Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN KONSEP PEMASARANNYA

(STUDI KASUS: KAB. BANTAENG, KAB. SOPPENG, DAN KAB. SINJAI)

Disusun Oleh:

Kelompok 4
Azisah Batarahamur D101181003
Eka Safitri D101181006
Iliany Nurul Fitry D101181010
Iin Indarti D101181016
Fadlul Rahmat D101181315
Ilham Fathul Kiram D101181322
Hamzah D101181516

Dosen Pengampu:
Mukti Ali, ST., M.T., Ph.D
Gafar Lakatupa, ST., M.Eng

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat- Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan ini sebagai tugas dari mata
kuliah Pembiayaan Pembangunan Wilayah dan Kota dengan judul “Analisis
Sektor Basis dan Konsep Pemasarannya (Studi Kasus: Kab. Bantaeng, Kab.
Soppeng, dan Kab. Sinjai)”

Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya
laporan ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada proposal ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Gowa, 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan ........................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
1.5 Lingkup Pembahasan ........................................................................... 3
Bab II Tinjauan Pustaka ................................................................................... 4
2.1 Sektor Basis dan Non Basis ................................................................. 4
2.2 Location Quotient................................................................................. 4
2.3 Konsep Pemasaran ............................................................................... 8
Bab III Metode Penelitian ................................................................................ 12
3.1 Jenis Data ............................................................................................. 12
3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 12
3.3 Teknik Analisis Data ............................................................................ 12
Bab IV Pembahasan ......................................................................................... 14
4.1 Kabupaten Bantaeng ............................................................................ 14
4.2 Kabupaten Sinjai .................................................................................. 21
4.3 Kabupaten Soppeng.............................................................................. 25
Bab V Penutup ................................................................................................. 28
5.1 Keismpulan .......................................................................................... 28
5.2 Saran ..................................................................................................... 28

Daftar Pustaka .................................................................................................. 29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sektor Unggulan dalam perekonomian wilayah menentukan pertumbuhan
ekonomi wilayah secara keseluruhan, disamping yang berasal dari sektor yang
bersangkutan juga sektor lain yang terkait. Semakin besar kegiatan-kegiatan
sektor dalam masing-masing wilayah akan semakin besar arus pendapatan ke
dalam wilayah sehingga meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa. Dari
hasil sektor ini dan sektor lainnya yang pada gilirannya permintaan tersebut akan
meningkatkan volume kegiatan sektor lain yang selanjutnya secara simultan akan
meningkatkan pendapatan wilayah
Berkaitan dengan pemasaran wilayah merupakan salah satu wujud produk
yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar atau
konsumen. Tempat yang mampu mengadopsi dan menerapkan perencanaan
strategik akan memiliki kemampuan ekonomis maupun daya tarik bagi traders,
visitors, residents, dan investors (Kotler & Amstrong, 2008). Proses dinamika
pertumbuhan kelompok suatu daerah yang berusaha membenahi atraktivitas
daerahnya melalui tiga kunci utama, yaitu iklim bisnis yang kondusif, peluang
kerja dan kualitas hidup masyarakat daerah (Brodie et al., 2008). Apabila
mengembangkan tiga ciri tersebut, maka daerah akan memiliki kemampuan
menarik empat target kunci percepatan pembangunan daerah, yaitu: residents,
visitors, new businesses dan investment.
Pemasaran daerah pada intinya menerapkan aktivitas yang dikembangkan atas
dasar empat mendasar, yaitu pengembangan positioning, dan image daerah yang
kuat dan atraktif, menentukan insentif yang atraktif bagi customers saat ini
maupun potential customers, menyampaikan produk dan jasa berupa daerah
dengan suatu cara yang dapat dilakukan secara efisien, mempromosikan
atraktivitas dan manfaat yang dimiliki daerah untuk meyakinkan bahwa customers
dan potential customers menyadari sepenuhnya keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh daerah. Guna mencapai keefektifan aktivitas pemasaran daerah, para

1
pemasar maupun pemerintah daerah perlu memahami dan menentukan secara
tepat target market dengan tujuan menjadikan daerah yang terdiri atas pemerintah
daerah dan masyarakatnya menjadi host yang mampu melayani dan memenuhi
kebutuhan dan keinginan target market.
Analysis Location Quetient (LQ) merupakan suatu analysis yang digunakan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialis Sektor-sektor ekonomi disuatu
wilayah yang memanfaatkan sektr basis atau leading sector. Location Quetient
meghitung perbandingan share output sektor i di kota atau kabupaten dan share
out sektor i di provinsi. Sektor unggulan disini berarti sektor bisnis yang tidak
akan habis apabila dieksploitasi oleh pemerintah wilayah. Menurut Hood (1998
dalam Hendayana 2003), menyatakan bahwa location quotient adalah suatu alat
pengembangan
Kabupaten Bantaeng, Soppeng dan Sinjai merupakan Kabupaten yang terletak
di Sulawesi Selatan dengan berbagai potensi sumberdaya alam yang cukup tinggi,
maka dari itu peneliti perlu mengidentifikasi apa saja sektor Unggulan pada
wilayah Kabupaten tersebut dan bagaimana konsep pengembangan pada
wilayahnya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang tersebut, kami merumuskan beberapa rumusan
masalah, diantaranya sebagai berikut :
1. Apa saja sektor basis pada tiap wilayah kabupaten Bantaeng, Sinjai,
dan Soppeng?
2. Bagaimana konsep pengembangan serta pemasaran dari sektor basis
wilayah tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, makalah ini bertujuan untuk
menjawab rumusan masalah tersebut, diantaranya :
1. Mengetahui apa saja sektor basis tiap wilayah Kabupaten Bantaeng,
Sinjai, dan Soppeng

2
2. Membuat konsep pengembangan serta pemasaran dari sektor basis dari
wilayah Kabupaten Bantaeng, Sinjai, dan Soppeng.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, sumber informasi,
dan bahan masukan bagi peneliti lain terkait pengembangan dan pemasaran suatu
wilayah. Penelitian ini diharapkan diharapkan juga dapat menjadi masukan Bagi
pemerintah daerah Tersebut terkait pengembangan dan pemsaran wilayahnya.

1.5. Lingkup Pembahasan


1. Ruang lingkup wilayah
- Kabupaten Bantaeng
- Kabupaten Sinjai
- Kabupaten Soppeng
2. Penentuan sektor basis pada wilayah Kabupaten Bantaeng, Sinjai,
Soppeng
3. Perencanaan konsep pengembangan serta pemasaran wilayah Kabupaten
Bantaeng, Sinjai, Soppeng

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sektor Basis dan Non Basis


Sektor Basis dan Non Basis Menurut Arsyad (1999 :116) teori basis ekonomi
menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.
Teori basis ekonomi pada intinya membedakan aktivitas sektor basis dan aktivitas
sektor non basis. Aktivitas sektor basis adalah pertumbuhan sektor tersebut
menentukan pembangunan menyeluruh daerah itu, sedangkan aktivitas sektor non
basis merupakan sektor skunder (city polowing) artinya tergantung perkembangan
yang terjadi dari pembangunan yang menyeluruh.
Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas
basis dari suatu wilayah, kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis
dampak tambahan dari aktivitas ekspor tersebut. Konsep kunci dari teori basis
ekonomi adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan mesin pertumbuhan. Tumbuh
tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh bagaimana kinerja wilayah itu terhadap
permintaan akan barang dan jasa dari luar.
Lebih lanjut dalam analisis teori basis ekonomi, teori tersebut dapat
digunakan untuk menentukan sektor dan subsektor potensial di kabupaten dan
kota berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Apabila sektor
potensial tersebut dapat dikembangkan dengan baik tentunya mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal. Menurut teori ini
suatu daerah dapat dibedakan menjadi daerah andalan dan bukan andalan, yang
selanjutnya dimodifikasi menjadi sektor/subsektor ekonomi potensial dan bukan
sektor/subsektor ekonomi potensial.

2.2 Location Quotient


Analisis location quotient (LQ) merupakan suatu analisis yang digunakan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu
wilayah yang memanfaatkan sektor basis atau leading sektor. Location quotient

4
menghitung perbandingan share output sektor i di kota atau kabupaten dan share
out sektor i di provinsi. Sektor unggulan disini berarti sektor bisnis yang tidak
akan habis apabila dieksploitasi oleh pemerintah wilayah. Menurut Hood (1998
dalam Hendayana 2003), menyatakan bahwa location quotient adalah suatu alat
pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan
keterbatasannya.
Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam
model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang
menjadi pemicu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat
spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Teknik LQ
banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada
identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif
kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor
unggulan sebagai leading sektor suatu kegiatan ekonomi industri. Dasar
pembahasannya sering difokuskan pada aspek tenaga kerja dan pendapatan.
Teknik LQ belum bisa memberikan kesimpulan akhir dari sektor-sektor yang
teridentifikasi sebagai sektor strategis. Namun untuk tahap pertama sudah cukup
memberi gambaran akan kemampuan suatu wilayah dalam sektor yang
teridentifikasi. Rumus matematika yang digunakan untuk membandingkan
kemampuan sektor-sektor dari wilayah tersebut adalah (Daryanto dan Hafizrianda,
2010:21):
𝐿𝑖 / 𝐿𝑡
1. Pendekatan Tenaga Kerja 𝐿𝑄 =
𝑁𝑖 / 𝑁𝑡

2. Pendekatan Nilai Tambah/Pendapatan 𝑉𝑖 / 𝑉𝑡


𝐿𝑄 =
𝑌𝑖 / 𝑌𝑡

Location Quotient Analysis


Dimana :
Li = jumlah tenaga kerja sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah
Lt = total tenaga kerja pada tingkat wilayah yang lebih rendah
Ni = jumlah tenaga kerjan sektor i pada tingkat wilayah yang lebih diatas
Nt = total tenaga kerja pada tingkat wilayah yang lebih diatas

5
Vi = nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah
Vt = total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih rendah
Yi = nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih atas
Yt = Total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih atas

Jika hasil perhitungan di formulasi di atas menghasilkan:


 LQ > 1 artinya, komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber
pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif,
hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wialyah
bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.
 LQ = 1 komoditas itu tergolong non-basis, tida memiliki
keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk
diekspor.
 LQ < 1 komoditas ini juga termasuk non-basis. Produksi komoditas
di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga
perlu pasokan atau impor dari luar.

Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan, demikian halnya


dengan metode LQ. Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasi komoditas
unggulan antara lain:
1. LQ merupakan suatu alat analisis yang digunakan dengan mudah dan
sederhana, serta cepat penggunaannya.
2. LQ dapat digunakan sebagai analisis awal untuk suatu wilayah,
kemudian dapat dilanjutkan dengan alat analisis lainnya.
3. Perubahan tingkat spesialisasi dari setiap sektor dapat pula
diketahui dengan membandingkan LQ dari tahun ke tahun.
4. Penerapannya tidak memerlukan program pengolahan data yang
rumit. Penyelesaian analisis cukup dengan spread sheet dari Excel
atau program Lotus jika datanya tidak terlalu banyak.

6
Dari segi keterbatasannya, metode LQ terbatas dalam:
1. Karena kesederhanaan pendekatan LQ ini, maka yang dituntut adalah
akurasi data. Sebaik apapun hasil olahan LQ tidak akan banyak
manfaatnya jika data yang digunakan tidak valid.
2. Pengumpulan data yang sangat valid sangat sulit dilakukan di lapangan
sehingga mempersulit pengumpulan data.
3. Deliniasi wilayah kajian. Untuk menetapkan batasan wilayah yang
dikaji dan ruang lingkup aktivitas, acuannya sering tidak jelas.
Akibatnya hasil hitungan LQ terkadang aneh, tidak sama dengan apa
yang kita duga.
4. Perlu diketahui bahwa nilai LQ dipengaruhi oleh berbagai faktor. Nilai
hasil perhitungannya bias, karena tingkat disagregasi peubah
spesialisasi, pemilihan peubah acuan, pemilihan entity yang
diperbandingkan, pemilihan tahun dan kualitas data.
Komoditas yang menghasilkan nilai LQ > 1 merupakan standar normatif
untuk ditetapkan sebagai komoditas unggulan. Namun demikian ketika banyak
komoditas di suatu wilayah yang menghasilkan LQ > 1, sementara yang dicari
hanya satu, maka yang harus dipilih adalah komoditas yang mendapatkan LQ
paling tinggi. Karena nilai LQ yang semakin tinggi di suatu wilayah menunjukkan
semakin tinggi pula potensi keunggulan komoditas tersebut. Dengan demikian,
metode analisis LQ atau location quotient dapat digunakan secara mudah dan
efisien jika ingin menghitung sektor unggulan suatu tempat.
Kekurangankekurangan yang ditemui di lapangan dapat dikurangi dengan teliti
dan rajin dalam mengumpulkan data. Hasil yang didapatkan kemudian adalah
akurasi dan sektor unggulan yang dapat diberdayakan dan dikembangkan oleh
seluruh masyarakat wilayah tertentu.
Berdasarkan data PDRB, kontribusi sektoral maupun laju pertumbuhan
ekonomi di kabupaten/kota dan juga provinsi, dapat dilakukan perhitungan
menggunakan metode Location Quotient (LQ) untuk mencari keunggulan
komparatif yang dimiliki sebuah kabupaten/kota terhadap provinsi dengan cara
mengidentifikasi sektor basis dan non basis. Data yang dipergunakan adalah data

7
atas dasar harga konstan dengan tujuan untuk melihat perkembangan
perekonomian secara riil yang pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh adanya
perubahan harga atau inflasi/deflasi. Sektor-sektor yang termasuk dalam sektor
basis menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki keunggulan komparatif.
Dengan bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah maka arus
pendapatan yang masuk ke wilayah tersebut (monetary inflow) akan bertambah
karena adanya kegiatan ekspor. Sebaliknya, kegiatan non basis menyebabkan
keluarnya pendapatan dari wilayah tersebut ke wilayah lain (monetary outflow)
yang disebabkan wilayah bersangkutan mengimpor kekurangan akan permintaan
di sektor tersebut untuk memenuhi kebutuhan di dalam wilayah.

2.3 Konsep Pemasaran


Pemasaran wilayah adalah alat untuk membentuk keuntungan internal dari
daerah, investasi dan faktor pembangunan ekonomi, meningkatkan daya tarik
daerah secara keseluruhan (Bagautdinova, N., Gafurov, I., Kalenskaya, N., &
Novenkova, A. 2012). Wilayah perlu untuk membedakan diri dari yang lain untuk
menegaskan individualitas mereka dan karakteristik khas dalam mengejar
berbagai tujuan ekonomi, politik dan sosio-psikologis (Kavaratzis, M., &
Ashworth, G. 2008). Pemasaran wilayah adalah sistem kontrol berorientasi pasar
kompleks dari pembentukan wilayah administrative skala tertentu, memberikan
pengembangan yang berkelanjutan, peningkatan daya saing, penjualan efektif dari
produk wilayah dan optimalisasi penggunaan potensi sumber daya yang tersedia
di pasar (Yazykova P., 2011). Tujuan pemasaran wilayah adalah meempatkan
sebuah wilayah di pasar nasional maupun internasional, serta meningkatkan
ketertarikan dan mempromosikan pengembangannya untuk menarik sejumlah
besar pengunjung (Megri, Z., & Bencherif, F. 2014).
Pokok dari pemasaran adalah bagaimana memahami kebutuhan dan
keinginan dari pelanggan. Sehingga dalam pemasaran wilayah, produk wilayah
perlu dikondisikan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan wilayah.
Pelanggan dalam pemasaran wilayah memiliki tujuan dan minat yang berbeda
terhadap wilayah yang sama, misalnya ada yang tertarik dengan kualitas hidup

8
sementara ada yang lain lebih pada ekspor dari wilayah yang merupakan nilai
tambah yang tercipta (Bagautdinova, N., Gafurov, I., Kalenskaya, N., &
Novenkova, A. 2012). Lebih lanjut Bagautdinova et.al. (2012) bahwa Konsep 4P
dalam pemasaran seperti yang diterapkan pada pemaaran wilayah.
1. Produk wilayah mencakup sumber daya wilayah, yang menarik bagi
konsumen, variasi, kuantitas dan kualitasnya, misalnya: sumber daya bahan
baku, sumber daya manusia, infrastruktur, pemandangan, tingkat aktivitas
bisnis, tingkat pengembangan penunjang bisnis, tingkat prospek investasi,
dll.
2. Harga produk wilayah termasuk pengeluaran, yang dikeluarkan oleh
konsumen dalam proses membeli produk teritorial ini, untuk hidup dan
melakukan kegiatan di daerah tersebut. Harga penuh produk
mempertimbangkan biaya teritorial eksplisit dan sementara, yang terutama
penting saat membandingkan dan memilih area. Untuk penduduk harga produk
teritorial mencakup biaya hidup, pendapatan dan manfaat sosial, biaya barang dan
jasa di wilayah itu, untuk wisatawan biaya hotel, biaya harian, untuk investor
waktu dan upaya yang diperlukan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan,
biaya proyek dengan memperhitungkan manfaat pajak, dll.
3. Lokalisasi produk wilayah; di satu sisi, posisi geo-ekonomi daerah dengan wilayah
tetangga dan di sisi lain akomodasi, alokasi jenis sumber daya tertentu dalam
wilayah yang dianalisis. Penggunaan yang tepat dari lokalisasi spesifik dari produk
teritorial membiarkannya secara efektif mempromosikan spesialisasi dan koneksi
wilayah kerja sama.
4. Promosi produk wilayah: melibatkan penggunaan berbagai instrumen komunikasi
pemasaran untuk memberikan informasi tentang produk teritorial, keyakinan para
pembuat keputusan untuk memperoleh produk teritorial dalam preferensi terhadap
produk teritorial dan juga mengingatkan kepada pelanggan akan kebutuhan untuk
memperoleh produk teritorial.
Menggunakan prinsip penjualan pribadi (pribadi) dalam pemasaran teritorial
melibatkan pertemuan pribadi, misalnya, dari orang-orang pertama di wilayah itu
dengan calon investor. Organisasi opini publik membantu untuk menciptakan
sikap publik yang baik dari masyarakat umum, tetapi orang tidak boleh lupa

9
tentang kegiatan non-pribadi dari promosi dan pembentukan publisitas, serta
melakukan advokasi yang ditargetkan dari produk teritorial untuk mendapatkan
keuntungan. Podoprigora, M. G., & Nazvanova, I. A. (2015), bahwa :
a. Pemasaran zona properti ekonomi adalah adaptasi ekonomi, penjualan,
tawaran sewa tanaman, toko dan jenis tempat komersial atau wilayah
lainnya. Para pembangun, pertama-tama, harus menyelidiki kebutuhan para
perwakilan bisnis, dan kemudian menawarkan solusi kompleks untuk
pembentukan zona industri, pusat perbelanjaan, kantor atau bangunan
komersial. Penciptaan dan pengembangan infrastruktur meningkatkan daya
tarik investasi tempat-tempat seperti itu.
b. Pemasaran investasi ke properti pemilikan /demesne mengasumsikan
pengaturan dan penjualan tetap, penjualan sebagai objek investasi modal
dan pemanfaatan untuk pengembangan wilayah tanpa penduduk dan tidak
padat penduduk. Sebagai contoh dari jenis pemasaran dalam praktek-
praktek asing dapat menjadi adaptasi dari sebagian besar Florida dan
wilayah Far West (Kotler Ph. & Armstrong G., 2010). Bisa jadi situs-situs
di bawah para elite dachas (rumah-rumah negara), garasi, pusat
perbelanjaan, dll. Pembelinya adalah perusahaan, pengusaha, spekulan, dll.
Tujuannya adalah untuk menjual tempat-tempat sebelum bertambah
harhanya. Dengan demikian, pemasaran investasi ke properti kepemilikan
termasuk pengaturan dan penjualan lahan, pengembangan program khusus
bertujuan menarik minat investor, menggunakan iklan, kunjungan
perwakilan penjualan langsung, perjalanan gratis untuk survei. situs, dll
(Gagarsky M., 2005).
c. Pemasaran perumahan yang terdiri atas menarik perhatian pada bangunan,
penjualan dan sewa diarahkan pada penciptaan perumahan sesuai dengan
kebutuhan kelompok klien tertentu, yaitu khusus untuk pasar objektif
tertentu (preferensi harga, minat dan sebagainya). Misal, sebelumnya
perumahan dibuat untuk orang-orang dengan profesi tertentu, usia tertentu,
modern; untuk penduduk dengan permintaan atau preferensi khusus

10
(interior, desain, Perumahan elit). Alat-alat utama dari jenis pemasaran
teritorial ini adalah iklan dalam berita utama surat kabar, majalah dll.
d. Pemasaran tempat liburan; keterlibatan konsumen potensial – wisatawan, di
tempat-tempat tertentu (resor, pusat budaya atau sejarah) melalui agen, agen
perjalanan, maskapai penerbangan, perwakilan bisnis hotel dan lembaga
publik. Pemasaran fasilitas rekreasi mengasumsikan penciptaan infrastruktur
memungkinkan dengan kenyamanan untuk menempatkan wisatawan, dan
itu juga harus menarik bagi kelompok klien tertentu yang menyukai sejarah,
legenda, dll.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Data


Jenis data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak kedua dan digunakan untuk
mendukung data pada tahap analisis penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal, ataupun dokumen dari pihak
pemerintahan (misal: Badan Pusat Statistik).

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui sektor basis atau sektor
unggul di Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Sinjai, dan Kabupaten Soppeng.
Dalam penelitian ini, penulis pun mengumpulkan data-data memanfaatkan data
sekunder melalui internet berupa data dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk
memperoleh nilai-nilai PDRB dari setiap sektor di Kabupaten.
Selain data BPS, penulis juga melakukan studi literatur sebagai pendukung
konsep pemasaran sektor. Dalam hal ini, penulis mengumpulkan informasi-
informasi, teori, serta materi melalui jurnal-jurnal atau penelitian terdahulu yang
berkaitan.

3.3 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini,
yaitu metode analisis Mixed Method Research (MMR). MMR berfokus untuk
mengumpulkan, menganalisa, dan pencampuran antara data kualitatif dan
kuantitatif, dilakukan dalam satu atau serangkainan penelitian. Teknik analisis ini
pada umumnya menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara
bersamaan, sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap
permaslahan penelitian dibanding dengan mengguanakannaya secara terpisah.
Dalam penelitian ini, analisis MMR digunakan untuk mengolah data kualitatif
terkait konsep pemasaran sektor basis di Kabupaten Bantaeng, Sinjai, dan
Soppeng, dengan data kuantitatif seperti data PDRB masing-masing Kabupaten

12
yang kemudian dianalisis menggunakan analisis LQ. Analisis location quotient
(LQ) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah yang memanfaatkan
sektor basis atau leading sektor.

13
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kabupaten Bantaeng
4.1.1 Analisis Sektor Basis
Dalam menentukan sektor basis Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan,
digunakan analisis LQ. Perhitungan LQ pada seluruh sektor di Kabupaten
Bantaeng berdasarkan nilai PDRB di atas dasar harga konstan menurut
lapangan usaha sehingga setelah dihitung didapat sektor yang memiliki posisi
unggulan di Kabupaten Bantaeng.

Tabel 4.1. Hasil Perhitungan LQ Kabupaten Bantaeng

PDBRB
PDRB Prov.
Kab.
Sulsel Analisis
No. Sektor Bantaeng
(Milar LQ
(Milar
Rupiah)
Rupiah)
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,515.22 107,420.35 1.34
2 Pertambangan dan penggalian 299.75 23,304.30 0.74
3 Industri Pengolahan 676.32 66,430.14 0.58
4 Pengadaan Listrik dan Gas 10.14 318.61 0.83
Pengadaan Air, Pengelolaan sampah,
5 5.71 476.36 0.69
limbah dan daur ulang
6 Konstruksi 1,563.00 71,559.99 1.25
7 Perdagangan Besar dan Eceran 1,315.87 74,702.37 1.01
8 Reparasi Mobil dan sepeda motor 95.88 21,345.19 0.26
Penyediaan akomodasi makan dan
9 75.75 7,112.19 0.61
minum
10 Informasi dan Komunikasi 190.09 25,485.62 0.43
11 Jasa Keuangan dan asuransi 197.95 18,495.05 0.61
12 real estat 406.78 18,407.59 1.27
13 jasa perusahaan 14.09 2,370.76 0.34
administrasi pemerintahan, pertahanan
14 616.13 23,328.53 1.52
dan jaminan sosial wajib
15 jasa pendidikan 442.76 26,538.45 0.96
16 jasa kesehatan dan kegiatan sosial 221.18 10,163.10 1.25
17 jasa lainnya 144.43 7,288.27 1.14
Jumlah 8,791.05 504,746.87
Sumber : Hasil Analisis penulis, 2021

Keterangan : : Sektor Basis

14
Berdasarkan table perhitungan LQ, maka sektor basis di Kabupaten
Bantaeng adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan
sosial wajib, pertahanan dan jaminan sosial wajib, Sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan, Sektor real estate, sektor konstruksi, Sektor jasa
kesehatan dan kegiatan sosial, sektor perdagangan besar dan eceran, serta
sektor jasa lainnya, dengan nilai LQ tertinggi pada Sektor administrasi
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib (LQ=1.52).

4.1.2 Konsep Pemasaran Sektor Basis


Konsep pemasaran terbaru saat ini adalah konsep yang berorientasi pada
persaingan, dimana pengusaha berpikir untuk memperoleh persaingan yang
lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya dalam melayani konsumen
yang tidak hanya menekankan untuk melayani konsumen sebaik-baiknya,
namun harus pula berusaha untuk tampil meyakinkan dan memuaskan di
mata konsumen dibandingkan dengan pesaing (Gitisudarmo, 2000). Olehnya
itu, untuk menghadapi persaingan terutama dalam memberikan pelayanan
yang terbaik serta tampil meyakinkan dan memuaskan konsumen diperlukan
strategi pemasaran yang tepat. Pemanfaatan sumber daya di Kabupaten
Bantaeng secara intensif, optimal dan terkendali mendorong pertumbuhan
ekonomi lokal yang tinggi serta dapat memberikan efek keuntungan yang
besar bagi kesejahteraan masyarakat. Pemerintah daerah Kabupaten Bantaeng
dituntut untuk lebih kreatif dalam mengelola dan mengembangkan potensi
daerah yang dimiliki sehingga dapat mengoptimalisasi pembangunan serta
pertumbuhan ekonomi, Oleh karena itu, perencanaan pembangunan perlu
dilakukan secara tepat dan mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait
dengan masalah pembangunan di wilayah yang bersangkutan. Strategi
manajemen untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan secara berkelanjutan perlu dicermati, cepat atau
lambat akan beralih ke masalah tata kelola dan kerangka kerja kelembagaan
yang memandu proses pengambilan keputusan.
Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan mempunyai peranan dalam
penciptaan nilai tambah pada perekonomian Kabupaten Bantaeng. Hal ini

15
dikarenakan sumberdaya alam di kabupaten Bantaeng sangat berpotensi pada
berbagai subsektor di bidang Pertanian, yaitu Tanaman Pangan, Perkebunan
dan Perikanan dibandingkan Kabupaten lain yang ada di Provinsi Sulawesi
Selatan. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan masih merupakan sektor
yang sangat menentukan perekonomian Kabupaten Bantaeng, karena
sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian dengan bercocok
tanam terutama berkebun, sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar.
Komoditi Pertanian merupakan tanaman perdagangan yang cukup strategis di
Kabupaten Bantaeng, karena tidak hanya menjadi sumber penghasilan devisa
di sektor pertanian, tetapi lebih penting lagi adalah rangkaian kegiatan
produksinya termasuk pemasarannya menciptakan lapangan kerja sehingga
dapat menyerap tenaga kerja yang ada.
Potensi wilayah dapat dimanfaatkan bagi suatu wilayah untuk
pembangunan sektor-sektor ekonomi yang diharapkan dapat meningkatkan
produksi, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta
dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan dan
meningkatkan perekonomian daerah. Sektor Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan adalah sektor yang mampu menjadi sektor basis di Kabupaten
Bantaeng. Hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki keunggulan
kompetitif dan nilai kontribusi yang besar dalam perekonomian Kabupaten
Bantaeng, karena sektor ini mampu bersaing dengan daerah kabupaten/kota
lain yang ada di provinsi Sulawesi Selatan dengan mengekspor produk sektor
basis keluar pasar domestik. Sektor basis ini akan menghasilkan barang dan
jasa untuk pasar domestik kabupaten Bantaeng maupun pasar di luar daerah
kabupaten Bantaeng, sehingga perkembangannya diharapkan dapat
membantu dalam mempercepat pembangunan ekonomi lokal di wilayah
Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan analisis LQ yang telah dilakukan dimana
bertujuan untuk menentukan sektor unggulan yang ada di Kabupaten
Bantaeng, dengan diketahuinya sektor unggulan tersebut dalam
perekonomian di wilayah Kabupaten Bantaeng, maka dapat diketahui dan
dapat dikembangkan karena mampu melayani pasar di wilayah lokal daerah

16
itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan yang tentunya akan
mendapatkan nilai surplus dari perkembangan sektor unggulan ini.
Berdasarkan hasil analisis ditetapkan sembilan tindakan yang perlu
diprioritaskan terkait dengan strategi pemasaran Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan di Kabupaten Bantaeng, yaitu:
1. Memberikan jaminan harga dasar pembelian
Untuk memotivasi petani agar dapat menghasilkan produksi dalam
jumlah, mutu dan keberlanjutan sesuai yang diharapkan adalah adanya
jaminan harga dasar. Olehnya itu, Pemerintah Kabupaten Bantaeng perlu
menetapkan kebijakan mengenai aturan harga dasar sektor Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan melalui Peraturan Daerah (perda). Adanya perda
ini selain untuk menjamin pendapatan yang akan diperoleh Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan di Kabupaten Bantaeng, juga akan menjadi salah
satu faktor yang dapat mendorong petani/pedagang dan nelayan dari
kabupaten lain untuk menjual hasil Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ke
Kabupaten Bantaeng.

2. Memperbaiki prasarana jalan desa


Salah satu penyebab rendahnya tingkat harga yang diterima oleh
petani (selain faktor kualitas) adalah pembebanan biaya pemasaran oleh
pedagang pada harga pembelian di tingkat petani. Salah satu unsur biaya
pemasaran adalah biaya pengangkutan. Untuk mempermudah
pengangkutan hasil Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari lokasi
produksi ke pusat pemasaran di Kabupaten Bantaeng, maka Pemerintah
Kabupaten perlu memperbaiki prasarana jalan desa terutama di sentra-
sentra produksi Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Dengan kondisi jalan
yang memadai, pengangkutan akan lebih mudah dan pada akhirnya akan
dapat menekan biaya pengangkutan hasil Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan ke pusat pemasaran sehingga harga yang diterima oleh petani
juga dapat lebih tinggi.

17
3. Mengadakan resi gudang yang dapat menampung hasil produksi petani
Saat panen petani/pekebun dan atau nelayan dihadapkan pada pilihan
yang sulit, disatu sisi membutuhkan dana tunai untuk menyiapakan musim
tanam berikutnya dan untuk keperluan rumah tangganya, di sisi lain saat
menjual hasil panennya tidak memberikan keuntungan karena adanya
keterlibatan tengkulak atau pedagang pengumpul. Selain tindakan-
tindakan yang telah disebutkan, Pemerintah Kabupaten Bantaeng perlu
mengadakan resi gudang yang selain dapat mendukung ketersediaan modal
bagi petani, juga dapat mempermudah petani dalam pemasaran hasil
produksi usahataninya. Adanya resi gudang dapat dijadikan jaminan untuk
mencari pinjaman, selain dapat untuk memperpanjang masa penjualan
hasil produksi Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.
4. Menyediakan sarana teknologi pengolahan hasil
Selain keterbatasan petani dalam penguasaan teknologi budidaya dan
pascapanen, keterbatasan petani dalam mengakses sarana pengolahan hasil
juga sebagai penyebab rendahnya kualitas hasil produksi pada sektor
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Salah satu sarana yang diperlukan
oleh petani adalah adanya mesin pengering (dryer) terutama saat panen
yang bertepatan dengan musim hujan. Sedangkan untuk nelayan
diperlukan alat teknlogi modern yaitu purse seine dan gillnet. Tindakan ini
dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng dengan
memfasilitasi kelembagaan di tingkat petani/pekebun maupu nelayan
(kelompoktani/gabungan kelompoktani) terutama di wilayah-wilayah
sentra produksi potensi untuk memperoleh bantuan sarana teknologi
pengolahan hasil tersebut.
5. Memfasilitasi petani agar mampu memperoleh sarana produksi
Agar pelaku produksi Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dapat
melaksanakan teknik budidaya yang dianjurkan untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas, maka diperlukan ketersediaan sarana produksi
yang dibutuhkan seperti benih, pupuk, dan obat-obatan. Petani/pekebun
dan nelayan sangat membutuhkan kemudahan dalam memperoleh sarana

18
produksi terkait ketersediaan baik jenis maupun kualitas dengan tingkat
harga yang dapat terjangkau pada saat dibutuhkan. Olehnya itu Pemerintah
Kabupaten Bantaeng perlu memfasilitasi ketersediaan sarana produksi
melalui kemitraan industri/distributor sarana produksi dengan
mengoptimalkan kelembagaan di tingkat petani/pekebun dan nelayan
(kelompoktani/gabungan kelompoktani) agar dapat menjadi unit penyedia
sarana produksi bagi petani anggotanya.

6. Melaksanakan pembinaan teknologi budidaya dan penanganan


pascapanen
Salah satu penyebab rendahnya tingkat harga yang diterima oleh
petani/pekebun dan nelayan adalah rendahnya kualitas hasil produksi.
Rendahnya kualitas hasil produksi disebabkan keterbatasan petani dalam
penguasaan teknologi (budidaya dan pascapanen). Olehnya itu Pemerintah
Kabupaten Bantaeng perlu melakukan upaya pembinaan yang intensif
kepada petani agar mampu menguasai teknologi budidaya dan pascapanen
yang baik. Tindakan ini dapat dilakukan dengan memfasilitasi kemitraan
kelembagaan di tingkat petani (kelompoktani/gabungan kelompoktani)
dengan lembaga-lembaga pembina terkait.

7. Mencanangkan sentra produksi hasil Pertanian, Kehutanan dan


Perikanan sebagai desa mandiri yang peduli terhadap lingkungan
Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan
sebagai akibat adanya aktivitas perambahan hutan untuk lahan usahatani,
laut untuk manfaat nalayan, maka Pemerintah Kabupaten Bantaeng perlu
mencanangkan desa mandiri yang peduli terhadap lingkungan, terutama
desa-desa sentra produksi Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang rawan
terhadap adanya aktivitas usahatani yang memanfaatkan areal hutan
dengan cara merambah. Tindakan ini dapat diimplementasikan dengan
menjadikan kelembagaan di tingkat petani dan nelayan pada sektor
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (kelompoktani dan gabungan
kelompoktani) tidak hanya sebagai basis aktivitas sosial, ekonomi dan

19
teknologi, tetapi juga sebagai wahana untuk menjaga kelestarian
lingkungan.
Konsep pemasaran yang dapat digunakan yaitu taktik bauran pemasaran
yang digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan penjualan, dimana
didalamnya terdiri dari: strategi produk yang dihasilkan, strategi harga yang
bersaing, strategi promosi yang dilakkukan serta strategi saluran distribusi
yang digunakan.
1) Produk Strategi
Dalam produk strategis yaitu menekankan pada mutu kualitas
hasil produksi, dengan menjaga hasil, kualitas dan mutu hasil
produksi.
2) Promosi
Strategi promosi yang dilakukan ialah promosi penjualan seperti
pemberian potongan harga, dan pemberian bonus penjualan kepada
distributor yang mencapai target.
3) Saluran Distribusi
Saluran distribusi yang sebaiknya digunakan pada sektor
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Bantaeng adalah
dengan menggunakan saluran distribusi tidak langsung, yakni dari
produsen ke distributor, pengecer hingga kepada konsumen. Konsep
distribusi yang dilakukan ialah dimediasi oleh main distributor dan
sub distributor sehingga proses distribusi dapat lebih terarah. Main
distributor terdiri dari rantai distribusi pertama yang akan menjadi
penentu alur distribusi berikutnya. Main distributor terdapat di
wilayah/kawasan dalam skala besar seperti pulau-pulau besar bagian
Indonesia timur di dalam area pemasaran Setelah melalui main
distributor selanjutnya akan didistribusikan ke sub distributor yang
merupakan bagian provinsi/ kota-kota besar di wilayah masing-
masing.

20
4.2 Kabupaten Sinjai
4.2.1 Analisis Sektor Basis
Untuk memperoleh sektor basis Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan,
digunakan analisis LQ. Perhitungan LQ pada seluruh sektor di Kabupaten
Sinjai berdasarkan nilai PDRB di atas dasar harga konstan menurut lapangan
usaha sehingga setelah dihitung didapat sektor yang memiliki posisi unggulan
di Kabupaten Sinjai.

Tabel 4.2. Hasil Perhitungan LQ Kabupaten Sinjai


PDRB
PDRB Sektor Sektor
Lapangan Usaha/Sektor Kab Sinjai. Sulawesi LQ
(Milyar Rp) Selatan
(Milyar Rp)
Pertanian, Kehutanan, dan 3,004,242.30 66,658.84 2.10
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 158,605.70 17,237.90 0.43
Industri Pengolahan 184,202.20 44,832.07 0.19
Pengadaan Listrik, Gas 8,247.10 310.62 1.24
Pengadaan Air 6,089.40 369.71 0.77
Konstruksi 812,037.60 41,232.63 0.92
Perdagangan Besar dan Eceran, 1,050,263.80 51,442.42 0.95
dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan Pergudangan 112,776.70 11,982.71 0.44
Penyediaan Akomodasi dan 31,320.30 4,895.97 0.30
Makan Minum
Informasi dan Komunikasi 286,204.60 23,339.18 0.57
Jasa Keuangan 192,803.20 11,186.15 0.80
Real Estate 165,296.60 11,276.11 0.68
Jasa Perusahaan 5,176.90 1,507.22 0.16
Administrasi Pemerintahan, 392,856.40 14,423.36 1.27
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan 506,534.60 18,410.59 1.28
Jasa Kesehatan dan Kegiatan 119,863.50 6,708.17 0.83
Sosial
Jasa lainnya 53,762.70 4,791.50 0.52
Total 7,090,283.60 330,605.15
Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2021

21
Berdasarkan table perhitungan LQ, maka secara berurutan sektor
basis/unggukan (LQ>1) di Kabupaten Sinjai adalah:

Tabel 4.3. Sektor-sektor Basis di Kabupaten Sinjai


No. Sektor Unggulan Skor LQ
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.10
2. Jasa Pendidikan 1.28
3. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 1.27
dan Jaminan Sosial Wajib
4. Pengadaan Listrik, Gas 1.24
Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2021

Berdasarkan table perhitungan LQ, maka sektor basis di Kabupaten


Pangkep adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Jasa Pendidikan,
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, dan
Pengadaan Listrik, Gas, dengan nilai LQ tertinggi pada sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan (LQ=2.10).

4.2.2. Konsep Pemasaran Sektor Basis


Pemasaran sektor basis (sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan)
dilakukan untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Sinjai melalui
sektor basis ini. Sehingga, adapun strategi yang penulis usulkan dalam rangka
menambah daya saing sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan Kabupaten
Sinjai adalah:
 Produksi
1. Komoditas utama yang akan dikembangkan adalah komoditas yang
menjadi unggulan/potensial dengan metode pengelolaan adalah
intensifikasi pertanian, perkebunan, dan perikanan dengan cara
mengoptimalkan lahan yang sudah ada.
2. Menyediakan atau pengadaan industri pengolahan hasil pertanian
sebagai pendistribusian hasil pertanian dan perikanan.
 Promosi
1. Kegiatan promosi yang berkelanjutan

22
2. Penggunaan teknologi internet sebagai media dalam
mempromosikan produk pertanian dan perikanan
 Distribusi
1. Penyediaan prasarana jalan untuk memperoleh aksesibilitas yang
baik dalam proses distribusi, terlebih mengingat kondisi jalan di
kawasan perdesaan Kabupaten Sinjai masih banyak dalam kondisi
buruk (Ainina, 2018).
2. Penyediaan sarana transportasi guna mendukung proses distribusi.
 Pengelolaan SDM
1. Meningkatkan akses petani dan nelayan terhadap sumberdaya
produktif dan permodalan dengan memfasilitasi ketersediaan
layanan yang dibutuhkan petani. Misalnya sarana produksi, sarana
pascapanen dan permodalan.
2. Kerjasama antar masyarakat, lembaga pertanian dan perikanan, serta
pemerintah harus saling bersinergi untuk mencapai tujuan
pembangunan ekonomi Kabupaten Sinjai.
3. Peningkatan keterampilan masyarakat (SDM) dalam mengolah
kegiatan pertanian dan perikanan untuk menambah nilai ekonomi
dan daya saing produk.

Berdasarkan strategi di atas dan hasil kajian, diperlukan kebijakan dalam


mengusung pemasaran sektor unggulan dengan optimal. Kebijakan untuk
pengembangan sektor unggulan di kabupaten Sinjai meliputi kebijakan secara
menyeluruh. Kebijakan yang dapat diidentifikasi untuk arah kebijakan sektor
unggulan daerah ada beberapa kebijakan strategis yang merupakan kebijakan
yang melibatkan banyak pihak. Kebijakan tersebut antara lain sebagai
berikut:

1) Kebijakan perekonomian daerah yang diarahkan untuk stabilisasi kondisi


perekonomian seperti stabilitas harga barang-barang dan jasa, kebijakan
tentang pembiayaan dengan suku bunga murah.

23
2) Kebijakan pengembangan kelembagaan masyarakat yang mendorong
aktivitas ekonomi sektor unggulan. Kebijakan ini menyentuh kelompok
masyarakat, kelompok usaha, maupun koperasi.
3) Kebijakan yang berhubungan dengan infrastruktur yang mendukung
terciptanya akselerasi pengembangan sektor unggulan Kabupaten Sinjai.
4) Kebijakan yang menyangkut kemitraan antara petani atau kelompok
petani, usaha kecil dengan usaha besar dalam pengembanganproduk
unggulan hingga memasarkan hasil produksi.
5) Kebijakan mempromosikan potensi investasi daerah pada produk-produk
unggulan daerah.
6) Kebijakan peningkatan kemampuan pengetahuan dan skill kapasitas
sumber daya manusia penggerak sektor unggulan.
7) Kebijakan pengamanan ketahanan pangan dengan tetap mempertahan
ketersediaan bahan pokok dan sumber karbohidrat lainnya, serta produk
pertanian lainnya untuk menjamin ketersediaan protein, vitamin, dan
mineral.
8) Kebijakan peningkatan produktivitas, produksi, daya saing, dan nilai
tambah produk unggulan dengan tetap memperhatikan aspekaspek
kelestarian lingkungan.
9) Kebijakan pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan
kewilayahan terpadu dengan konsep pengembangan agribisnis dan
agropolitan untuk mengembangkan skala ekonomi, sehingga akan lebih
meningkatkan efisiensi dan nilai tambah.
10) Kebijakan pembangunan perkebunan diarahkan pada perluasan areal dan
peremajaan kebun dengan memperhatikan keterkaitan penyediaan input,
terutama bibit unggul, pupuk, dan pestisida;
11) Pengembangan industri berbasis perkebunan dengan terus
mengembangkan turunan produk untuk mendapatkan nilai tambah yang
tinggi.

24
12) Pengembangan, penguatan sistem, dan akses pasar produk pertanian
melalui pengembangan kemitraan yang saling ketergantungan antara
petani dengan pengusaha.
13) Kebijakan pengembangan industri yang lebih menekankan pada
agroindustri skala kecil dipedesaan dalam rangka meningkatkan nilai
tambah dan pendapatan masyarakat petani.
14) Kebijakan pengembangan kajian teknologi tepat guna dalam mendukung
upaya peningkatan value added produk unggulan daerah.
15) Kebijakan perluasan lahan sektor unggulan daerah dalam upaya
meningkatkan produksi daerah untuk mendukung ketahanan pangan
daerah.
16) Kebijakan stabilisasi harga yang berkaitan dengan produk pendukung
sektor unggulan, seperti pupuk, bibit, pestisida, obat-obatan, makanan
ternak/ikan, dan lainnya.
17) Kebijakan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani dan nelayan.
18) Kebijakan meningkatkan koordinasi, pengawasan dan penindakan
terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal dan sumber daya laut
lainnya.
4.3 Kabupaten Soppeng
4.3.1. Analisis Sektor Basis
Untuk memperoleh sektor basis Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan,
digunakan analisis LQ. Perhitungan LQ pada seluruh sektor di Kabupaten
Soppeng berdasarkan nilai PDRB di atas dasar harga konstan menurut
lapangan usaha sehingga setelah dihitung didapat sektor yang memiliki posisi
unggulan di Kabupaten Soppeng.

Tabel 4.1. Hasil Perhitungan LQ Kabupaten Soppeng


PDRB Sektor PDRB Sektor
Lapangan Usaha/Sektor Kab. Soppeng Sulawesi Selatan LQ
(Milyar Rp) (Milyar Rp)
Pertanian, Kehutanan, dan
1,946.89 66,658.84 1.38
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 228.34 17,237.90 0.63

25
Industri Pengolahan 710.97 44,832.07 0.75
Pengadaan Listrik, Gas 8.63 310.62 1.31
Pengadaan Air 3.92 369.71 0.50
Konstruksi 876.61 41,232.63 1.01
Perdagangan Besar dan Eceran,
dan Reparasi Mobil dan Sepeda 1,047.94 51,442.42 0.96
Motor
Transportasi dan Pergudangan 209.47 11,982.71 0.83
Penyediaan Akomodasi dan
120.54 4,895.97 1.16
Makan Minum
Informasi dan Komunikasi 273.09 23,339.18 0.55
Jasa Keuangan 196.58 11,186.15 0.83
Real Estate 324.70 11,276.11 1.36
Jasa Perusahaan 16.05 1,507.22 0.50
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial 423.60 14,423.36 1.38
Wajib
Jasa Pendidikan 415.97 18,410.59 1.07
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
136.05 6,708.17 0.96
Sosial
Jasa lainnya 54.18 4,791.50 0.53
Total 6,993.53 330,605.15
Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2021

Berdasarkan table perhitungan LQ, maka secara berurutan sektor


basis/unggukan (LQ>1) di Kabupaten Soppeng adalah:

Tabel 4.2. Sektor-sektor Basis di Kabupaten Soppeng


No. Sektor Unggulan Skor LQ
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.38
2. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 1.38
Jaminan Sosial Wajib
3. Reak Estate 1.36
4. Pengadaan Listrik, Gas 1.31
5. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.16
6. Jasa Pendidikan 1.07
7. Konstruksi 1.01
Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2021

26
Berdasarkan tabel perhitungan LQ, maka sektor basis di Kabupaten
Soppeng adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Jasa Pendidikan,
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, dan
Pengadaan Listrik, Gas, dengan nilai LQ tertinggi pada sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan (LQ=1.38).

4.3.2. Konsep Pemasaran Sektor Basis


Pemasaran sektor basis (sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan)
dilakukan untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Soppeng melalui
sektor basis ini. Sehingga, adapun strategi yang penulis usulkan dalam rangka
menambah daya saing sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan Kabupaten
Soppeng adalah:
 Produksi
1. Komoditas utama yang akan dikembangkan adalah komoditas yang
menjadi unggulan/potensial dengan metode pengelolaan adalah
intensifikasi pertanian, perkebunan, dan perikanan dengan cara
mengoptimalkan lahan yang sudah ada.
2. Menyediakan atau pengadaan industri pengolahan hasil pertanian
sebagai pendistribusian hasil pertanian dan perikanan.
 Promosi
1. Kegiatan promosi yang berkelanjutan
2. Penggunaan teknologi internet sebagai media dalam mempromosikan
produk pertanian dan perikanan
 Distribusi
1. Penyediaan prasarana jalan untuk memperoleh aksesibilitas yang baik
dalam proses distribusi, terlebih mengingat kondisi jalan di kawasan
perdesaan Kabupaten Sinjai masih banyak dalam kondisi buruk
(Ainina, 2018).
2. Penyediaan sarana transportasi guna mendukung proses distribusi.

27
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam menentukan sektor basis Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Soppeng,
dan Kabupaten Sinjai digunakan analisis LQ. Perhitungan LQ pada seluruh sektor
di ketiga kabupaten tersebut berdasarkan nilai PDRB di atas dasar harga konstan
menurut lapangan usaha sehingga setelah dihitung didapat sektor yang memiliki
posisi unggulan, yaitu sektor administrasi pemerintahan untuk Kabupaten
Bantaeng serta sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan untuk Kabupaten
Soppeng dan Kabupaten Sinjai. Namun karena sulit menemukan konsep
pemasaran untuk sektor administrasi pemerintahan untuk Kabupaten Bantaeng,
maka diambil sektor dengan nilai LQ tertinggi kedua yaitu sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan.
Konsep pemasaran yang dilakukan di ketiga kabupaten tersebut itu sama,
dikarenakan potensi sektornya. Konsepnya adalah taktik bauran pemasaran yang
digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan penjualan, dimana didalamnya
terdiri dari: strategi produk yang dihasilkan, strategi harga yang bersaing, strategi
promosi yang dilakkukan serta strategi saluran distribusi yang digunakan.

5.2 Saran
Berdasarkan dari hasil laporan di atas, maka penulis mempunyai beberapa
saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan peneliti selanjutnya,
yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti
selanjutnya dalam mengembangkan atau membuat sebuah penelitian yang baru
mengenai konsep pemasaran pada sektor basis suatu daerah.

2. Bagi Pemerintah
Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi sesuatu yang dapat dijadikan
sebagai pemicu untuk melakukan perencanaan yang baik.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ainina, A. (2018). Studi Pengembangan Sektor Pertanian sebagai Strategi


Pembangunan Wilayah Perdesaan di Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten
Sinjai (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Arsyad, Lincolin. (1999). Pengantar Perencana dan pembangunan Ekonomi


Daerah. BPFE Yogyakarta
Badan Pusat Statistik. (2020). Kabupaten Sinjai Dalam Angka 2020

Badan Pusat Statistik. (2020). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota


Se Sulawesi Selatan Menurut Lapangan Usaha 2015-2019

Bagautdinova, N., Gafurov, I., Kalenskaya, N., & Novenkova, A. (2012). The
regional development strategy based on territorial marketing (the case of
Russia). World Applied Sciences Journal, 18(18), 179-184.
Egorova, N. I., & Makarova, E. A. (2014). Territorial Marketing as a promotional
Tool (Nizhny Novgorod Experience). Economic and Social Development:
Book of Proceedings, 119.
Kalzum R. Jumiyanti. 2018. Analisis Location Quotient dalam Penentuan Sektor
Basis dan Non Basis di Kabupaten Gorontalo.Gorontalo Development
Review. Vol – No.1.
Kavaratzis, M., & Ashworth, G. (2008). Place marketing: how did we get here and
where are we going? Journal of Place Management and Development,
1(2), 150-165.
Megri, Z., & Bencherif, F. (2014). The Effect of Territorial Marketing on City
Image Valuation: An Exploratory Study in Algeria. International Journal
of Marketing Studies, 6(4), 145.
Panessai, G. G., Pridanti, Y., & Amieq, A. A. B. Konsep Pemasaran Sektor
Unggulan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

Podoprigora, M. G., & Nazvanova, I. A. (2015). Territory Marketing: Its Notion,


Specific Features and Implementation Stages. Mediterranean Journal of
Social Sciences, 6(3 S4), 165.

29
Prawoto, N. (2010). Pengembangan potensi unggulan sektor pertanian. Jurnal
Ekonomi & Studi Pembangunan, 11(1), 1-19.

Yazykova, P. V. (2011). Modern approaches to definition of category of territorial


marketing. Social and economic phenomena and.

30

Anda mungkin juga menyukai