Anda di halaman 1dari 23

Eni rohmayani nur fazrin

1420121181
Kelas A Lanjutan

KASUS 1
Tn.  M.  70  tahun,  tinggal  di  panti  wreda,  keadaan  fisiknya  sering mengalami sesak
nafas, sering mengeluh pusing. Kebiasaan makan tidak teratur, tidak pernah melakukan
kegiatan olah raga, dan merokok. Tn. M memiliki riwayat asma 10 tahun yang lalu. Saat ini
Tuan. M sedang berada di ruang gawat darurat RSU Ciamis dan mendapatkan tindakan
oksigenasi karena pada malam sebelumnya mengalami sesak nafas.
1. Jelaskan teori penuaan yang terkait dengan kondisi klien Tn. M
2. Jelaskan perubahan akibat proses penuaan terkait kondisi klien Tn. M
3. Sebagai nakes tindakan apa yang akan dilakukan pada kasus diatas
Jawaban
1) Teori penuaan
A. Lansia
a) Pengertian Lansia Lansia adalah seseorang yang mengalami perubahan
stuktur dan fungsi sistem biologis karena usianya yang telah lanjut
(Darmojo dan Martono, 2004).
b) Klasifikasi Lansia Klasifikasi lansia (lanjut usia) menurut WHO yaitu
sebagai berikut:
- Usia pertengahan (middle age) yaitu usia antara 45 sampai 59
tahun
- Lanjut usia (eldery) yaitu usia antara 60 sampai 74 tahun
- Lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 75 sampai 90 tahun
- Usia sangat tua (very old) yaitu usia di atas 90 tahun (Depkes,
2002).
c) Proses Penuaan Menua (aging) merupakan suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki 7 kerusakan
yang diderita (Constantinides, 1994 dalam Darmojo dan Martono 2004).
d) Teori Penuaan Proses menua melibatkan berbagai sistem di dalam tubuh
yang akan mengakibatkan berkurangnya fungsi sistem-sistem tersebut.
Menurut Darmojo dan Martono (2004) hal tersebut dapat dijelaskan
melalui teori-teori berikut:
- Teori Error Catastrophe (Mutasi Somatik) Kegagalan regulasi
genetik menyebabkan menurunnya fungsi genetika pada usia
lanjut. Hal tersebut sebagai akibat dari tidak cukupnya
perbaikan DNA yang rusak secara spontan, mutasi dalam sel
somatik dan besarnya kesalahan dari DNA sendiri.
- Teori Imunologis Proses penuaan disebabkan kerusakan secara
perlahan pada proses imunologis. Hal ini dibuktikan dengan
menurunnya sintesa antibodi dalam tubuh dan pembentukan
antibodi.
- Teori Sintesa Protein Proses penuaan disebabkan karena
gangguan mekanisme sintesa protein. Tahapan sintesa protein
dipengaruhi oleh aktivitas enzim. Perubahan aktivitas enzim 8
menyebabkan gangguan sintesa protein sehingga terbentuk
protein abnormal.
- Teori Molekul Radikal Bebas Radikal bebas terbentuk di alam
bebas dan di dalam tubuh terutama saat respirasi. Reaksi antara
radikal bebas dengan asam lemak tidak jenuh pada membran
sel untuk membentuk produk peroksidasi dapat menghalangi ke
luar masuknya zat makanan melalui membran sel sehingga
mempercepat kerusakan dan kematian sel. Tubuh manusia
mampu menghasilkan enzim untuk menangkal radikal bebas,
namun sebagian besar radikal bebas tetap lolos. Bertambahnya
usia selaras dengan bertambahnya radikal bebas dalam tubuh,
sehingga proses kerusakan dan kematian sel makin meningkat
e) Masalah pada Lansia Masalah yang kerap muncul pada usia lanjut, yang
disebutnya sebagai a series of I‟s, yang meliputi immobility (imobilisasi),
instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia),
intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi),
impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan
pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia
(ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan
tubuh) (Nugroho, 2008).
B. Pernapasan
a) Pengertian Pernapasan
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan
udara yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa
dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin, 2006). Pernapasan
merupakan proses ganda terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan
(pernapasan dalam), maupun proses yang terjadi di dalam paru-paru
yang disebut pernapasan luar. Pernapasan melalui paru-paru atau
respirasi eksternal, oksigen (O2) dihisap melalui hidung dan mulut.
Waktu bernapas, oksigen masuk melalui batang tenggorokan atau
trakea dan pipa bronkial ke alveoli serta erat hubungannya dengan
darah di dalam kapiler pulomonaris (Kus Irianto, 2008).
b) Anatomi dan Fisiologi Pernapasan
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago).
Hidung dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas
kartilago dan jaringan ikat (connective tissue). Bagian dalam hidung
merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan
kanan oleh sekat (septum). Rongga hidung mengandung rambut
(fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap
benda asing yang masuk. (Narwanto, 2009).
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya
bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
esofagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid (Nurwanto,
2009).
Laring sering disebut dengan „voice box‟ dibentuk oleh struktur
epiteliumlined yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trakhea
(di bawah), sedangkan trakhea merupakan perpanjangan laring pada
ketinggian tulang vertebra torakal ke-7 yang bercabang menjadi dua
bronkhus (Nurwanto, 2009).
Paru-paru merupakan salah satu organ terpenting dalam tubuh
manusia. Fungsinya sebagai bagian utama dari sistem respirasi tubuh
memegang peranan yang cukup besar, terutama dalam proses
homeostasis tubuh. Semua orang memilki kecepatan pernapasan dan
kedalaman pernapasan berbeda-beda. Hal ini sangat erat kaitannya
dengan penyeimbangan kondisi tubuh atau homeostasis. (Nurwanto,
2009). Udara masuk ke paru-paru mammalia melalui lubang hidung
yang berfungsi sebagai saringan dan juga memanaskan udara
pernapasan, dari rongga hidung masuk faring dan juga terbuka ke
rongga mulut. Setelah masuk faring kemudian masuk ke trakea.
Epiglotis melindungi agar makanan tidak masuk ke laring (larynk) dan
trakea waktu menelan. Laring merupakan pangkal tengkorak dan dapat
menghasilkan suara karena terjadi getaran pada vocal cord (Guyton
and Hall, 2014). Selama inspirasi rongga intratoraks bertambah besar.
Gerakan diafragma menyebabkan 75% bertambah besar pada napas
biasa. Manusia ketika melakukan inspirasi, diafragma turun 1-5 Cm
menyebabkan rongga dada bertambah dan terjadi perbedaan tekanan
lebih besar antara udara luar dan di rongga intratoraks. Paru-paru
mengembang karena mengisap udara kira-kira 500 ml. Saat Ekspirasi,
tekanan intratoraks bertambah karena diafragma dan tulang rusuk
kembali kepada kedudukan semuala. Hal ini menyebabkan udara di
paru-paru didorong ke luar karena tekanan intratoraks bertambah dan
elastisitas paru-paru itu sendiri (Guyton and Hall, 2014).
c) Frekuensi Pernapasan Respiration rate (RR) adalah jumlah frekuensi
napas ratarata dalam satu menit. RR digunakan sebagai angka rujukan
keadaan sistem pernapasan yang merupakan salah satu komponen
tanda vital pada manusia. Komponen yang dinilai pada pemeriksaan
pernapasan adalah tipe pernapasan, frekuensi, kedalaman dan suara
napas. Respirasi normal disebut eupnea, dengan freukensi normal
orang dewasa usia produktif adalah 12 – 20 x/ menit untuk laki-laki
dan 16-20 x/ menit untuk perempuan. Kondisi abnormal frekuensi
pernapasan disebut dengan istilah 12 takipnea dan bradipnea. Jika
angka RR> 24 x/ menit maka kondisi tersebut disebut takipnea dan
jika RR< 10 x/ menit disebut bradipnea. Kondisi frekuensi pernapasan
bersifat multifaktorial. Jumlah pernapasan permenit juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia (infant dan anak-anak
memiliki frekeunsi RR yang lebih tinggi), kondisi fisik, kebiasaan
pola exercises, gangguan pernapasan, dan kondisi psikis (Elizabeth,
2009).
2) Perubahan akibat proses penuaan
Pernapasan Pada Lansia Perubahan pulmonal yang terjadi pada lansia meliputi
penurunan pada massa dan tonus otot yang menyebabkan penurunan ekspansi
paru serta penurunan kompliansi dinding dada yang akibat keadaan osteoporosis
dan klasifikasi tulang rawan kosta (Perry, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh
Enright et al dan Kertjens et al, menyatakan bahwa penurunan pada fungsi
pernapasan yang ditinjau dari nilai forced expiratory volume in one second
(FEV1) memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat usia, jumlah
penurunan rata-rata FEV1 adalah 25-30 ml/ tahun dimulai sejak usia antara 35
sampai 40 tahun dan dapat meningkat menjadi 60 ml/ tahun pada usia di atas 70
tahun (Goodwin, 2006). Fungsi paru yang menurun akan mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada lansia. Oksigenasi merupakan kebutuhan
dasar manusia yang paling mendasar yang digunakan 13 untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui status pernapasan seseorang adalah
dengan mengukur respiration rate atau frekuensi pernapasan dan aliran puncak
ekspirasi (APE). Perubahan frekuensi dan irama pernapasan pada lansia yaitu
dapat menjadi lebih cepat atau lebih lambat dan terengah-engah. Kecepatan aliran
puncak ekspirasi (APE) adalah titik aliran tertinggi yang dapat dicapai selama
ekspirasi maksimal. Nilai yang diperoleh pada APE besarnya tergantung pada
diameter jalan napas, usia, jenis kelamin dan tinggi badan serta harus disesuaikan
dengan nilai normal. Kondisi lansia menyebabkan nilai APE cenderung menurun
(Maryam, 2010).
3) Tindakan yang dilakukan
a. Pengkajian
Menurut Nuraruf & Kusuma (2015), meliputi :
 Biodata Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
 Keluhan utama Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah
dispnea (sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi
(pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal)
 Riwayat Kesehatan Dahulu Terdapat data yang menyatakan adanya faktor
prediposisi timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan
riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis, utikaria, dan eskrim)
 Riwayat Kesehatan Keluarga Klien dengan asma sering kali didapatkan
adanya riwayat penyakit turunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak
ditemukan adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
 Pemeriksaan fisik
 Inspeksi
- Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada
posisi duduk
- Dada diobservasi
- Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah
- Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan
kondisinya, skar, lesi, massa, dan gangguan tulang belakang,
seperti kifosis, skoliosis, dan lordosis.
- Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan
kesimetrisan pergerakkan dada.
- Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung
pernapasan diafragma, dan penggunaan otot bantu
pernapasan.
- Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi
dan fase eksifirasi Rasio pada fase ini normalnya 1:2. Fase
ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi
pada jalan napas dan sering ditemukan pada klien Chronic
Airflow Limitation (CAL) / Chornic obstructive Pulmonary
Diseases (COPD)
- Kelainan pada bentuk dada
- Observasi kesimetrisan pergerakkan dada. Gangguan
pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada
mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura
- Observasi trakea abnormal ruang interkostal selama
inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.

 Palpasi
- Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada
dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan
keadaan kulit, dan mengetahui vocal/ tactile premitus
(vibrasi)
- Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji
saat inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
- Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan
ketika berbicara(Nuraruf & Kusuma, 2015)
 Perkusi Suara perkusi normal :
- Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada
jaringan paru normal. 2) Dullnes : bunyi yang pendek serta
lemah, ditemukan diatas bagian jantung, mamae, dan hati
- Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut
yang berisi udara
- Hipersonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah
dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru
yang berisi darah.
- Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih
tinggi. Dapat terdengar pada perkusi daerah hati, di mana
areanya seluruhnya berisi jaringan. (Nuraruf & Kusuma,
2015)
 Auskultasi
- Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan
(abnormal).
- Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
- Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan
vesikular.
- Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction
rub, dan crackles.(Nuraruf & Kusuma, 2015)

 Diagnosa Keperawatan
Menurut diagnosis keperawatan Nanda (2015), diagnosa keperawatan yang
dapat diambil pada pasien dengan asma adalah :
1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan dan deformitas dinding dada
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon dioksida
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (hipoksia) kelemahan
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan laju metabolic, dispnea saat makan, kelemahan otot penguyah
 Intervensi keperawatan
Berikut ini adalah intervensi yang dirumuskan untuk mengatasi masalah
keperawatan pada klien dengan asma bronkial :
1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan dan deformitas dinding dada. Nursing Outcomes Classification
(NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan mempertahankan
pola napas yang efektif., pertukarana karbondioksida dan oksigen di
alveoli untuk mempertahankan konsentrasi darah arteri berat menjadi
ringan dengan indikator : Saturasi oksigen, sianosis, gangguan kesadaran,
keseimbangan ventilasi dan perfusi. Nursing Interventions Classification
(NIC) : Monitor Pernapasan
a. Monitor kecepatan, irama, kedalam dan kesulitan bernafas,
b. Monitor saturasi oksigen,
c. palpasi kesimetrisan ekspansi paru,
d. monitor pola napas.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon dioksida.
Nursing Outcomes Classification (NOC).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan mempertahankan
pertukaran kepatenan pertukaran gas. pertukarana karbondioksida dan
oksigen di alveoli untuk mempertahankan konsentrasi darah arteri berat
menjadi ringan dengan indikator : Saturasi oksigen, Sianosis, Gangguan
kesadaran, Keseimbangan ventilasi dan perfusi. Nursing Interventions
Classification (NIC) : Terapi oksigen :
a. Pertahankan kepatenan jalan napas,
b. Berikan oksigen seperti yang diperintahkan,
c. Monitor aliran oksigen,
d. Batasi merokok.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (hipoksia) kelemahan.
Nursing Outcomes Classification (NOC) : setelah dilakukan tindakan
keperawatan pasien akan mempertahankan toleransi aktivitas yang adekuat
dengan kriteria hasil fungsi kesehatan, pemeliharaan energi, Saturasi
oksigen ketika beraktivitas, Frekuensi nadi ketika beraktivitas, Frekuensi
pernapasan ketika beraktivitas, Warna kulit, Tekanan darah sistolik dan
diastolik ketika beraktivitas. Nursing Interventions Classification (NIC):
Manajemen energi :
a. Monitor respirasi pasien selama kegiatan,
b. Bantu pasien identifikasi pilihan-pilihan aktivitas,
c. Bantu pasien untuk menjadwalkan periode istirahat,
d. Monitor respon oksigen pasien.
4) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan laju metabolic,
dispnea saat makan, kelemahan otot penguyah. Nursing Outcomes
Classification (NOC) : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
akan mempertahankan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil:
kesehatan fisiologi, pencernaan & nutrisi, Asupan makanan, Asupan
cairan, Energi, Rasio tinggi badan/berat badan. Nursing Interventions
Classification (NIC): Pemberian makan :
a. Tanyakan pasien makanan yang disukai,
b. Atur makanan sesuai dengan kesenangan pasien,
c. Beri minum pada saat makan,
d. Catat asupan.
KASUS II
Tuan A, 56 th dilarikan ke Puskesmas karena mengeluh dada rasa terhimpit sejak ½ jam
yang lalu. Dari RPUD didapatkan dada kiri rasa terhimpit sejak ½ jam yang lalu, saat itu Tn
A sedang bermain tenis lapangan. Rasa nyeri menjalar sampai ke leher dan diikuti muntah
muntah. Baru pertama kali sakit seperti ini. Sebelumnya Tn A dikenal hipertensi dan
kolesterol tinggi. Dari pemeriksaan, dokter mendapatkan TD 160/100 mmHg, nadi 100 x/1
1 , nafas 26 x/1 1 . Tidak ditemukan kelainan dari pemeriksaan jantung dan paru. Dari
pemeriksaan EKG di dapatkan HR 100 kali/menit, tidak terdapat tanda-tanda iskemi/infark
jantung. Dokter memberikan oksigen dan isosorbid dinitrat sublingual. Dokter menerangkan
pada Tn. A dan keluarga untuk dirujuk ke RSUD, karena diperlukan pemeriksaan
laboratorium untuk memastikan diagnosis. Di RSUD diperiksa Troponin T dan CKMB
dengan hasil meningkat. Kemudian Tn A dirawat di CVCU, supaya mendapatkan
penatalaksanaan yang maksimal untuk menghindari komplikasi yang mungkin terjadi.
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada Tuan A?
1. Jelaskan teori penuaan yang terkait dengan kondisi klien Tn. A
2. Jelaskan perubahan akibat proses penuaan terkait kondisi klien Tn. A
3. Sebagai nakes tindakan apa yang akan dilakukan pada kasus diatas

JAWABAN
1. Teori penuaan ada 2 yaitu teori penuan biologi dan teori penuan kejiwaan sosial
a. Teori penuaan biologi
 Teori genetic dan mutasi ( Somatic Mutatie Theory)
Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan strees menyebabkan sel – sel
tubuh lelah ( terpakai ).
 Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori
akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di
sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang
mengakibatkan menganggu fungsi sel itu sendiri.
 Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
 Reaksi dari kekebalan sendiri ( Auto Immune Theory ) Di dalam proses
metabolisme tubuh, suatu saat di produksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelejar
timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah
kelainan autoimun.
 Theory Immunology Slow Virus ( immunology Slow Virus Theory )
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
 Teory stress Menua terjadi akibat hilangnya sel – sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel – sel
tubuh lelah terpakai.
 Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas ( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan – bahan organik seperti karbohidrat dan proteon. Radikal ini
menyebabkan sel – sel tidak dapat regenerasi.
 Teori rantai silang Sel – sel yang tua atau using, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi
 Teory program Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel – sel tersebut mati.
b. Teori penuan kejiwaan social
 Aktivitas atau kegiatan ( Activity Theory )
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang
sukses adalah merek yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.
2) Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari
lanjut usia.
3) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
2. Perubahan yang terjadi pada Tn. A yaitu :
a. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku karena kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah kita berumur 20 tahun, sehingga pembuluh
darah kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah. Berkurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, misalnya perubahan posisi
dari tidur ke duduk atau duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi, karena meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer.
b. Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan
ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
c. Sistem muskoloskuletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan penghubung
(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
 Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan
mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata.
Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang
terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada
persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
 Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari
penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih
lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan
struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran
serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada
otot mengakibatkan efek negatif.
 Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan
fasia mengalami penuaan elastisitas.

3. Tindakan yang dilakukan untuk pasien Tn. A :


- Menjaga pola makan yang baik dan benar untuk menjaga kadar kolesterol dan
menjaga tekanan darah nya dengan cara tidak terlalu banyak memakan makanan
yang mengandung natrium, lemak, berolahraga secukupnya, mengecek kesehatan
minimal ke pelayanan kesehatan
- Ketika sedang melaksanakan olahraga alangkah baiknya stretching terlebih dahulu
dan jangan melakukan olahraga yang terlalu berat (minimal olahraga untuk lansia
2x dalam seminggu
- Melakukan posisi semi fowler
- Melakukan teknik relaksasi nafas dalam
KASUS III
Seorang wanita umur 55 tahun,Ibu Rumah Tangga,mengeluh nyeri kedua lutut dialami
penderita sejak 4 bulan terakhir ini,terutama saat berjalan,mengaku kesulitan bila naik turun
tangga terutama bila ingin turun.Kaku pagi hari(+),berlangsung sekitar 10-15 menit.Bengkak
kedua lutut namun tidak ada tanda-tanda kemerahan.Nyeri pada jari-jari tangan(-),tidak
bersifat simetris.Penderita juga menderita kencing manis,BB 67 kg,TB 155cm.

Soal dan jawaban

1. Teori penuaan yang terkait kondisi klien diatas adalah bahwa klien adalah seseorang
yang telah berusia lebih dari 45 tahun yang mengalami perubahan secara biologis
dimana dalam tubuhnya mengalami penurunan fungsi sel sistem musculoskeletal dan
perubahan sintesis protein(kolagen dan kartilago,elastin).Hal ini sesuai dengan teori
penuaan yang dikemukakan oleh Azizah dan Lilik(2011). Selain itu dalam tubuh klien
tersebut terjadi perubahan metabolisme yaitu penurunan hormon insulin,hal ini
berkaitan dengan kencing manis yang diderita oleh klien.Proses menua yang dialami
oleh klien tersebut terbukti sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Mc. Kay et all
(1935) yang dikutip oleh Darmojo dan Martono (2004).
2. Perubahan akibat proses penuaan terkait kondisi klien di atas,diantaranya:
a) Perubahan fisiologi
Sistem Muskuloskeletal
 Jaringan penghubung (kolagen&elastin)
Bentuk tidak teratur ->elastisitas/fleksibilitas menurun ->kesulitan
bergerak
 Kartilago
Permukaan sendi rata dan kemampuan regenerasi kartilago kurang -
>rentan gesekan- >peradangan ,kaku,nyeri,gerak terbatas
 Tulang
Kepadatan tulang menurun->osteoporosis->bila jatuh beresiko fraktur
 Otot
Penurunan jumlah dan serabut otot->kekuatan,fleksibilitas menurun
 Sendi
Fleksibilitas & elastibilitas sendi menurun ->bengkak,kaku sendi,nyeri
gerak
Sistem Endokrinologi
 Intoleransi glukosa akibat diet yang salah,beresiko DM
 Menurunnya kadar estrogen --->osteoporosis
b) Perubahan Kognitif
Kemungkinan terjadi penurunan kinerja secara kualitas dan kuantitas.
c) Perubahan Psikososial
Kemungkinan terjadi perubahan kepribadian akibat perubahan fungsi dan
psikomotor.
d) Perubahan spiritual
Semakin matang dalam kehidupan keagamaan.
3. Tindakan yang harus dilakukan sebagai nakes pada kasus diatas
Sesuai peran perawat
a) Sebagai care giver/pemberi asuhan langsung :
Perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan langsung dan tidak
langsung dengan pendekatan proses keperawatan.
b) b.Sebagai edukator/pendidik:
Membantu klien dalam meningkatkan pemahaman & pengetahuan klien &
keluarganya,bisa melalui penyuluhan kesehatan atau desiminasi ilmu kepada
klien.
c) Sebagai komunikator:
Komunikasi yang efektif dan komunikasi teurapeutik kepada klien.
d) d.Sebagai pemberi bimbingan (counselor):
Mengidentifikasi pola perubahan interaksi klien terhadap keadaan sehat
sakitnya. Memberi bimbingan konseling kepada klien,keluarga dan
masyarakattentang masalah kesehatan sesuai prioritas.
e) Sebagai manajer perawat:
f) Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan,manajemen
waktu,membangun hubungan, komunikasi dan mengatasi perubahan,perawat
menerapkan perubahan inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di
layanan kesehatan dan setting perawatan jangka panjang lainnya.
e) Advokat : Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang
sering terjadi di masyarakat.
f) Motivator : Perawat memberi dukungan kepada lansia untuk memperoleh
kesehatan optimal, memelihara kesehatan,menerima kondisinya.
g) h.Peneliti : saat ini riset terkait keperawatan gerontik penting dikembangkan
mengingat semakin tingginya usia harapan hidup lansia dan tingginya
kebutuhan akan askep dengan kualitas yang baik.

Kemungkinan permasalahan keperawatan yang muncul berdasarkan kasus pemicu tersebut di


atas

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.


Tujuan : nyeri akut teratasi.
- Intervensi : manajemen nyeri,kolaborasi analgetik,penkes.
- Implementasi sesuai intervensi.
- Evaluasi mengacu pada tujuan.
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan metabolisme.
Tujuan : mobilitas fisik meningkat.
- Intervensi : dukungan ambulasi,observasi,kolaborasi teurapeutik,edukasi.
- Implementasi sesuai intervensi.
- Evaluasi mengacu pada tujuan.
3) Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang
Tujuan : cedera tidak terjadi.
- Intervensi : manajemen keselamatan lingkungan,pencegahan cedera,edukasi.
- Implementasi sesuai intervensi.
- Evaluasi mengacu pada tujuan.
4) Resiko terjadi ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien.
Tujuan : kadar gula darah stabil.
- Intervensi : edukasi manajemen gula darah.
- Implementasi sesuai intervensi.
- Evaluasi mengacu pada tujuan.
5) Penampilan peran tidak efektif berhubungan dengan proses menua.
Tujuan : Peningkatan peran.
- Intervensi : Dukungan penampilan peran terdiri dari observasi, terapeutik,
edukasi, kolaborasi.
- Implementasi sesuai intervensi.
- Evaluasi mengacu pada tujuan.
KASUS IV
Tn. P (52 th) datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk lama ( lebih dari 4 bulan) disertai
dipnea, meningkat terutama saat cuaca lembab. Saat di anamnesa pasien mengatakan punya
riwayat merokok sejak usia 15 tahun +_ 1 pak/hari. Pasien belum pernah periksa karena
menganggap batuk biasa, tapi 3 hari yang lalu batuk mulai di sertai pengeluaran dahak
yang purulen dan terdapat guratan merah muda. Dari pemeriksaan fisik di dapat TD
130/90mmhg, nadi 98x/m, suhu 36.5oC. BB 50 kg (pasien mengatakan tidak ada perubahan
dari sebelum sakit). Pernafaasan cuping hidung +, otot-otot leher pasien tegang saat pasien
melakukan inspirasi, Ronchi +/+, mengi +, retraksi supra stenal +, CRT 2-3 detik. Pasien
oleh dokter direncanakan untuk pemeriksaan AGD, foto rontgen dada, kultur dan
sensitiviti, dan spirometri. Pasien sementara mendapat terapi broncodilator dan
antibiotic. Hasil AGD menunjukkan hypoxia dengan Hiperkapnea.
1. Jelaskan teori penuaan yang terkait dengan kondisi klien Tn. P
2. Jelaskan perubahan akibat proses penuaan terkait kondisi klien Tn. P
3. Sebagai nakes tindakan apa yang akan dilakukan pada kasus diatas

