Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

T DENGAN DIAGNOSA
TUMOR PARU DI ICU RSUD KAB. KARANGANYAR

DISUSUN OLEH :

FATIMAH NUR KHASANAH


NIM. 2019040054

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ITS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021/2022
TUMOR PARU
A. Definisi

Tumor paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang

berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan tumor

paru primer adalah tumor yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma

bronkus/bronchogenic carcinoma)

Tumor paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru maupun yang berasal dari

paru sendiri (primer), dimana kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan perubahan

genetika pada sel epitel saluran nafas yang dapat mengakibatkan proliferasi sel yang

tidak dapat dikendalikan.

B. Etiologi

Seperti umumnya tumor yang lain, penyebab yang pasti dari tumor paru belum

diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat

karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa faktor risiko penyebab terjadinya

tumor paru adalah (Stopler, 2010):

1. Merokok

Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari

seluruh kasus. Kejadian tumor paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai

merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok,

dan lamanya berhenti merokok

2. Perokok pasif

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak

merokok, tetapi mengisap asap rokok dari orang lain, risiko menderita tumor paru

meningkat dua kali

3. Polusi Udara

Kematian akibat tumor paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi

pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat tumor paru

jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah

pedesaan
4. Paparan zat karsinogen

Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,

nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan tumor paru.

Risiko tumor paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali

lebih besar daripada masyarakat umum

5. Genetik

Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien tumor paru berisiko lebih besar

terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan

bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting

dalam timbul dan berkembangnya tumor paru.

6. Penyakit paru

Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga

dapat menjadi risiko tumor paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik

berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena tumor paru.

7. Metastase dari organ lain

Tumor paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah tumor paru

sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel tumor. Meskipun stadium

penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita penyakit tumor paru stadium

akhir. Di bagian organ paru, sel tumor terus berkembang dan bisa mematikan sel

imunologi. Artinya, sel tumor bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang

sehat supaya tidak berfungsi. Paru- paru itu adalah akhir organ bagi sel tumor atau

tempat berakhirnya sel tumor, yang sebelumnya dapat menyebar di aera payudara,

ovarium, usus, dan lain-lain.

C. Patofisiologi

Dari etiologi yang menyebabkan tumor paru ada 2 jenis yaitu primer dan
sekunder. Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan

sekunder berasal dari metastase organ lain, Etiologi primer menyerang percabangan

segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang. Fungsi dari cilia ini adalah

menggerakkan lendir yang akan menangkap kotoran kecil agar keluar dari paru-paru.

Jika silia hilang maka akan terjadi deskuamasi sehingga timbul pengendapan karsinogen.

Dengan adanya pengendapan karsinogen maka akan menimbulkan ulserasi bronkus dan

menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia yang selanjutnya akan menyebabkan

Tumor Paru.

Tumor paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma,

karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel besar. Setiap lokasi memiliki tanda dan

gejala khas masing masing. Pada karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus akan

menjadi berkembang sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan menimbulkan

iritasi, ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya akan menimbulkan himoptosis. Pada

adenokarsinoma akan menyebabkan meningkatnya produksi mukus yang dapat

mengakibatkan penyumbatan jalan nafas. Sedangkan pada karsinoma sel bronkoalveolar

sel akan membesar dan cepat sekali bermetastase sehingga menimbulkan obstruksi

bronkus dengan gejala dispnea ringan. Pada karsinoma sel besar akan terjadi penyebaran

neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area pleuritik dan menyebabkan nyeri kronis.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,

khususnya pada hati. Tumor paru dapat bermetastase ke struktur–struktur terdekat seperti

kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka (Nurarif & Kusuma,

2015).

Sedangkan pada tumor paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel

tumor yang ganas (kanker). Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah

pasien menderita penyakit tumor paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel tumor

terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel tumor bersifat imortal

dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi.


D. Pathway

Predisposisi
Primer : Merokok (perokok Bronkus mengalami trauma Perubahan
aktif dan pasif), polusi udara, epitel silia dan Deskuamasi Ulserasi bronkus
oleh paparan zat karsinogen
paparan zat karsinogen. (rokok, paparan industri) mukosa

Sekunder : Metastase dari Lapisan epitel bronkus


Tumor Paru hiperplasi dan metaplasi
organ lain
abnormal

Karsinoma sel skuamosa Adenokarsinoma Carsinoma sel kecil Carsinoma non sel kecil

Karsinoma berkembang Produksi mucus >> Membesar/metastase di Karsinoma berkembang


di tengah bronkus dan tengah parenkim paru pada jaringan perifer
menonjol ke dalam
Menyumbat jalan napas
Perubahan membran Produksi cairan melebihi
alveolar kemampuan penyerapan
Obstruksi pada Sesak Ketidakefektifan
jalan napas Bersihan Jalan Napas
Dispnea
Penumpukan cairan
Anoreksia pada rongga pleura
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas Anemia
Gangguan
Pertukaran Gas Ekspansi paru menurun
Ketidakseimbangan Nutrisi
Intoleransi Keletihan Kurang dari Kebutuhan
Aktivitas Tubuh
Ketidakefektifan
Pola Nafas Dispnea
E. Tanda dan Gejala
Adenokarsinoma Karsinoma Sel Karsinoma Sel Karsinoma Sel
dan Skuamosa kecil besar
Bronkoalveolar
Tanda 1. Nafas dangkal 1. Batuk 1. SIADH 1. Batuk
dan 2. Batuk 2. Dyspnea (Syndrome of berkepanjangan
Gejala 3. Penurunan nafsu 3. Nyeri dada Innapropriate 2. Nyeri dada saat
makan 4. Atelektasis Antidiuteric menghirup
4. Trosseau 5. Pneumonia Hormone 3. Suara serak
syndrom postobstruktif Secretion) 4. Sesak napas
e 6. Mengi 2. Sindrom chusing
7. Hemoptisis 3. Hiperkalsemia
8. Kelelahan 4. Batuk
9. Penurunan berat 5. Stridor
badan 6. Nafas dangkal
7. Sesak nafas
8. Anemia
Sumber: Tan, 2017

F. Penatalaksanaan

 Keperawatan

a. Penatalaksanaan keperawatan adalah Terapi Oksigen. Jika terjadi hipoksemia, perawat

dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal kanula sesuai dengan permintaan.

Bahkan jika klien tidak terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen

sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan kecemasan.

b. Monitor asupan dan keluaran sertapertahankan hidrasi

c. Anjurkan mobilisasi secara dini

d. Periksa tanda tanda vital dan awasi serta laporkan bila terjadi respirasi abnormal dan

perubahan lainnya.

e. Lakukan penghisapan secret sesuai kebutuhan dan anjurkan untuk melakukan

pernapasan dalam dan batuk sesegera mungkin. Periksa sekresi lebih sering.
 Medis

a. Pembedahan

Tujuan pada pembedahan tumor paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat

semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –

paru yang tidak terkena tumor.

b. Toraktomi eksplorasi

Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya

karsinoma, untuk melakukan biopsy.

c. Pneumonektomi (pengangkatan paru)

Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.

d. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)

e. Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula

emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.

f. Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga

sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi

efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.

g. Kemoterapi

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani

pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi

bedah atau terapi radiasi


G. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Meliputi dari: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status

perkawinan, suku bangsa, nomor registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnose

medis.

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang pasien tumor paru biasanya mengalami nyeri pada

bagian dada, nyeri tersebut juga bias sampai ke lengan dan punggung. Keluhan

utama lain yang biasa muncul antara lain batuk, peningkatan produksi sputum,

dispnea, hemoptisis, wheezing, stridor, dan chest pain (Somantri, 2009). Keluhan

yang muncul pada pasien karsinoma bronkogenik biasanya klien sesak nafas, nyeri,

batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan

pada jalan nafas. Klien merasa sesak setelah melakukan aktifitas / menghadapi

sesuatu secara emosional, sesak nafas karena perubahan udara serta batuk dan susah

tidur karena nyeri dada.

2) Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat merokok pada pasien udara di

lingkungan rumah dan tempat kerja klien yang tidak baik seperti daerah industri.

3) Riwayat kesehatan keluarga Biasanya didalam keluarga mempunyai riwayat

penyakit karsinoma bronkogenik atau karena karsinoma lainnya.

4) Pola Aktivitas Sehari-hari

a. Pola Nutrisi dan Metabolisme

 Biasanya pada pasien karsinoma bronkogenik mengalami kesulitan dan

masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi karena adanya sesak nafas

saat makan.
b. Pola eliminasi

 Biasanya pada pasien karsinoma bronkogenik didapatkan pola berkemih

yang menurun, dan bisa terjadi diare atau konstipasi.

c. Pola istirahat dan tidur

 Biasanya klien mengalami sulit tidur dan juga istirahat karena adanya

sesak nafas yang ditandai dengan kondisi pasien yang gelisah dan sering

terbangun.

d. Pola aktivitas dan latihan

 Bisanya klien mengalami keletihan atau kelelahan terus menerus

sepanjang hari, serta sesak nafas saat melakukan aktivitas.

5) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum: pasien lemah, sesak napas dan disertai nyeri dada

b) Tanda-tanda vital : nadi meningkat, tekanan darah meningkat, pernapasan

meningkat, suhu meningkat

c) Sistem pernapasan : sesak napas, nyeri dada, batuk produktif tidak efektif, suara

napas mengi pada inspirasi, serak, paralisys pita suara

d) Sistem kardiovaskular: takikardi, disritmia, menunjukkan efusi (gesekan

perkardial)

e) Sistem gastrointestinal: anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat

badan menurun

f) Sistem urinus: terjadi peningkatan jumlah urin

g) Sistem neurologis: perasaan takut, kegelisahan

1. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum :Biasanya pasien gelisah karena sesak napas

b) Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis sampai terjadi penurunan

kesadaran
c) TTV

 BP : Biasanya terjadi hipotensi atau hipertensi

 RR : Takipnea

 P : Takikardia

 Suhu : Bisa terjadi hipotermia atau hipertermia

d) Kepala : Normachepal

e) Mata :Biasanya konjungtiva anemis (karena anemia), sianosis (karena

hipoksemia), kondisi sklera tergantung dengan kondisi hati yang baik

atau tidak.

f) Mulut dan bibir : Biasanya membran mukosa sianosis, bibir kering,

bernapas dengan mengerutkan mulut.

g) Hidung : Bernapas dengan menggunakan cuping hidung.

h) Telinga : Sejajar dengan kantus mata.

i) Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan pembengkakan

kelenjer tyroid dan kelenjer getah bening.

j) Kulit : Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah

perifer)

k) Thoraks

Paru-paru

 Inspeksi : Retraksi dinding dada (karena peningkatan aktivitas

pernapasan, dispnes, atau obstruksi jalan napas), pergerakan tidak

simetris antara dada kiri dan dada kanan.

 Palpasi :Taktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena

udara/suara melewati saluran/rongga pernapasan).

 Perkusi : Bunyi perkusi bisa resona, hiperresonan, dullness

 Auskultasi : Biasanya didapatkan bunyi stridor local, wheezing


unilateral didapatkan apabila karsinoma melibatkan penyempitan

bronkusdan ini merupakan tanda khas tumor bronkus.

l) Genitalia dan anus : bisanya pada pasien ca bronkogenik akan

mengalami gangguan eliminasi dan biasanya di pasang kateter.

m) Ekstremitas : keadaan perifer klien biasanya sianosis dan akral akan

teraba dingin.

2. Diagnosa

a) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi.

b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan kurang asupan

makanan (anoreksia)

c) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin (Hb)

dalam darah

d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen.

3. Rencana Tindakan

1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Ketidakefektifan pola napas a) Status respirasi : Terapi oksigen

Definisi : inspirasi dan atau Ventilasi a) Periksa mulut, hidung, dan sekret

ekspirasi yang tidak memberi  Frekuensi, irama, suara trakea

ventilasi adekuat. napas dalam batas b) Pertahankan jalan napas yang

normal paten

Batasan Karakteristik :  Retraksi dinding dada c) Atur peralatan oksigenasi

a) Penurunan tekanan ekspirasi tidak ada d) Monitor aliran oksigen sesuai

b) Penurunan tekanan inspirasi  Tidak ada suara napas indikasi dan konsentrasi yang

c) Pernapasan cuping hidung diberikan


d) Pola napas abnormal tambahan e) Pertahankan posisi pasien

e) Takipnea b) Status respirasi : f) Observasi tanda-tanda

Faktor yang Berhubungan : Kepatenan jalan napas hipoventilasi

a) Ansietas  Menunjukkan jalan g) Monitor adanya kecemasan pasien

b) Posisi tubuh yang napas yang paten (irama terhadap oksigenasi

menghambat ekspansi paru napas, frekuensi Monitor TTV

c) Hiperventilasi pernapasan dalam a) Monitor Tanda Tanda Vital

rentang normal) b) Monitor TD, nadi, RR, sebelum,

 Tidak ada suara napas selama, dan setelah aktivitas

tambahan c) Monitor frekuensi dan irama

c) Vital Sign Status pernapasan

Tanda-tanda vital dalam d) Monitor suhu, warna, dan

rentang normal (tekanan darah, kelembaban kulit

nadi, pernapasan) e) Monitor sianosis perifer

f) Monitor adanya cushling triad

(tekanan nadi yang melebar,

bradikardi, peningkatan sistolik)

g) Identifikasi perubahan TTV

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan kurang asupan makanan

(anoreksia)

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Ketidakseimbangan nutrisi a) Status nutrisi : Manajemen Nutrisi :

kurang dari kebutuhan tubuh Asupan nutrisi 1) Identifikasi adanya alergi atau

 Asupan nutrisi adekuat intoleransi yang dimiliki pasien

Definisi :asupan nutrisi tidak kolaborasi dengan ahli gizi untuk


cukup untuk memenuhi b) Status nutrisi : menentukan jumlah kaloi dan

kebutuhan metabolik Asupan makanan dan cairan nutrisi yang dibutuhkan pasien

Batasan karakteistik :  Asupan nutrisi terpenuhi 2) Lakukan atau bantu pasien terkait

1) Bising usus hiperaktif dengan perawatan mulut sebelum

2) Cepat kenyang setelah makan

makan 3) Monitor intake dan output

3) Diare 4) Berikan informasi tentang nutrisi

4) Gangguan sensasi rasa 5) Kaji kemampuan pasien untuk

5) Kelemahan otot mengunyah mendapatkan nutrisi yang

6) Ketidakmampuan memakan diperlukan

makanan

7) Kurang minat pada makanan

3) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin dalam

darah

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Perfusi perifer tidak efektif Tujuan : 1. Monitor Tanda Tanda Vital

Setelah dilakukan asuhan 2. Evaluasi nadi

Definisi : penurunan sirkulasi keperawatan selama 3 x 24 jam 3. Monitor intake dan output

darah pada level kapiler yang diharapkan perfusi perifer 4. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah

dapat mengganggu meningkat lebih rendah untuk memperbaiki

metabolisme tubuh sirkulasi

NOC : 5. Monitor status cairan intake dan output

1. Membram mukosa merah 6. Pemberian tranfusi darah

2. Konjungtiva tidak anemis

3. Akral hangat
4. TTV dalam batas normal

4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen.

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Intoleransi aktivitas a)Toleransi aktivitas Terapi aktivitas

berhubungan dengan Kriteria hasil : a) Kolaborasi dengan tenaga

ketidakseimbangan antara  Berpartisipasi dalam rehabilitasi medik dalam

suplai dan kebutuhan oksigen aktivitas fisik tanpa merencanak an program terapi

Definisi : penurunan sirkulasi disertai peningkatan yang tepat

darah pada level kapiler yang tekanan darah, nadi dan b) Bantu klien untuk mengidentif ikasi

dapat mengganggu RR aktivitas yang mampu dilakukan

metabolisme tubuh  Mampu melakukan c) Bantu untuk memilih aktivitas

aktifitas sehari-hari dengan kemampuan fisik, psikologi

(ADLs) secara mandiri dan social

 Mampu berpindah d) Bantu untuk mengidentif ikasi dan

dengan atau tanpa mendapatka n sumber yang

bantuan alat diperlukan untuk aktivitas yang

diinginkan

e) Bantu untuk mendapatka n alat

bantu aktivitas

f) Bantu pasien/ keluarga untuk

mengidentif ikasi kekurangan

dalam beraktivitas

g) Monitor respon fisik, emosi social

dan spiritual.
4. Implementasi Keperawatan

Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap

perencanaan (intervensi). Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada

kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi

implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi.

Tujuan implementasi adalah Melaksanakan hasil dari rencana keperawatan untuk

selanjutnya di evaluasi untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien dalam periode yang

singkat, mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, dan menemukan

perubahan sistem tubuh.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh

mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara

membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat

dalam rencana keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Stoppler, M.C. 2010. Tumor Paru.

Purba, Ardina Filindri & Wibisono. 2015 Pola Klinis Tumor Paru di RSUP dr. Kariadi Semarang

Periode Juli 2013- Juli 2014.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &

Nanda Nic Noc. Jogja: Mediaction

NANDA International. 2015. NANDA International INC. DiagnosaKeperawatan: Definisi&Klasifikasi 2015-

2017 (Budi Anna Keliat, et al, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tumor Paru.

Anda mungkin juga menyukai