seseungguhnya Allah Maha Kaya(tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta alam.

SYARAT WAJIB HAJI


Haji memang suatu kewajiban bagi kaum muslim. Akan tetapi, ada
syarat-syarat tertentu yang telah ditentukan baik bagi pria dan wanita secara
umum, sampai syarat khusus bagi wanita. Syarat-syarat umum diantaranya:
1. Islam, artinya ibadah haji ini hanya diwajibkan untuk orang-orang
yang beragama Islam, dan tidak wajib bagi orang kafir. Jika orang
kafirmalakukan haji maka hajinya tidak sah, dan apabila menjadi
muallaf maka ia diwajibkan untuk melakukan haji ulang.
2. Baligh, umur dalam melakukan ibadah haji juga termasuk dalam
syaratsahnya haji. Bagi anak-anak yang belum masuk masa baligh
(dewasa)kemudian melakukan ibadah haji, maka hajinya tetap
dianggap sah dan mendapat pahala sunah. Apabila kelak sudah
dewasa maka ia diwajibkanuntuk kembali melakukan haji.
3. Berakal, orang yang tidak berakal, gila dan dungu tidak diwajibkan
untuk berhaji.
4. Mampu, tidak ada pembebanan haji bagi orang yang tidak mampu.
Mampu dalam hal ini meliputi: sehat jasmani (badan) dan ada dana
untuk menunaikan ibadah haji.
Adapun syarat-syarat khusus bagi perempuan yaitu pertama ada muhrim,
wanita yang hendak melakukan ibadah haji wajib didampingi oleh muhrimnya.
Kedua, ada teman wanita yang dipercaya. Ini harus terpenuhi jika sekiranya
wanita yang melakukan ibadah haji tidak didampingi oleh muhrim. Ketiga,
tidak dalam keadaan iddah. Wanita yang kondisinya dalam keadaan iddah
baik itu karena talak atau wafat tidak boleh melaksanakan ibadah haji.

RUKUN HAJI
Dalam melaksanakan ibadah haji terdapat rukun-rukun haji yang wajib
dilakukan, diantaranya:

11
1. Ihram, yang berarti larangan atau hal yang diharamkan. Menurut
syariat Islam, ihram adalah menetapkan niat untuk mengerjakan
ibadah haji dengan memakai
pakaian ihram dan dimulai dari
suatu tempat dan waktu yang
telah ditentukan, yang diistilahkan
dengan miqat. Penamaan ihram
ini sesuai dengan praktik
pelaksanaannya. Karena pada saat dimulainya haji sampai
berakhirnya ada hal-hal tertentu yang halal kemudian diharamkan
selama dalam proses mengerjakan rukun haji.
2. Wukuf, yaitu hadir di Padang Arafah pada tanggal 9 saat tergelincir
matahari sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijjah.
3. Tawaf, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, yang dimulai
dari Hajar Aswad atau yang dikenal dengan batu hitam yang
terletak di dalam Masjidil Haram dan Ka’bah disebelah kiri orang
yang melakukan tawaf.
4. Sa’i, yaitu berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah dengan
jarak ±400 meter sebanyak tujuh kali, Ini dilakukan sesudah tawaf.
5. Tahallul, yaitu menggunting atau mencukur rambut sekurang-
kurangnya tiga helai rambut. Bagi wanita menggunting ujung rambut
sepanjang jari, bagi pria disunnahkan mencukur habis. Sedangkan
untuk yang berkepala botak disunahkan untuk meletakkan gunting

atau pisau cukur di atas kepala.

12
LARANGAN DALAM HAJI
Ada beberapa larangan khusus bagi orang yang menunaikan ibadah haji
itu untuk pria maupun wanita, diantaranya:
1. Larangan khusus bagi kaum pria adalah memakai pakaian yang
berjahit dalam dalam melakukan ihram, memakai tutup kepala
selama dalam ihram, dan memakai sepatu yang menutupi mata
kaki selama proses ihram.
2. Larangan khusus untuk kaum wanita adalah tidak diperbolehkan
menutup muka dan tangan sewaktu melakukan ihram.
Adapun larangan secara umum berlaku untuk pria dan wanita yaitu:
1. Memotong dan mencabut kuku;
2. Memotong atau mencukur rambut kepala, mencabut bulu badan
dan lainnya, menyisir rambut kepala (karena dikhawatirkan
rambutnya rontok), mencabut bulu hidung dan sebagainya;
3. Memakai wangi-wangian pada badan, pakaian, rambut, kecuali
yang telah dipakai sebelum ihram;
4. Memburu ataupun membunuh binatang darat dengan cara apapun
selama dalam ihram;
5. Melaksanakan pernikahan, menikahkan orang lain, dan menjadi
wakil dalam akad nikah atau melamar;
6. Besenggama atau bercumbu; dan
7. Memotong, menebang, atau mecabut segala macam tumbuhan di
tanah haram.

KEUTAMAAN HAJI

13
Setiap ibadah haji yang disyariatkan jelas mempunyai hikmah-hikmah
tertentu. Hikmah dapat dibagi menjadi du bagian. Pertama, himah yang sifat
yang jelas dan terukur. Dalam kajian Ushul Fiqh, hikmah bentuk ini disebut
illat. Kedua, hikmah dalam betuk dorongan
atau tujuan, dimaksudkan Allah untuk mencari
kemanfaatan yang harus diambil dan
kemudharatan yang harus dihindari. Hikmah
seperti ini tidak nampak jelas nas dan
memerlukan pendalaman. Hikmah yang kedua
akan dijadikan tolak ukur dalam menilai
hikmah yang terkandug dalam ibdah haji. Pensyariatan ibadah yang terwujud
memlaui berbagai jenis gerakan dan ritual mempunyai banyak hikmah yang
dapat diambil sebagai I’tibar dari pelaksanaan ibadah haji:
1. Ibadah haji yang dialaksanakan dengan niat ikhlas, dan memenuhi
ketentuannya, Allah akan menghapuskan dosa orang yang
menunaikannya.
2. Melaksanakan ibadah haji dapat memperteguh dan memperbahrui
keimanan dan penolakan terhadap kemusyrikan. Orang yang
melaksanakan ibadah haji bisa mengambil pelajaran dari beratnya
perjuangan yang dilakukan nabi Ibrahim AS. dalam menegakkan
kalimat Allah dan memabngun Ka’bah. Disamping menyaksikan
tempat-tempat bersejarah yang menjadi symbol perjuangan Nabi
Muhammmad SAW.
3. Ibadah haji pada mulanya dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS.
Membawa keyakinan tentang adanya neraca keadilan Ilahi dalam
kehidupan ini, puncaknya diperoleh setiap makhluk pada hari
kebangkitan.

14
4. Mempertebal rasa sabar dan meningkatkan ketaatan terhadap
ajaran-ajaran agama. Selama perjalanan melaksanakan ibdah haji
dirasakan betapa berat perjuangan yang dihadapi untuk
mendapatkan ridha Allah.
5. Meningkatkan rasa syukur yang sedalsm-dalamnya atas segala
karunia Allah SWT, sehingga meningkatkan pengabdian kepada
Allah.
6. Haji merupakan konggres tahunan umat Islam yang dimanfaatkan
sebagi sarana memupuk kesatuan dan persatuan umat.
7. Kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan yang universal dapat
dirasakan selama ibdah haji dilakukan. Melaui ibdah haji, terbuka
kesempatan seluasluasnya untuk saling bertukar pikiran yang
diabngun atas dasar nilai-nilai kemanusiaan yang unversal. Wujud
persamaan itu nampak jelas dalam khutbah Nabi SAW saat haji
wada’, (a) persamaan; (b) keharusan memelihara jiwa dan
kehormatan orang lain; (c) larangan melakukanpenindasan atau
pemerasan terhadap kaum lemah, baik dibidang ekonomi maupun
bidang-bidang lainnya.
8. Dari segi ekonomi, ibdahg haji memberikan manfaat yang besar lagi
perkembangan ekonomi umat Islam.
9. Dalam ibadah haji, khususnya semenjak dikenakan pakaian ihram,
terdapat sejumlah larangan yang harus diperhatikan jamaah.
Mereka tidak boleh berburu, melakukan pembunuhan,
menumpahkan darah, dan mencabut pepohonan. Ini merupakan
pelajaran berharga bahwa manusia berfungsi memelihara
lingkungan sebagi pelindung makhluk Allah SWT., serta memberi
kesempatan seluas mungkin untuk mencapai tujuan penciptaannya.

15
Manusia dilatih untuk menjalankan fungsi penyevar rahmat bagi
makhluk yang ada di muka bumi ini. Jamaah haji dilarang
menggunakan wewangian, bercumbu, kawin, berhiasa. Supaya
mereka sadar bahwa manusia bukan hanya materi semata-mata,
birahi, bahwa hiasan yang dinilai di sisi Allah adalah ketaqwaan.
Bila digali lebih dalam, semakin banyak ditemukan hikmah-hikmah
lainnya dari pelaksanaan ibadah haji.

MANFAAT IBADAH HAJI


Maksud berkumpulnya manusia pada musim haji bukan hanya untuk
melakukan thawaf atau wukuf saja, tapi lebih dari itu. Sebagaimana bunyi
ayat di atas yang secara jelas menyatakan agungnya manfaat ibadah haji,
yang diungkapkan dengan redaksi "Al-Manafi'" (beberapa manfaat). Beberapa
manfaat tersebut merupakan hikmah haji yang bersifat umum dan mutlak,
tidak dibatasi dengan segala sesuatu yang parsial. Hikmah haji mencakup
manfaat yang dirasakan oleh setiap individu dan golongan serta berpengaruh
positif bagi mereka. Di antara beberapa manfaat itu adalah:
1. Menyucikan hati dan mendekatkan diri pada Allah
2. Pertukaran ilmu dan peradaban
3. Sebagai pusat peribadatan dan dakwah Islamiyah yang toleran,
4. Menyatukan keanekaragaman karakter umat Islam dalam satu
pakaian,
5. Penyadaran diri terhadap prinsip perlindungan kebebasan dan
kemerdekaan individu dan lain sebagainya.
Sebenarnya banyak sekali manfaat yang dapat dipetik dari haji,
tergantung dari persepsi mana kita melihatnya dan situasi serta kondisi setiap
orang. Satu hal penting dibalik redaksi al-anafi' adalah seruan untuk

16
berpegang teguh kepada agama Allah sebagai pedoman dasar kehidupan
dan menyatukan visi keagamaan dan Keimanan.

RANGKUMAN
1. Menurut bahasa haji berasal dari bahasa Arab ‫ خحال‬yang berarti ‫ىال دصفال‬
‫ مظعم‬ziarah atau berkunjung. Sedangkan menurut istilah syara’ haji adalah
berkunjung atau berziarah ke Ka’bah yang berada di Mekkah al –Mukaramah
untuk melakukan ibadah kepada Allah swt. dengan melakukan tata cara
pelaksanaan ibadah haji yang telah ditentukan secara berurutan, dimulai dari
ihram, thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, melontar
jumarat dan terakhir melakukan tahalul
2. Ibadah haji dikumandangkan Ibrahim as. sekitar 3600 tahun lalu. Sesudah
masa beliau, praktek-prakteknya sedikit atau banyak telah mengalami
perubahan, tetapi kemudian diluruskan kembali oleh Muhammad saw.
3. Semua ulama sepakat dengan jalan Ijma’ bahwa hukum haji wajib bagi semua
umat Islam, baik itu laki-laki mampun bagi perempuan. Pelaksanaan haji ini
hanya sekali seumur hidup bagi orang-orang yang mampu (isthitho’ah).
4. Syarat-Syarat Ibadah Haji sebgai berikut
a. Islam
b. Baligh
c. Berakal
d. Mampu, tidak ada pembebanan haji bagi orang yang tidak mampu. Mampu
dalam hal ini meliputi: sehat jasmani (badan) dan ada dana untuk
menunaikan ibadah haji.
e. Adapun syarat-syarat khusus bagi perempuan yaitu pertama ada muhrim
Kedua, ada teman wanita yang dipercaya. Ketiga, tidak dalam keadaan
iddah. Wanita yang kondisinya dalam keadaan iddah baik itu karena talak
atau wafat tidak boleh melaksanakan ibadah haji.
5. Rukun-rukun Ibadah Haji
a. Ihram
b. Wukuf, yaitu hadir di Padang Arafah pada tanggal 9 saat tergelincir
matahari sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijjah.
c. Tawaf, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, yang dimulai dari
Hajar Aswad atau yang dikenal dengan batu hitam yang terletak di dalam
Masjidil Haram dan Ka’bah disebelah kiri orang yang melakukan tawaf.
d. Sa’i, yaitu berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah dengan jarak
±400 meter sebanyak tujuh kali, Ini dilakukan sesudah tawaf.
e. Tahallul, yaitu menggunting atau mencukur rambut sekurang-kurangnya
tiga helai rambut. Bagi wanita menggunting ujung rambut.

17
Latihan Soal

1. Rukun Islam terdiri dari lima perkara salah satunya adalah haji, ibadah haji
tercantum pada rukun Islam yang keberapa ?
2. Ibadah haji telah lama di laksanakan sebelum Nabi Muhammad Saw, Nabi
yang pertama kali menjalakannnya adalah ?
3. Apa pengertian ibadah haji ?
4. Sebutkan syarat-syarat wajib ibadah Haji ?
5. Sebutkan Rukun-rukun ibadah haji ?
6. Di dalam pelaksaan Ibadah Haji ada Ritual lari-lari kecil antara Safa dan
Marwah, ritual itu disebut ?
7. Pada saat pelaksanaan Haji terdapat Rukun yang mengharuskan Jamaah
haji untuk Wukuf di Arafah, pada ritual ibadah haji ini di laksanakan pada
tanggal dan bulan berapa ?
8. Rukun haji yang di lakukan mengelilingi Ka’bah disebut ?
9. Larangan yang tidak diperbolehkan wanita pada saat melakukan ihram
adalah ?
10. Jelaskan Hukum Ibadah haji yang tertera pada Alquran Surah Al-Imran
ayat 97 ?

18
GLOSARIUM

Arafah : Padang, Bukit


Baitullah : Nama Lain dari Ka’bah
Baligh : masa pubertas, orang dewasa, tahap kedewasaan
Dzulhijjah : Nama bulan hijriyyah
Fiqh : Hukum
Hukum : Peraturan
Ihram : keadaan seseorang yang telah berniat untuk melaksanakan ibadah haji
Muhrim : orang yang haram untuk di nikahi
Rukun : Dasar
Sai : merupakan kegiatan berjalan atau lari kecil 7 kali dari bukit safa ke bukit marwah
Syariat : Aturan Islam
Tahallul : Mencukur 3 helai rambut
Tawaf : Kegiatan mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali
Wukuf : Berhenti, Beristirahat dari segala kegiatan dan kesibukan di padang Arafah

19
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim

Cahyani, Intan. 2019. Pelaksanaan Haji Melalui Penerapan Formal dalam Peraturan
Haji di Indonesia. Makassar, Jurnal UIN Alauddin.

Madjid, Ahmad. 2004. Seluk-Beluk Haji dan Umroh. Surabaya, Mutiara Ilmu.

Munawar, Agil. 2003. Fikih Haji: Penuntun Jamaah Mencapai Haji Mabrur. Jakarta,
Penerbit Ciputat Press

20
BIODATA PENULIS

MU MUH.ILHAM.H _ Lahir di

Pinrang, 9 Juni 1997.

Menyelesaikan program studi

strata satu di bidang

ManagemenDakwah di Institut
Agama Islam Negeri Parepare

(2020), dan saat ini melanjutkan

studi jurusan Pendidikan Agama Islam Berbasis IT di

kampus yang sama yakni IAIN Parepare. Moto : Tidak

harus terkenal untuk bias hidup dan tidak harus kaya

untuk bias hidup.

21
22

Anda mungkin juga menyukai