Anda di halaman 1dari 28

Referat

Pengaruh Kehamilan terhadap


Kejadian Stunting
Brigitta Berlianty (130112200709)
Ihsan Muhammad Ibrahim (130112200554)

Pembimbing:
dr. Wildan Arismunandar Sutrisno, Sp.OG
Stunting?
Definisi Stunting
Kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat
kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan panjang
atau tinggi badannya berada di bawah standar.

Pendek
<-2 SD dari skor Height-for-Age Z (HAZ)

Sangat Pendek
<-3 SD dari skor Height-for-Age Z (HAZ)
Epidemiologi
UNICEF 2018 :
● 150,8 juta balita di dunia
● Asia (55%) dan Benua Afrika (39%)

RISKESDAS 2018 :
● 30,8% di seluruh Indonesia
● Jawa Barat → stunting pada usia 0-59
bulan sebesar 31,1%
Penyebab

Kekurangan gizi kronis


terutama pada 1.000 HPK
Dampak

Stunting → 1,5 juta


(15%) kematian anak
balita di dunia

Kerugian ekonomi
→ 286 triliun rupiah
Intervensi
● Intervensi gizi spesifik
● Intervensi gizi sensitif

Kerangka konseptual intervensi


penurunan stunting terintegrasi:
panduan bagi pemerintah
kab/kota dalam menurunkan
kejadian stunting.
Intervensi
Intervensi gizi spesifik:
Kegiatan yang langsung mengatasi
terjadinya stunting seperti asupan
makanan, infeksi, status gizi ibu,
penyakit menular, dan kesehatan
lingkungan.
Intervensi

Intervensi gizi sensitif:


Mengatasi penyebab tidak
langsung dari stunting.
Pengaruh Kehamilan
dengan Kejadian
Stunting?
Faktor

Gizi Buruk Ibu Pendek Infeksi

Kehamilan Remaja Kesehatan Mental IUGR & Prematur

Menyusui Jarak Kelahiran Hipertensi


Tinggi Badan Ibu

Ibu yang pendek berkorelasi dengan Ozaltin dkk. → peningkatan tinggi


IUGR dan BBLR → prediktor potensial badan ibu akan menurunkan risiko
kematian bayi dan gagal tumbuh stunting pada anaknya

Tidak dijadikan acuan karena genetik berperan 30% dalam menentukan tinggi badan anak,
sementara 70% berkaitan asupan gizi dan kesehatan anak
Kehamilan Remaja
Masalah fisik Masalah psikologis
Anemia, gangguan pertumbuhan Ketidakstabilan emosi yang akan
janin, risiko prematur, risiko abortus, mempengaruhi pertumbuhan dan
dan preeklamsia perkembangan janin

Ibu yang melahirkan <20 tahun → faktor risiko BBLR


Kehamilan remaja → risiko 2-3 kali lebih tinggi untuk BBLR, hambatan pertumbuhan janin,
prematuritas, dan kesehatan bayi baru lahir yang buruk
Berat dan Tinggi Bayi

Berat Badan Lahir Bayi Tinggi Badan Lahir Bayi


Anak dengan BBLR <2.500 g memiliki Anak dengan panjang lahir <48 cm
risiko 5,9 kali lebih tinggi mengalami memiliki risiko 15 kali lebih tinggi
stunting. mengalami stunting.
Antenatal Care

Definisi Permenkes No.97 Tahun 2014 Intensitas


Pelayanan antenatal terpadu adalah Minimal 4 kali selama kehamilan:
pelayanan antenatal komprehensif ● 1 kali pada trimester pertama
dan berkualitas yang diberikan ● 1 kali pada trimester kedua
kepada semua ibu hamil. ● 2 kali pada trimester ketiga

Ibu yang menghadiri 4 kunjungan perawatan antenatal dengan 1 kunjungan profesional


medis yang terampil dikaitkan dengan penurunan risiko stunting
Antenatal Care
Antenatal Care

● Timbang berat dan tinggi badan


● Ukur Tekanan Darah
● Tetapkan status gizi
● Ukur tinggi fundus uteri
● Tentukan presentasi janin dan
Denyut Jantung Janin (DJJ)
Antenatal Care

● Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)


● Pemberian tablet besi
● Tes laboratorium penyakit infeksi
● Tatalaksana khusus
● Konseling Ibu hamil
Antenatal Care
Kebutuhan Gizi
● Terdapat peningkatan kebutuhan
gizi pada trimester 1, 2, dan 3.
● Porsi perlu diperhatikan dengan
komposisi yang tepat.
● Frekuensi diperlukan sebanyak 3
kali makan utama dan 2 kali makan
selingan.
Menyusui

UNICEF (2018)
Inisiasi Menyusui Dini
ASI harus diberikan sesering mungkin,
ASI Eksklusif
minimal 8x/hari pada siang/malam
Makanan Pendamping ASI
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

Tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko 6,54 kali lebih besar mengalami stunting.
Mendapatkan kolostrum memiliki peluang 5,7 kali lebih rendah mengalami stunting.
IMD yang terlambat meningkatkan risiko 5,16 kali lebih besar untuk stunting.
Jarak Kelahiran

Anak yang lahir setelah selang waktu Dibandingkan dengan interval antara
<18 bulan, 43% lebih mungkin 24 dan 29 bulan, interval antara 36
menderita stunting daripada dan 41 bulan dikaitkan dengan
anak-anak yang lahir setelah selang penurunan risiko stunting hingga
waktu 60 bulan atau lebih 29%.
Preeklampsia
Janin yang terpapar dengan PEB → pertumbuhan linier yang menurun

Disebabkan oleh paparan hormon IGF-I (Insulin-Like Growth Factor-I) yang sangat

sedikit pada jaringan plasenta seorang ibu yang mengalami preeklampsia berat.

Inflamasi preeklampsi → IGF-I → sitokin proinflamasi → sitokin berkorelasi pada bayi

hingga usia 1 tahun → sitokin menginduksi apoptosis growth plate cartilage


Referensi
● Abdillah S. The Effect of Maternal and Child Factors on Stunting in Children Under Five Years in
Rural Indonesia. KnE Life Sci. Published online February 7, 2022. doi:10.18502/kls.v7i2.10382
● Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 100 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk
Intervensi Anak Kerdil (Stunting).; 2017.
● Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Gizi Seimbang.; 2014.
● Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pemeriksaan Kehamilan (ANC) Di Fasilitas
Kesehatan.; 2018.
● Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Penyusunan Dan Pelaksanaan
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting.; 2021.
● Lukman TNE, Anwar F, Riyadi H, Harjomidjojo H, Martianto D. Birth Weight and Length Associated
with Stunting among Children Under-Five in Indonesia. J Gizi Pangan. 2021;16:99-108.
● Halim F, Sari EA. Factors of Stunting in Toddlers: A Literature Review. 2021;4(1):10.
● Mulyaningsih T, Mohanty I, Widyaningsih V, Gebremedhin TA, Miranti R, Wiyono VH. Beyond
personal factors: Multilevel determinants of childhood stunting in Indonesia. Metwally AM, ed.
PLOS ONE. 2021;16(11):e0260265. doi:10.1371/journal.pone.0260265
Referensi
● Fitriani H, R AS, Nurdiana P. Risk Factors of Maternal Nutrition Status During Pregnancy to Stunting
in Toddlers Aged 12-59 Months. J Keperawatan Padjadjaran. 2020;8(2):175-183.
doi:10.24198/jkp.v8i2.1305
● Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/, Badan Perencanaan dan Pembangunan
Nasional. Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/Kota.;
2018.
● Beal T, Tumilowicz A, Sutrisna A, Izwardy D, Neufeld LM. A review of child stunting determinants in
INDONESIA. Matern Child Nutr. 2018;14(4):e12617. doi:10.1111/mcn.12617
● Simbolon D, Jumiyati J, Ningsih L, Riastuti F. Is there a Relationship Between Pregnant Women’s
Characteristics and Stunting Incidence In Indonesia? J Kesehat Masy. 2021;16(3):331-339.
doi:10.15294/kemas.v16i3.23550
● Zakaria R, Suma J. Determinants of Stunting in Children Aged 24-59 Months in Gorontalo,
Indonesia. J Matern Child Health. 2020;5(3):287-296. doi:10.26911/thejmch.2020.05.03.07
● Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
97 Tahun 2014. Published online 2014.
Referensi
● Vaivada T, Akseer N, Akseer S, Somaskandan A, Stefopulos M, Bhutta ZA. Stunting in childhood: an
overview of global burden, trends, determinants, and drivers of decline. Am J Clin Nutr.
2020;112(Supplement_2):777S-791S. doi:10.1093/ajcn/nqaa159
● Royani I, Mappaware NA, Darma S, Khalid N, Utami DF. The Relationship between Nutritional
Status of Pregnant Women and Stunted Children. Green Med J. 2021;3(1):39-46.
doi:10.33096/gmj.v3i1.80
● Sukmawati S, Hermayanti Y, Fadlyana E, Mediani HS. Stunting Prevention with Education and
Nutrition in Pregnant Women: A Review of Literature. Open Access Maced J Med Sci.
2021;9(T6):12-19. doi:10.3889/oamjms.2021.7314
● Julianti E, Elni E. Determinants of Stunting in Children Aged 12-59 Months. Nurse Media J Nurs.
2020;10(1):36-45. doi:10.14710/nmjn.v10i1.25770
● Byberg KK. Exposure to preeclampsia in utero affects growth from birth to late childhood
dependent on child’s sex and severity of exposure: Follow-up of a nested case-control study.
PLOS ONE. Published online 2017.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai