Anda di halaman 1dari 4

Nama : Maria Esaura Ayu Utomo

NIM : 22.M1.0035
Progdi : Ilmu Komunikasi

1.
A. Bentuk bentuk pemikiran filsafat

1. Berpikir Kritis

Sesuai dengan pernyataan di atas, bahwa berpikir filsafat itu artinya berpikir kritis.
Dalam menghadapi sebuah persoalan, biasanya akan ditanggapi dengan kritis.
Untuk contoh penerapannya yaitu misal terdapat sebuah binatang semut. Otak
manusia akan berpikir kenapa bisa ada semut, apakah semut bisa berbicara, atau
bisa juga berpikir berapa jumlah semut.

2. Berpikir Radikal

Dalam berpikir filsafat, juga terkadang ada yang bisa sampai radikal. Arti radikal
di sini adalah membahas suatu masalah sampai dasarnya. Contoh filsafat dalam
kehidupan sehari-hari dalam hal ini banyak sekali. Contohnya yaitu ketika sedang
ada perbedaan pendapat, tentunya harus dibahas sampai ke akar permasalahan.
Bagaimana untuk menyatukan pendapat tanpa perpecahan.

3. Berpikir Reflektif

Manusia juga kadang dituntut untuk bisa berpikir secara reflektif. Bisa juga
diartikan dengan melihat kemampuan diri sendiri. Apabila sedang dihadapkan
dengan dua pilihan yang sulit. Manusia harus mempertimbangkannya satu-satu,
mana yang baik serta buruk. Selain itu, harus disesuaikan juga kemampuan diri
sendiri. Supaya, tidak ada kendala di tengah jalan.

4. Berpikir Logis

Di dalam hidup ini juga harus berpikir logis serta rasional supaya mendapat solusi
yang tepat. Apabila terjadi sebuah permasalahan yang di luar nalar sebisa mungkin
tetap diselesaikan dengan logis. Misal sedang sakit parah, lantas jangan langsung
dihubungkan dengan gaib. Melainkan, bawa dahulu ke dokter dan ketahui
penyebab yang rasional.

5. Bertindak dengan Koheren

Untuk menciptakan kehidupan yang sistematis serta tertata, manusia juga harus
bertindak dengan koheren. Arti koheren di sini adalah bisa bertindak dengan rapi
serta sesuai dengan urutan. Jadi, hidup tidak akan berantakan serta lebih tertata
lagi. Misal, jadwal kegiatan untuk hari esok sebaiknya sudah dijadwal di hari
sebelumnya.

B. Pemikiran filsafat berdasarkan watak dan fungsinya sebagaimana yang


dikemukakan Titus, Smith dan Nolan
Titus, Smith dan Nolan memberikan definisi filsafat berdasarkan watak dan
fungsinya yaitu:
Pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan
dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan
sikap yang sangat dijunjung tinggi (arti formal).
Ketiga, filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan (arti
komprehensif).
Keempat, filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata
dan konsep (arti analisis linguistik).
Kelima, filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian
manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat (arti aktual-fundamental).
2.
1. Kearifan Lokal Sila ke-1 tentang Ketuhanan
Walaupun beragam, berbeda-beda dalam setiap manusia atau umat memeluk
agama. Namun tetap rukun dimana pun berada, baik di desa, kota. 
Tidak hanya itu, bentuk kearifan lokal yang terkait dengan Ketuhanan yaitu dalam
bentuk lain adalah akulturasi maupun penyatuan praktik
Serta ritual keagamaan dan kebudayaan masyarakat setempat sebagai budaya lokal.
Seperti misalnya contoh kearifan lokal sila ke-1 dalam hal upacara selamatan.
Tumpengan yaitu merupakan akulturasi budaya Jawa yang dengan keinginan untuk
mengucap syukur dalam Agama Islam bagi pemeluknya tersebut.
2. Kearifan Lokal Sila ke-2 tentang Kemanusiaan
Contohnya adalah gotong royong, kerja bakti, dalam membangun rumah ibadah,
tempat ibadah, atau dalam hal memperbaiki jalan untuk kepentingan bersama
masyarakat.
3. Kearifan Lokal Sila ke-3 tentang Persatuan
Misalnya contoh mengenai budaya lokal di dalam sistem kekerabatan masyarakat
yang mana dapat menyatukan orang dan keluarga besar dalam satu kelompok
sosial di masyarakat. 
Yaitu berupa etnis, suku, marga, klan dan sejenisnya. 
4. Kearifan Lokal Sila ke-4 tentang Demokrasi atau Musyawarah
Contoh budaya yang mengandung nilai Pancasila untuk sila ke-4 mengenai
demokrasi yang identik dengan musyawarah. 
Dimana kearifan lokal ini seperti halnya pemilihan kepala desa, kepala suku,
kepala kelompok, atau pun memilih pemimpin dalam komunitas masyarakat. 
Yang mana dilakukan dengan musyawarah mufakat. 
Dengan demikian, setiap warga masyarajat berhak dalam menyampaikan
pandangan dan masukannya mengenai pendapat tentang topik yang sedang dibahas
tersebut.
5. Kearifan Lokal Sila ke-5 tentang Keadilan
Misalnya contoh pada sistem pengairan suba yang terdapat pada masyarakat di
Bali. 
Dimana pada sistem keadilan ini di suatu desa menjaga air agar irigasi bisa
didistribusikan secara adil kepada antara para petani yang ada di desa tersebut.
3. Dalam sejarah kontemporer Indonesia, sosok Sultan Hamid II -yang pernah
menjabat menteri negara dalam Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) pertama-
barangkali termasuk kategori yang kalah.

Jasanya dalam merancang lambang negara Indonesia, burung Garuda Pancasila,


seperti dilupakan begitu saja setelah dia diadili dan dihukum 10 tahun penjara
terkait rencana kudeta oleh kelompok eks KNIL pimpinan Kapten Westerling pada
1950.
"Dia dilupakan, karena dituduh terlibat peristiwa Westerling, termasuk ingin
membunuh Sultan Hamengkubowo (Menteri Pertahanan saat itu)," kata sejarahwan
Taufik Abdullah kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Selasa (02/06).

Pada 22 Januari 1950, sekitar 800 orang pasukan KNIL pimpinan Westerling
menduduki sejumlah tempat penting di Bandung, setelah menghabisi 60 orang
tentara RIS. Mereka kemudian berhasil diusir dari Bandung.
Di Jakarta, empat hari kemudian, pasukan Westerling hendak melanjutkan kudeta,
tetapi berhasil digagalkan karena lebih dulu bocor. Disebutkan, pasukannya
berencana membunuh beberapa tokoh Republik, termasuk Menteri Pertahanan
Sultan Hamengkubuwono IX.

Dalam buku Nationalism dan Revolution in Indonesia (1952), George Mc Turnan


Kahin, menulis setelah upaya kudeta itu digagalkan, temuan pemerintah RIS
menyimpulkan Sultan Hamid "telah mendalangi seluruh kejadian tersebut, dengan
Westerling bertindak sebagai senjata militernya."
Walaupun membantah terlibat dalam kasus itu, pengadilan menyatakan dirinya
bersalah. Kemudian dia dihukum penjara sepuluh tahun.
"Di situlah namanya habis. Dia dianggap pengkhianat," kata Taufik Abdullah.

Anda mungkin juga menyukai