DISUSUN OLEH:
Asyifa Udzakirah, S.Tr.Kep
Dibimbing Oleh:
Pembimbing Akademik
Ns. Sahran,M.Kep .
Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode SAMPLE, yaitu sebagai berikut :
S : Sign and Symptom.
Tanda gejala terjadinya kanker paru-paru, yaitu ada jejas pada thorak, Nyeri pada dada, bertambah
saat inspirasi, Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi, Pasien menahan dadanya dan
bernafas pendek, dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan, penurunan tekanan darah, dan
batuk berdarah.
A : Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik alergi obat-obatan ataupun kebutuhan
akan makan/minum.
M : Medications
(Anticoagulants, insulin and cardiovascular medications especially). Pengobatan yang diberikan pada
klien sebaiknya yang sesuai dengan keadaan klien dan tidak menimbulka reaksi alergi. Pemberian
obat dilakukan sesuai dengan riwayat pengobatan klien.
P :Previous medical/surgical history.
Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.
L :Last meal (Time)
Waktu klien terakhir makan atau minum.
E :Events /Environment surrounding the injury; ie. Exactly what happened.
Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara mengkaji data dasar klien yang
kemudian digolongkan dalam SAMPLE.
a. Aktivitas / istirahat
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 / irama jantung gallop, nadi apikal (PMI)
berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal, tanda homman (bunyi rendah sehubungan
dengan denyutan jantung, menunjukkan udara dalam mediastinum).
c. Psikososial
d. Ketakutan, gelisah.
e. Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.
e. Nyeri / kenyamanan
Perilaku distraksi, mengerutkan wajah. Nyeri dada unilateral meningkat karena batuk, timbul tiba-
tiba gejala sementara batuk atau regangan, tajam atau nyeri menusuk yang diperberat oleh napas
dalam.
f. Pernapasan
Pernapasan meningkat/takipnea, peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan
pada dada, ekspirasi abdominal kuat, bunyi napas menurun/ hilang (auskultasi mengindikasikan
bahwa paru tidak mengembang dalam rongga pleura), fremitus menurun, perkusi dada : hipersonor
diatas terisi udara, observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama bila trauma, kulit : pucat,
sianosis, berkeringat, mental: ansietas, gelisah, bingung, pingsan. Kesulitan bernapas, batuk,
riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi),
keganasan (mis. Obstruksi tumor).
b. Keamanan
Adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan.
Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri dilakukan dengan menggunakan PQRST, yaitu sebagai berikut :
P :Provokativ. Penyebab terjadinya nyeri.
Q :Quality
Kualitas nyeri yang dirasakan oleh klien. Untuk menentukan kualitas nyeri dapat
digunakan skala numerik ataupun melihat raut wajah klien.
R :Region.
Dari bagian mana nyeri mulai dirasakan dan sampai batas mana nyeri doarasakan.
S :Skala.
Nyeri yang digunakan ditentukan dengan menggunakan skala numerik ataupun
menilai raut wajah klien. Dari skala dapat ditentukan intensitas atau kualitas nyeri.
T :Time.
Waktu nyeri yang dirasakan klien. Apakah nyeri yang dirasakan terus menerus,
timbul-hilang, atau sewaktu-waktu.
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas..
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dyspnea.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan dyspnea.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah sistemik.
Pathway
Predisposisi
: Merokok (perokok aktif danBronkus mengalami
pasif), polusi udara,trauma oleh
paparan zatpaparan zat karsinogen (rokok,Perubahan
karsinogen. paparan industri)
Deskuamasi
epitel silia Ulserasi bronkus
dan mukosa
2. Ketidakefektifan Pola Napas b.d Setelah diberikan intervensi keperawatan NIC : Monitor Pernafasan
ansietas, posisi tubuh yang selama 1 x 6 jam maka diharapkan 1. Monitor kecepatan, irama, 1. Kecepatan biasanya mencapai kedalaman
menghambat, hiperventilasi, Pola napas teratasi kedalaman, dan kesulitan bernafas pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal
obesitas, nyeri, keletihan otot NOC : Status Pernapasan 2. Catat pergerakan dada, catat nafas
pernapasan. Dipertahankan pada 4 ketidaksimetrisan, penggunaan otot- 2. Penggunaan otot bantu pernafasan
Ditingkatkan pada 5 otot bantu nafas dan retraksi pada mengindikasikan klien menunjukkan usaha
Batasan karakteristik: 1= deviasi berat dari kisaran normal otot supraclaviculas dan intercosta untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang tidak
Pola napas abnormal, 2= deviasi yang cukup berat dari kisaran 3. Monitor suara nafas tambahan dapat terpenuhi.
Perubahan ekskursi dada, normal seperti ngorok atau mengi 3. Ngorok/ mengi menunjukkan akumulasi secret
Bradipnea, 3= deviasi sedang dari kisaran normal 4. Monitor pola nafas (misalnya., di jalan nafas
Penurunana tekanan ekspirasi, 4= deviasi ringan dari kisaran normal bradipnea, takipnea, hiperventilasi, 4. Mengetahui status pola pernafasan
penurunan tekanan inspirasi, 5= tidak ada deviasi dari kisaran normal pernafasan kusmaul, pernaasan 1:1,
penurunan ventilasi semenit, Dengan kriteria hasil: apneustik, respirasi biot dan pola
penurunan kapasitas vital, Status Pernapasan ataxic 5. Penurunan status oksigen mengindikasikan
Dispnea, 1/2/3/4/5 5. Monitor saturasi okseigen pada mengalami kekurangan oksigen yang dapat
Peningkatan diameter Dengan kriteria mayor: pasien yang tersedasi (SaO2, SvO2, menyebabkan terjadinya hipoksia
anterior-posterior, Frekuensi pernapasan SpO2) sesuai dengan protocol yang 6. Ekspansi dada terbatas berhubungan dengan
Pernapasan cuping hidung, Irama pernapasan ada atelektasis atau nyeri dada
othopnea, Kedalaman inspirasi 7. Bunyi yang dihasikan menandakan kondisi
Suara auskultasi nafas 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru organ didalamnya dan dapat mendeteksi
Fase ekspirasi memanjang,
Kepatenan jalan nafas gangguan paru-paru dan organ lain
pernapasan bibir,
7. Perkusi torak anterior dan posterior, 8. Mempermudah tindakan keperawatan
Takipnea, Volume tidal
dari apex ke basis paru, kanan dan selanjutnya
Penggunaan otot bantu Pencapaian tingkat insertif spirometri
kiri 9. Mencegah nafas pendek
pernapasan. Kapasitis vital
Dengan kriteria minor :
8. Catat lokasi trakea 10. Indikasi adanya gangguan saluran pernafasan
1. Penggunaan otot bantu pernapasan
9. Monitor kelelahan otot-otot
2. Suara napas tambahan
diafragma dengan pergerakan
3. Retraksi dinding dada 11. Memastikan suara nafas vesikuler
parasoksial
4. Pernapasan pursed lips 12. Mengetahui status perkembangan dan intervensi
10. Auskultasi suara nafas, catat area
5. Dispnea saat istirahat lanjutan
dimana terjadi penurunan atau tidak
6. Dispnea saat latihan 13. Meningkatkan gerakan secret ke jalan napas
adanya ventilasi dan keberadaan
7. Orthopnea sehingga mudah untuk dikeluarkan
suara nafas tambahan
8. Pengembangan dinding dada tidak 14. Ada tidaknya sekresi menunjukkan adanya
11. Auskultasi suara nafas setelah
simetris hambatan pada jalan nafas
tindakan, untuk dicatat
9. Gangguan vokalisasi 15. Mencegah kegiatan atau pajanan yang
12. Monitor peningkatan kelelahan,
10. Akumulasi sputum menyebabkan terjadinya keluhan sesak
kecemasan dan kekurangan udara
11. Gangguan ekspirasi
Atelektasisi pada pasien
13. Monitor kemampuan batuk efektif 16. Mengetahui perkembangan dan mencegah
pasien komplikasi lanjuta
17. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja
14. Monitor sekresi pernafasan pasien nafas, memberikn kelembaban pada membrane
mukosa dan membantu pengenceran secret.
15. Monitor keluhan sesak nafas pasien,
termasuk kegiatan yang
meningkatkan atau memperburuk
sesak nafas tersebut
16. Monitor hasil foto thorax
3. Hambatan Pertukaran Gas b.d Setelah diberikan intervensi keperawatan NIC : Terapi Oksigen
Ketidakseimbangan ventilasi selama 1 x 6 jam maka diharapkan 1. Bersihkan mulut, hidung dan 1. Rongga mulut dengan tambahan alat bantu
perfusi, Perubahan membran hambatan petukaran gas teratasi sekresi trakea dengan tepat napas harus selalu dibersihkan dan diganti
alveolus kapiler NOC : Status pernapasan : pertukaran gas untuk mencegah terjadinya infeksi dan cedera
Batasan karakteristik: Dipertahankan pada 4 mukosa
Gas darah arteri abnormal, Ditingkatkan pada 5 2. Pertahankan kepatenan jalan 2. Mempertahan kan ventilasi
Ph arteri abnormal, 1= deviasi berat dari kisaran normal napas 3. Membantu memaksimalkan ventilasi udara
Pola pernapasan abnormal, 2= deviasi yang cukup berat dari kisaran 3. Berikan oksigen tambahan yang masuk keparu
Warna kulit abnormal, normal 4. aliran yang terPlalu rendah atau terlalu tinggi
Konfusi, 3= deviasi sedang dari kisaran normal 4. Monitor aliran oksigen dapat menurunkan kondisi pasien
4= deviasi ringan dari kisaran normal
Penurunan karbon dioksida, 5. perangkat oksigen tanpa perawatan dapat
5= tidak ada deviasi dari kisaran normal 5. Monitor kerusakan kulit mengakibatkan kerusakan kulit dan mukosa
diaforesis,
Dengan kriteria hasil: terhadap adanya gesekan perangkat 6. Mempertahan kan ventilasi
Dispnea, hiperkapnia,
Pertukaran Gas oksigen 7. Posisi semi fowler menggunakan gaya
Hipoksemia,
1/2/3/4/5 6. Pertahankan kepatenan jalan napas gravitasi untuk membantu pengembangan paru
Hipoksia,
Dengan kriteria mayor : 7. Posisikan pasien untuk dan mengurangi tekanan dari abdomen pada
Iritabilitas,
Tekanan parsial oksigen di darah arteri mendapatkan ventilasi yang adekuat diagfragma
Napas cuping hidung, (PaO2) 8. ph arteri PaCO2 dan HCO3 Menunjukkan
Gelisah, Tekanan parsial karbondioksida di 8. Monitor keseimbangan ph arteri status keseimbangan asam basa
Samnolen, darah arteri (PaO2) PaCO2 dan HCO3 9. penurunan kesadaran merupakan salah satu
Takikardia, pH arteri tanda gangguan oksigenasi
Gangguan penglihatan. saturasi oksigen 10. Posisi semi fowler menggunakan gaya
tidal karbondioksida akhir 9. Monitor status neurolog gravitasi untuk membantu pengembangan paru
10. Posisikan pasien dan mengurangi tekanan dari abdomen pada
hasil rontgen dada
diagfragma
keseimbangan ventilasi dan perfusi
11. Anjurkan pernapasan lambat dan 11. Meningktakan ventilasi yang efektif sehingga
Dengan kriteria minor :
dalam tidak terjadi kelelahan
1. Dispnea saat istirahat
12. Beri obat yang meningkatkan 12. Bronkodilator dapat diberikan untuk
2. Dispnea dengan aktivitas ringan
patensi jalan napas dan pertukaran membantu ventilasi dengan efek vasodilatasi
3. Perasaan kurang istirahat
gas saluran napas
4. Sianosis, Mengantuk
13. Pastikan penggantian masker 13. Melihat kepatenan alat dan mencegahh
5. Gangguan kesadaran
oksigen/kanul nasak setiap kali peningkatan resiko infeksi
perangkat diganti 14. Sesak menyebbka penurunan konsumsi O2
15. Mendokumentaskan dengan benar terapi
14. Amati tanda-tanda hipoventilasi oksigen yang diberikan
induksi oksigen
Keliat, Budi Anna., et all. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017. Edisi 10. Jakarta: EGC
Kemenkes RI. 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Paru. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKParu.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018)
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Jogja: Mediaction
Purba, Ardina Filindri & Wibisono. 2015 Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr. Kariadi Semarang Periode Juli 2013- Juli 2014.
http://eprints.undip.ac.id/46681/3/BAB_II_HASIL_KTI.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018)
Sari, Lenny Widyawati Intan dan Purwoko, Yosef. 2015. Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Pelatihan Senam Lansia Menpora pada
Kelompok Lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang. http://eprints.undip.ac.id/46788/3/Lenny_Widyawati_Intan_Sari_2201011
1120052_Lap.KTI_Bab2.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018)
Stoppler, M.C. 2010. Kanker Paru. http://www.emedicinehealth/ (Diakses pada 15 Januari 2018)
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC