Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


DENGAN CA PARU

DISUSUN OLEH:
Asyifa Udzakirah, S.Tr.Kep

Dibimbing Oleh:

Pembimbing Akademik

Ns. Sahran,M.Kep .

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
TAHUN 2019
I.MIND MAPPING CA.PARU

PEMERIKSAAN PENUNJANG CA PARU


1. CT-scan
2. MRI
3. Foto toraks
4. Pemeriksaan sitologi sputum PENGERTIAN
5. Pemeriksaan Histopatologi Tumor paru merupakan keganasan pada KLASIFIKASI
6. Pemeriksaan serologi jaringan paru (Muttaqin Arif. 2008).
Kanker paru merupakan abnormalitas Menurut  Tim CancerHelps (2010 : 64) Kanker paru terdiri atas dua jenis yaitu,
dari sel – sel yang mengalami proliferasi Small Cell Lung Cancer (SCLC) dan Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC).
dalam paru (Somantri Irman. 2012). Lebih dari 80% kasus kanker paru merupakan NSCLC dengan subkategori
adenokarsinoma, karsinoma, squamosa dan karsinoma sel besar.
A. Non-Small Cell Lung ( NSCLC)
Kanker paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
MANIFESTASI KLINIS 1. Karsinoma squamosa merupakan jenis kanker yang paling umum
Berikut gejala kanker paru. ETIOLOGI terjadi.proses ini berkembang di dalam sel yang menggarisi saluran
1. Terjadi sesak napas. Beberapa etiologi CA Paru: udara. NSCLC merupakan jenis kanker yang sering terjadi. Penyebab
2. Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 1. Merokok
utamanya adalah rokok.
2. Populasi udara
minggu). 2. Adenokarsinoma merupakan jenis kanker paru yang berkembang dari sel
3. Populasi lingkungan kerja
3. Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan – sel yang memproduksi lender atau dahak di permukaan saluran udara.
4. Rendahnya asupan vitamin
penderita asma. A jenis ini lebih umum terjadi.
4. Batuk berdarah. 3. Karsinoma sel besar merupakan salah satu jenis sel kanker paru yang
5. Perubahan pada warna dahak dan peningkatan apabila dilihat di bawah mikroskop bentuk bundar besar. Sering juga di
jumlah dahak. sebut undiferentiated carcinoma.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
6. Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat B. Small Cell Lung (SCLC)
1. Radiologi (foto thorax dan
bernafas. bronkhografi) Lebih dari 80% kasus kanker paru merupakan golongan NSCLC.
7. Kelelahan kronis dan penururnan bobot badan 2. Laboratorium (Sitologi, pemeriksaan
secara drastis. fungsi paru, tes kulit)
8. Bengkak di bagian leher dan wajah. (Tim 3. Histopatologi (bronkoskopi, biopsy DIAGNOSA KEPERAWATAN
CancerHelps, 2010 : 64) trans torakal,torakoskopi,
mediastinosopi, toraktomi)
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mukus berlebihan, terpanjan
4. Pencitraan (CT-Scanning, MRI)
(Long, 1996). asap, benda asing dalam jalan napas, sekresi yang tertahan, perokok pasif,
perokok.
2. Pola Napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri,
keletihan otot
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
alveoli atau kegagalan utama paru
II.PENGKAJIAN KEPERAWATAN DARURATAN
Pengkajian Primer
1. Airway
Meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas ada atau tidaknya penumpukan secret dijalan
nafas,menurunya reflek batuk, reflek menelan menurun , suara nafas wheezing,periksa ada atau
tidaknya edema tracheal/faringeal. Dengan cara perkusi dada : hipersonor diatas terisi udara,
observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama bila trauma.
2. Breathing
Didalam tahap pemeriksaan Breathing, periksa adanya sesak nafas dengan frekuensi nafas >
20x/menit,menggunakan otot bantu pernafasan,retraksi dinding dada asimetris,irama nafas tidak
teratur,pernafasan cepat dan dangkal.
 Sesak nafas
 RR >20 x/i
 Menggunakan otot bantu pernafasan
 Retraksi dinding dada asimitris
 Irama nafas tidak teratur,
 Pernafasan cepat dan dangkal
3. Circulation
Kaji apakah adanya perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi harus dianggap disebabkan oleh
hipovelemia. 3 observasi yang dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan
hemodinamik yaitu :
 Nadi cepat
 TD meningkat atau hipotensi
 Distritmia
 Kulit : pucat, sianosis, berkeringat,
4. Disability
Penilaian neurologis secara cepat yaitu:
 Kesadaran GCS
 Pupil
 Mual / muntah
 Gelisah
 Periksa apakah ada atau tidaknya Nyeri dada, Nyeri dada unilateral meningkat karena batuk, timbul
tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan

Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode SAMPLE, yaitu sebagai berikut :
S : Sign and Symptom.
Tanda gejala terjadinya kanker paru-paru, yaitu ada jejas pada thorak, Nyeri pada dada, bertambah
saat inspirasi, Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi, Pasien menahan dadanya dan
bernafas pendek, dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan, penurunan tekanan darah, dan
batuk berdarah.
A    : Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik alergi obat-obatan ataupun kebutuhan
akan makan/minum.
M   : Medications
(Anticoagulants, insulin and cardiovascular medications especially). Pengobatan yang diberikan pada
klien sebaiknya yang sesuai dengan keadaan klien dan tidak menimbulka reaksi alergi. Pemberian
obat dilakukan sesuai dengan riwayat pengobatan klien.
P    :Previous medical/surgical history.
Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.
L    :Last meal (Time)
Waktu klien terakhir makan atau minum.
E    :Events /Environment surrounding the injury; ie. Exactly what happened.
Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara mengkaji data dasar klien yang
kemudian digolongkan dalam SAMPLE.
a. Aktivitas / istirahat
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 / irama jantung gallop, nadi apikal (PMI)
berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal, tanda homman (bunyi rendah sehubungan
dengan denyutan jantung, menunjukkan udara dalam mediastinum).
c. Psikososial
d. Ketakutan, gelisah.
e. Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.
e.    Nyeri / kenyamanan
Perilaku distraksi, mengerutkan wajah. Nyeri dada unilateral meningkat karena batuk, timbul tiba-
tiba gejala sementara batuk atau regangan, tajam atau nyeri menusuk yang diperberat oleh napas
dalam.
f.    Pernapasan
Pernapasan meningkat/takipnea, peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan
pada dada, ekspirasi abdominal kuat, bunyi napas menurun/ hilang (auskultasi  mengindikasikan
bahwa paru tidak mengembang dalam rongga pleura), fremitus menurun, perkusi dada : hipersonor
diatas terisi udara, observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama bila trauma, kulit : pucat,
sianosis, berkeringat, mental: ansietas, gelisah, bingung, pingsan. Kesulitan bernapas, batuk,
riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi),
keganasan (mis. Obstruksi tumor).
b. Keamanan
Adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan.

Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri dilakukan dengan menggunakan PQRST, yaitu sebagai berikut :
P :Provokativ. Penyebab terjadinya nyeri.
Q :Quality
Kualitas nyeri yang dirasakan oleh klien. Untuk menentukan kualitas nyeri dapat
digunakan skala numerik ataupun melihat raut wajah klien.
R :Region.
Dari bagian mana nyeri mulai dirasakan dan sampai batas mana nyeri doarasakan.
S :Skala.
Nyeri yang digunakan ditentukan dengan menggunakan skala numerik ataupun
menilai raut wajah klien. Dari skala dapat ditentukan intensitas atau kualitas nyeri.
T :Time.
Waktu nyeri yang dirasakan klien. Apakah nyeri yang dirasakan terus menerus,
timbul-hilang, atau sewaktu-waktu.

Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas..
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dyspnea.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan dyspnea.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah sistemik.
Pathway

Predisposisi
: Merokok (perokok aktif danBronkus mengalami
pasif), polusi udara,trauma oleh
paparan zatpaparan zat karsinogen (rokok,Perubahan
karsinogen. paparan industri)
Deskuamasi
epitel silia Ulserasi bronkus
dan mukosa

CA PARU Lapisan epitel bronkus


Sekunder: Metastase dari organ hiperplasi & metaplasi
lain abnormal

Adenokarsinoma Carcinoma sel Carcinoma non sel kecil


Karsinoma sel skuamosa
kecil

produksi mucus >> Karsinoma berkembang


Karsinoma berkembang Membesar/metastase di pada jaringan paru
di tengah bronkus dan di tengah parenkim perifer
menonjol ke dalam Menyumbat jalan paru
nafas
Perubahan membran Produksi cairan melebihi
Hiperplasia pada dinding alviolar kemampuan penyerapan
bronkus Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Dispnea
Ketidakefektifan bersihan Penumpukan cairan
jalan napas pada rongga pleura
Gangguan
pertukaran gas Ekspansi paru
menurun
Ketidakefektifan
pola napas Dispnea
III.RENCANA KEPERAWATAN

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Rasional
Tujuan/Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
1 Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah diberikan intervensi keperawatan NIC : Manajemen Jalan Napas
napas b.d mukus berlebihan, selama 1x 6 jam maka diharapkan 1. Monitor status pernapasan 1. Jalan napas yang tidak paten dapat mengakibatkan
terpanjan asap, benda asing dalam bersihan jalan napas teratasi. sebagaimana mestinya tidak adekuatnya ventilasi yang menyebabkan
jalan napas, sekresi yang tertahan, NOC : status pernapasan : Kepatenan frekuensi meningkat, irama tidak teratur
perokok pasif, perokok Jalan Napas 2. Batuk efektif memaksimalkan pengeluaran secret
Dipertahankan pada 4 2. Buang sekret dengan memotivasi sehingga pasien tidak merasa kelelahan, suction
Batasan karakteristik : Ditingkatkan pada 5 pasien untuk melakukan batuk atau dapat dilakukan untuk membersihkan secret pada
 Tidak ada batuk, 1= deviasi berat dari kisaran normal menyedot lendir jalan napas buatan, secret yang tertahan, atau
 Suara napas tambahan, 2= deviasi yang cukup berat dari kisaran 3. Auskultasi suaran napas, catat area pasien tidak sadar
 Perubahan pola napas, normal yang ventilasinya menurun atau tidak 3. Suara nafas yang abnormal menunjukkan lokasi
 Perubahan frekuensi napas, 3= deviasi sedang dari kisaran normal ada suara napas tambahan adanya secret pada area lobus paru.
 Sianosis, 4= deviasi ringan dari kisaran normal 4. Lakukan penyedotan melalui 4. Secret dapat mengisi jalan napas buatan dan
5= tidak ada deviasi dari kisaran normal endotrakeal atau nasotrakeal mencegah terjadinya infeksi tambahan
 Kesulitan verbalisasi,
Dengan kriteria hasil: 5. Ajarkan pasien bagaimana 5. Inhaler membantu mencairkan secret sehingga
 Penurunan bunyi napas,
Bersihan jalan napas : 1/2/3/4/5 menggunakan inhaler secret lebih mudah dikeluarkan
 Dispnea,
6. Posisikan pasien untuk 6. Posisikan pasien dengan posisi semi fowler untuk
 Sputum dalam jumlah
Dengan kriteria mayor: memaksimalkan ventilasi mengurangi sesak
yang berlebihan,
 Frekuensi pernapasan 7. Instruksikan bagaimana agar bisa 7. Membantu mengeluarkan sputum dimana dapat
 Batuk tidak efektif, melakukan batuk efektif menganggu ventilasi dan ketidaknyamanan upaya
 Irama pernapasan
 Ortopnea, 8. Monitor status pernafasan bernafas
 Kedalaman inspirasi
 Gelisah, 8. Perkembangan status kesehatan pasien dan
 Kemampuan untuk mengeluarkan sekret
 Mata terbuka lebar. 9. Anjurkan meminum air hangat mencegah komplikasi lanjutan
Dengan kriteria minor; 9. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan
1. Ansietas spasme
2. Ketakutan
NIC : Penghisapan lendir pada jalan NIC : suction efektif dalam membebaskan jalan
3. Tersedak
4. Suara napas tambahan napas napas dari secret yang tertahan
5. Pernapasan cuping hidung
6. Dispnea saat istirahat NIC : Fisioterapi dada
7. Dispnea dengan aktivitas ringan 1. PPOK eksaserbasi akut, pneumonia tanpa
8. Penggunaan otot bantu pernapasan 1. Kenali ada tidaknya produksi sputum berlebih, kanker paru, edema
9. Batuk kontraindikasi dilakukannya fisioterapi serebri, osteoporosis merupakan kontraindikasi
10. Akumulasi sputum dada pada pasien dari pemberian fisioterpai dada
R Aspirasi agonal
2. Lakukan fisioterapi dada 2. fisioterapi dada yang diberikan sesaat setelah
minimal 2 jam setelah makan makan dapat meningkatkan resiko refluk makanan
dari lambung dan mengaibatkan aspirasi.

3. Jelaskan tujuan dan prosedur 3. Inform consent sebelum tindakan meningktakan


tindakan fisioterapi dada kepercayaan pasien terhadap prosedur tindakan
4. Monitor status respirasi 4. Sesak dapat terjadi pada pasien jika posisi postural
5. Tentukan segmen paru yang drainage terlalu lama dipertahankan
berisi sekret berlebih 5. Menentukan posisi dalam melakukan fisioterapi
6. Lakukan fisioterapi dada dada
7. Instruksikan pasien untuk 6. Fisioterapi dada memanfaatkan gravitasi dan
mengeluarkan secret dengan napas geratan dalam mengeluarkan secret
dalam 7. Membantu pasien dalam menghemat energi saat
8. Monitor kemampuan pasien mengeluarkan secret sehingga pasien tidak
setelah dan sebelum kelelahan
8. Perubahan suara napas menunjukkan fisioterpai
dada berhasil dilakukan

2. Ketidakefektifan Pola Napas b.d Setelah diberikan intervensi keperawatan NIC : Monitor Pernafasan
ansietas, posisi tubuh yang selama 1 x 6 jam maka diharapkan 1. Monitor kecepatan, irama, 1. Kecepatan biasanya mencapai kedalaman
menghambat, hiperventilasi, Pola napas teratasi kedalaman, dan kesulitan bernafas pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal
obesitas, nyeri, keletihan otot NOC : Status Pernapasan 2. Catat pergerakan dada, catat nafas
pernapasan.  Dipertahankan pada 4 ketidaksimetrisan, penggunaan otot- 2. Penggunaan otot bantu pernafasan
 Ditingkatkan pada 5 otot bantu nafas dan retraksi pada mengindikasikan klien menunjukkan usaha
Batasan karakteristik: 1= deviasi berat dari kisaran normal otot supraclaviculas dan intercosta untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang tidak
 Pola napas abnormal, 2= deviasi yang cukup berat dari kisaran 3. Monitor suara nafas tambahan dapat terpenuhi.
 Perubahan ekskursi dada, normal seperti ngorok atau mengi 3. Ngorok/ mengi menunjukkan akumulasi secret
Bradipnea, 3= deviasi sedang dari kisaran normal 4. Monitor pola nafas (misalnya., di jalan nafas
 Penurunana tekanan ekspirasi, 4= deviasi ringan dari kisaran normal bradipnea, takipnea, hiperventilasi, 4. Mengetahui status pola pernafasan
penurunan tekanan inspirasi, 5= tidak ada deviasi dari kisaran normal pernafasan kusmaul, pernaasan 1:1,
penurunan ventilasi semenit, Dengan kriteria hasil: apneustik, respirasi biot dan pola
penurunan kapasitas vital, Status Pernapasan ataxic 5. Penurunan status oksigen mengindikasikan
 Dispnea, 1/2/3/4/5 5. Monitor saturasi okseigen pada mengalami kekurangan oksigen yang dapat
 Peningkatan diameter Dengan kriteria mayor: pasien yang tersedasi (SaO2, SvO2, menyebabkan terjadinya hipoksia
anterior-posterior,  Frekuensi pernapasan SpO2) sesuai dengan protocol yang 6. Ekspansi dada terbatas berhubungan dengan
 Pernapasan cuping hidung,  Irama pernapasan ada atelektasis atau nyeri dada
othopnea,  Kedalaman inspirasi 7. Bunyi yang dihasikan menandakan kondisi
 Suara auskultasi nafas 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru organ didalamnya dan dapat mendeteksi
 Fase ekspirasi memanjang,
 Kepatenan jalan nafas gangguan paru-paru dan organ lain
pernapasan bibir,
7. Perkusi torak anterior dan posterior, 8. Mempermudah tindakan keperawatan
 Takipnea,  Volume tidal
dari apex ke basis paru, kanan dan selanjutnya
 Penggunaan otot bantu  Pencapaian tingkat insertif spirometri
kiri 9. Mencegah nafas pendek
pernapasan.  Kapasitis vital
Dengan kriteria minor :
8. Catat lokasi trakea 10. Indikasi adanya gangguan saluran pernafasan
1. Penggunaan otot bantu pernapasan
9. Monitor kelelahan otot-otot
2. Suara napas tambahan
diafragma dengan pergerakan
3. Retraksi dinding dada 11. Memastikan suara nafas vesikuler
parasoksial
4. Pernapasan pursed lips 12. Mengetahui status perkembangan dan intervensi
10. Auskultasi suara nafas, catat area
5. Dispnea saat istirahat lanjutan
dimana terjadi penurunan atau tidak
6. Dispnea saat latihan 13. Meningkatkan gerakan secret ke jalan napas
adanya ventilasi dan keberadaan
7. Orthopnea sehingga mudah untuk dikeluarkan
suara nafas tambahan
8. Pengembangan dinding dada tidak 14. Ada tidaknya sekresi menunjukkan adanya
11. Auskultasi suara nafas setelah
simetris hambatan pada jalan nafas
tindakan, untuk dicatat
9. Gangguan vokalisasi 15. Mencegah kegiatan atau pajanan yang
12. Monitor peningkatan kelelahan,
10. Akumulasi sputum menyebabkan terjadinya keluhan sesak
kecemasan dan kekurangan udara
11. Gangguan ekspirasi
Atelektasisi pada pasien
13. Monitor kemampuan batuk efektif 16. Mengetahui perkembangan dan mencegah
pasien komplikasi lanjuta
17. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja
14. Monitor sekresi pernafasan pasien nafas, memberikn kelembaban pada membrane
mukosa dan membantu pengenceran secret.
15. Monitor keluhan sesak nafas pasien,
termasuk kegiatan yang
meningkatkan atau memperburuk
sesak nafas tersebut
16. Monitor hasil foto thorax

17. Berikan bantuan terapi nafas jika


diperlukan (misalnya nebulizer)

3. Hambatan Pertukaran Gas b.d Setelah diberikan intervensi keperawatan NIC : Terapi Oksigen
Ketidakseimbangan ventilasi selama 1 x 6 jam maka diharapkan 1. Bersihkan mulut, hidung dan 1. Rongga mulut dengan tambahan alat bantu
perfusi, Perubahan membran hambatan petukaran gas teratasi sekresi trakea dengan tepat napas harus selalu dibersihkan dan diganti
alveolus kapiler NOC : Status pernapasan : pertukaran gas untuk mencegah terjadinya infeksi dan cedera
Batasan karakteristik:  Dipertahankan pada 4 mukosa
 Gas darah arteri abnormal,  Ditingkatkan pada 5 2. Pertahankan kepatenan jalan 2. Mempertahan kan ventilasi
 Ph arteri abnormal, 1= deviasi berat dari kisaran normal napas 3. Membantu memaksimalkan ventilasi udara
 Pola pernapasan abnormal, 2= deviasi yang cukup berat dari kisaran 3. Berikan oksigen tambahan yang masuk keparu
 Warna kulit abnormal, normal 4. aliran yang terPlalu rendah atau terlalu tinggi
 Konfusi, 3= deviasi sedang dari kisaran normal 4. Monitor aliran oksigen dapat menurunkan kondisi pasien
4= deviasi ringan dari kisaran normal
 Penurunan karbon dioksida, 5. perangkat oksigen tanpa perawatan dapat
5= tidak ada deviasi dari kisaran normal 5. Monitor kerusakan kulit mengakibatkan kerusakan kulit dan mukosa
diaforesis,
Dengan kriteria hasil: terhadap adanya gesekan perangkat 6. Mempertahan kan ventilasi
 Dispnea, hiperkapnia,
 Pertukaran Gas oksigen 7. Posisi semi fowler menggunakan gaya
 Hipoksemia,
1/2/3/4/5 6. Pertahankan kepatenan jalan napas gravitasi untuk membantu pengembangan paru
 Hipoksia,
Dengan kriteria mayor : 7. Posisikan pasien untuk dan mengurangi tekanan dari abdomen pada
 Iritabilitas,
 Tekanan parsial oksigen di darah arteri mendapatkan ventilasi yang adekuat diagfragma
 Napas cuping hidung, (PaO2) 8. ph arteri PaCO2 dan HCO3 Menunjukkan
 Gelisah,  Tekanan parsial karbondioksida di 8. Monitor keseimbangan ph arteri status keseimbangan asam basa
 Samnolen, darah arteri (PaO2) PaCO2 dan HCO3 9. penurunan kesadaran merupakan salah satu
 Takikardia,  pH arteri tanda gangguan oksigenasi
 Gangguan penglihatan.  saturasi oksigen 10. Posisi semi fowler menggunakan gaya
 tidal karbondioksida akhir 9. Monitor status neurolog gravitasi untuk membantu pengembangan paru
10. Posisikan pasien dan mengurangi tekanan dari abdomen pada
 hasil rontgen dada
diagfragma
 keseimbangan ventilasi dan perfusi
11. Anjurkan pernapasan lambat dan 11. Meningktakan ventilasi yang efektif sehingga
Dengan kriteria minor :
dalam tidak terjadi kelelahan
1. Dispnea saat istirahat
12. Beri obat yang meningkatkan 12. Bronkodilator dapat diberikan untuk
2. Dispnea dengan aktivitas ringan
patensi jalan napas dan pertukaran membantu ventilasi dengan efek vasodilatasi
3. Perasaan kurang istirahat
gas saluran napas
4. Sianosis, Mengantuk
13. Pastikan penggantian masker 13. Melihat kepatenan alat dan mencegahh
5. Gangguan kesadaran
oksigen/kanul nasak setiap kali peningkatan resiko infeksi
perangkat diganti 14. Sesak menyebbka penurunan konsumsi O2
15. Mendokumentaskan dengan benar terapi
14. Amati tanda-tanda hipoventilasi oksigen yang diberikan
induksi oksigen

15. Periksa perangkat (alat) pemberian


oksigen secara berkala untuk
memastikan bahwa konsentrasi yang
telah dtentukan sedang diberikan
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna., et all. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017. Edisi 10. Jakarta: EGC

Kemenkes RI. 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Paru. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKParu.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018)

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Jogja: Mediaction

Nurjannah, I & Tumanggor, R.D. 2013. Nursing Interventions Classification


Edisi 6 (Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.

Nurjannah, I & Tumanggor, R.D. 2013. Nursing Outcomes Classification Edisi


5 (Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.

Purba, Ardina Filindri & Wibisono. 2015 Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr. Kariadi Semarang Periode Juli 2013- Juli 2014.
http://eprints.undip.ac.id/46681/3/BAB_II_HASIL_KTI.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018)
Sari, Lenny Widyawati Intan dan Purwoko, Yosef. 2015. Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Pelatihan Senam Lansia Menpora pada
Kelompok Lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang. http://eprints.undip.ac.id/46788/3/Lenny_Widyawati_Intan_Sari_2201011
1120052_Lap.KTI_Bab2.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018)

Stoppler, M.C. 2010. Kanker Paru. http://www.emedicinehealth/ (Diakses pada 15 Januari 2018)

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai