A. Morfologi Kapas
Kerajaan : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotylledoneae
Ordo : Malvaceae
Genus : Gossypium
Spesies : Gossypium hirsutum. Sp
Akar tanaman kapas umumnya dikembangbiakkan dari biji. Pada waktu berkecambah calon
akar tunggang tumbuh lebih dahulu masuk ke dalam tanah, diikuti oleh keping biji. Kapas
mempunyai akar tunggang yang panjang dan dalam tergantung pada umur, besarnya tanaman,
aerasi, dan stuktur tanah. Akar tunggang sering lebih panjang daripada tanamannya sendiri. Dari kar
tunggang akan tumbuh akar-akar cabang. Akar cabang akan bercabang-cabang lagi, dan membentuk
akar-akar rambut, (Vinolia, 2012).
Buah pada tanaman pas terbentuk setelah terjadi penyerbukan oleh benang sari ke putik.
Buah yang masak akan retak dan terbuka. Kebanyakan buah terdiri dari 3 ruang dan kadang-kadang
4-5 ruang. Bentuk dan besar serta warna buah berbeda-beda ada yang bulat telur,bulat, dan ada
yang segi tiga. Warna buah ada hijau muda, hijau gelap berbintik-bintik yang mengandung kelenjar
minyak, (Anonim, 2012).
Biji dan Serat yang terdapat di dalam kotak buah secara teratur.Tiap ruang buah terdapat
dua baris biji dan rata-rata setiap ruang biji terdiri dari 9 biji.Bentuk biji bulat telur, berwama cokelat
kehitaman. Kulit luar biji ada yang berserat dan ada yang tidak. Serat ini melapis ikulit biji sangat
pendek, ada yang tebal dan halus, atau tebal dan kasar, tipisserta halus. Serat melekat erat pada
biji, berwama putih atau krem ada pulayang berwama keabu-abuan. Serat disebut "fuzz" (kabu-
kabu). Biji kapas tidak hanya dilapisi kabu-kabu, tetapi di luarnya terdapat lapisan serabut yang
disebut serat kapas (kapas). Kulit biji menebal membentuk lapisan serat berderet pada kulit bagian
dalam. Pemanjangan serat berlangsung sekitar 13-15 hari. Pada waktu buah masak kulit buah retak
dankapasnya atau seratnya menjadi kering dan siap dipungut. Bagian serat terpanjang terdapat pada
puncak biji, (Taufik, 2011).
Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat
dipintal menjadi benang dan ditenunmenjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut
sebagai katun (benang maupun kainnya), (Anonim, 2014)..
Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kotor
(bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam(lilin), dan lain-lain residu
disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa
sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun
disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan
menyejukkan di kala panas (menyerap keringat), (Anonim, 2014).
“Trans” = pindah “Genic”= gen. Transgenik adalah individu yang mendapat pindahan gen
dari donor dan gen itu berekspresi padanya. Prinsip teknologi transgenik adalah pemindahan satu
atau beberapa gen, yaitu potongan DNA yang menyandikan sifat tertentu, dari satu makhluk hidup
ke makhluk hidup lainnya.Dengan demikian, suatu tanaman yang tadinya tidak mempunyai sifat
tertentu dapat direkayasa sehingga memiliki sifat tersebut. Salah satu bentuk hasil rekayasa genetis
pada kapas transgenik adalah Kapas tahan kekeringan.
Kapas tahan kekeringan ini dihasilkan untuk menghadapi fenomena pemanasan global yang
akan menyebabkan terjadinya musim kering yang berkepanjangan. Varietas kapas transgenik yang
diperoleh memberikan ketahanan terhadap kekeringan karena memiliki aktivitas V–H+-PPase yang
lebih tinggi. Selain itu kapas transgenik yang dihasilkan juga menunjukkan pertumbuhan tunas dan
akar lebih baik, kandungan klorofil yang lebih tinggi, efiensi fotosintesa yang lebih tinggi, dan
kerusakan membran sel yang lebih rendah. Hal tersebut berakibat pada peningkatan produktivitas
40-51%.
Respon tanaman terhadap kekeringan dimulai dengan diterimanya signal-signal atau stres
yang mampu menginisiasi siklus-siklus transduksi dalam tanaman yang menyebabkan berbagai
perubahan fisiologi. Mekanisme ketahanan tanaman terhadap kekeringan dibedakan menjadi tiga
kategori, yaitu ‘drought escape’ atau lolos dari kekeringan, ‘dehydration postponment’ atau
penundaan terhadap proses dehidrasi, dan ‘dehydration tolerance’ atau toleransi terhadap proses
dehidrasi.
Pada saat terjadi kekeringan, akan terjadi perubahan metabolisme dalam akar tanaman yang
menghasilkan signal-signal biokimia pada tunas dan secara otomatis menyebabkan penurunan
kecepatan tumbuh, konduksi stomata, fotosintesis, dan tekanan osmotik dalam jaringan sel
tanaman. Salah satu mekanisme alami yang melindungi sel-sel tanaman dari ancaman kekeringan,
salinitas, suhu reah dan faktor stres lainnya adalah akumulasi asam amino dan amida, serta gula
yang berperan dalam meningkatkan tekanan osmotik sel. Akumulasi asam amino asparagin, prolin
dan arginin dalam sel tanaman kapas meningkat sebagai reaksi terhadap suhu tinggi dan defisiensi
air. Aspek-aspek tersebut merupakan indikator terjadinya perubahan metabolisme nitrogen.
