Anda di halaman 1dari 4

Sindrom Antifosfolipid

   

Sindrom antifosfolipid atau antiphospholipid syndrome (APS)


adalah sekumpulan gejala yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh
menyerang senyawa lemak tubuh yang disebut fosfolipid. Tanda yang
paling khas dari sindrom antifosfolipid adalah peningkatan kekentalan
darah.
Sindrom antifosfolipid disebut juga dengan sindrom Hughes, yang berasal dari nama
penemunya. Sindrom ini tergolong penyakit autoimun yang dapat menyebabkan
gangguan di seluruh bagian tubuh.

Fosfolipid sendiri merupakan senyawa lemak tubuh yang membangun semua


dinding sel dalam tubuh manusia. Fosfolipid juga berperan besar dalam proses
pembekuan darah oleh platelet. Oleh karena itu, penggumpalan darah merupakan
salah satu tanda yang paling banyak ditemukan pada kondisi ini.

Penyebab Sindrom Antifosfolipid


Pada sindrom antifosfolipid, sistem kekebalan tubuh (sistem imun) yang seharusnya
melawan organisme asing, seperti virus atau bakteri, justru keliru menghasilkan
antibodi yang menyerang fosfolipid.
Penyebab terbentuknya antibodi ini atau bagaimana antibodi ini menyebabkan
penggumpalan darah belum diketahui secara pasti. Namun, ada dugaan bahwa
antibodi ini terbentuk karena adanya mutasi genetik pada sistem imun, infeksi virus
atau bakteri tertentu, pengobatan tertentu, atau kombinasi dari ketiganya.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena sindrom
antifosfolipid, yaitu:

 Berjenis kelamin wanita


 Menderita penyakit autoimun lainnya, seperti lupus atau sindrom Sjögren
 Menderita infeksi tertentu, seperti hepatitis C, HIV/AIDS, atau sifilis
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti antikonvulsan phenytoin atau
antibiotik amoxicillin
 Memiliki riwayat sindrom antifosfolipid dalam keluarga

Penelitian terbaru juga mengungkapkan penemuan antibodi yang menyerang


fosfolipid pada pasien COVID-19. Hal ini diduga berhubungan dengan
penggumpalan darah yang terjadi pada pasien COVID-19 dengan gejala berat.
Namun, hal ini masih perlu penelitian lebih lanjut.
Pada beberapa kasus, seseorang bisa saja memiliki antibodi yang menyerang
fosfolipid pada darahnya tanpa mengalami masalah kesehatan apa pun. Meski
begitu, orang dengan kondisi demikian tetap akan berisiko mengalami gejala jika:

 Sedang dalam masa kehamilan


 Memiliki kadar kolesterol darah yang tinggi
 Menjalani operasi, terutama pada kaki, seperti operasi penggantian sendi lutut atau
panggul
 Memiliki kebiasaan merokok
 Menjalani terapi penggantian hormon atau mengonsumsi pil KB
 Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
 Tidak bergerak dalam jangka waktu lama, misalnya karena sedang tirah baring
setelah operasi atau duduk selama penerbangan jarak jauh

Gejala Sindrom Antifosfolipid


Sindrom antifosfolipid menyebabkan darah menjadi lebih kental atau lebih mudah
menggumpal. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya penyumbatan aliran darah di
pembuluh darah arteri maupun vena.
Gumpalan darah yang terbentuk dapat mengakibatkan penderita APS mengalami:

 Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam


 Emboli paru
 Ruam atau luka pada kulit
 Serangan jantung atau stroke, terutama yang berulang dan terjadi pada usia di
bawah 55 tahun untuk laki-laki dan usia di bawah 65 tahun untuk perempuan
 Penyumbatan pembuluh darah di mata, hati, atau ginjal
 Komplikasi kehamilan, seperti keguguran berulang atau kelahiran prematur yang
disebabkan oleh preeklamsia berat maupun eklamsia

Selain itu, sindrom antifosfolipid juga diketahui dapat menyebabkan gangguan katup
jantung, gangguan sistem saraf, dan trombositopenia.
Kondisi-kondisi di atas bisa dikenali dengan gejala-gejala, seperti:

 Sering kesemutan pada kaki atau tangan


 Kelelahan dan lemas
 Sakit kepala berulang
 Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda
 Gangguan ingatan
 Gangguan bicara
 Gangguan gerak dan keseimbangan
 Memar-memar atau luka pada kulit
 Mimisan dan gusi berdarah

Kapan harus ke dokter


Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala di atas tanpa
penyebab yang jelas, terutama jika gejala sudah sering terjadi dan cukup
mengganggu.
Segera kunjungi IGD atau dokter terdekat jika Anda tiba-tiba mengalami masalah
kesehatan yang darurat, seperti:

 Stroke, yang ditandai dengan sakit kepala berat, kelemahan otot atau mati rasa di
satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, atau kesulitan mengerti kata-kata orang lain
 Emboli paru, yang ditandai dengan sesak napas, nyeri dada saat menarik napas,
dan batuk darah
 Deep vein thrombosis, yang ditandai dengan pembengkakan, kemerahan, dan nyeri
pada betis atau lengan

Diagnosis Sindrom Antifosfolipid


Untuk mendiagnosis sindrom antifosfolipid atau APS, dokter akan melakukan tanya
jawab mengenai gejala yang dialami pasien, riwayat kondisi kesehatan pasien dan
keluarga, serta obat-obatan yang sedang digunakan. Setelah itu, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Jika pasien mengalami penggumpalan darah yang menimbulkan masalah-masalah
kesehatan yang telah disebutkan di atas dan tanpa penyebab atau faktor risiko yang
jelas, dokter akan melakukan pemeriksaan darah untuk memastikan keberadaan
antibodi yang menyebabkan APS.
Pemeriksaan darah akan dilakukan 2 kali. Pasien dapat didiagnosis menderita
sindrom antifosfolipid jika pada kedua pemeriksaan tersebut ditemukan antibodi
penyebab APS.
Selain pemeriksaan antibodi, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan berikut agar
diagnosis lebih akurat:

 Pemeriksaan darah lengkap


 Pemeriksaan sifilis
 Pemeriksaan pembekuan darah
 Pemeriksaan antibodi lupus dan Anti–beta-2 glycoprotein I
Pemeriksaan radiologi juga diperlukan untuk mendeteksi masalah yang mungkin
terjadi akibat penggumpalan darah dalam tubuh, seperti MRI otak untuk melihat
stroke, atau USG Doppler pada kaki untuk melihat adanya deep vein
thrombosis (DVT).

Anda mungkin juga menyukai