Anda di halaman 1dari 19

LEMBAR KERJA

Lembar Kerja ini Disusun Guna Memenuhi Laporan Praktikum Mata Kuliah
Biokimia dan Biofisika Kesehatan

Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surakarta

Tahun Pelajaran 2016/2017

Dosen Pembimbing : Dwi Retna P, S.SiT, Msi. Med

Nama : Rana Mahdia

No. Absen : 33 (Tiga Puluh Tiga)

Kelas : D-IV Reguler A Semester 2

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2016/2017
A. VAKUM EKSTRAKSI

1. Pengertian
 Menurut Saifudi (2002) : Vakum Ekstraksi adalah tindakan obstetrik yang
bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi ibu dan
ekstraksi pada bayi.
 Menurut Sarwono; Ilmu Kebidanan; 831 : Vakum Ekstraksi adalah suatu
persalinan buatan dengan prinsip anatara kepala janin dan alat penarik
mengikuti gerakan alat vacum ekstraktor.

 Ekstraksi Vakum adalah tindakan obstetrik operatif untuk melahirkan kepala


janin dengan menggunakan “mangkuk hampa udara” yang ditempelkan pada
kulit kepala janin dari seorang parturien yang masih memiliki tenaga meneran.

 Menurut Standar Pelayanan Kebidanan;60 : Ekstraksi Vacum adalah suatu


tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat persalinan pada
keadaan tertentu dengan menggunakan vacum ekstraktor.

2. Indikasi Vakum Ekstraksi

a. Indikasi Ibu :

 Power Ibu Menurun


tanda: frekuensi his semakin menurun, nadi ibu cepat > 100 x/mnt,
nafas cepat > 40x/mnt

 Decom Tingkat I
tanda: sesak nafas yang dialami ibu setelah ibu mengejan.

 Tekanan Darah Naik


tanda: ibu pusing, ada kenaikan tekanan sistole dan diastole
 Tidak Kuat Mengejan
tanda : penurunan kepala janin statis, saat ibu mengejan dua kali kepala
tidak mengalami penrunan.

 Adanya Kenaikan Suhu


tanda : suhu naik lebih dari normal, > 37,5

b. Indikasi Janin

 Gawat Janin
tanda : denyut jantung janin 160x/mnt

c. Indikasi Waktu

 Kala II Memanjang
tanda : pada primiperalin kala II > 2 jam, pada multi > 1 jam.

3. Kontraindikasi Vakum Ekstraksi

 Ibu : ibu yang menderita ruptureuteri membakat, ibu yang tidak boleh
mengejan, CPD.

 Janin : mal presentasi kepala janin (dahi, muka, bokong, puncak kepala),
kepala menyusul, bayi premature, gawat janin, capursuccedaneum yang
sudah besar.

4. Syarat ekstraksi vakum

 Janin diperkirakan dapat lahir pervaginam.

 Pembukaan sekurang - kurangnya 7 cm ( idealnya adalah dilatasi lengkap ).

 Penurunan kepala >station 0 ( idealnya adalah setinggi Hodge III + ).

 Selaput ketuban negatif.

 Harus ada kekuatan meneran ibu dan kontraksi uterus (HIS ) .

5. Alat ekstraksi vakum:

1. Cawan penghisap ( cup )


2. Terdiri dari 3 ukuran :
1. 50 mm
2. 60 mm
3. 70 mm
3. Botol penghisap
4. Pompa penghisap

 Pemilihan ukuran cawan penghisap disesuaikan dengan dilatasi servik ; pada


dilatasi servik yang sudah lengkap biasanya dipasang ukuran yang terbesar
(70 mm).
 Pada sisi belakang cawan penghisap terdapat “ marker “ sebagai penuntun
gerakan rotasi dalam dan dipasang pada posisi jam 12.
 Pada penampang melintang cawan penghisap terlihat adanya rantai yang
merupakan alat pengaman agar cawan tidak mudah terlepas dari “pegangan”
saat melakukan traksi.

Diagram mangkuk penghisap

cawan penghisap

6. Prinsip ekstraksi vakum :

Membuat suatu caputsuccadeneumartifisialis dengan cara memberikan tekanan


negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum.
CaputSuccadeneum

Pemasangan cawan penghisap dalam keadaan miring

Pemasangan cawan penghisap :

1. Setelah persiapan operator dan atau pasien selesai serta peralatan sudah
dipersiapkan dengan baik.
2. Labia dibuka dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri dari arah atas.
3. Cawan penghisap yang sudah dilumuri dengan jelly dimasukkan jalan lahir
secara miring dengan menghindari urethra dan klitoris.
4. Cawan penghisap diputar 900 dan ditempatkan tepat pada permukaan kulit
kepala dengan posisi menjauhi ubun-ubun besar.
5. Buat tekanan vakum dalam cawan penghisap dengan memompa sampai 0.2
kg/cm2 sebagai tekanan awal.
6. Pastikan bahwa cawan penghisap terpasang dengan baik dan tidak ada
bagian jalan lahir atau sisa selaput amnion yang ikut terjepit
7. Setelah 2 menit, naikkan tekanan negatif sampai 0.7 – 0.8 kg/cm2 dengan
kecepatan 0.2 kg/cm2 setiap 2 menit.
8. Penilaian ulang untuk melihat adanya bagian jalan lahir yang terjepit.
9. Traksi percobaan untuk melihat apakah ekstraksi vakum sudah berfungsi
dengan baik.
10. Traksi sesuai dengan derajat desensus sampai lahirnya kepala janin.
11. Cawan penghisap dilepas dan sisa tubuh anak dilahirkan dengan cara
sebagaimana lazimnya.

Ekstraksi Vakum Pada Posisi Occiput Anterior

Pemasangan cawan pada sutura sagitalis menjauhi ubun-ubun besar

Posisi awal, arah traksi horisontal sampai kepala nampak dibawah simfisis.
Cara melakukan traksi

7. Kriteria Kegagalan Ekstraksi Vakum :

1. Cawan penghisap terlepas lebih dari 3 kali saat melakukan traksi dan hal ini
biasanya terjadi oleh karena :
1. Tenaga vakum terlampau rendah (seharusnya -0.8 kg/cm2) oleh karena
kerusakan pada alat atau pembentukan caputsuccedaneum yang
terlampau cepat ( < 0.2 kg/cm2 per 2 menit)
2. Terdapat selaput ketuban atau bagian jalan lahir yang terjepit diantara
cawan penghisap dengan kepala anak.
3. Saat melakukan traksi : kedua tangan penolong tidak bekerja secara
harmonis, traksi dengan arah yang tidak tegak lurus dengan bidang cawan
penghisap atau traksi dilakukan dengan tenaga yang berlebihan.
4. Terdapat gangguan pada imbang sepalopelvik (CPD)
2. Setelah dilakukan traksi selama 30 menit, janin belum dapat dilahirkan.

8. KOMPLIKASI

a. Pada Ibu :

 Perdarahan
 Infeksi jalan lahir
 Trauma jalan lahir
b. Pada anak :

 Ekskoriasi dan nekrosis kulit kepala


 Cephalhematoma
 Subgalealhematoma
 Perdarahan intrakranial
 Perdarahan subconjuntiva, perdarahan retina
 Fraktura klavikula
 Distosia bahu
 Cedera pada syaraf cranial ke VI dan VII
 Erbparalysa
 Kematian janin

9. Keunggulan ekstraktor vakum dibandingkan ekstraksi cunam :

1. Tehnik pelaksanaan relatif lebih mudah


2. Tidak memerlukan anaesthesiageneral
3. Ukuran yang akan melewati jalan lahir tidak bertambah (cawan penghisap
tidak menambah ukuran besar bagian anak yang akan melwati jalan lahir)
4. Trauma pada kepala janin relatif rendah

10. Kerugian ekstraktor vakum dibandingkan ekstraksi cunam :

1. Proses persalinan membutuhkan waktu yang lebih lama.


2. Tenaga traksi pada ekstraktor vakum tidak sekuat ekstraksi cunam.
3. Pemeliharaan instrumen ekstraktor vakum lebih rumit.
4. Ekstraktor vakum lebih sering menyebabkan icterusneonatorum.

11. Berbagai rekomendasi berkaitan dengan tindakan ekstraksi vakum :

1. Klasifikasi persalinan dengan ekstraksi vakum hendaknya menggunakan


klasifikasi yang sama dengan ekstraksi cunam.
2. Indikasi dan kontraindikasi yang dipakai dalam ekstraksi cunam hendaknya
juga digunakan pada ekstraksi vakum.
3. Ekstraksi vakum tidak boleh dilakukan pada kepala yang masih belum
engage atau diatasstation 0.
4. Operator hendaknya memiliki pengalaman yang cukup dalam menggunakan
peralatan ekstraksi vakum.
5. Operator harus segera menghentikan usaha persalinan pervaginam dengan
ekstraksi vakum bila cawan penghisap terlepas sampai 3 kali saat melakukan
traksi.

B.SUCTION

1. Pengertian
            Suction ( Penghisapanlender ) merupakan tindakkan penghisapan
yang bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan
terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan
secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya
sendiri. Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan
nafas dengan menggunakan alat via mulut, nasofaring, atau trakeal.
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk
mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses
pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret pada klien
yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.  ( Ignativicius, 1999 ).
Suction adalah suatu tindakan untuk membersihkan jalan nafas
dengan memakai kateter penghisap melalui nasotrakeal
tube (NTT), orotraceal tube(OTT), traceostomy tube (TT) pada saluran
pernafasa bagian atas. Bertujuan untuk membebaskan jalan nafas,
mengurangi retensi sputum, merangsang batuk, mencegah terjadinya infeksi
paru. Prosedur ini dikontraindikasikan pada klien yang mengalami kelainan
yang dapat menimbulkan spasme laring terutama sebagai akibat
penghisapan melalui trakea gangguan perdarahan, edema laring, varises
esophagus, perdarahan gaster, infarkmiokard (Elly, 2000).

2. Tujuan
1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
2.  Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
3.  Mendapatkan sampel / karet untuk tujuan diagnose

3. Prinsip
Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring, trakeal
dan bronki.

4. Komplikasi
a.       Hipoksia
b.      Trauma jaringan
c.       Meningkatkan resiko infeksi
d.      Stimulasi vagal dan bronkospasma

5. Kriteria
a. Kelengkapan alat penghisaplender dengan ukuran slang yang tepat
b. Menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu klien
c. Menggunkan slang penghisap lendir yang lembut
d. Penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan intermitten
e. Observasi tanda-tanda vital

6. Indikasi
1. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan secret
dengan mengeluarkan atau menelan.
2. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai
terdengar suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya
suara crakels atau ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernafasan
meningkat, ditemukannya mucus pada alat bantu nafas.
3. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan
secret oral.

7. Persiapan
1. Lingkungan
a. Penjelasan pada kleuarga
b. Pasang skerem/ tabir
c.  Pencahayaan yang baik

2. Klien

a.  Penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan


b.  Atur posisi klien :
1. Klien sadar : posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi (oral suction) dan
posisi fowler dengan leher  ekstensi (nasal suction)
2. Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral menghadap
pelaksana tindakan (oral/nasal suction)

3. Alat-alat :

1. Regulator vakum set


2. Kateter penghiap steril sesuai ukuran
3. Air steril/ normal salin
4. Hanscoon steril
5. Pelumas larut dalam air
6. Selimut/ handuk
7. Masker wajah
8. Tong spatel k/p
Manometer suction

Kateter suction

C.ECG / EKG (Elektrokardiogram)


1. Pengertian
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas
listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung
yang diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini
digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kodisi jantung dari pasien.
Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf.

