PERBEDAAAN PENERIMAAN
TERHADAP KEBOHONGAN PADA
MAHASISWA
Norika Masuhara, Yuu Masuhara
prosiding UB.pdf
mulono apriyant o
Email: masuharanorika@outlook.com
ABSTRAK
ABSTRACT
Berbohong adalah salah satu bentuk interaksi yang melekat dalam komunikasi sehari-
hari karena berbohong bisa hadir kapan saja dan pada siapa saja. Berbohong adalah
menyatakan pernyataan yang tidak benar dengan maksud untuk menipu. Dengan kata
lain, berbohong adalah bentuk verbal dari penipuan (Mealy dkk., 2007). Semakin
bervariannya ragam interaksi yang individu alami seiring dengan pertumbuhan diri,
maka tumbuh kembang sosial individu pun pada tiap tahapannya akan melewati proses
yang melibatkan kompleksitas dalam tingkat hubungan sosial. Adanya ikatan atau
hubungan yang terjalin oleh interaksi sosial yang terus bergulir melalui bermacam-
dan pada akhirnya mengambil tindakan untuk memutuskan sesuatu yang berkaitan
dengan hubungan yang terjalin tersebut (IF UNIKOM, 2008), yang dalam penelitian ini
mengacu pada keputusan untuk menoleransi kebohongan yang orang lain katakan.
semakin kompleksnya tumbuh kembang individu, persepsi mengenai tipu daya dapat
bergeser menjadi perilaku yang lebih dapat diterima secara sosial (Goosie, 2014).
individu terhadap berbohong atau tipu daya. Sebagai dimensi evaluatif, individu
atau dapat diterima-tidak dapat diterima, dan sebagainya. Dimensi evaluatif berkaitan
dengan definisi sikap dimana sikap merupakan evaluasi individu terhadap objek sikap
peran kunci dari perilaku tipu daya (Goosie, 2014). Kompleksitas dari pemikiran
individu yang melibatkan kematangan segi kognitif akan menimbulkan proses evaluasi
dan pengambilan keputusan yang beragam ketika dipengaruhi pula oleh lingkungan
4
individu tersebut. Pada fenomena yang ditemukan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
menempuh pendidikan di tempat tersebut terlibat dalam interaksi tipu daya dengan
mahasiswa adalah ketika tahap perkembangan individu bergulir dari remaja ke dewasa
awal, yang dalam penelitian ini dikategorikan kedalam individu remaja dan dewasa
awal yang mengembangkan lingkup sosialnya lebih intens dan kematangan pikiran yang
jauh melampaui tahap sebelumnya. Bergulirnya tahapan ini, berkaitan pula dengan
aspek-aspek dalam diri individu yaitu perkembangan pada aspek kognitif dan aspek
sosial. Adanya perbedaan dalam segi kognitif individu pada remaja dan dewasa awal,
menindaklanjuti suatu hal, yang nantinya akan dipengaruhi pula oleh bagaimana
METODE
Partisipan dalam penelitian berjumlah 200 orang responden, yaitu 100 orang yang
termasuk dalam kategori remaja dan 100 orang yang termasuk dalam kategori dewasa
awal, yang merupakan mahasiswa aktif berkuliah di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang berupa deskriptif dan
5
Analisis yang digunakan adalah dengan independent sample t-test untuk dapat
dewasa awal.
Alat Ukur
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
menggunakan pengembangan dari skala the lie acceptability yang direvisi oleh Oliveira
& Levine (2008) yang diadaptasi dalam Bahasa Indonesia sebagai alat pengumpul data
utama. Untuk mengetahui responden tergolong remaja atau dewasa awal, disertakan
kolom identitas di bagian atas pada lembar skala yang diberikan. Berdasarkan uji coba
Prosedur Penelitian
instrumen dilakukan untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas dari skala penelitian.
aitem dan kolom data diri kepada responden yang menyetujui untuk dijadikan sebagai
6
subjek penelitian. Penyebaran instrumen dibantu oleh beberapa rekan peneliti yang
adalah melakukan analisis data dari instrumen penelitian yang sudah dikumpulkan dari
responden.
HASIL
Data yang didapatkan peneliti dalam hasil analisis deskriptif diperoleh dari 200
Universitas Brawijaya pada tanggal 18 Mei-26 Mei 2015, adalah sebagai berikut.
Secara keseluruhan, nilai mean empiris mahasiswa di Fakultas Perikanan dan Ilmu
kebohongan pada responden atau subjek penelitian secara keseluruhan berada pada
kategorisasi tinggi, sebanyak 126 responden dari 200 responden berada pada kategori
tinggi tersebut. Penerimaan terhadap kebohongan remaja berada pada kategori tinggi
dengan mean 39,86 dan penerimaan terhadap kebohongan dewasa awal pun berada pada
Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan independent sample t-test untuk menguji
hipotesis pada penelitian ini, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,672 > 0,05. Dengan
demikian, H1 ditolak, yaitu tidak ada perbedaan penerimaan terhadap kebohongan pada
mahasiswa.
DISKUSI
tidak ada perbedaan penerimaan terhadap kebohongan pada remaja dan dewasa awal
kebohongan pada remaja dan dewasa awal di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya dapat dikategorikan tinggi, hal tersebut terlihat pada banyaknya
8
jumlah responden yang masuk kedalam kategori tinggi berdasar mean absolut yaitu
sebanyak 126 orang dari keseluruhan responden yang berjumlah 200 orang, dan mean
empiris keseluruhan yang berada pada kategori tinggi mean absolut. Penerimaan
terhadap kebohongan remaja yang tinggi mungkin disebabkan oleh lekatnya hubungan
proses kognitif remaja akan mudah terpengaruh oleh lingkungan teman sebaya sebagai
diterima jika berbohong dengan motif prososial (Jensen dkk., 2004:103). Tahapan
perkembangan moral pada remaja yang berasaskan aturan bahwa perilaku dapat
mengesankan orang lain dan dengan keikutsertaan atas otoritas atau hukum yang
berlaku, dapat membuat keputusan yang diambil oleh remaja berlandaskan oleh
sebagai hal baik-buruk dan nilai-nilai sosial sekitar yang membuat remaja menerima
kebohongan yang orang lain katakan untuk keberlangsungan interaksi di masa akan
tinggi. Dapat dikatakan bahwa penerimaan terhadap kebohongan pada masa dewasa
awal tidak berbeda dengan penerimaan terhadap kebohongan oleh remaja. Ada
beberapa hal yang mungkin menyebabkan dewasa awal mempunyai toleransi tinggi
terhadap perilaku berbohong, toleransi yang diberikan melihat dari situasi dan kondisi
tertentu, cara-cara berbohong orang lain, dampak dari berbohong, dan norma sosial
matangnya pikiran individu pada tahap perkembangan kognitif dewasa awal yang
9
akan dapat menerima kebohongan yang dikatakan orang lain agar tidak merusak
2007).
SARAN
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Mahasiswa
Individu dapat mengetahui bagaimana lingkungan sosial dan perkembangan diri dapat
sangat mempengaruhi persepsi atau penilaian terhadap suatu hal hingga proses
pengambilan keputusannya terhadap suatu hal, dalam hal ini adalah penerimaan
Bagi praktisi atau ilmuwan psikologi lebih spesifik pada bidang psikologi sosial agar
dapat menelaah lebih jauh kompleksitas didalam diri individu yang mempengaruhi
kebohongan dengan variabel maupun sampel yang lebih beragam. Sampel dapat digali
dengan menyentuh elemen masyarakat yang lebih luas cakupannya, seperti dengan
terhadap kebohongan, dan juga dengan teknik random sampling agar didapatkan
keberagaman responden pada data. Selain menambah variabel untuk dapat melihat
perbedaan penerimaan terhadap kebohongan, dapat pula ditelisik lebih jauh seberapa
besar hubungan antara produksi pesan, pemrosesan pesan, dan hasil komunikasi dapat
DAFTAR RUJUKAN
IF UNIKOM. 2008. BAB VIII: Pengambilan Keputusan dan Optimasi. Diktat Kuliah
Konsep Teknologi.
Jensen, L. A., Arnett, J. J., Feldman, S. S. & Cauffman, E. 2004. The Right to Do
Wrong: Lying to Parents Among Adolescents and Emerging Adults. Plenum
Publishing Corporation.
Mealy, M., Stephan, W., & Urrutia, I. C. 2007. The Acceptability of Lies: A Comparison
of Ecuadorians and Euro-Americans. USA: Elsevier Ltd.
Oliveira, C. M., and Levine, T. R. 2008. Lie Acceptability: A Construct and Measure.
Communication Research Reports, 25:4, 282-288.