Anda di halaman 1dari 6

ETIKA PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

“Rangkuman Materi Etika”

Diajukan untuk memenuhi tugas Etika Perencanaan Wilayah Dan Kota yang diampuh oleh:

Dr. Ir. Arifuddin Akil, M.T.

Sri Wahyuni, S.T., M.T.

Disusun Oleh:

ILHAM FATHUL KIRAM

D101181322

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
A. Nilai, Norma, Etika, dan Moral
Nilai adalah penghargaan, penghormatan atau kualitas terhadap sesuatu, yang dapat
bermanfaat, menyenangkan, memuaskan, menarik, atau sebagai sistem keyakinan (Lamijan,
1995). Norma adalah pedoman, ukuran, kriteria, atau ketentuan yang mengatur tingkah laku
manusia dalam masyarakat berdasarkan nilai-nilai tertentu.
Etika adalah cara manusia memperlakukan sesama dan menjalani hidup dan kehidupan
dengan baik, sesuai aturan yang berlaku di masyarakat (Algermon D Black, 1993). Moral adalah
kepekaan dalam pikiran, perasaan dan tindakan terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan
(Helden,1997 & Richard, 1971).
B. Profesi Perencanaan
Perencana adalah seorang yang telah menerima pendidikan disiplin ilmu tentang perencanaan,
pengetahuan tentang penataan ruang prasarana dan sarana perkotaan dan/atau wilayah dan segala
hal yang berkaitan tentang lingkungan binaan.
Pendidikan dan proses untuk menjadi profesional perencana sangat diperlukan untuk
membentuk diri menjadi perencana seutuhnya. Proses penurunan ilmu dapat berjalan dengan baik
jika hubungan antara perencana junior dan senior berjalan harmonis. Jika mengkaji makna
“hubungan harmonis” makan akan menemui makna “etik”.
Dalam organisasi keinsinyuran, terdapat unsur yang paling pelik yaitu pemisahan (exclusion).
Ada 2 (dua) prosedur dalam melakukan pemisahan tersebut, antara lain:
a. Pemberlakukan kode etik dan tata laku keprofesion
 Kode Etik Perencana Indonesia (Ketetapan Kongres Istemewa IAP No. 5 tahun 1994).
 Kode Etik Perencana American Institute of Certified Planner.
 Kode Etik Pengelola Perkotaan Internasional City Management Association.
b. Pemberlakukan sertifikasi berdasarkan undang-undang
 Undang-Undang RI No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
 RUU Jasa Konsultasi.
C. Kode Etik Profesi
Kode merupakan tanda atau symbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang
disepakati untuk maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan, atau suatu
kesepakatan suatu organisasi.
Menurut UU No. 8 (Pokok-Pokok Kepegawaian), kode etik profesi adalah pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode
etik profesi merupakan bagian dari etika profesi dimana kode etik profesi merupakan lanjutan dari
norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi.

D. Tujuan Kode Etik Profesi:


a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

d. Untuk meningkatkan mutu profesi.

e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

f. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

g. Mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat.

h. Menentukan baku standarnya sendiri.


E. Fungsi Kode Etik Profesi

a. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan.

b. Sebagai sarana control social bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.

c. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi.

F. Prinsip-Prinsip Kaidah Spesifik Etika


Seorang profesional adalah orang yang sudah berketetapan hati untuk melayani orang lain
sepanjang hidupnya melalui pengalaman segenap wawasa, kepakaran, dan kecakapan
profesionalnya. Dalam melayani masyarakat itu, seorang profesional harus bersedia berkorban
dan mengutamakan tanggung jawab profesionalnya di atas kepentingan maupun keuntungan
pribadi.
1) Tanggung Jawab
 Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya

 Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.
2) Keadilan, prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa pun saja apa yang
menjadi haknya.

3) Otonomi, prinsip ini menuntut agar setiap kaum professional memiliki dan diberikan
kebebasan dalam berprofesi.

G. Kode Etik Perencana menurut Ketetapan Kongres Istimewa IAP No.5 tahun 1994
terkait Kode Etik Perencana Indonesia

Kode Etik Perencana Indonesia sebagai kaidah kehormatan diturunkan berdasarkan nilai-
nilai luhur masyarakat dan bangsa Indonesia yang berlandaskan falsafah Pancasila dan UUD45.
Kode Etik Perencana Indonesia merupakan sikap profesional dalam mengemban tanggung
jawabnya berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan negara, pemberi kerja dan atasan, serta
tanggung jawab profesi, rekan sejawat maupun diri sendiri. Tanggung jawab terhadap masyarakat
dan negara merupakan payung dari tanggung jawab lainnya.

a. Tanggung jawab perencana pada masyarakat


 Melayani kepentingan seluruh golongan dan lapisan masyarakat (publik); mendahulukan
kepentingan umum di atas kepentingan golongan maupun kepentingan pribadi serta
berdasarkan keyakinan profesi berani membela yang benar serta memberikan kritik dan
koreksi terhadap terhadap hal yang merugikan masyarakat.

 Memberikan informasi kepada masyarakat dan pengambil keputusan akan permasalahan,


kemungkinan pilihan dan dampak dari suatu perencanaan, serta mendorong masyarakat
untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan.

 Berperan serta dalam upaya menuju tercapainya pembangunan berkelanjutan melalui


pendekatan perencanaan terpadu yang berwawasan menyeluruh dan berjangka panjang,
dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas ekonomi, meningkatkan pemerataan dan
perluasan manfaat pembangunan, melestarikan warisan budaya dan sejarah, serta
meningkatkan kondisi lingkungan hidup.

b. Tanggung jawab perencana terhadap pemberi kerja dan atasannya


 Menjaga kerahasiaan informasi dari pemberi kerja maupun informasi lain dari pihak
pemerintah yang masih perlu dirahasiakan serta tidak menggunakan informasi yang masih
rahasia untuk kepentingan pribadi, sebaliknya juga harus berani mempertanggun-
jawabkan keputusan profesionalnya berdasar kepentingan masyarakat.
 Memanfaatkan wewenang, kompetensi profesi serta informasi yang dimiliki untuk
memenuhi kepentingan pemberi kerja dan atasannya sejauh hal ini sejalan dengan
pelayanannya terhadap kepentingan masyarakat.

c. Tanggung jawab perencana terhadap profesi, rekan sejawat dan diri sendiri
 Turut serta mengembangkan profesi perencanaan dengan terus menerus meningkatkan
integritas, pengetahuan dan kemampuannya, tanggap terhadap kritik profesi, berbagi
pengalaman dan pengetahuan pada rekan sejawat, serta menyebarluaskan dan
meningkatkan pengertian profesi dan perencanaan pada masyarakat.
 Menghormati dan menghargai kemampuan dan keahlian profesional serta hasil pekerjaan
teman sejawat dan anggota dari profesi lain serta mempunyai sikap saling membina
terutama terhadap perencana pemula.
 Menhindar menerima pekerjaan pada waktu bersamaan dari pemberi kerja lain bila hal ini
dapat menimbulkan benturan kepentingan antar pemberi kerja.

H. Kode Etik menurut Code Of Ethics And Profesional Conduct American Institute Of
Certified Planner

1) The Planner’s Responsibility to the public (Tanggung Jawab Kepada Publik).

2) The Planner Responsibility to Clients and Employers (Tanggung Jawab Kepada Klien dan
Karyawan).

3) The Planner’s Responsibility to the Profession and to Colleagues (Tanggung Jawab Kepada
Profesi dan Rekan Kerja).

4) The Planner’s Self Responsibility (Tanggung Jawab Kepada Diri Sendiri).

I. Definisi Etika Perancangan Kawasan Perkotaan


a. Etika sebagai norma-norma dan standar-standar yang dibuat oleh umat manusia untuk
mengelola sumber daya dan kebutuhan agar kesejahteraan manusia meningkat disertai
terjaganya kelestarian alam (nilai kebenaran berdasarkan kepercayaan yang berlaku
setempat).

b. Etika adalah disiplin untuk mengukur baik-buruk, benar-salah, dan kewajiban moral
individu, kelompok masyarakat dan institusi;

c. Etika adalah suatu set prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang esensial untuk
mempertahankan kesehatan fisik dan mental umat manusia, serta kelestarian lingkungan
hidup.
J. Beberapa Teori yang menjadi arahan perencanaan kota Etis
Terdapat beberapa teori perencanaan dan pembangunan kota yang digunakan sebagai arahan
dalam perencanaan kota yang etis, antara lain:
a. Sustainable Development
b. Smart City
c. Green City
d. Sustainable Transportation
e. Sustainable infastucture
f. Livable city
Semua teori tersebut berdasar pada kesadaran yang tinggi atau perhatian dari manusia
terhadap kondisi eksistensi alam semesta (manusia, flora, fauna, alam fisik dan non fisik) dan cara
pemanfaatannya tanpa menimbulkan kerugian.

Anda mungkin juga menyukai