Anda di halaman 1dari 22

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/319944358

Terapi Psikoreligiousitas Untuk Pemakai Narkoba

Presentation · June 2014


DOI: 10.13140/RG.2.2.34087.04000

CITATIONS READS

0 3,387

1 author:

Bahril Hidayat
Universitas Islam Riau
83 PUBLICATIONS   133 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Lierature of Islam View project

Psychology in Literature View project

All content following this page was uploaded by Bahril Hidayat on 20 September 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Terapi Psikoreligiousitas Untuk
Pemakai Narkoba

Oleh:
H. Bahril Hidayat, M.Psi., Psikolog
(Dosen, Penulis, dan Kepala Bidang Rehabilitasi dan Psikolog Badan
Narkotika Kabupaten Kampar)

Disampaikan Dalam Seminar Sehari


Burn Our Spirit Without Drugs
Diselenggarakan oleh STIKES Payung Negeri
di Ballroom Siak Hotel Mayang Garden
Pekanbaru - Riau
7 Juni 2014
Kenapa Remaja Rentan
Menyalah-Gunakan Narkoba
 Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja
mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan
rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun
untuk kompensasi.
 Faktor Penyebab Lainnya:
1) Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan
dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari
orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang
tua.
2) Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol
dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional,
berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
3) Pengaruh intrapersonal: termasuk kepribadian yang temperamental,
agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga
diri,dll.
4) Cinta dan Hubungan Heteroseksual
5) Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua
6) Permasalahan Moral, Nilai, dan Agama
Fakta:
Karakteristik pasien Napza persentase
terbesar berumur 16-25 tahun, belum
menikah, pendidikan tamat SLTP atau
SLTA, dan berstatus pelajar/mahasiswa
(Supardi, 1991).
Kategorisasi Abnormalitas Penyalah-
Guna Napza Berdasarkan PPDGJ
 F10,-Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol
 F11,-Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan oploida
 F12,-Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida
 F13,-Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau
hipnotika
 F14,-Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain
 F15,-Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia
lain termasuk kafein
 F16,-Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
halusinogenika
 F17,-Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau
 F18,-Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang
mudah menguap
 F19,-Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel
dan penggunaan zat psikoaktif lainnya
Pentingnya Pendekatan
Religiousitas
 Allport dan Ross (Nailuvar, 2003) mengemukakan bahwa orientasi
religius adalah motivasi dan visi psikologis yang berkenaan dengan
kehidupan beragama seseorang. Seseorang yang imannya kuat walau
apapun yang terjadi tidak akan mengganggu atau mempengaruhi
bahkan keimanan itu akan membawa ketentraman dan kebahagiaan
hati (Widjanarko,1997).

 Daradjat mengemukakan (1990), salah satu sikap keberagamaan


remaja adalah percaya dengan kesadaran, artinya remaja mulai
memilki kesadaran penuh akan rasa percaya pada agama yang
dianutnya, bukan sekedar mengikuti tradisi. Remaja ingin menjadikan
agama sebagai lapangan baru untuk membuktikan pribadinya. Remaja
ingin beragama dengan landasan atau dasar yang kuat, mereka ingin
beragama dengan kesadaran sendiri bukan karena ikut-ikutan
(Nailuvar, 2003).

(dikutip dari situs: http://indiegost.blogspot.com/2009/05/hubungan-antara-


orientasi-religius.html)
Intervensi
 Pendekatan Individual dan Komunitas, baik
yang bersifat preventif maupun kuratif.
 Jenis Intervensi Psikoreligiousitas untuk
Penanganan Penyalah-guna Napza
a. Terapi Psikoreligiousitas yang aplikatif bagi
penyalah-guna/mantan penyalah-guna
narkoba: Terapi Shalat, Dzikir, Hydrotherapy,
Tadabbur Quran, Supportive Family, dan
Modelling, dan Hijrah.
Intervensi: Mekanisme Kuratif dari
Postur Tubuh Shalat (Chistiy dalam
Lubis, 2002)
 Postur I
a. Nama Sikap Tubuh adalah Niat.
Mengangkat tangan dengan telapak tangan yang
terbuka, sampai di daerah telinga dan letakkan ibu jari di
belakang daun telinga seraya mengucapkan Allahu Akbar
(Allah Maha Besar).
b. Efek yang bermanfaat.
Tubuh merasa dibebaskan dari beban karena pembagian
beban yang sama pada kedua kaki. Luruskan punggung
sehingga memperbaiki sikap tubuh. Pikiran dikendalikan
oleh akal budi. Pandangan dipertajam dengan
memfokuskan pada lantai atau tempat sujud. Otot-otot
punggung bagian atas dan bawah dilemaskan. Pusat
otak bagian atas dan bawah dipadukan membentuk suatu
kesatuan tujuan.
Intervensi: Mekanisme Kuratif
dari Postur Tubuh Shalat
 Postur II.
a. Nama Sikap Tubuh adalah Qiyam.
Yaitu membaca surat Al-Fatihah dan diikuti oleh bacaan surat-surat
pendek dengan posisi tangan kanan diatas tangan kiri pada bagian
puser.
b. Efek yang Bermanfaat.
Memperpanjang konsentrasi, menyebabkan pengendoran kaki dan
punggung, menimbulkan perasaan kerendahan hati, kesederhanaan
dan kesalehan. Dalam pembacaan ayat-ayat tadi benar-benar semua
suara yang keluar dalam bahasa Arab yang diucapkan dapat
merangsang penyebaran sembilan puluh sembilan nama Allah ke
seluruh tubuh, pikiran dan jiwa pada tingkat yang terkendali. Getaran-
getaran suara vokal panjang a, i, dan u merangsang jantung, kelenjar
gondok (thyroid), kelenjar pineal, kelenjar bawah otak, kelenjar adrenal
dan paru-paru sehingga membersihkan dan meringankan semua
organ tersebut.
Intervensi: Mekanisme Kuratif
dari Postur Tubuh Shalat
 Postur III.
a. Sikap Tubuh disebut Ruku’.
Membungkuk pada pinggang, letakkan telapak tangan pada lutut
dengan jari-jarinya direnggangkan. Punggung sejajar dengan lantai,
sedemikian rupa sehingga kalau segelas air diletakkan di atasnya
maka tidak akan tumpah. Mata memandang ke bawah, tepat
kedepan. Jangan membengkokkan lutut.

b. Efek yang Bermanfaat.


Sepenuhnya melonggarkan otot-otot punggung bagian bawah paha
dan betis. Darah dipompa kebatang tubuh bagian atas.
Melonggarkan otot-otot perut, abdomen dan ginjal. Postur ini
menimbulkan kepribadian serta menimbulkan kebaikan hati dan
keselarasan batin.
Intervensi: Mekanisme Kuratif
dari Postur Tubuh Shalat
 Postur IV.
a. Sikap Tubuh disebut Qauma (I’tidal ).
Kembali ke posisi berdiri dan tangan di
samping tubuh.
b. Efek yang bermanfaat.
Darah segar yang bergerak naik ke batang
tubuh pada postur sebelumnya, kembali
pada keadaan semula dengan membawa
toksin—racun. Tubuh dalam keadaan rileks
dan melepaskan ketegangan.
Intervensi: Mekanisme Kuratif
dari Postur Tubuh Shalat
 Postur V.
a. Sikap Tubuh disebut Sujud.
Letakkan kedua tangan diatas lutut lalu rendahkan tubuh secara
pelan-pelan dan ringan ke posisi berlutut. Kemudian sentuhkan
kepala dan tangan ke lantai. Tujuh bagian tubuh berikut ini harus
menyentuh lantai, yaitu dahi, dua telapak tangan, dua lutut dan
ujung-ujung jari kedua kaki.
b. Efek yang Bermanfaat.
Lutut yang membentuk sudut yang tepat memungkinkan otot-otot
perut berkembang. Menambah aliran darah ke bagian atas tubuh,
terutama kepala (termasuk mata, telinga dan hidung) serta paru-
paru. Memungkinkan toksin-toksin mental di bersihkan oleh darah.
Mempertahankan posisi yang benar dari janin pada wanita hamil.
Mengurangi tekanan darah tinggi, menambah elasitisitas tulang-
tulang sendi. Menghilangkan egoisme dan kesombongan.
Meningkatkan kesadaran dan kesabaran kepada Allah.
Menghasilkan energi batin di seluruh tubuh. Postur yang
menunjukkan ketundukan dan kerendahan hati yang tertinggi ini
adalah esensi dari shalat.
Intervensi: Mekanisme Kuratif
dari Postur Tubuh Shalat
 Postur VI.
a. Sikap Tubuh disebut Qu’ud atau Duduk antara dua
Sujud.
Bagi laki-laki tumit kaki kanan dilekuk dan bobot kaki
serta bagian tubuh bertumpu pada tumit kaki tersebut.
Bagi wanita kedua kaki disatukan di bawah tubuhnya.
b. Efek yang Bermanfaat.
Bagi laki-laki, sikap ini membantu menghilangkan sifat
toksin/racun pada hati dan merangsang gerakan
peristaltik usus besar. Untuk perempuan, pada saat ini
tubuh kembali ke posisi pengendoran yang lebih besar
dan postur ini membantu pencernaan dengan
mendesak turun isi perut.
Intervensi: Mekanisme Kuratif
dari Postur Tubuh Shalat
 Postur VII
a. Sikap Tubuh disebut Sujud/ pengulangan
postur V.
b. Efek yang Bermanfaat.
Pengulangan sujud yang lama dalam
beberapa detik membersihkan sistem
pernafasan, sistem peredaran darah dan
syaraf. Merasakan keringanan tubuh dan
kegembiraan emosional. Penyebaran
oksigen ke seluruh tubuh. Menyeimbangkan
sistem simpatik dan para simpatik.
Intervensi: Hydrotherapy
b) Hydrotherapy
- Mandi
Kebersihan diri dan menstimulasi kerja sistem syaraf. Efektif
diterapkan di Suryalaya, Jawa Barat.
- Menjaga Wudhu
Terapi wudhu merupakan terapi tambahan untuk
mengembalikan kesegaran fisiologis dan menstimulasi fungsi
kognitif subjek. Wudhu yang dijalankan dengan penuh
kesungguhan, khusu’, tepat, ikhlas dan kontinu, diduga dapat
menumbuhkan persepsi dan motivasi positif dan
mengefektifkan coping. Respon emosi positif (positive
thinking) dapat menghindarkan reaksi stress (Rehata dalam
Musbikin, 2008). Pada bagian akhir, usapkan air pada
wilayah tengkuk dengan pijatan yang lembut, secukupnya.
Intervensi: Dzikir
c. Dzikir
Beberapa manfaat dzikir bagi kesehatan jiwa dapat
dijabarkan sebagai berikut.
1) Menjaga alam kejiwaan dari dorongan-dorongan negatif.
2) Perjanjian kepada Allah swt. untuk senantiasa mengakui
keberadaan-Nya dalam setiap relung hati seorang
hamba.
3) Menjadikan hati senantiasa waspada dan taat (wara’).
4) Melatih konsentrasi terhadap suatu hal.
5) Sugesti-diri agar menjadi lebih percaya diri.
6) Menanamkan rasa rendah hati.
7) Menciptakan rasa tawakal kepada Allah swt.
Intervensi: Tadabbur Quran
d) Tadabbur Quran
Upaya mempelajari dan memahami makna ayat-ayat al-Qur’an
adalah metode Islami lainnya yang sangat efektif. Membaca al-
Qur’an 3 ayat dengan memahami artinya jauh lebih efektif bagi
proses kuratif dibandingkan membaca 30 ayat al-Qur’an tetapi tidak
memahami artinya.
Pilih ayat-ayat favorit dari Quran untuk membentuk pola kognitif
yang baik dan mengambil hikmah dari sebuah peristiwa
buruk/musibah. Misalnya, Quran Surah alBaqarah 216, “Boleh jadi
kamu membenci sesuatu, padahal dia baik untukmu, boleh jadi
kamu menyukai sesuatu padahal dia buruk untukmu. Allah Maha
Mengetahui, sedangkan kamu tidak tahu apa-apa.”
Tadabbur Quran penting sebagai modalitas filosofis untuk
memperbaiki cara pandang dalam memaknai peristiwa. Gunakan
kombinasi Terapi Kognitif (misal RET) dalam penerapannya.
Intervensi: Supportive Family
dan Modelling
e) Supportive Family
Beri pengertian kepada keluarga tentang peran penting keluarga
dalam mengembalikan fungsi, tanggung-jawab, dan kesembuhan
penyalah-guna napza. Penelitian menunjukkan pengabaian orang
tua akan kepribadian, kebutuhan, dan kemampuan anak akan
membuatnya 'lari' kepada temannya. Dan, terbukalah peluang anak
terpengaruh napza (Adiningsih, 2002).

