Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintah melakukan reformasi dengan mengeluarkan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi
laporan pertanggung jawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun
dan disajikan dengan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan oleh peraturan
pemerintah. Hal ini ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, dalam undang-undang ini tercantum materi
pemekaran wilayah pada pasal 4 ayat 3 dan ayat 4, istilah yang digunakan adalah
pemekaran wilayah. Pemekaran wilayah pada dasarnya bertujuan untuk
peningkatan pelayanan (service delivery) Pemerintah Daerah (local government)
kepada masyarakat, agar lebih efisien dan efektif terhadap potensi, kebutuhan maupun
karakteristik di masing-masing daerah. Dengan demikian adanya pemekaran
wilayah seharusnyaakan membuat suatu daerah menjadi semakin terbuka, jalur
pengembangannya lebih luas,tersebar ke seluruh wilayah.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2005 yang telah direvisi Peraturan Pemerintah
No.71tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP merupakan
prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah.
Laporan keuangan Pemerintah Daerah merupakan pernyataan dari pihak
manajemen pemerintah daerah yang menginformasikan kepada pihak lain, yaitu
pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada tentang kondisi keuangan pemerintah
daerah (Mahmudi, 2007). Agar informasi itu dapat berguna dan bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan, maka informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif (relevan, handal, dan dapat
dipahami) sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan (Obeidat,
2007).
Dalam rangka pengambilan keputusan laporan keuangan harus dibuat sederhana
1
agar mudah dipahami oleh pembaca. Salah satu teknik yang paling banyak digunakan
untuk menganalisis laporan keuangan adalah Analisis Rasio Keuangan.
Analisis Rasio Keuangan adalah suatu ukuran untuk mengidentifikasi ciri-ciri
kinerja keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Analisis Rasio Keuangan
terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dilakukan dengan cara
menghitung Kinerja Keuangan Daerah dan Kemampuan Keuangan Daerah. Ada
beberapa cara untuk menghitung Kinerja Keuangan Daerah, diantaranya adalah dengan
menghitung Rasio Kemandirian, Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Efektifitas,
Rasio Efisiensi, dan Rasio Keserasian Belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
Pemerintah Kota di Propinsi Sulawesi Utara terdapat 4 Kota yaitu Kota Manado,
Kota Bitung, Kota Tomohon dan Kota Kotamobagu yang memiliki Pendapatan Asli
Daerah lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten di Sulawesi Utara. Keempat Kota
ini yang dijadikan objek peneliti untuk melihat bagaimana Kinerja Keuangan
Pemerintah Kota tersebut dilihat dari rasio keuangannya. Hasil analisis rasio
keuangan ini selanjutnya digunakan untuk tolak ukur untuk menilai kemandirian
keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah, mengukur
efektifitas dalam merealisasikan pendapatan asli daerah, mengukur efisiensi dalam
melakukan pengeluaran yang dibelanjakan sesuai dengan peruntukkannya dan
memenuhi dari apa yang direncanakan, mengukur sejauh mana aktifitas pemerintah
dalam membelanjakan pendapatan daerahnya untuk belanja modal, dan mengetahui
seberapa besar kontribusi penerimaan komponen dalam pendapatan asli daerah dari
pajak daerah dan retribusi daerah.Sehingga diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan daerah (Susantih dan Seftiana, 2009).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang sebelumnya, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
“ Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kota di Propinsi Sulawesi Utara dengan
menggunakan analisis rasio kemandirian, efektifitas dan efisiensi PAD, dan rasio
pertumbuhan.”

2
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kota
di Propinsi Sulawesi Utara dengan menggunakan analisis rasio kemandirian, efektifitas
dan efisiensi PAD, dan rasio pertumbuhan.

D. Urgensi (Keutamaan) Penelitian


Akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah pusat
maupun daerah sebagai organisasi sektor publik merupakan tujuan penting dari
reformasi akuntansi dan organisasi sektor publik, maka fungsi akuntabilitas dan audit
atas pelaporan keuangan sektor publik harus berjalan dengan baik seiring dengan
tuntutan masyarakat agar organisasi sektor publik meningkatkan kinerja yaitu kualitas,
profesionalisme, dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktifitasnya. Mengingat
laporan keuangan merupakan unsur penting dalam pengambilan keputusan maka
penelitian ini sangat perlu Kinerja Keuangan Pemerintah Kota di Propinsi Sulawesi
Utara.

D. Luaran Penelitian
Luaran dari penelitian ini, adalah:
1. Kajian tentang Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.
2. Dihasilkan karya ilmiah dalam bentuk jurnal
3. Terpublikasinya penelitian ini berupa prosiding nasional.
4. Buku Referensi
Adapun rencana capaian tahunan yang dalam penelitian ini adalah seperti pada
tabel dibawah ini:
No Jenis Luaran Indikator Capaian
Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan TS TS+1 TS+2
1 Artikel ilmiah submitted accep publis
dimuat di ted hed
jurnal
2 Artikel ilmiah submitted accpe Publis
3
dimuat di ted he
prosiding
3 Invited speaker Tidak ada
dalam temu
ilmiah
4 Visiting Tidak ada
lecturer
5 Hak Kekayaan Paten Tidak ada
Intelektual Paten sederhana Tidak ada
(HKI)
Hak cipta Draft
Merek dagang Tidak ada
Desain produk Tidak ada
industry
Indikasi geografis Tidak ada
Perlindungan Tidak ada
varietas tanaman

Perlindungan Tidak ada


topografi sirkuit
terpadu

6 Teknologi tepat Tidak ada


guna
7 Model/ Tidak ada
purwarupa/
desain/karya
seni/rekayasa
social
8 Bukua ajar Draf prose
(ISBN) s
9 Tingkat Tidak ada
kesiapan
teknologi

4
BAB II
RENSTRA DAN PETA JALAN PENELITIAN PERGURUAN TINGGI

A. Renstra Universitas Negeri Manado


Rencana Strategis Lembaga Penelitian Universitas Negeri Manado (UNIMA)
merupakan arah kebijakan dalam pengelolaan penelitian di UNIMA untuk mewujudkan
keunggulan penelitian di UNIMA, Meningkatkan kualitas SDM Peneliti UNIMA,
Meningkatkan penguatan inovasi penelitian di UNIMA, Meningkatkan daya saing
UNIMA di bidang penelitian, Meningkatkan kapasitas pengelolaan penelitian di
UNIMA, Meningkatkan sarana prasarana penelitian UNIMA, Meningkatkan angka
partisipasi dosen UNIMA dalam melaksanakan penelitian, Meningkatkan publikasi
ilmiah di UNIMA, Mengembangkan Jurnal Lembaga Penelitian UNIMA yang
terakreditasi skala Nasional dan Terindeks skala Internasional, Meningkatkan
kesejahteraan masyarakat lingkar kampus beserta sistem kelembagaan.
Dasar program Renstra UNIMA mengacu pada Program Prioritas UNIMA
periode yaitu :
1. Pengelolaan Kelembagaan yang Efektif dan efisien
2. Menyelenggarakan Tridharma PT secara profesional
3. Kualitas sumber daya

Pengembangan program tersebut mencakup:


1. Peningkatan Kualitas Kelembagaan
2. Peningkatan kualitas Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian;
3. Peningkatan Kualitas Sumberdaya
Program Rencana Strategis Lembaga Penelitian UNIMA diarahkan sesuai visi,
misi universitas “Menjadi Lembaga Penelitian yang Unggul, Berkualitas, Berkarakter,
Inovatif dan Kompetitif sehingga dapat meningkatkan peran UNIMA dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat”.
5
Program pengembangan Lembaga Penelitian dalam Renstra UNIMA 2014-2019
mencakup:
1. Pengembangan arah kebijakan dan payung masalah-masalah penelitian.
2. Pemantapan standar mutu penelitian.
3. Pemantapan fungsi kelembagaan penelitian dan aktivitas instruksional baik
organisasi, manajemen, standar mutu kinerja, maupun sumber daya manusia.
4. Peningkatan kemampuan daya saing usulan dan produk penelitian inovatif di
berbagai jenis penelitian baik ditingkat nasional maupun internasional
5. Peningkatan penelitian kolaboratif dengan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga
penelitian baik di dalam maupun di luar negeri.
6. Menghasilkan penelitian-penelitian inovatif dan memperoleh pengakuan HAKI.
7. Peningkatan usaha-usaha trasnfer teknologi melalui difusi teknologi dimasyarakat
8. Peningkatan mutu dan produktivitas karya-karya ilmiah baik hasil penelitian,
penulisan buku teks, bahan ajar dan modul.
9. Peningkatan publikasi karya-karya ilmiah penelitian, buku teks, dan bahan ajar
yang memenuhi standar mutu pada jurnal terakreditasi baik nasional maupun
internasional.
10. Pengembangan dan peningkatan mutu pengelolaan dan status akreditasi jurnal
ilmiah
11. Peningkatan mutu dosen dalam melaksanakan penelitian.
12. Peningkatan ketersediaan dan mutu sarana dan prasarana penelitian (research lab).

B. Peta Jalan Penelitian


Roadmap pengembangan penelitian di UNIMA diharapkan mampu memberi
gambaran tentang implementasi kebijakan yang dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan untuk mencapai Visi dan Misi sekaligus sebagai sarana evaluasi terhadap
kinerja. Roadmap penelitian UNIMA meliputi 4 Tahapan. Tiap tahapan pelaksanaan
kegiatan penelitian UNIMA memiliki indikator-indikator capaian sebagai berikut:
1. Tahap Setting. Indikator capaian terdiri dari pemetaan potensi penguatan inovasi
penelitian, terbentuknya pusat-pusat studi/penelitian, tersusunnya rencana
strategis penelitian, terbentuknya rencana induk penelitian, terbangunnya standart

6
operation, terbangunnya sistem manajemen informasi, terbangunnya kerjasama
dengan berbagai stakeholder, meningkatnya kuantitas penelitian Dosen UNIMA,
2. Tahap Teknologi. indikator capaian terdiri dari meningkatnya sarana prasarana
penelitian UNIMA, meningkatnya kualitas SDM peneliti UNIMA, meningkanya
kualitas penelitian UNIMA, meningkatkan publikasi ilmiah, meningkatnya
kesejahteraan masyarakat lingkar kampus beserta sistem kelembagaan,
terbangunnya jurnal lembaga penelitian UNIMA
3. Tahap Produk. indikator capaian terdiri dari meningkatnya manfaat produk
penelitian, produk “research and development, meningkatnya jumlah publikasi
internasional dan perolehan HKI, terakreditasinya jurnal lembaga penelitian
UNIMA,
4. Tahap Market. indikator capaian terdiri dari termanfaatkannya produk hasil
penelitian, terbangunnya unit bisnis lembaga penelitian UNIMA, terindeksnya
jurnal lembaga penelitian UNIMA, spin off inisiation to world class university
Tema Riset Unggulan Universitas Negeri Manado mengacu pada Program Utama
Nasional (PUNAS) Riset IPTEK dan prioritas pembangunan nasional dalam RPJMN
Tahun 2015 - 2019, sebagai berikut:
1. Pangan dan pertanian;
2. Energi, energi baru dan terbarukan;
3. Kesehatan dan obat;
4. Telekomunikasi, informasi dan komunikasi;
5. Maritim, Kelautan dan Lingkungan;
6. Penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana;
7. Sosial humaniora;
8. Pendidikan
Penelitian ini mendukung capaian renstra penelitian karena penelitian ini mengacu pada
tema riset unggulan Universitas Negeri Manado yaitu isu telekomunikasi, informasi,
dan komunikasi.

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keuangan Daerah

Menurut Halim (2004), Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban yang
dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun
barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki atau dikuasai
oleh Negara atau daerah lain yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dalam
ketentuan umumnya menyatakan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai
dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan daerah tersebut. Kebijakan
keuangan daerah senantiasa diarahkan pada tercapainya sasaran pembangunan,
terciptanya perekonomian daerah yang mandiri sebagai usaha bersama atas asas
kekeluargaan berdasarkan demokrasi ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dengan peningkatan kemakmuran rakyat yang merata.
Pemerintah daerah di dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan memerlukan sumber dana/modal untuk membiayai pengeluaran
pemerintah tersebut (government expenditure) terhadap barang-barang publik (public
goods) dan jasa pelayanannya. Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah tersebut
adalah: Transparansi, Akuntabilitas dan Value for money .

B. Kinerja Keuangan Daerah

Kinerja Menurut Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
8
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi. Pengertian Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang
pegawai diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun pendapat para ahli
mengenai pengertian kinerja, sebagai berikut : Menurut Anwar Prabu Mangkunegara
(2009) mengemukakan bahwa: ”Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Pengertian Kinerja keuangan Pemerintah Daerah adalah keluaran atau hasil dari
kegiatan atau program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan
anggaran daerah dengan kuantitas dan kualitas yang terukur, kemampuan daerah dapat
diukur dengan menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
(Sumarjo,2010). Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang bertujuan
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya, misalnya
dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan hukum, transportasi dan
sebagainya. Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah dilakukan untuk
memenuhi 3 tujuan yaitu (Mardiasmo, 2002:121):
1) Memperbaiki kinerja Pemerintah Daerah,
2) Membantu mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan,
3) Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan. melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya”.
Di dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, laporan keuangan pokok terdiri dari :
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
c. Neraca;
d. Laporan Operasional (LO);
e. Laporan Arus Kas (LAK);
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

C. Pengukuran Kinerja

9
Pengukuran ialah suatu proses atau sistem yang digunakan untuk menentukan
nilai kuantitatif sesuatu benda/objek, perkara, atau keadaan. Nilai kuantitatif ini
biasanya dinyatakan dalam suatu unit angka yang tetap dengan menggunakan alat
pengukuran yang berkaitan.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
pemerintah daerah dengan melihat tingkat efisiensi pemerintah daerah tersebut
(Hamzah, 2008).
Pengukuran kinerja keuangan sangat penting untuk menilai akuntabilitas
pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas bukan
sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi
meliputi kemampuan yang menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan
secara ekonomis, efisien, dan efektif. Efisien berarti penggunaan dana masyarakat
tersebut menghasilkan output yang maksimal, efektif berarti penggunaan anggaran
tersebut harus mencapai target-target atau tujuan untuk kepentingan publik, dan
ekonomis berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan
kualitas tertentu pada tingkat harga yang paling murah (Mardiasmo, 2004:182).
Pengukuran kinerja keuangan daerah menyangkut tiga bidang analisis yang saling
terkait satu dengan yang lainnya. Ketiga bidang analisis tersebut meliputi: Analisis
penerimaan, Analisis pengeluaran, dan Analisis anggaran

D. Tujuan Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah

Tujuan pokok pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam


mencapai tujuan organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya agar dapat mencapai hasil yang diinginkan. Secara umum, tujuan
pengukuran kinerja adalah: Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik, untuk
mengukur kinerja finansial dan non finansial secara tertimbang sehingga dapat
ditelusuri perkembangan pencapaian strateginya. Pengukuran efisiensi dalam organisasi
sektor publik merupakan hal yang penting, hal ini dikarenakan kurangnya net income
sebagai gambaran akan kinerja keuangan pemerintah daerah saat ini. Suatu kegiatan
dikatakan efisien jika pelaksanaan pekerjaan tersebut telah mencapai hasil (output)
maksimal dengan menggunakan biaya (input) yang terendah atau dengan biaya minimal

10
(Hamzah, 2008). Pengelolaan keuangan yang efisien akan meningkatkan kualitas akan
pengambilan keputusan sehingga bila keputusan yang diambil berkualitas akan
meningkatkan kinerja keuangan pemerintah daerah.

E. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Menurut Moh. Mahsun, dkk, (2011: 81), Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah adalah daftar yang memuat rincian penerimaan daerah dan pengeluaran/belanja
daerah selama satu tahun. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan
peraturan masa satu tahun, mulai dari 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014
Tentang Pedoman PenyusunanAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2015 Pasal1 Ayat 1, pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Menurut Halim (2012), pada era orde lama terdapat pula definisi APBD yang
dikemukakan oleh Wajong, 1962: 81, yaitu rencana pekerjaan keuangan (financial work
plan) yang dibuat untuk suatu jangka waktu tertentu, ketika badan legislatif (DPRD)
memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala daerah) untuk melakukan
pembiayaan kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi
dasar (grondslag) penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk
menutup pengeluaran tadi.

F. Rasio Keuangan Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah


Daerah

Pemerintah Daerah sebagai pihak yang diberikan tugas menjalankan


pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat wajib melaporkan
pertanggungjawaban keuangan atas sumber daya yang dihimpun dari masyarakat
sebagai dasar penilaian kinerja keuangan- nya. Salah satu alat untuk menganalisis
kinerja Pemda dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis
keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya (Halim, 2007:
11
231). Pengertian analisis keuangan itu sendiri adalah sebuah cara untuk menganalisis
laporan keuangan yang mengungkapkan hubungan antara suatu jumlah dengan jumlah
lainnya atau antara suatu pos dengan pos lainnya. Penggunaan analisis keuangan
sebagai alat analisis kinerja secara umum telah digunakan oleh lembaga komersial,
sedangkan penggunaannya pada lembaga publik khususnya Pemerintah Daerah masih
sangat terbatas sehingga secara teoritis belum ada kesepakatan yang bulat mengenai
nama dan kaidah pengukurannya (Susantih dan Saftiana, 2010:6). Dalam rangka
pengelolaan keuangan daerah yang transparanjujur, demokratis, efektif, efisien dan
akuntabel, analisis rasio keuangan terhadap pendapatan belanja daerah perlu
dilaksanakan (Mardiasmo, 2002: 169). Beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan
untuk mengukur akuntabilitas pemerintah daerah (Halim, 2007: 223) yaitu rasio
kemandirian, rasio efektifitas terhadap pendapatan asli daerah, rasio efisiensi keuangan
daerah dan rasio aktivitas.
Adapun definisi operasional metode analisis data sebagai berikut:
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah.
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah merupakan perbandingan antara ketergantungan
pendapatan asli daerah dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain.
2. Rasio Efektivitas.
Rasio Efektivitas merupakan perbandingan antara penerimaan pendapatan asli daerah
dengan target yang telah ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
3. Rasio Pertumbuhan.
Rasio Pertumbuhan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan
keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.

12
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan disain komparatif. Populasi penelitian ini adalah


Seluruh Kota yang ada di Propinsi Sulawesi Utara. Pada Penelitian ini, sampel yang
diambil adalah : Kota Manado, Bitung, Tomohon dan Kotamobagu yang berada di
Wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis
one-way anova. analisis ini digunakan karena yang dibandingkan lebih dari 2 dengan
periode penelitian tahun 2016-2019.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) Kota Manado, Bitung, Tomohon dan Kotamobagu tahun anggaran
2016 sampai tahun 2019 yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia. Teknik pengumpulan sampel dilakukan secara judgement-
sampling dengan kriteria sampel adalah

1. Pemerintah Kota se -Sulawesi Utara yang telah Menyusun laporan


keuangan tahun anggaran 2016 - 2019.
2. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang telah diaudit oleh
BPK RI tahun anggaran 2016 – 2019.
3. Pemerintah daerah yang telah mencantumkan opini audit terhadap
laporan keuangan daerah pada tahun anggaran 2016 – 2019.
4. Pemerintah Kota se-Sulawesi Utara yang berturut-turut selama 4 tahun
memperoleh opini dari BPK RI tahun anggaran 2016 – 2019.

13
C. Metode Analisis Data

1. Rasio Kemandirian
Rasio Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar kecilnya pendapatan
asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang
berasal dari sumber yang lain. Rasio Kemandirian Daerah dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

Rasio Kemandirian = PAD -


Bantuan Pemerintah Pusat atau Propinsi dan Pinjaman

Tabel 1. Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah

Kemampuan Kemandirian (%) Pola Hubungan


Keuangan
Rendah Sekali 0%-25% Instruktif
Rendah 25%-50% Konsultif
Sedang 50%-75% Partisipatif
Tinggi 75%-100% Delegatif

Sumber: Abdul Halim, (2007)


a. Pola hubungan instruktif, di mana peranan Pemerintah Pusat lebih dominan dari
pada kemandirian Pemerintah Daerah (daerah yang tidak mampu melaksanakan
otonomi daerah).
b. Pola hubungan konsultatif, yaitu campur tangan Pemerintah Pusat sudah mulai
berkurang karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi
daerah.

14
c. Pola hubungan partisipatif, peranan Pemerintah Pusat sudah mulai berkurang,
mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu
melaksanakan urusan otonomi daerah.
d. Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan Pemerintah Pusat
sudah tidak ada karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam
melaksanakan urusan otonomi daerah.

2. Rasio Efektivitas
Rasio Efektifitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan Pemerintah
Daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Rasio Efektivitas = Realisasi Penerimaan PAD -
Target Penerimaan PAD yg ditetapkan berdsrkan potensi riil daerah

Kriteria Rasio Efektivitas PAD menurut Mahsun (2009), adalah:


a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100%) berarti tidak efektif.
b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x = 100%) berarti efektifitas
berimbang
c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%) berarti efektif.

3. Rasio Efisiensi
Rasio Efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi
pendapatan yang diterima. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

Tabel 2. Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan


Rasio Efesiensi = Biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD -
Realisasi Penerimaan PAD

Kriteria Efisiensi Presentasi Efisiensi


100% Keatas Tidak Efisien

15
90%-100% Kurang Efisien
80%-90% Cukup Efisien
60%-80% Efisien
Kurang dari 60% Sangat Efisien
Sumber: Abdul Halim (2007)

4. Rasio Aktivitas
1. Rasio Keserasian
Rasio Keserasian adalah rasio yang menggambarkan bagaimana
Pemerintah Daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja
rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi
presentasi dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti
presentasi belanja investasi yang digunakan untuk menyediakan
sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil.
Rasio Belanja Rutin terhadap PAD = Total Belanja Rutin .
Total APBD

Belum ada tolak ukur yang pasti untuk menentukan berapa


besarnya rasio belanja rutin maupun pembangunan terhadap APBD
yang ideal, karena sangat dipengaruhi oleh dinamisasi kegiatan
pembangunan dan besarnya kebutuhan investasi yang diperlukan
untuk mencapai pertumbuhan yang ditaregetkan (Abdul
Halim,2007:235).
2 Debt Service Coverage Ratio
Untuk melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana di
daerah, selain menggunakan Pendapatan Asli Daerah, Pemerintah
Daerah dapat menggunakan alternatif sumber dana lain melalui
pinjaman, sepanjang prosedur dan pelaaksanaannya sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Ketentuan tersebut adalah:
1) Ketentuan yang menyangkut persyaratan

16
a) Jumlah kumulatif pinjaman daerah yang wajib dibayar
maksimal 75 persen dari penerimaan APBD tahun sebelumnya.
b) Debt service coverage ratio (DSCR) minimal 2,5
DCSR merupakan perbandingan antara penjumlahan PAD,
Bagian Daerah (BD) dari pajak bumi dan bangunan, Bea
perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB),
penerimaan sumber daya alam, dan bagian daerah lainnya serta
Dana Alokasi Umum (DAU) setelah dikurangi Belanja Wajib
(BW), dengan jumlah angsuran pokok, bunga, dan biaya
pinjaman lainnya yang jatuh tempo.
( )

( )

5. Rasio Pertumbuhan
Rasio Pertumbuhan adalah rasio yang mengukur seberapa besar
kemampuan Pemerintah Daerah dalam mempertahankan dan
meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke
periode berikutnya. Diketahuinya pertumbuhan untuk mengevaluasi
potensi-potensi yang perlu mendapatkan perhatian. Rasio
Pertumbuhan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Rasio Pertumbuhan PAD = Realisasi Penerimaan PAD Xn-Xn-1 - X 100%


Realisasi Penerimaan PAD Xn-1

17
DAFTAR PUSTAKA

Ariefianto, Doddy, M. 2012, Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan


Menggunakan Eviews, Jakarta, Erlangga.
Andiantoko Hony (2013) Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kab. Blora (Studi
Kasus DPPKAD Kab. Blora Tahun 2007-2011. Universitas Negeri Yogyakarta.

Anzar, Muhammad Karya Satya. 2008. Analisa Kinerja Keuangan pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah. Tesis Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara dipublikasikan

Abdul Halim. (2007). Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta :
Salemba Empat

Andayani, Wuryan. (2007) Akuntansi Sektor Publik. Malang, Bayumedia Publishing


Agustina Oesi, (2013) Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tingkat
Kemandirian Daerah Di Era Otonomi Daerah studi kasus pada Kota Malang.

Akira (2016) yang meneliti Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan pada tiga
Kabupaten pemekaran yaitu Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Seluma dan
Kabupaten Bengkulu Tengah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Bengkulu.

BAPPENAS. 2003. Peta Kemampuan Keuangan Provinsi Dalam Era Otonomi


Daerah.. Direktorat Pengembangan Otonomi Daerah

Bastian, Indra. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga

Bisma, I Dewa Gde & Hery Susanto. (2010). Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Anggaran 2003–2007. Jurnal,
GaneC Swara Edisi Khusus Vol. 4 No.3, Mataram

18
Dwirandra. 2008. Efektifitas dan Kemandirian Keuangan Daerah Otonomi Kabupaten /
Kota Provinsi Bali Tahun 2002-2006. Jurnal Ilmiah, Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Udayana. Denpasar

Davey, K.J. 1988. Pembiayaan Pemerintah Daerah: Praktek-praktek Internasional dan


Relevansinya bagi Dunia Ketiga. Jakarta: UI - Press Devas Nick, Brian Binder,
Anne Booth

Darise, Nurlan. 2008. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Penerbit PT Indeks.


Desilva (2001). Evaluasi anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sikka
Provinsi Nusa Tenggara Timur selama tahun 1993-1998,
Halim, Abdul. (2008) Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta, Salemba Empat.
Halim,Abdul. (2009) Problem Desentralisasi dan Perimbangan Keuangan Pemerintah
PusatDaerah: Peluang dan Tantangan dalam Pengelolaan Sumber Daya Daerah.
Yogyakarta, Sekolah Pascasarjana UGM
Kuncoro, Mudrajad, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah, Jakarta : Penerbit
Erlangga, Jakarta
Hasan, Mustafa, 2000. Teknik Sampling, Jakarta. Erlangga
Halim, Abdul.dan Syam Kusufi, M, 2012, Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi
Sektor Publik, edisi pertama jilid 1, Jakarta, Salemba Empat.
Halim, Abdul, 2002, Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah, edisi
pertama jilid 1, Jakarta, Salemba Empat.
Halim, Abdul, 2008, Akuntansi Sektor PublikAkuntansi Keuangan Daerah, edisi
ketiga jilid 1, Jakarta, Salemba Empat.

Halim, Abdul, 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Yogyakarta, Salemba Empat.

Halim, Abdul dan Theresia Damayanti. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah.


Yogyakarta, STIM YKPN.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. (2010). Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Jakarta, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Jakarta Kementerian Keuangan Republik Indonesia

19
Puspitasari Ayu, Febriyanti, (2013) Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kota Malang Tahun Anggaran 2007-2011. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang.
Pres Djaenuri, Aries. 2012. Hubungan Keuangan Pusat - Daerah, Elemen-elemen
Penting Hubungan Keuangan Pusat – Daerah. Bogor
Roy Kelly. 1999. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: Universitas
Indonesia
Riswanda Imawan dan Agus Wahyudin. (2014). Analisis Kemandirian Keuangan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2010-2012. Accounting Analysis
Journal
Tyas (2012) Analisis Kinerja Keuangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Kabupaten Slemen Tahun 2006-2010. Jurnal I Volume I

Mardiasmo (2002) Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta, ANDI.


Munir, Dasril, Tangkilisan. (2004) Kebijakan dan Manjemen Keuangan Daerah.
Yogyakarta, YPAPI.
Mohamad. (2006) Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta, BPFE.
Mahmudi. (2010). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Edisi Dua.
Yogyakarta : UPP STIM YKPN
Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. PT. Rineka
Cipta, Jakarta

Rahayu Muji, Endang Kus, 2014. Skripsi, Surakarta, Universitas Muhamadiyah


Surakarta.
Riyanto, Bambang, 2013. Dasar-Dasar Pembebelanjaan Perusahaan, edisi 4,
Yogyakarta. BPFE.
Mahmudi, 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik, edisi revisi. Yogyakarta,UPP
STIM YKPN.
Mahmudi, 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik, edisi kedua, Yogyakarta,
UPP STIM YKPN.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta, Andi.
Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta, ANDI OFFSET cv.
Purwaningsih, Dian Ika. 2013. Skripsi. Surakarta, Universitas Muhamadiyah
Surakarta.

20
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan Research and Development.
Bandung, ALFABETA, cv
Suparmoko, M. 2005. Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah,
edisi pertama, Yogyakarta, Andi.
Rosidin Utang, 2010. Otonomi Daerah dan Desentralisasi, edisi pertama, Bandung,
PUSTAKA SETIA, cv
Whenny Dhia C, 2012. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap
Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Di Propinsi
Sumatera Selatan, Vol. 2, Jurnal Ilmiah. Halaman 40

21

Anda mungkin juga menyukai