2. Fungsi Elektrokardiogram ( EKG )


Hal-hal yang dapat diketahui dari pemeriksaan EKG adalah :
 Denyut dan irama jantung
 Posisi jantung di dalam rongga dada.
 Penebalan otot jantung (hipertrofi).
 Kerusakan bagian jantung.
 Gangguan aliran darah di dalam jantung.
 Pola aktifitas listrik jantung yang dapat menyebabkan gangguan irama
jantung

3. Teknik monitoring EKG


Berikut ada 2 teknik dari 4 teknik macam teknik monitoring EKG yang sering
digunakan yaitu :
1.    Teknik monitoring standar ekstremitas (metoda Einthoven) atau standard
limb leads Dalam menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat monitoring
EKG yakni :
a)    Lead I dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda
positif dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif. Sudut
orientasi 0º
b)   Lead II dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif
dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif. Sudut orientasi 60º

c)    Lead III dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda
positifdan lengan kiri (LA- left arm) elektroda negatif. Sudut orientasi 120º
2.    Teknik monitoring tambahan atau augmented limb leadsDalam
menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat monitoring EKG yakni :
a)    aVL dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda positif
dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut
orientasi -30º
b)    aVR dibentuk dengan membuat lengan kanan (RA- right arm) elektroda
positif dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut
orientasi -150º
c)    aVF dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif dan
anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut orientasi
+90º  monitoring EKG prekordial/ dada atau standard chest leads
monitoring EKG.

4. Karakteristik dan parameter - parameter dalam Elektrokardiogram


Sinyal EKG terdiri dari gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T
(diperlihatkan pada gambar di bawah ini digunakan untuk mendeteksi
kelainan jantung atau aritmia (arrythmia). Urutan terjadinya sinyal EKG yang
dapat menimbulkan gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T adalah
sebagai berikut :
1. Setiap siklus kontraksi dan relaksasi jantung dimulai dengan depolarisasi
spontan pada nodus. Peristiwa ini tidak tampak pada rekaman EKG
2. Gelombang P merekam peristiwa depolarisasi dan kontraksi atrium (atria
contract). Bagian pertama gelombang P menggambarkan aktivitas atrium
kanan; bagian kedua mencerminkan aktivitas atrium kiri

Setelah mendapatkan sinyal EKG, denyut jantung (HR- heart rate) dapat


dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini :

Dengan Interval_RR = Jarak antara gelombang R dengan gelombang R


lainnya yang berdekatan terukur dalam satuan waktu (sekon) HR = Besar
denyut jantung yang dalam satuan beat per minute (BPM)
Alat/untuk kabel elektroda kaki

Kabel let/elektroda dada


5.Posisi penempatan kabel ECG pada dada manusia :

1. Pada posisi V1 terletak di intercosta ke-4, sternum sebelah kanan


2. Pada posisi V2 terletak di intercosta ke-4, sternum sebelah kiri
3. Posisi V3 terletak antara posisi V2 dan V4
4. Posisi V4 terletak sejajar dengan intercosta V-5
5. Posisi V5 terletak di garis aksila depan sejajar agak keatas dari V4
6. Posisi V6 terletak sejajar dengan V5 antara pertengahan ketiak
Mesin ECG/EKG

Contoh hasil dari penggunaan mesin ECG/EKG


KESIMPULAN

1. Ekstraksi Vakum adalah tindakan obstetrik operatif untuk melahirkan kepala


janin dengan menggunakan “mangkuk hampa udara” yang ditempelkan pada
kulit kepala janin dari seorang parturien yang masih memiliki tenaga meneran.

2. Suction ( Penghisapanlender ) merupakan tindakkan penghisapan yang


bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan
terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan
secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya
sendiri. Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan
nafas dengan menggunakan alat via mulut, nasofaring, atau trakeal.
3. Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas
listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung
yang diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini
digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kodisi jantung dari pasien.
Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf.

Contoh Alat Vakum Ekstraksi :

Contoh Alat Suction :


Contoh Alat/Mesin ECG/EKG :

Anda mungkin juga menyukai