JAWABAN (NO.1)
Teori penuaan pada kasus diatas termasuk ke dalam Teori Biologi dengan jenis
Teori Radikal Bebas. Teori ini menerangkan tentang proses menua terjadi akibat
kekurangefektifan fungsi kerja tubuh: radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas bersifat
merusak karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, Asam lemak
tidak jenuh : apoptosis sel menghambat reproduksi sel. Diet, gaya hidup, obat-obatan
(misalnya tembakau dan alcohol) dan radiasi.
Dalam kasus diatas Tn. P (52th) Riwayat merokok sejak 15 tahun, Rokok disini termasuk
kedalam radikal bebas yang masuk ke tubuh terus menerus dalam waktu yang lama
sehingga merusak karena sangat reaktif.

JAWABAN (NO.2)
Perubahan yang terjadi akibat proses penuaan pada kondisi klien Tn. P terjadi pada
System Pernafasan diantaranya :
1. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
2. Paru-paru kehilangan elastisitas : kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun
3. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
4. Oksigen pada arteri menurun
5. Karbon dioksida pada arteri tidak berganti
6. Kemampuan untuk batuk berkurang
7. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun.

JAWABAN (NO.3)
Tindakan yang dilakukan pada kasus klien Tn. P adalah sesuai dengan Diagnosa yang
muncul, yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas

 Bersihan jalan nafas tidak efektif


DS : Os mengatakan batuk sudah lama (lebih dari 4 bln)
Os mengatakan dispnea/ sesak nafas
DO : Terdapat dahak yang purulent
Dahak ada guratan merah muda
Terdapat ronchi
Terdapat mengi
Terdapat retraksi supra stenal
Intervensi :
a. Latihan batuk efektif, Tindakan :
1. Observasi
 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi salurannafas
 Monitor input dan out put cairan
2. Teurapetik
 Atur posisi semi fowler atau fowler
 Buang sputum pada tempatnya
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Anjurkan Tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi Tarik nafas dalam hingga 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik nafas dalam yang ke3
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran jika perlu
b. Manajemen jalan nafas, Tindakan :
1. Observasi
 Monitor jalan nafas
 Monitor bunyi nafas tambahan
 Monitor sputum
2. Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Posisikan semi flower atau flower
 Berikan oksigen
3. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari jika tidak kontra indikasi
 Ajarkan Teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronchodilator ekspektoran, mukolitik jika perlu

 Pola nafas tidak efektif


DS : Os mengatakan dyspnoe/ sesak nafas
Os mengatakan bertambah sesak bila cuaca lembab
DO : Terdapat pernafasan cuping hidung
Terlihat pola nafas abnormal
Terlihat otot-otot leher pasien tegang saat pasien melakukan inspirasi
Intervensi :
a. Manajemen Jalan nafas
1. Observasi
 Monitor pola nafas (frekkuensi, irama, kedalaman, upaya nafas)
 Monitor bunyi tambahan (missal gurgling, mengi, wheezing, ronkhi)
 Monitor sputum (jumlah, warna dan aroma)
2. Teurapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Posisikan semi fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisiotherapi dada
3. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontra indikasi
 Ajarkan Teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkoodilator, ekspektoran, mukolitik jika perlu

 Gangguan pertukaran gas


DS : Os mengatakan dyspnoe/ sesak
Os mengatakan bertambah sesak bila cuaca lembab
DO : Terdapat pernafasan cuping hidung
Terlihat pola nafas abnormal
Hasil pemeriksaan CRT 2-3 detik
Hasil AGD menunjukan hypoxia dengan hiperkapnea
Intervensi :
a. Pemantauan respirasi
1. Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
 Monitor pola nafas
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas
 Palfasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi nafas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil X-Ray thorax
2. Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan jika perlu
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkoodilator, ekspektoran, mukolitik jika perlu

Anda mungkin juga menyukai