PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah melakukan reformasi dengan mengeluarkan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi
laporan pertanggung jawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun
dan disajikan dengan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan oleh peraturan
pemerintah. Hal ini ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, dalam undang-undang ini tercantum materi
pemekaran wilayah pada pasal 4 ayat 3 dan ayat 4, istilah yang digunakan adalah
pemekaran wilayah. Pemekaran wilayah pada dasarnya bertujuan untuk
peningkatan pelayanan (service delivery) Pemerintah Daerah (local government)
kepada masyarakat, agar lebih efisien dan efektif terhadap potensi, kebutuhan maupun
karakteristik di masing-masing daerah. Dengan demikian adanya pemekaran
wilayah seharusnyaakan membuat suatu daerah menjadi semakin terbuka, jalur
pengembangannya lebih luas,tersebar ke seluruh wilayah.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2005 yang telah direvisi Peraturan Pemerintah
No.71tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP merupakan
prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah.
Laporan keuangan Pemerintah Daerah merupakan pernyataan dari pihak
manajemen pemerintah daerah yang menginformasikan kepada pihak lain, yaitu
pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada tentang kondisi keuangan pemerintah
daerah (Mahmudi, 2007). Agar informasi itu dapat berguna dan bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan, maka informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif (relevan, handal, dan dapat
dipahami) sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan (Obeidat,
2007).
Dalam rangka pengambilan keputusan laporan keuangan harus dibuat sederhana
1
agar mudah dipahami oleh pembaca. Salah satu teknik yang paling banyak digunakan
untuk menganalisis laporan keuangan adalah Analisis Rasio Keuangan.
Analisis Rasio Keuangan adalah suatu ukuran untuk mengidentifikasi ciri-ciri
kinerja keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Analisis Rasio Keuangan
terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dilakukan dengan cara
menghitung Kinerja Keuangan Daerah dan Kemampuan Keuangan Daerah. Ada
beberapa cara untuk menghitung Kinerja Keuangan Daerah, diantaranya adalah dengan
menghitung Rasio Kemandirian, Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Efektifitas,
Rasio Efisiensi, dan Rasio Keserasian Belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
Pemerintah Kota di Propinsi Sulawesi Utara terdapat 4 Kota yaitu Kota Manado,
Kota Bitung, Kota Tomohon dan Kota Kotamobagu yang memiliki Pendapatan Asli
Daerah lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten di Sulawesi Utara. Keempat Kota
ini yang dijadikan objek peneliti untuk melihat bagaimana Kinerja Keuangan
Pemerintah Kota tersebut dilihat dari rasio keuangannya. Hasil analisis rasio
keuangan ini selanjutnya digunakan untuk tolak ukur untuk menilai kemandirian
keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah, mengukur
efektifitas dalam merealisasikan pendapatan asli daerah, mengukur efisiensi dalam
melakukan pengeluaran yang dibelanjakan sesuai dengan peruntukkannya dan
memenuhi dari apa yang direncanakan, mengukur sejauh mana aktifitas pemerintah
dalam membelanjakan pendapatan daerahnya untuk belanja modal, dan mengetahui
seberapa besar kontribusi penerimaan komponen dalam pendapatan asli daerah dari
pajak daerah dan retribusi daerah.Sehingga diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan daerah (Susantih dan Seftiana, 2009).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang sebelumnya, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
“ Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kota di Propinsi Sulawesi Utara dengan
menggunakan analisis rasio kemandirian, efektifitas dan efisiensi PAD, dan rasio
pertumbuhan.”
2
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kota
di Propinsi Sulawesi Utara dengan menggunakan analisis rasio kemandirian, efektifitas
dan efisiensi PAD, dan rasio pertumbuhan.
D. Luaran Penelitian
Luaran dari penelitian ini, adalah:
1. Kajian tentang Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.
2. Dihasilkan karya ilmiah dalam bentuk jurnal
3. Terpublikasinya penelitian ini berupa prosiding nasional.
4. Buku Referensi
Adapun rencana capaian tahunan yang dalam penelitian ini adalah seperti pada
tabel dibawah ini:
No Jenis Luaran Indikator Capaian
Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan TS TS+1 TS+2
1 Artikel ilmiah submitted accep publis
dimuat di ted hed
jurnal
2 Artikel ilmiah submitted accpe Publis
3
dimuat di ted he
prosiding
3 Invited speaker Tidak ada
dalam temu
ilmiah
4 Visiting Tidak ada
lecturer
5 Hak Kekayaan Paten Tidak ada
Intelektual Paten sederhana Tidak ada
(HKI)
Hak cipta Draft
Merek dagang Tidak ada
Desain produk Tidak ada
industry
Indikasi geografis Tidak ada
Perlindungan Tidak ada
varietas tanaman
4
BAB II
RENSTRA DAN PETA JALAN PENELITIAN PERGURUAN TINGGI
6
operation, terbangunnya sistem manajemen informasi, terbangunnya kerjasama
dengan berbagai stakeholder, meningkatnya kuantitas penelitian Dosen UNIMA,
2. Tahap Teknologi. indikator capaian terdiri dari meningkatnya sarana prasarana
penelitian UNIMA, meningkatnya kualitas SDM peneliti UNIMA, meningkanya
kualitas penelitian UNIMA, meningkatkan publikasi ilmiah, meningkatnya
kesejahteraan masyarakat lingkar kampus beserta sistem kelembagaan,
terbangunnya jurnal lembaga penelitian UNIMA
3. Tahap Produk. indikator capaian terdiri dari meningkatnya manfaat produk
penelitian, produk “research and development, meningkatnya jumlah publikasi
internasional dan perolehan HKI, terakreditasinya jurnal lembaga penelitian
UNIMA,
4. Tahap Market. indikator capaian terdiri dari termanfaatkannya produk hasil
penelitian, terbangunnya unit bisnis lembaga penelitian UNIMA, terindeksnya
jurnal lembaga penelitian UNIMA, spin off inisiation to world class university
Tema Riset Unggulan Universitas Negeri Manado mengacu pada Program Utama
Nasional (PUNAS) Riset IPTEK dan prioritas pembangunan nasional dalam RPJMN
Tahun 2015 - 2019, sebagai berikut:
1. Pangan dan pertanian;
2. Energi, energi baru dan terbarukan;
3. Kesehatan dan obat;
4. Telekomunikasi, informasi dan komunikasi;
5. Maritim, Kelautan dan Lingkungan;
6. Penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana;
7. Sosial humaniora;
8. Pendidikan
Penelitian ini mendukung capaian renstra penelitian karena penelitian ini mengacu pada
tema riset unggulan Universitas Negeri Manado yaitu isu telekomunikasi, informasi,
dan komunikasi.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keuangan Daerah
Menurut Halim (2004), Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban yang
dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun
barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki atau dikuasai
oleh Negara atau daerah lain yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dalam
ketentuan umumnya menyatakan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai
dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan daerah tersebut. Kebijakan
keuangan daerah senantiasa diarahkan pada tercapainya sasaran pembangunan,
terciptanya perekonomian daerah yang mandiri sebagai usaha bersama atas asas
kekeluargaan berdasarkan demokrasi ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dengan peningkatan kemakmuran rakyat yang merata.
Pemerintah daerah di dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan memerlukan sumber dana/modal untuk membiayai pengeluaran
pemerintah tersebut (government expenditure) terhadap barang-barang publik (public
goods) dan jasa pelayanannya. Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah tersebut
adalah: Transparansi, Akuntabilitas dan Value for money .
Kinerja Menurut Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
8
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi. Pengertian Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang
pegawai diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun pendapat para ahli
mengenai pengertian kinerja, sebagai berikut : Menurut Anwar Prabu Mangkunegara
(2009) mengemukakan bahwa: ”Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Pengertian Kinerja keuangan Pemerintah Daerah adalah keluaran atau hasil dari
kegiatan atau program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan
anggaran daerah dengan kuantitas dan kualitas yang terukur, kemampuan daerah dapat
diukur dengan menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
(Sumarjo,2010). Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang bertujuan
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya, misalnya
dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan hukum, transportasi dan
sebagainya. Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah dilakukan untuk
memenuhi 3 tujuan yaitu (Mardiasmo, 2002:121):
1) Memperbaiki kinerja Pemerintah Daerah,
2) Membantu mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan,
3) Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan. melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya”.
Di dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, laporan keuangan pokok terdiri dari :
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
c. Neraca;
d. Laporan Operasional (LO);
e. Laporan Arus Kas (LAK);
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
C. Pengukuran Kinerja
9
Pengukuran ialah suatu proses atau sistem yang digunakan untuk menentukan
nilai kuantitatif sesuatu benda/objek, perkara, atau keadaan. Nilai kuantitatif ini
biasanya dinyatakan dalam suatu unit angka yang tetap dengan menggunakan alat
pengukuran yang berkaitan.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
pemerintah daerah dengan melihat tingkat efisiensi pemerintah daerah tersebut
(Hamzah, 2008).
Pengukuran kinerja keuangan sangat penting untuk menilai akuntabilitas
pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas bukan
sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi
meliputi kemampuan yang menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan
secara ekonomis, efisien, dan efektif. Efisien berarti penggunaan dana masyarakat
tersebut menghasilkan output yang maksimal, efektif berarti penggunaan anggaran
tersebut harus mencapai target-target atau tujuan untuk kepentingan publik, dan
ekonomis berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan
kualitas tertentu pada tingkat harga yang paling murah (Mardiasmo, 2004:182).
Pengukuran kinerja keuangan daerah menyangkut tiga bidang analisis yang saling
terkait satu dengan yang lainnya. Ketiga bidang analisis tersebut meliputi: Analisis
penerimaan, Analisis pengeluaran, dan Analisis anggaran
10
(Hamzah, 2008). Pengelolaan keuangan yang efisien akan meningkatkan kualitas akan
pengambilan keputusan sehingga bila keputusan yang diambil berkualitas akan
meningkatkan kinerja keuangan pemerintah daerah.
Menurut Moh. Mahsun, dkk, (2011: 81), Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah adalah daftar yang memuat rincian penerimaan daerah dan pengeluaran/belanja
daerah selama satu tahun. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan
peraturan masa satu tahun, mulai dari 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014
Tentang Pedoman PenyusunanAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2015 Pasal1 Ayat 1, pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Menurut Halim (2012), pada era orde lama terdapat pula definisi APBD yang
dikemukakan oleh Wajong, 1962: 81, yaitu rencana pekerjaan keuangan (financial work
plan) yang dibuat untuk suatu jangka waktu tertentu, ketika badan legislatif (DPRD)
memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala daerah) untuk melakukan
pembiayaan kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi
dasar (grondslag) penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk
menutup pengeluaran tadi.
12
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
13
C. Metode Analisis Data
1. Rasio Kemandirian
Rasio Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar kecilnya pendapatan
asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang
berasal dari sumber yang lain. Rasio Kemandirian Daerah dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
14
c. Pola hubungan partisipatif, peranan Pemerintah Pusat sudah mulai berkurang,
mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu
melaksanakan urusan otonomi daerah.
d. Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan Pemerintah Pusat
sudah tidak ada karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam
melaksanakan urusan otonomi daerah.
2. Rasio Efektivitas
Rasio Efektifitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan Pemerintah
Daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Rasio Efektivitas = Realisasi Penerimaan PAD -
Target Penerimaan PAD yg ditetapkan berdsrkan potensi riil daerah
3. Rasio Efisiensi
Rasio Efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi
pendapatan yang diterima. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
15
90%-100% Kurang Efisien
80%-90% Cukup Efisien
60%-80% Efisien
Kurang dari 60% Sangat Efisien
Sumber: Abdul Halim (2007)
4. Rasio Aktivitas
1. Rasio Keserasian
Rasio Keserasian adalah rasio yang menggambarkan bagaimana
Pemerintah Daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja
rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi
presentasi dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti
presentasi belanja investasi yang digunakan untuk menyediakan
sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil.
Rasio Belanja Rutin terhadap PAD = Total Belanja Rutin .
Total APBD
16
a) Jumlah kumulatif pinjaman daerah yang wajib dibayar
maksimal 75 persen dari penerimaan APBD tahun sebelumnya.
b) Debt service coverage ratio (DSCR) minimal 2,5
DCSR merupakan perbandingan antara penjumlahan PAD,
Bagian Daerah (BD) dari pajak bumi dan bangunan, Bea
perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB),
penerimaan sumber daya alam, dan bagian daerah lainnya serta
Dana Alokasi Umum (DAU) setelah dikurangi Belanja Wajib
(BW), dengan jumlah angsuran pokok, bunga, dan biaya
pinjaman lainnya yang jatuh tempo.
( )
( )
5. Rasio Pertumbuhan
Rasio Pertumbuhan adalah rasio yang mengukur seberapa besar
kemampuan Pemerintah Daerah dalam mempertahankan dan
meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke
periode berikutnya. Diketahuinya pertumbuhan untuk mengevaluasi
potensi-potensi yang perlu mendapatkan perhatian. Rasio
Pertumbuhan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
17
DAFTAR PUSTAKA
Anzar, Muhammad Karya Satya. 2008. Analisa Kinerja Keuangan pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah. Tesis Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara dipublikasikan
Abdul Halim. (2007). Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta :
Salemba Empat
Akira (2016) yang meneliti Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan pada tiga
Kabupaten pemekaran yaitu Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Seluma dan
Kabupaten Bengkulu Tengah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Bengkulu.
Bastian, Indra. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Bisma, I Dewa Gde & Hery Susanto. (2010). Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Anggaran 2003–2007. Jurnal,
GaneC Swara Edisi Khusus Vol. 4 No.3, Mataram
18
Dwirandra. 2008. Efektifitas dan Kemandirian Keuangan Daerah Otonomi Kabupaten /
Kota Provinsi Bali Tahun 2002-2006. Jurnal Ilmiah, Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Udayana. Denpasar
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Jakarta, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Jakarta Kementerian Keuangan Republik Indonesia
19
Puspitasari Ayu, Febriyanti, (2013) Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kota Malang Tahun Anggaran 2007-2011. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang.
Pres Djaenuri, Aries. 2012. Hubungan Keuangan Pusat - Daerah, Elemen-elemen
Penting Hubungan Keuangan Pusat – Daerah. Bogor
Roy Kelly. 1999. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: Universitas
Indonesia
Riswanda Imawan dan Agus Wahyudin. (2014). Analisis Kemandirian Keuangan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2010-2012. Accounting Analysis
Journal
Tyas (2012) Analisis Kinerja Keuangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Kabupaten Slemen Tahun 2006-2010. Jurnal I Volume I
20
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan Research and Development.
Bandung, ALFABETA, cv
Suparmoko, M. 2005. Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah,
edisi pertama, Yogyakarta, Andi.
Rosidin Utang, 2010. Otonomi Daerah dan Desentralisasi, edisi pertama, Bandung,
PUSTAKA SETIA, cv
Whenny Dhia C, 2012. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap
Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Di Propinsi
Sumatera Selatan, Vol. 2, Jurnal Ilmiah. Halaman 40
21