Anda di halaman 1dari 2

Nama : Benediktus Quintafal Yones

NIM : 215040107111050
Mata Kuliah : Praktikum Ekologi Pertanian
Kelas :U

Studi Kasus Ketidakseimbangan Ekosistem Terkait Rantai Makanan


PADANG LAMUN SEBAGAI EKOSISTEM PENUNJANG KEHIDUPAN BIOTA LAUT DI PULAU PRAMUKA,
KEPULAUAN SERIBU, INDONESIA
(https://ejournal.upi.edu/index.php/gea)

Dalam studi kasus ini mengambil sumber melalui jurnal geografi berkaitan dengan
ketidakseimbangan ekosistem di laut pada rantai/jaring makanan. Jurnal geografi yang diambil
sebagai acuan membahas tentang ketidakseimbangan ekosistem padang lamun yang memiliki
peranan penting dalam penunjang kehidupan dan perkembangan biota laut di lautan yang
dangkal, salah satu contohnya di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Indonesia.
Padang Lamun yang terdapat di hamparan pesisir Pulau Pramuka khusunya di bagian timur
memiliki banyak manfaat yaitu sebagai produsen primer habitat biota laut. Lamun merupakan
salah satu tumbuhan laut yang berada di laut dangkal yang memiliki klorofil untuk berfotosintesis
sehingga dapat memproduksi makanan yang diperlukan oleh biota-biota laut. Biota laut yang
terdapat di ekosistem lamun yakni berupa berbagai jenis ikan-ikan (ikan baronang), bulu babi,
penyu, kepiting serta teripang dan lain sebagainya. Ikan-ikan kerap kali diburu untuk dimangsa
oleh ikan-ikan karnivora.
Namun, terjadi kerusakan tingkat trofik pada rantai makanan di ekosistem lamun sehingga
keseimbangan ekosistem lamun menjadi terganggu. Berkurangnya populasi kepiting, teripang,
dan rumput laut yang mempengaruhi ekosistem menjadi tidak seimbang. Hal ini disebabkan
karena aktivitas manusia yakni melakukan pengerukan yang akan digunakan untuk membangun
dermaga untuk kapal di daerah timur Pulau Pramuka sehingga berdampak pada biota-biota laut
dan ekosistem daerah tersebut.

Rantai makanan pada Ekosistem Lamun


Rantai Makanan Detritus Pada Ekosistem Lamun
(Sebelum permasalahan)

(detritus-detrivora-predator)

Pada rantai makanan detritus, guguran daun sebagai sumber nutrient yang diurai oleh bakteri,
kemudian detritus itu dimakan oleh kepiting sebagai konsumen pertama. Setelah itu hewan
tersebut dimakan oleh ikan sedang sebagai konsumen tingkat dua. Konsumen tingkat kedua pun
dimakan oleh ikan besar. Ikan hiu dan burung laut sebagai predator yang menduduki tingkatan
trofik paling tinggi memakan konsumen tingkat dua dan ikan besar. Saat predator tersebut mati
dan jasadnya akan diurai oleh bakteri sebagai detrivor yang menguraikan materi dari bangkai
predator tersebut, agar detrivor itu akan dikonsumsi kembali oleh konsumen pertama dan
begitulah seterusnya.
Rantai Makanan Detritus Pada Ekosistem Lamun
(Sesudah permasalahan)

(detritus-detrivora-predator)

Pada rantai makanan detritus, guguran daun sebagai sumber nutrient yang diurai oleh bakteri,
kemudian detritus itu dimakan oleh kepiting sebagai konsumen pertama. Namun, terjadi
ketidakseimbangan dalam ekosistem lamun karena berkurangnya populasi kepiting sebagai
konsumen satu yang akan menyebabkan guguran daun lamun atau tumbuhan lamun (produsen)
semakin meningkat dan konsumen tingkat dua akan menurun jumlahnya karena tidak ada
sumber makanan dari konsumen satu. Jika hal ini dibiarkan jumlah konsumen dua akan terus
menurun dan akan menjadi punah.

Anda mungkin juga menyukai