Anda di halaman 1dari 2

Hipertiroidisme dan Manifetasi Klinisnya

Posted on December 19, 2020 by admin pantirapih

Suatu ketika datang kepada saya seorang wanita muda usia 24 tahun dengan keluhan
berat badan yang menurun hampir 4 kg dalam 1 bulan dan cepat capai disertai
frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari tanpa diare. Pasien merasa bahwa
dirinya terkena penyakit kencing manis, tetapi pada saat dilakukan pemeriksaan gula
darah sesaat, ternyata hanya 95 mg/dL. Dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium
akhirnya didapatkan diagnose pasien tersebut adalah penderita Hipertiroid dan dengan
penanganan yang tepat, gejala yang dirasakannya membaik dan berat badan kembali
normal.

Kondisi seperti pasien tersebut banyak didapatkan dalam praktek sehari-hari.


Hipertiroid adalah istilah yang menggambarkan adanya produksi hormone tiroid yang
berlebihan sehingga menimbulkan gejala klinis. Kelenjar tiroid merupakan salah satu
kelenjar hormone yang terletak di leher, berbentuk seperti kupu-kupu. Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon yang dikenal sebagai Free T4 dan Free T3 atas stimulasi dari
Tiroid Stimulating Hormone (TSH) dari kelenjar hipofise. Hormon tiroid bertanggung
jawab atas berbagai metabolisme dalam tubuh. Apabila tubuh mengalami kelebihan
hormone ini disebut hipertiroid dan bila kekurangan disebut hipotiroid.

Penderita dengan hipertiroid akan menunjukkan gejala-gejala penurunan berat badan,


tidak tahan terhadap cuaca panas, rambut rontok, jantung berdebar-debar, sering
buang air besar, dan tangan gemetar. Mata yang tampak menonjol (exopthalmus) juga
sering ditemukan pada penyakit Graves’ . Kondisi seperti ini disebabkan tertimbunnya
jaringan lemak di belakang bola mata yang akan mendorong mata keluar sehingga
batas atas kornea tidak tertutup kelopak mata. Sekilas terlihat seperti orang yang
sedang marah.  Untuk menegakkan diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan
laboratorium yaitu pemeriksaan kadar Free T4 dan TSHs.  Apabila didapatkan kadar
Free T4 yang meningkat dan kadar TSHs yang rendah, maka disebut Hipertiroidisme.
Peningkatan kadar free T4 tidak selalu berkorelasi dengan besar-kecilnya kelenjar
tiroid. Penyebab hipertiroidisme ini antara lain karena penyakit Graves’ atau autoimun
dan  peradangan pada kelenjar tiroid (tiroiditis). Pembesaran kelenjar tiroid pada
penyakit Graves’ umumnya bersifat difus atau merata dan teraba lunak. Pada tumor
tiroid benjolan teraba keras, bahkan tidak disertai kelainan fungsi tiroid.

Kegawatan yang terjadi pada kondisi hipertiroid disebab Krisis tiroid atau badai tiroid.
Kasus ini jarang dijumpai, bahkan pengalaman penulis selama menjalani tugas
sebagai dokter penyakit dalam baru dua kasus yang dijumpai. Krisi tiroid terjadi
akibat pengeluaran hormone tiroid yang berlebihan, biasanya dipicu oleh infeksi berat,
tindakan operasi atau manipulasi kelenjar tiroid yang berlebihan. Kondisi ini
memerlukan perawatan di ruang perawatan intensif dan pasien selalu disertai demam.
Penanganan hipertiroid dapat dilakukan dengan obat-obatan, iodium radioaktif atau
pembedahan. Obat yang sering digunakan adalah Propil Thyouracil atau Metimazole
yang bisa diberikan sampai jangka waktu yang lama. Monitoring kadar free T4 secara
periodik diperlukan untuk mengevaluasi dosis obat yang diberikan. Apabila dengan
dosis terkecil, kadar Free T4 berada pada kisaran normal, obat bisa diberhentikan dulu
tetapi monitoring kadar Free T4 tetap dilakukan karena ada kalanya kondisi tersebut
relaps (kambuh). Pengobatan dengan Iodium radioaktif masih sering dikhawatirkan
oleh sebagian pasien. Pengobatan ini tidak perlu dikhawatirkan karena pada
prinsipnya hanya memberikan Iodium radioaktif dengan dosis kecil di mana radioaktif
tersebut akan mematikan sel-sel kelenjar tiroid yang memproduksi hormon secara
berlebihan. Efek samping yang mungkin timbul apabila semua sel-sel kelenjar tiroid
tidak berfungsi, maka akan timbul kondisi Hipotiroid atau kekurangan hormon tiroid
dan harus minum Levothyroxin seumur hidup. Pengobatan ini menjadi kompetensi
dokter spesialis kedokteran nuklir. Operasi atau pembedahan pada dasarnya hanya
untuk mengurangi volume atau besarnya kelenjar tiroid, jadi lebih bersifat kosmetik.
Berbeda pada tumor ganas tiroid, pembedahan sifatnya harus dilakukan dan secara
radikal atau total dan semua jaringan tiroid akan diambil beserta kelenjar getah bening
di sekitarnya,  selanjutnya juga dilakukan pengobatan dengan iodium radioaktif untuk
mematikan sel-sel ganas yang masih tersisa.

Hal yang terpenting bagi pasien hipertiroid apapun sebabnya, minum obat secara
teratur dan monitoring kadar hormone tiroid secara berkala sangat diperlukan.
Konsultasi dengan dokter yang menangani akan membantu keberhasilan terapi.

Ingin mengetahui informasi ini seputar Penyakit Dalam dapat mengunjungi Gedung
Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai