1. Dasar Hukum
2. Jenis Angkutan Perkotaan
3. Land Use di Jabodetabek
4. Kondisi Existing Jaringan
Trayek Angkutan Umum
di Jabodetabek
5. Rencana Pengembangan
6. Kesimpulan
7. Draft RPM Rencana
Umum Jaringan Trayek
Angkutan Umum
CAPAIAN
TINDAK LANJUT
2 APTB 131 98 48 40 0 30 0 33 15 0
AKAP
3 KOMUTER 1082 540 516 284 155 12 81 388 138 0
ANGK.
4 PEMUKIMAN 0 0 0 11 0 0 0 0 0 40
ANGK.
5 PERBATASAN 0 4898 3714 4972 3620 581 179 1353 1976 317
6 BUSWAY 565 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 3670 6134 4447 5452 3880 4406 339 1943 2259 382
Express Reguler
E-Money
2 TERMINAL BARANANG SIANG TERMINAL CILILITAN 20 TERMINAL BSD CITY TERMINAL PASAR SENEN
21 TERMINAL BSD CITY TERMINAL TANAH ABANG
3 TERMINAL BARANANG SIANG TERMINAL RAWAMANGUN
22 TERMINAL PONDOK CABE TERMINAL TANAH ABANG
4 CILEUNGSI TERMINAL BLOK M
23 TERMINAL BEKASI TERMINAL PASAR SENEN
5 TERMINAL CIBINONG GROGOL
24 TERMINAL BEKASI TERMINAL TANAH ABANG
6 TERMINAL KETAN BUNDARAN HI/TANAH ABANG
25 TERMINAL BEKASI TERMINAL KAMPUNG MELAYU
7 TERMINAL DEPOK TERMINAL BLOK M
26 TERMINAL BEKASI SETU
8 TERMINAL DEPOK TERMINAL PASAR SENEN
27 HARAPAN INDAH TERMINAL CIKARANG
9 TERMINAL DEPOK TERMINLA TANAH ABANG
28 TERMINAL PULOGADUNG HARAPAN INDAH
10 TERMINAL DEPOK TERMINAL MANGGARAI
29 TERMINAL PULOGADUNG TERMINAL BEKASI
11 TERMINAL DEPOK TERMINAL CILILITAN
30 TERMINAL PULOGADUNG SUMARECON BEKASI
12 TERMINAL PORIS PLAWAD TERMINAL BLOK M
31 TERMINAL PULOGADUNG HARAPAN INDAH
13 TERMINAL PORIS PLAWAD TERMINAL PASAR SENEN
14 TERMINAL PORIS PLAWAD TERMINAL TANAH ABANG 32 TERMINAL CIKARANG TERMINAL BLOK M
Passing Lane
Passing Lane
Proses Perijinan
Bus Schedulling
Rute 5:
SOETTA – HI
Hotel Borobudur
Hotel Arya Duta Tugu Tani
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Hotel Alila 22
Perhitungan Kebutuhan Jumlah Angkutan
n=Total
n= RTT/h
Perjalanan/Kapasitas
Ket:
Dalam hal ini perlu dilakukan :
n= Jumlah Armada Angkutan
- Survei Total Perjalanan
RTT=Round Trip Time (Min)
- Load Factor Kendaraan
Headway= (Min)
Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung dan memenuhi kebutuhan interaksi sosial dan kegiatan sehari-hari masyarakat
kawasan perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) perlu didukung sistem angkutan
umum massal perkotaan yang efektif, efisien, dan terintegrasi di kawasan perkotaan Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek);
b. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26,
Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32 dan Pasal 33, telah diatur ketentuan mengenai jaringan trayek perkotaan.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Perhubungan tentang Rencana Umum Jaringan Trayek Perkotaan Wilayah Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang Dan Bekasi Yang Melewati Batas Wilayah Provinsi.
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5026);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 260, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5594);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8).
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian
Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75).
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan
Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 216).
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1844).
Menetapkan
Pasal 1
1. Untuk mewujudkan penyediaan pelayanan angkutan orang dalam trayek dengan kendaraan
bermotor umum di kawasan perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi disusun
Rencana Umum Jaringan Trayek Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Kawasan perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
b. Wilayah Provinsi Jawa Barat, yaitu Kota Depok, Kota Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bogor, dan
Kabupaten Bekasi; dan
c. Wilayah Provinsi Banten, yaitu Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten
Tangerang.
2. Rencana Umum Jaringan Trayek Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
pedoman pemberian izin penyelenggaraan Angkutan orang dalam Trayek di kawasan perkotaan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
3. Rencana Umum Jaringan Trayek Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
pedoman pemberian izin penyelenggaraan Angkutan orang dalam Trayek di kawasan perkotaan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Pasal 2
1. Rencana Umum Jaringan Trayek Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) merupakan kumpulan trayek yang telah ada
sebelum ditetapkan Peraturan Menteri ini dan trayek-trayek yang akan dikembangkan sesuai
dengan perkembangan kebutuhan masyarakat.
2. Rencana Umum Jaringan Trayek Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
3. Rencana Umum Jaringan Trayek Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dievaluasi paling lama setiap 3 (tiga) tahun atau jika terjadi
perubahan kebijakan yang bersifat strategis
Pasal 3
1. Rencana Umum Jaringan Trayek Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdiri dari :
a. Jaringan Trayek Utama; dan
b. Jaringan Trayek Pengumpan.
2. Jaringan Trayek Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan jaringan trayek
yang lintasan berada pada jaringan jalan arteri primer dan arteri kolektor.
3. Jaringan Trayek pengumpan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan jaringan
trayek yang lintasan berada di luar jaringan jalan arteri primer.
Pasal 4
1. Jenis pelayanan pada jaringan trayek utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a,
terdiri dari:
a. Pelayanan cepat; dan
b. Pelayanan regular.
2. Pelayanan cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, memiliki ciri-ciri:
a. Disediakan lajur khusus bus;
b. Hanya boleh berhenti di halte/tempat pemberhentian yang ditentukan;
c. Tarif lebih tinggi dari tarif pelayanan regular.
d. Menggunakan mobil bus umum ukuran besar yang dilengkapi dengan alat pengatur udara.
3. Pelayanan reguler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, memiliki ciri-ciri:
a. Tidak harus disediakan lajur khusus bus;
b. Boleh berhenti di setiap halte;
c. Menggunakan mobil bus umum ukuran besar yang dilengkapi dengan alat pengatur udara
Pasal 5
Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum pada jaringan trayek
pengumpan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b menggunakan mobil
bus umum atau mobil penumpang umum.
Pasal 6
1. Perhitungan jumlah kebutuhan bus pada setiap trayek perkotaan Jabodetabek yang
melampaui batas provinsi dilakukan oleh Kepala Badan Pengelola Transportasi
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
2. Penentuan jumlah kebutuhan bus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan:
a. frekuensi pelayanan per satuan waktu yang diharapkan; atau
b. potensi permintaan jasa angkutan pada setiap rute.
Pasal 7
1. Untuk mengevaluasi kinerja pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum pada setiap
trayek di kawasan perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, dilakukan penilaian
paling sedikit setiap 2 (dua) tahun.
Pasal 8
1. Pemberian izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek yang melampaui batas wilayah
provinsi di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dilakukan berdasarkan
kebutuhan jumlah bus pada masing-masing trayek.
2. Pemberian izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek di kawasan Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang dan Bekasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala
Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
1. Perusahaan angkutan umum yang telah memiliki izin penyelenggaraan angkutan orang
dengan kendaraan umum di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal yang ditentukan.
2. Standar Pelayanan Minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Menteri tersendiri.
Pasal 9
1. Perusahaan angkutan umum yang telah memiliki izin penyelenggaraan angkutan orang
dengan kendaraan umum di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal yang ditentukan.
2. Standar Pelayanan Minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Menteri tersendiri.
Pasal 10
Pasal 11
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Menteri ini.
Pasal 12
Pasal 13
Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, ketentuan mengenai angkutan orang dalam trayek
perkotaan di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi yang diatur dalam
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Bermotor Umum dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 14
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.