Anda di halaman 1dari 12

Accelerat ing t he world's research.

PERBEDAAAN PENERIMAAN
TERHADAP KEBOHONGAN PADA
MAHASISWA
Norika Masuhara, Yuu Masuhara

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

HUBUNGAN CONSCIENT IOUSNESS DENGAN RESILIENSI AKADEMIK MAHASISWA PENERIMA BE…


yuliana mukt i

prosiding UB.pdf
mulono apriyant o

Prosiding Seminar Nasional Penyuluhan Pembangunan_ 2016_ UNS.pdf


Slamet Widodo
1

PERBEDAAAN PENERIMAAN TERHADAP KEBOHONGAN PADA


MAHASISWA

Norika Ramadani Masuhara

Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

Email: masuharanorika@outlook.com

ABSTRAK

Kebohongan adalah bentuk komunikasi yang sering terjadi yang merupakan


bentuk tipu daya. Komunikasi yang tidak benar atau berbohong dapat memicu beragam
permasalahan tergantung dari bagaimana individu menerima kebohongan orang lain.
Selain itu, tahap perkembangan diri dan lingkup sosial pun akan mempunyai peran
dalam memberikan toleransi pada kebohongan. Penerimaan terhadap kebohongan dapat
dikonseptualisasikan sebagai evaluasi umum individu terhadap berbohong atau tipu
daya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penerimaan
terhadap kebohongan pada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan rancangan deskriptif dan komparatif. Penelitian dilakukan dengan
menyebarkan skala pada mahasiswa di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 200 orang, 100 orang
yang termasuk dalam kategori remaja dan 100 orang kategori dewasa awal. Hasil
penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan penerimaan terhadap kebohongan pada
remaja dan dewasa awal di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya dengan p = 0,672 > 0,05. Saran yang dapat diberikan adalah (1) individu
dapat mengetahui bagaimana lingkungan sosial dan perkembangan diri dapat sangat
mempengaruhi persepsi atau penilaian terhadap suatu hal hingga proses pengambilan
keputusan, sehingga diharapkan individu dapat menelaah lebih jauh pengambilan
keputusannya terhadap suatu hal, dalam hal ini adalah penerimaan terhadap kebohongan
orang lain (2) praktisi psikologi agar dapat menelaah lebih jauh kompleksitas didalam
diri individu yang mempengaruhi individu dalam menyikapi kebohongan (3) peneliti
lain agar dapat mengembangkan penelitian terpaut penerimaan terhadap kebohongan
dengan variabel maupun sampel yang lebih beragam.

Kata kunci : penerimaan terhadap kebohongan, mahasiswa


2

ABSTRACT

Lie is a form of common communication which is one of deception method.


False communication or lying can trigger various problems depends on how a person
accept others lying action. Furthermore, developmental stage and social environment
also have roles in providing tolerance for lying. Lies acceptability can be defined as a
person’s generalized evaluation of the practice of deception. The aim from this study is
to find out the differences of colleger’s lie acceptability. This study uses quantitative
approach with descriptive and comparative design. This study is conducted with
distributing the lie acceptability scale to colleger in Faculty of Fisheries and Marine
Sciences Brawijaya University with 200 respondests, 100 respondents belong to
teenager categorization and 100 respondents are young adulthood. The result of this
study shows there is no difference of lies acceptability between teenagers and young
adulthood in Faculty of Fisheries and Marine Sciences Brawijaya University p = 0,672
> 0,05. The suggestions from this study are, (1) individual get to know how
environment and self development can affect perception or judgments towards a
phenomenon until its decision making, so that person can analyze deeper her or his
decision making towards an occurence, in this case is the lie acceptability, (2) practicing
psychologist to be able examining further the complexity in a person which affects the
respond of lying, and (3) next researcher to develop the study about lies acceptability
with many more variables and samples.

Keywords : lie acceptability, colleger


3

Berbohong adalah salah satu bentuk interaksi yang melekat dalam komunikasi sehari-

hari karena berbohong bisa hadir kapan saja dan pada siapa saja. Berbohong adalah

menyatakan pernyataan yang tidak benar dengan maksud untuk menipu. Dengan kata

lain, berbohong adalah bentuk verbal dari penipuan (Mealy dkk., 2007). Semakin

bervariannya ragam interaksi yang individu alami seiring dengan pertumbuhan diri,

maka tumbuh kembang sosial individu pun pada tiap tahapannya akan melewati proses

yang melibatkan kompleksitas dalam tingkat hubungan sosial. Adanya ikatan atau

hubungan yang terjalin oleh interaksi sosial yang terus bergulir melalui bermacam-

macam cara dalam berkomunikasi menimbulkan pembentukan persepsi hingga skema,

dan pada akhirnya mengambil tindakan untuk memutuskan sesuatu yang berkaitan

dengan hubungan yang terjalin tersebut (IF UNIKOM, 2008), yang dalam penelitian ini

mengacu pada keputusan untuk menoleransi kebohongan yang orang lain katakan.

Perbedaan penerimaan terhadap kebohongan akan mengalami perubahan sejalan dengan

semakin kompleksnya tumbuh kembang individu, persepsi mengenai tipu daya dapat

bergeser menjadi perilaku yang lebih dapat diterima secara sosial (Goosie, 2014).

Penerimaan terhadap kebohongan dapat dikonseptualisasikan sebagai evaluasi umum

individu terhadap berbohong atau tipu daya. Sebagai dimensi evaluatif, individu

mendefinisikannya sebagai baik-buruk, positif-negatif, diinginkan-tidak diinginkan,

atau dapat diterima-tidak dapat diterima, dan sebagainya. Dimensi evaluatif berkaitan

dengan definisi sikap dimana sikap merupakan evaluasi individu terhadap objek sikap

(Oliveira & Levine, 2008:283). Penerimaan terhadap kebohongan mungkin memainkan

peran kunci dari perilaku tipu daya (Goosie, 2014). Kompleksitas dari pemikiran

individu yang melibatkan kematangan segi kognitif akan menimbulkan proses evaluasi

dan pengambilan keputusan yang beragam ketika dipengaruhi pula oleh lingkungan
4

individu tersebut. Pada fenomena yang ditemukan di Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Brawijaya, terdapat peristiwa-peristiwa saat mahasiswa yang

menempuh pendidikan di tempat tersebut terlibat dalam interaksi tipu daya dengan

kebohongan dan penerimaan terhadap kebohongan didalamnya. Dalam prosesnya,

mahasiswa adalah ketika tahap perkembangan individu bergulir dari remaja ke dewasa

awal, yang dalam penelitian ini dikategorikan kedalam individu remaja dan dewasa

awal yang mengembangkan lingkup sosialnya lebih intens dan kematangan pikiran yang

jauh melampaui tahap sebelumnya. Bergulirnya tahapan ini, berkaitan pula dengan

aspek-aspek dalam diri individu yaitu perkembangan pada aspek kognitif dan aspek

sosial. Adanya perbedaan dalam segi kognitif individu pada remaja dan dewasa awal,

berdampak pada bagaimana individu memproses suatu permasalahan dan

menindaklanjuti suatu hal, yang nantinya akan dipengaruhi pula oleh bagaimana

lingkungan individu memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk

memberikan toleransi pada kebohongan.

METODE

Partisipan dan Desain Penelitian

Partisipan dalam penelitian berjumlah 200 orang responden, yaitu 100 orang yang

termasuk dalam kategori remaja dan 100 orang yang termasuk dalam kategori dewasa

awal, yang merupakan mahasiswa aktif berkuliah di Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Brawijaya dengan menggunakan teknik incidental sampling.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang berupa deskriptif dan
5

komparatif untuk dapat mendeskripsikan secara sistematis penerimaan terhadap

kebohongan mahasiswa di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.

Analisis yang digunakan adalah dengan independent sample t-test untuk dapat

mengetahui perbedaan tingkat penerimaan terhadap kebohongan pada remaja dan

dewasa awal.

Alat Ukur

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

menggunakan pengembangan dari skala the lie acceptability yang direvisi oleh Oliveira

& Levine (2008) yang diadaptasi dalam Bahasa Indonesia sebagai alat pengumpul data

utama. Untuk mengetahui responden tergolong remaja atau dewasa awal, disertakan

kolom identitas di bagian atas pada lembar skala yang diberikan. Berdasarkan uji coba

skala penerimaan terhadap kebohongan terhadap 30 aitem, terdapat 18 aitem valid

dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,826.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yaitu dengan mempersiapkan instrumen penelitian, skala

penerimaan terhadap kebohongan yang telah dikembangkan. Pengujian uji coba

instrumen dilakukan untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas dari skala penelitian.

Setelah mendapatkan aitem-aitem valid dan reliabilitas, skala penerimaan terhadap

kebohongan kemudian disebarkan kepada responden, instrumen penelitian berisi aitem-

aitem dan kolom data diri kepada responden yang menyetujui untuk dijadikan sebagai
6

subjek penelitian. Penyebaran instrumen dibantu oleh beberapa rekan peneliti yang

sebelumnya telah diberikan pelatihan untuk menyebarkan kuesioner. Langkah terakhir

adalah melakukan analisis data dari instrumen penelitian yang sudah dikumpulkan dari

responden untuk dapat mengetahui perbedaan tingkat penerimaan terhadap kebohongan

responden.

HASIL

Data yang didapatkan peneliti dalam hasil analisis deskriptif diperoleh dari 200

responden penelitian pada mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya pada tanggal 18 Mei-26 Mei 2015, adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2 Data Variabel Penerimaan terhadap Kebohongan


Kategori N Mean Standar Deviasi Skor Skor
Minimal Maksimal
Remaja 100 39,86 7,601 21 56
Dewasa Awal 100 39,42 7,044 25 56
Total 200 39,64 7,313 21 56

Untuk mengetahui deskripsi tingkat penerimaan terhadap kebohongan pada masing-

masing kategori mahasiswa di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Brawijaya, peneliti melakukan kategorisasi pada skor mean empiris dengan

mengategorikannya pada skor mean absolut, sebagai berikut.

Tabel 4.4 Kategorisasi Penerimaan terhadap Kebohongan


Klasifikasi Norma Jumlah
Sangat rendah X ≤ 18 0 orang memiliki penerimaan terhadap
kebohongan sangat rendah
Rendah 18 < X ≤ 36 72 orang memiliki penerimaan terhadap
kebohongan rendah
7

Tinggi 36 < X ≤ 54 126 orang memiliki penerimaan


terhadap kebohongan tinggi
Sangat tinggi 54 < X ≤ 72 2 orang memiliki penerimaan terhadap
kebohongan sangat tinggi
Total 200

Secara keseluruhan, nilai mean empiris mahasiswa di Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Brawijaya adalah 39,64. Apabila nilai mean empiris

dikategorisasikan dengan nilai pada mean absolut, maka penerimaan terhadap

kebohongan pada responden atau subjek penelitian secara keseluruhan berada pada

kategorisasi tinggi, sebanyak 126 responden dari 200 responden berada pada kategori

tinggi tersebut. Penerimaan terhadap kebohongan remaja berada pada kategori tinggi

dengan mean 39,86 dan penerimaan terhadap kebohongan dewasa awal pun berada pada

kategori tinggi dengan mean sebesar 39, 42.

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan independent sample t-test untuk menguji

hipotesis pada penelitian ini, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,672 > 0,05. Dengan

demikian, H1 ditolak, yaitu tidak ada perbedaan penerimaan terhadap kebohongan pada

mahasiswa.

DISKUSI

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan independent sample t-test,

tidak ada perbedaan penerimaan terhadap kebohongan pada remaja dan dewasa awal

di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Penerimaan terhadap

kebohongan pada remaja dan dewasa awal di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya dapat dikategorikan tinggi, hal tersebut terlihat pada banyaknya
8

jumlah responden yang masuk kedalam kategori tinggi berdasar mean absolut yaitu

sebanyak 126 orang dari keseluruhan responden yang berjumlah 200 orang, dan mean

empiris keseluruhan yang berada pada kategori tinggi mean absolut. Penerimaan

terhadap kebohongan remaja yang tinggi mungkin disebabkan oleh lekatnya hubungan

remaja yang berperan dalam teman sepermainannya. Pengambilan keputusan dari

proses kognitif remaja akan mudah terpengaruh oleh lingkungan teman sebaya sebagai

tempat menyesuaikan diri dan mengikuti teman sepermainan dengan menerima

kebohongan yang akan dapat menguntungkan prososialnya. Berbohong akan lebih

diterima jika berbohong dengan motif prososial (Jensen dkk., 2004:103). Tahapan

perkembangan moral pada remaja yang berasaskan aturan bahwa perilaku dapat

mengesankan orang lain dan dengan keikutsertaan atas otoritas atau hukum yang

berlaku, dapat membuat keputusan yang diambil oleh remaja berlandaskan oleh

lingkungan sekitarnya, yaitu bagaimana lingkup pertemanannya memandang sesuatu

sebagai hal baik-buruk dan nilai-nilai sosial sekitar yang membuat remaja menerima

kebohongan yang orang lain katakan untuk keberlangsungan interaksi di masa akan

datang. Dewasa awal memiliki penerimaan terhadap kebohongan yang tergolong

tinggi. Dapat dikatakan bahwa penerimaan terhadap kebohongan pada masa dewasa

awal tidak berbeda dengan penerimaan terhadap kebohongan oleh remaja. Ada

beberapa hal yang mungkin menyebabkan dewasa awal mempunyai toleransi tinggi

terhadap kebohongan atau tipu daya, diantaranya pandangan personal individu

terhadap perilaku berbohong, toleransi yang diberikan melihat dari situasi dan kondisi

tertentu, cara-cara berbohong orang lain, dampak dari berbohong, dan norma sosial

yang berlaku di masyarakat. Pemikiran yang bersifat dialektikal menunjukkan

matangnya pikiran individu pada tahap perkembangan kognitif dewasa awal yang
9

berpengaruh pada lebih sedikitnya pemberian judgment yang menghakimi suatu

permasalahan, yaitu kebohongan. Disamping kematangan aspek kognitif, dewasa awal

yang mungkin lebih dapat menghargai keharmonisan dan mengimplementasikan nilai-

nilai di masyarakat terutama masyarakat Indonesia dengan budaya yang kolektivis

akan dapat menerima kebohongan yang dikatakan orang lain agar tidak merusak

hubungan interpersonal, karena sejatinya berbohong adalah tiadk bermoral dan

memiliki konsekuensi yang sangat merusak hubungan interpersonal (Mealy dkk.,

2007).

SARAN

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Mahasiswa

Individu dapat mengetahui bagaimana lingkungan sosial dan perkembangan diri dapat

sangat mempengaruhi persepsi atau penilaian terhadap suatu hal hingga proses

pengambilan keputusan, sehingga diharapkan individu dapat menelaah lebih jauh

pengambilan keputusannya terhadap suatu hal, dalam hal ini adalah penerimaan

terhadap kebohongan orang lain.

2. Bagi Praktisi Psikologi

Bagi praktisi atau ilmuwan psikologi lebih spesifik pada bidang psikologi sosial agar

dapat menelaah lebih jauh kompleksitas didalam diri individu yang mempengaruhi

individu dalam menyikapi kebohongan.


10

3. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain dapat mengembangkan penelitian terpaut penerimaan terhadap

kebohongan dengan variabel maupun sampel yang lebih beragam. Sampel dapat digali

dengan menyentuh elemen masyarakat yang lebih luas cakupannya, seperti dengan

mengambil keragaman budaya yang ada di Indonesia dalam meneliti penerimaan

terhadap kebohongan, dan juga dengan teknik random sampling agar didapatkan

keberagaman responden pada data. Selain menambah variabel untuk dapat melihat

perbedaan penerimaan terhadap kebohongan, dapat pula ditelisik lebih jauh seberapa

besar hubungan antara produksi pesan, pemrosesan pesan, dan hasil komunikasi dapat

berefek pada penerimaan terhadap kebohongan.


11

DAFTAR RUJUKAN

Goosie, M. S. 2014. An Investigation into The Shift in Lie Acceptability in Children


from Grades 3-12, hlm.6-11, (Online), dalam Digital Commons @ East
Tennessee State University (http://dc.etsu.edu/etd/2376), diakses 13 September
2014.

IF UNIKOM. 2008. BAB VIII: Pengambilan Keputusan dan Optimasi. Diktat Kuliah
Konsep Teknologi.

Jensen, L. A., Arnett, J. J., Feldman, S. S. & Cauffman, E. 2004. The Right to Do
Wrong: Lying to Parents Among Adolescents and Emerging Adults. Plenum
Publishing Corporation.

Mealy, M., Stephan, W., & Urrutia, I. C. 2007. The Acceptability of Lies: A Comparison
of Ecuadorians and Euro-Americans. USA: Elsevier Ltd.

Oliveira, C. M., and Levine, T. R. 2008. Lie Acceptability: A Construct and Measure.
Communication Research Reports, 25:4, 282-288.

Anda mungkin juga menyukai