e) Modelling (uswatun hasanah)


- Ajukan atau tunjukkan contoh konkrit tentang keberhasilan mantan
pengguna napza kepada penyalah-guna yang masih aktif.
- Hadirkan mantan penyalah-guna dalam berbagai program
rehabilitasi; intervensi.
- Memutar film atau bedah buku yang berisikan tentang kisah nyata
para mantan penyalah-guna yang sudah berhasil keluar dari dunia
adiksi.
Intervensi: Hijrah
f) Hijrah
Hasil penelitian Dadang Hawari (Pendekatan Psikiatri
Klinis Pada Penyalahgunaan Zat, 1990)
memperlihatkan bahwa 81,3% pengguna napza karena
pengaruh teman. Jadi, jika seorang penyalah-guna
napza tidak meninggalkan (hijrah) lingkungan lamanya,
maka besar kemungkinan dia akan kembali
menggunakan napza.
Ginarni (2009) menemukan faktor-faktor yang
mempengaruhi kekambuhan pada penyalahgunaan
NAPZA adalah faktor teman pengguna, sugesti dan
stress, sedangkan faktor yang paling utama, yaitu
orang atau teman.
Daftar Pustaka
Adiningsih, N., U. 2002. Memberantas Napza dengan Ketahanan Keluarga. Media Indonesia
Selasa, 12 November 2002

Caplin, J, P. 1999.Kamus Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hawari, D. 1999. Al-Qur’an: Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta.

Hurlock, E.B. (1991). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Penerbit Erlangga.

Lubis, B, H. 2002. Dialektika Psikologi dan Pandangan Islam. Unri Press: Pekanbaru.

----------------1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III


(PPDGJ III). Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik

Santrok, J. W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit


Erlangga.
Tentang Bahril Hidayat
H. Bahril Hidayat , M.Psi., Psikolog, lahir, tumbuh, dan menyelesaikan jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama di Pekanbaru, Riau. Kemudian ia menamatkan Sekolah Menengah Tingkat Atas di
SMAN 1 di kota yang sama dan langsung melanjutkan studi S1 di Fakultas Psikologi UII Yogyakarta pada
tahun 1997. Sejak bulan Agustus 2007, dia melanjutkan studi di Magister Profesi Psikologi, Minat Utama
Psikologi Klinis, di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Bahril Hidayat aktif di dunia menulis dan akademik. Artikelnya yang berjudul Aku Ingin Melihat Allah meraih
Peringkat Terbaik I Lomba Menulis Artikel Islami Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh L-Data
Jakarta (2001), Terbaik I Mahasiwa Berprestasi dalam Psikologi UII Award Bidang Publikasi dan
Komunikasi (2001), dan penghargaan lainnya. Dia juga pernah menjadi konselor anak jalanan perempuan
yang rentan (2000-2001) pada salah satu LSM di Yogyakarta.