Peningkatan prolin selain berkorelasi dengan defisiensi air, juga berkorelasi dengan salinitas.
Berkaitan dengan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, dengan mempertahankan potensial air
dalam sel-selnya, genotipa-genotipa kapas toleran terhadap kekeringan mampu mempertahanan
laju fotosintesa, tingkat konduksi stomata, dan kandungan air sel seperti pada kondisi tanpa
cekaman. Berkaitan dengan tingkat konduksi stomata, seleksi aksesi kapas untuk ketahanan
kekeringan dapat dilakukan dengan mengobservasi tingkat konduksi stomata yang rendah yang
berkaitan dengan potensi produksi yang rendah pula.
Ketahanan tanaman terhadap kekeringan secara umum dipengaruhi oleh hormon ABA yang
berperanan dalam mediasi pengendalian aktivitas stomata. Produksi hormon tersebut disandi oleh
gen ERA1, sehingga penghambatan aksi gen tersebut menyebabkan tanaman menjadi sangat sensitif
terhadap kekeringan. Sebaliknya dengan menutup ekspresi gen tersebut, maka stomata akan
tertutup sehingga kehilangan air tanaman dapat dikendalikan dan tanaman mampu tetap bertahan
dalam kondisi kekeringan.
Selain faktor genetik dalam tanaman, respon tanaman terhadap kondisi kekeringan sangat
dipengaruhi oleh tingkat cekaman dan lamanya periode cekaman. Oleh karena itu diperlukan
tindakan-tindakan intervensi secara agronomis meliputi irigasi dan fertigasi, pengendalian terhadap
pengompakan tanah, perbaikan kesuburan tanah secara organik, dan penggunaan model simulasi
pertanaman untuk menentukan waktu tanam, jenis komoditas yang ditanam, varietas, dan dosis
pupuk yang diaplikasikan.
1. Konstruksi gen TsVP yang diisolassi dari organismeThellungiella halophila, gen inilah yang mampu
menutup ekspresi gen ERA1 sehingga hormon ABA tidak dapat diproduksi yang mengakibatkan
stomata akan tertutup sehingga kehilangan air tanaman dapat dikendalikan dan tanaman mampu
tetap bertahan dalam kondisi kekeringan.
2. Pembuatan vektor cloning , dengan memanfaatkan plasmid , plasmid mengalami pembukaan dengan
enzim restriksi (EcoR1)
Plasmid
3. Penggabungan plasmid recombinan dengan Ti (tumor infection plasmid) yaitu plasmid
bakteri Agrobacterium tumefaciens.
4. Sel TI (Agrobacterium tumefaciens) ini kemudian di injeksikan pada sel tanaman kapas yang akan di
transgenik, gen TsVP akan terekspresi seiring dengan pembelahan sel. Dan di hasilkan tanaman
kapas transgenik tahan kekeringan.
a) dapat memperluas pengadaan sumber gen resisten karena sumber gen tidak hanya dapat diperoleh
dari tanaman dalam satu spesies tetapi juga dari tanaman lain spesies, genus atau famili, bahkan
dari bakteri, fungi, dan mikroorganisme lainnya
b) dapat memindahkan gen spesifik ke bagian yang spesifik pula pada tanaman
c) dapat menelusuri stabilitas gen yang dipindahkan atau yang diintroduksikan ke tanaman dalam
setiap generasi tanaman
e) dapat menelusuri dan mempelajari perilaku gen yang di introduksi dalam lingkungan tertentu,
seperti kemampuan gen suatu tanaman untuk pindah ke tanaman lain spesies(outcrossing), dan
dampak negatif darigen tersebut dalam tanaman tertentu terhadap lingkungan dan organisme
bukan sasaran.
f) Di hasilkan tanaman kapas yang tahan terhadap kekeringan, sehingga dapat menghasilkan kapas
dengan varietas unggul dan produksi melimpah pada kondisi kering sekalipun.
2. Bahaya penggunaan tekhnologi transgenic pada tanaman kapas tahan kekeringan, antara lain:
a) Penggunaan benih kapas transgenik akan mengakibatkan ketergantungan petani pada perusahaan
besar, karena kenyataan teknologi transgenik hanya bisa di lakukan oleh perusahaan perusahaan
besar.
b) Akan merusak keseimbangan ekosistem alam, dimana adanya insektisida alami dari protein kristal
tersebut akan mengakibatkan banyak serangga mati. Dan keseimbangan ekosistem terganggu.
c) Bahaya terhadap kesehatan, berupa alergi penggunaan kapas yang digunakan untuk tekstil karena
kapas transgenic tahan kekeringan mengandung gen yang berasal dari organisme Thellungiella
halophila, (Wulan Manuhara, 2006).
Unknown di 21.45
Berbagi
1 komentar:
1.
www.seasonbet77.com
http://198.50.133.242
Agen Judi | Agen Bola | Agen Sbobet
Agen Sbobet
Agen Judi
Agen Bola
Agen Judi Online
Agen Casino
Prediksi Bola
Agen Tangkas
Agen Poker
Agen IBCBET
Agen 1sCasino
Balas
‹
›
Beranda