Anda di halaman 1dari 4

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Disusun oleh

Kelompok :2

Hamzah Bano : F02422018

Sukma Dewi Aulya Hariyanto : E02422008

Hafid Hamsa : E02422003

Mutmainnah Hilimi : E02422004


A. LATAR BELAKANG

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya menapakan suatu nilai
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum,
norma moral maupun norma kenegaraan iainnya. Adapun nilai-nilai tersebut akan
dijabarkan dalam suatu normanorma yang jelas sehingga merupakan suatu
pedoman. Norma-norma tersebut meliputi :

1) Norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat
diukur dari sudut baik maupun yang buruk.
2) Norma hukum yaitu suatu sistem peraturan perundangundangan yang berlaku
di Indonesia. Jadi sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah merupakan
suatu pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan
merupakan sumber norma baik meliputi normanorma maupun norma-norma
hukum, yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-
norma etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan
maupun kebangsaan.
B. PEMBAHASAN
Dalam pembagian cabang-cabang ilmu pengetahuan, etika adalah anak
cabang dari filsafat. Masuk dalam kategori filsafat praktis. Pembahasannya
langsung mengarah pada tindakan dan bagaimana manusia harus berbuat.
Filsafat praktis ini diupayakan untuk memberi pemahaman pada manusia
dalam mengarahkan tindakannya. Begitulah etika sebagai bagian dari
filsafat praktis bekerja. Kemudian pun etika masih dibagi lagi menjadi
etika individual dan etika sosial. Mengingat manusia memang memiliki
kedua dimensi itu. Sebagai individu dan makhluk sosial. Sebagai individu
manusia memiliki kewajiban-kewajiban terhadap dirinya sendiri, terhadap
Tuhan, dan wilayah-wilayah hidup mereka yang berkenaan dengan sisi
individual. Sedangkan sebagai makhluk sosial, manusia diarahkan untuk
mengatur hidup sesuai dengan garis kodrat mereka sebagai makhluk
sosial, berkenaan dengan nilai-nilai moral yang menentukan sikap dan
tindakan antarmanusia. Sedangkan dimensi politik dalam etika politik di
sini adalah dimaksudkan ada dalam pengertiannya yang lebih luas. Bukan
hanya berkenaan dengan sistem kenegaraan atau hubungan antar negara
misal, yang mencangkup kehidupan kenegaraan, pemerintahan, penentuan
dan pelaksanaan kebijakan negara tentang berbagai hal menyangkut
kepentingan publik, serta kegiatan-kegiatan lain dari berbagai lembaga
sosial, partai politik dan organisasi keagamaan yang berkaitan langsung
dengan kehidupan kemasyarakatan dan negara yang dibatasi oleh konsep-
konsep negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan
(decission making), pembagian (distribution), dan alokasi (alocation),
tetapi di sini pengertian itu diperluas lagi ke dalam tataran manusia sebagai
makhluk yang berpolitik. Secara kasar dapat disebutkan bahwa segala
tindakan manusia atau bahkan manusia itu sendiri tidak akan lepas dari
orientasi dan moda-moda politik. Manusia hidup karena berpolitik. Secara
kodrati sebagai makhluk individual atau sosial manusia akan memerlukan
aturan-aturan atau norma-norma untuk dapat menjalani hidupnya. Kata
kunci dari dimensi politik ini adalah kaitannya dengan hak dan kewajiban
manusia. Sebagai warga dunia, sebagai warga negara, sebagi anggota
masyarakat, sebagai individu, dan sebagai makhluk Tuhan. Dengan
melihat dua dimensi ini, etika dan politik, dalam Pancasila sebagai Etika
Politik, maka kita dapat memberi kesimpulan awal bahwa Pancasila adalah
pedoman hidup bersama kita, yang mengatur bagaimana kita bersikap dan
bertindak antar satu dengan lain, yang disertai hak dan kewajibannya.
Dengan kata lain Pancasila adalah moral identity kita. Baik sebagai warga
dunia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat. Kita dikenali
karena kita memiliki Pancasila dalam diri kita sebagai pedoman hidup
bersama. 1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan
Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusywaratan perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia

Anda mungkin juga menyukai