Pada tahun 2001, dia menulis buku tentang Dialektika Psikologi dan Pandangan Islam yang diterbitkan
akhir tahun 2002 oleh UNRI Press. Pada bulan Maret tahun 2007, terapi farmakologis telah ia jalani dan
sembuh total dari skizofrenik tersebut. Untuk berbagi metode pengobatan yang dijalani, tahun 2005 ia
menyusun sebuah makalah yang berjudul Teknik Terapi Identifikasi, yaitu sebuah Teknik Psikoterapi untuk
meruntuhkan gejala positif skizofrenik bukan dari sudut pandang terapis, tetapi dari cara berpikir penderita
skizofrenik. Teknik Terapi itu dia presentasikan di Seminar Nasional Asosiasi Psikologi Islami di Yogyakarta
(2005).
Tentang Bahril Hidayat
Selanjutnya, akhir tahun 2006 sebuah naskah yang berisikan cerita jenaka dalam konteks tasawuf terbit dengan judul Datuk Hitam “Cerita
Humor Rakyat Melayu”. Buku Datuk Hitam tersebut mengantarkannya sebagai Nominator Penulis Muda Berbakat oleh Khatulistiwa
Literary Award 2007 di Jakarta. Pada tahun 2009, tiga pantun jenaka karyanya memperoleh Nominasi Pada Lomba Pantun Jenaka dari
Tim KaryaKita, PT Tiga Rambu, Manajemen Iwan Fals, Jakarta.

Bahril Hidayat aktif di keanggotaan Asosiasi Psikologi Islami (API) sebagai Pengurus Pusat Bidang Aktivitas dan Kajian Ilmiah (2007-
sekarang) yang berpusat di Yogyakarta. Sebelumnya ia pernah mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Pekanbaru (2004-2005) dan akhirnya kembali mengajar di kampus itu pada tahun ajaran 2009 sebagai dosen honor. Dia juga
sering memberikan ceramah tentang psikologi dan teknik menulis, penyuluh pada pelatihan psikologi islami, pembicara dalam berbagai
acara bedah buku dan film, dan pengisi Seminar dan Ceramah tentang Psikosis (skizofrenik) dan Penyalahgunaan NAPZA. Pada tahun
2005, dia diundang oleh Panitia Psycholgy Expo untuk menyampaikan makalahnya yang berjudul Pluralisme dan Aktualisasi Diri di
Universitas Indonesia, Jakarta, tapi tidak bisa menghadiri acara tersebut.

Pada tanggal 7 Mei 2007 Bahril Hidayat membahas bukunya Aku Tahu Aku Gila dalam acara bedah buku di Fakultas Psikologi UII,
Yogyakarta bersama gurunya, Bapak Fuad Nashori. Kemudian pada tanggal 10 Mei 2007 melanjutkan bedah buku tersebut di Pasca
Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta untuk memenuhi undangan Pengelola Magister Sains Psikologi UGM,
Yogyakarta, termasuk di antaranya salah seorang guru yang sangat ia kagumi, Bapak Djamaludin Ancok. Seiring dengan itu, dia menjalin
silaturahmi dengan civitas akademika Fakultas Psikologi UGM yang sangat berpikiran terbukat erhadap pendekatan Psikologi Islami
kontemporer. Pada kesempatan lain dia pernah mengisi Monolog Program Hikmah Senja di stasiun televisi RB TV, Yogyakarta. Dia
mengisi delapan episode di bulan Ramadhan 1429 Hijriyah mencakup tema Manusia Cerdas, Nilai Sebuah Niat, Filosofi Kopi, Makna
Sebuah Pelukan, Keteguhan Sikap Positif, Hikmah Kegagalan, dan Makna Takut dan Harap Kepada Allah.

Untuk menghubungi penulis, silakan hubungi nomor HP: 081268338782 atau email ke bahrilhidayat@gmail.com

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai