0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan13 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara peran petugas kesehatan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi pada penderita hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit kronis yang harus selalu dikontrol dengan obat. Namun, banyak pasien hipertensi yang tidak patuh minum obat. Peran petugas kesehatan diyakini berpengaruh terhadap kepatuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara peran petugas kesehatan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi pada penderita hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit kronis yang harus selalu dikontrol dengan obat. Namun, banyak pasien hipertensi yang tidak patuh minum obat. Peran petugas kesehatan diyakini berpengaruh terhadap kepatuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara peran petugas kesehatan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi pada penderita hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit kronis yang harus selalu dikontrol dengan obat. Namun, banyak pasien hipertensi yang tidak patuh minum obat. Peran petugas kesehatan diyakini berpengaruh terhadap kepatuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
*Mahasiswa Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura
(utarimartiningsih@gmail.com) **Kasubbag TU Unit Pelayanan Kesehatan Paru ***Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura
ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi merupakan suatu kondisi peningkatan tekanan di
pembuluh darah yang terjadi secara terus-menerus dan tergolong penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun harus selalu dikontrol dengan mengonsumsi obat antihipertensi secara teratur. Prevalensi hipertensi diperkirakan pada tahun 2025 meningkat sebanyak 60%. Penggunaan terapi antihipertensi saja tidak cukup apabila tidak didukung dengan kepatuhan. Dalam pengobatan penyakit kronis seperti hipertensi yang memerlukan pengobatan jangka panjang umumnya ditemukan masalah ketidakpatuhan. Diperkirakan bahwa 50-70% orang tidak menggunakan obat antihipertensi seperti yang telah ditentukan. Hubungan yang kurang baik antara pasien dengan petugas kesehatan dapat menjadi satu diantara faktor penghalang yang mempengaruhi kepatuhan. Hal ini dikarenakan peran atau sikap seorang petugas kesehatan berkontribusi sebanyak 50% terhadap kualitas penerimaan perawatan oleh pasien. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan peran petugas kesehatan terhadap kepatuhan minum obat antihipertensi pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Parit H. Husin II Kota Pontianak. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Teknik sampling yang digunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel 44 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran nilai peran petugas kesehatan dan kepatuhan minum obat antihipertensi kepada responden. Hasil: Berdasarkan karakteristik responden diperoleh 31,8% responden berusia >65 tahun, berjenis kelamin perempuan (56,8%), pendidikan terakhir SMA (34,1%), status pekerjaan pensiunan (40,9%), peran petugas kesehatan baik (77,3%), dan kepatuhan minum obat rendah (84,1%). Analisis bivariat dengan uji Fisher didapatkan nilai p=0,649 (p>0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan peran petugas kesehatan terhadap kepatuhan minum obat antihipertensi pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Parit H. Husin II Kota Pontianak.
Kata Kunci : Hipertensi, Kepatuhan Minum Obat, Peran Petugas Kesehatan
RELATIONSHIP ROLE HEALTH WORKERS AGAINST ANTIHIPERTENSI TAKING THE MEDICATION COMPLIANCE ON HYPERTENSION SUFFERERS IN CLINICS PARIT H. HUSIN II OF PONTIANAK
*Student of Nursing Study Program, Tanjungpura University (utarimartiningsih@gmail.com) **Head of Subdivision of The Lung Health Service Unit *** Lecturer of Nursing Study Program, Tanjungpura University
ABSTRACT
Background: Hypertension is a condition of increased pressure in the blood
vessels that occur on an ongoing basis and is a disease that cannot be cured but must always be controlled with taking any medication antihipertensi regularly. The prevalence of hypertension is estimated to be in the year 2025 increasing by as much as 60%. Therapeutic use of antihipertensi alone is not enough if not supported by compliance. In the treatment of chronic diseases such as hypertension who require long-term treatment are generally found to be observance issues. It is estimated that 50-70% of people do not use medications such as antihipertensi have been determined. The relationship is not good between patients with health workers can be one of the factors that influence compliance barrier. This is due to the role or attitude of a health worker contribute as much as 50% on quality acceptance of treatment by the patient. Objective: To find out the relationship role of health workers against antihipertensi taking the medication compliance on hypertension sufferers in Clinics Parit H. Husin II of Pontianak. Methods: This research uses a type of quantitative research with cross sectional design research. Sampling purposive sampling methods used by the number of samples 44 respondents. Data collection is done by performing the measurement of the value of the role of health workers and medication compliance antihipertensi to respondents. Result: Based on the characteristics of respondents obtained 31,8% of respondents aged >65 years, women-sex (56,8%), last high school education (34,1%), employment status of retirees (40,9%), role of health workers (77,3%), and low medication adherence (84,1%). Analysis of Fisher's test with bivariat obtained the value of p = 0,649 (p > 0,05). Conclusion: There are no relations the role of health workers against antihipertensi taking the medication compliance on hypertension sufferers in Clinics Parit H. Husin II of Pontianak.
Keywords: Hypertension, Medication Compliance, The Role of Health Workers
PENDAHULUAN Dalam tiga tahun terakhir, Hipertensi merupakan suatu penyakit hipertensi berada pada kondisi peningkatan tekanan di urutan kedua dari gambaran 10 besar pembuluh darah yang terjadi secara penyakit terbanyak di Kota terus-menerus[1]. Hipertensi disebut Pontianak. Pada tahun 2016 sebagai silent killer atau pembunuh didapatkan data prevalensi hipertensi diam-diam karena sering tidak di Kota Pontianak sebanyak 3.859 menimbulkan gejala[2]. Hipertensi kasus dan meningkat pada tahun tergolong ke dalam penyakit yang 2017 menjadi 14.639 kasus. tidak dapat disembuhkan, namun Berdasarkan data capaian penderita harus selalu dikontrol atau hipertensi yang dilayani di seluruh dikendalikan agar tidak terjadi Puskesmas Kota Pontianak pada komplikasi yang dapat berujung pada tahun 2017, tercatat bahwa di kematian[3]. Puskesmas Parit H. Husin II Kota Sekitar 20% populasi dewasa Pontianak menunjukkan angka mengalami hipertensi dan lebih dari capaian hipertensi dilayani paling 90% diantara mereka menderita rendah yaitu dari jumlah estimasi hipertensi esensial (primer) dimana penderita hipertensi sebanyak 5.547 tidak dapat ditentukan penyebab kasus hanya 63 orang yang datang medisnya, sisanya sebanyak 10% berobat ke pelayanan kesehatan mengalami kenaikan tekanan darah dengan capaian persentase sebesar dengan penyebab tertentu yang 1,1%[9]. disebut dengan hipertensi Pengobatan penyakit kronis [4] sekunder . Prevalensi hipertensi seperti hipertensi yang memerlukan tertinggi di dunia terdapat di Negara pengobatan jangka panjang Afrika (46%) dan proporsinya terus umumnya ditemukan masalah mengalami peningkatan. Sementara ketidakpatuhan[10]. Diperkirakan prevalensi hipertensi terendah bahwa 50-70% orang tidak ditemukan di Negara Amerika yaitu menggunakan obat antihipertensi sebesar 35% orang dewasa seperti yang telah ditentukan[1]. diperkirakan menderita hipertensi[5]. Kurangnya kepatuhan dalam Hipertensi terus mengalami pengobatan antihipertensi merupakan peningkatan seiring dengan penyebab penting dari kegagalan perubahan gaya hidup[6]. Prevalensi tercapainya tekanan darah [11] hipertensi di Indonesia yang didapat terkontrol . melalui pengukuran pada umur ≥18 Berdasarkan review jurnal tahun ialah sebesar 25,8%, tertinggi tentang drug adherence in di Bangka Belitung (30,9%) dan hypertension, didapatkan bahwa Kalimantan Barat berada pada urutan lebih dari 50% pasien hipertensi ketujuh yaitu sebesar 28,3%[7]. tidak patuh dalam minum obat[12]. Berdasarkan data dari Dinas Hasil penelitian di Saudi Arabia Kesehatan Provinsi Kalimantan menunjukkan bahwa dari 204 Barat, jumlah kasus hipertensi di responden terdapat lebih dari Provinsi Kalimantan Barat pada setengahnya (54%) yang memiliki tahun 2017 sebanyak 17.376 kasus[8]. kepatuhan rendah, sebesar 23,5% memiliki kepatuhan sedang, dan 22,5% memiliki kepatuhan tinggi[13]. yang melakukan pengobatan Hasil penelitian yang dilakukan di hipertensi terdapat 2 orang yang RSUD Kardinah Kota Tegal patuh minum obat antihipertensi didapatkan bahwa dari jumlah 100 secara teratur sementara 4 orang responden terdapat 61 responden lainnya cenderung kurang patuh yang tidak patuh[6]. dengan alasan tidak merasakan Faktor yang berhubungan gejala. Kemudian 4 orang yang dengan ketidakpatuhan pengobatan kurang patuh tersebut ada yang dipengaruhi oleh faktor internal mendapatkan penyuluhan atau (predisposing factor) yaitu faktor edukasi dan ada juga yang tidak dari pasien itu sendiri, sementara mendapatkan penyuluhan atau faktor eksternal (enabling factor dan edukasi dari petugas kesehatan. reinforcing factor) meliputi faktor Berdasarkan fenomena di sistem pelayanan kesehatan dan atas, peneliti bermaksud melakukan faktor sosial[14]. Hal ini sejalan penelitian mengenai hubungan peran dengan model pendekatan teori petugas kesehatan terhadap Preced-Proceed oleh Lawrence kepatuhan minum obat antihipertensi Green tentang analisis perilaku pada penderita hipertensi di Wilayah manusia dari tingkat kesehatan yang Kerja Puskesmas Parit H. Husin II menyatakan bahwa faktor yang dapat Kota Pontianak. mempengaruhi kesehatan seseorang atau masyarakat diantaranya ada BAHAN DAN METODE faktor pendorong (renforcing factor) Penelitian ini merupakan yang terwujud dalam sikap dan penelitian kuantitatif dengan desain perilaku petugas kesehatan yang cross sectional yang bertujuan untuk memberikan dukungan atau mengetahui hubungan antar variabel informasi terkait penyakit yang dimana variabel independen dan diderita pasien[15]. Hubungan yang variabel dependen diidentifikasi pada kurang baik antara pasien dengan satu satuan waktu/tidak melihat petugas kesehatan menjadi satu hubungan sebab akibat berdasarkan diantara faktor penghalang yang perjalanan waktu[17]. mempengaruhi kepatuhan pasien Populasi dalam penelitian ini dalam menjalani pengobatan[16]. adalah penderita hipertensi di Hasil studi pendahuluan yang Wilayah Kerja Puskesmas Parit H. dilakukan pada tanggal 2 April 2018 Husin II Kota Pontianak yang di Wilayah Kerja Puskesmas Parit H. melakukan kunjungan berobat pada Husin II Kota Pontianak, didapatkan bulan Januari 2018 yaitu sebanyak informasi dari petugas kesehatan 50 orang. Sampel penelitian yang menyatakan bahwa belum sebanyak 44 responden yang diambil pernah dilakukannya evaluasi dengan menggunakan metode kepatuhan minum obat menggunakan purposive sampling. Variabel instrumen baku pada penderita independen dalam penelitian ini hipertensi yang dikarenakan adalah peran petugas kesehatan keterbatasan jumlah petugas sementara variabel dependen dalam kesehatan dan aktivitas kerja yang penelitian ini adalah kepatuhan padat. Ditemukan juga dari 6 orang minum obat antihipertensi. Instrumen yang digunakan Tingkat Peran Petugas Kesehatan berupa kuesioner peran petugas Kurang Baik 10 22,7 kesehatan terdiri dari 6 pertanyaan Baik 34 77,3 dan kuesioner Morisky Medication Tingkat Kepatuhan Minum Obat Rendah 37 84,1 Adherance Scale 8 (MMAS-8) terdiri Tinggi 7 15,9 dari 8 pertanyaan. Penelitian ini Sumber: Data Primer (2018) dilakukan pada tanggal 2-14 Juli Berdasarkan tabel 4.1 2018 di Wilayah Kerja Puskesmas didapatkan bahwa pasien yang Parit H. Husin II Kota Pontianak. terdiagnosis hipertensi di Wilayah Analisa univariat dalam Kerja Puskesmas Parit H. Husin II penelitian ini berdasarkan data Kota Pontianak mayoritas manula karakteristik responden yaitu usia, (>65 tahun) yaitu 31,8%. Sebagian jenis kelamin, pendidikan terakhir, besar responden berjenis kelamin status pekerjaan, tingkat peran perempuan yaitu 56,8%. Pendidikan petugas kesehatan, dan tingkat terakhir responden sebagian besar kepatuhan minum obat adalah SMA yaitu 34,1%. Status antihipertensi. Analisa bivariat pekerjaan responden sebagian besar menggunakan uji Fisher dengan adalah pensiunan yaitu 40,9%. Peran nilai p sebesar 0,649 (p>0,05). petugas kesehatan terbanyak pada penelitian yaitu peran petugas baik HASIL sebanyak 77,3 %. Adapun kepatuhan Tabel 4.1 Karakteristik Responden minum obat antihipertensi terbanyak Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Status Pekerjaan, yaitu kepatuhan rendah sebanyak Tingkat Peran Petugas Kesehatan, dan 84,1%. Tingkat Kepatuhan Minum Obat (n=44) Karakteristik n % Tabel 4.2 Hubungan Peran Petugas Kesehatan terhadap Kepatuhan Minum Obat Usia Antihipertensi pada Penderita Hipertensi di Dewasa akhir (36 – 45 Wilayah Kerja Puskesmas Parit H. Husin II 6 13,6 tahun) Kota Pontianak Lansia awal (46 – 55 tahun) 11 24,9 Lansia akhir (56 – 65 tahun) 13 29,4 Manula (> 65 tahun) 14 31,8 Jenis kelamin Laki – laki 19 43,2 Sumber : Fisher’s Exact Test Perempuan 25 56,8 Berdasarkan tabel 4.2 dapat Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah 3 6,8 diketahui bahwa jumlah terbanyak SD 8 18,2 yaitu responden yang menyatakan SMP 4 9,1 peran petugas kesehatan baik SMA 15 34,1 memiliki kepatuhan minum obat APDN 1 2,3 yang rendah sebesar 85,3% dan Diploma 2 4,5 Sarjana 11 25,0 responden yang menyatakan peran Status Pekerjaan petugas kesehatan kurang baik juga Tidak Bekerja 1 2,3 memiliki kepatuhan minum obat IRT 17 38,6 yang rendah sebesar 80,0%. Analisis Pensiunan 18 40,9 lebih lanjut diperoleh nilai p sebesar Petani 1 2,3 Swasta 2 4,5 0,649 (p > 0,05), yang menunjukkan Wiraswasta 2 4,5 bahwa tidak terdapat hubungan peran Pegawai 3 6,8 petugas kesehatan terhadap ingat mulai menurun pada usia lanjut kepatuhan minum obat antihipertensi yang diakibatkan terjadinya proses pada penderita hipertensi di Wilayah degeneratif susunan saraf pusat Kerja Puskesmas Parit H. Husin II sehingga terkadang lupa untuk Kota Pontianak. meminum obat. Hal ini disebabkan pada usia lanjut terjadi perubahan PEMBAHASAN pada sistem persarafan, dimana Karakteristik Responden terjadi penurunan jumlah sel otak Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, dan terjadi perubahan di dalam Pendidikan Terakhir, dan Status neuron yang menyebabkan otak Pekerjaan mengalami atropi[19]. Berdasarkan hasil penelitian, Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia usia bahwa prevalensi terjadinya >65 tahun yang menderita hipertensi. hipertensi lebih tinggi pada Prevalensi hipertensi meningkat perempuan dibandingkan laki-laki. seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan pada perempuan Pertambahan usia menyebabkan yang berusia diatas 45 tahun yang berbagai perubahan fisiologis dalam telah memasuki masa menopause tubuh dan juga terjadi penurunan kadar hormon estrogen semakin elastisitas pembuluh darah perifer berkurang, dimana pada perempuan yang akan meningkatkan resistensi yang belum mengalami menopause pembuluh darah perifer yang pada kadar hormon estrogennya lebih akhirnya akan meningkatkan tinggi. terjdinya hipertensi. Hormon estrogen berfungsi Penyakit hipertensi umumnya melindungi pembuluh darah dari berkembang pada saat umur kerusakan, satu diantaranya estrogen seseorang mencapai paruh baya berperan dalam meningkatkan kadar yakni cenderung meningkat High Density Lipoprotein (HDL). khususnya yang berusia lebih dari 40 Kadar Kolesterol HDL yang tinggi tahun bahkan pada usia lebih dari 60 berperan sebagai pelindung dalam tahun keatas[18]. Bertambahnya usia mencegah terjadinya oksidasi LDL pada seseorang akan terjadi yang menyebabkan terjadinya perubahan fungsi organ tubuh disfungsi endotel, ruptur plak, dan termasuk jaringan arteri yang lambat inflamasi yang merupakan proses laun kehilangan elastisitasnya dan terjadinya aterosklerosis[19]. kemudian akan menyebabkan Berdasarkan pendidikan terjadinya peningkatan resistensi terakhir, mayoritas responden pembuluh darah perifer sehingga berpendidikan SMA. Tingkat dapat menimbulkan resiko penyakit pendidikan mempengaruhi tingkat hipertensi[19]. pengetahuan seseorang terhadap Berdasarkan distribusi data penyakit hipertensi. Seseorang yang kepatuhan minum obat, mayoritas memiliki tingkat pendidikan tinggi responden yang berusia ≥45 tahun akan berusaha mencari tahu tentang memiliki kepatuhan minum obat penyakit yang dihadapinya dan yang rendah. Hal ini dapat mencari pelayanan kesehatan untuk disebabkan oleh kemampuan daya mengobatinya. Beberapa diantaranya mencari alternatif lain dalam sehingga lebih mudah menyerap dan mengobati gejala-gejala penyakit menerima informasi. Sehingga hipertensi yang dideritanya. dengan pengetahun yang diperoleh, Hal tersebut disebabkan maka klien akan mengetahui manfaat tingkat pendidikan berpengaruh dan saran atau nasihat dari petugas terhadap gaya hidup sehat. Tinggi kesehatan serta mereka akan lebih risiko terkena hipertensi pada patuh dalam menjalani [21] pendidikan yang rendah, pengobatan . kemungkinan disebabkan karena Berdasarkan hasil penelitian, kurangnya pengetahuan orang yang responden banyak yang telah berpendidikan rendah terhadap pensiunan (sudah tidak bekerja). Hal kesehatan atau lambat menerima ini kemungkinan disebabkan oleh informasi yang diberikan sehingga kurangnya aktivitas yang dilakukan berdampak pada perilaku atau pola dan jarang berolahraga. Berbeda hidup sehat[20]. dengan orang yang bekerja, justru Berdasarkan distribusi akan lebih banyak beraktivitas di luar kepatuhan minum obat, mayoritas sehingga lebih aktif dibandingkan responden yang memiliki jenjang orang yang tidak bekerja. pendidikan SD-SMA cenderung Orang yang tidak bekerja kepatuhan minum obatnya rendah. beresiko lebih tinggi menderita Hal ini kemungkinan disebabkan hipertensi dibandingkan dengan oleh kurangnya motivasi berobat dari orang yang bekerja. Penelitian ini pasien pasien itu sendiri dan disertai juga menyatakan bahwa individu respon yang diberikan penderita yang kurang aktif berisiko 30-50% hipertensi terhadap masalah terkena hipertensi dibandingkan kesehatannya yang berbeda-beda. individu yang aktif[19]. Respon yang berbeda dari pasien hipertensi dapat dipengaruhi oleh Tingkat Peran Petugas Kesehatan perbedaan wawasan dan pengetahuan Berdasarkan hasil dari yang dimiliki sehingga terjadi penelitian, peran petugas kesehatan kekeliruan dalam menyerap dan di UPK Puskesmas Parit. H. Husin II menerima informasi yang diberikan Kota Pontianak dinyatakan baik. oleh petugas kesehatan. Peran petugas kesehatan diantaranya Tingkat pendidikan dapat memberikan edukasi berupa mempengaruhi kemampuan informasi penyakit yang diderita menyerap dan menerima informasi pasien. Petugas kesehatan juga kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta dalam memberikan berperan serta dalam pembangunan dukungan kepada pasien hipertensi kesehatan. Pendidikan klien dapat dengan harapan dari dukungan meningkatkan kepatuhan, sepanjang tersebut dapat menumbuhkan dan bahwa pendidikan tersebut meningkatkan motivasi pasien dalam merupakan pendidikan yang aktif. menjalani pengobatan. Peran petugas Masyarakat yang memiliki kesehatan dapat mempengaruhi pendidikan yang lebih tinggi, perilaku kepatuhan minum obat umumnya mempunyai pengetahuan antihipertensi. dan wawasan yang lebih luas Peran petugas kesehatan yang beberapa alasan responden tidak baik di UPK Puskesmas Parit. H. minum obat seperti lupa untuk Husin II Kota Pontianak menandakan minum obat, takut untuk para petugas kesehatan telah ketergantungan minum obat karena melaksanakan kewajiban dan peran akan berefek samping yang kurang fungsinya diantaranya sebagai baik terhadap kesehatannya dalam edukator, pemberi pelayanan jangka panjang, sudah merasa lebih kesehatan, dan konselor khususnya baik keadaannya dan mengonsumsi dalam mendengarkan keluhan pasien obat jika ada merasakan gejala saja kemudian memberikan solusi, seperti pusing. Didapatkan juga edukasi, dan dukungan kepada bahwa ada beberapa diantara pasien hipertensi agar minum obat responden yang lebih memilih untuk sesuai anjuran yang diharapkan oleh menggunakan terapi komplementer, petugas kesehatan. dan motivasi yang kurang dalam Dukungan yang dapat berobat. Hal ini dapat berpotensi diberikan oleh petugas kesehatan dalam meningkatkan risiko kepada penderita hipertensi terdiri komplikasi yang mungkin terjadi empat jenis dukungan. Dukungan akibat tidak disiplin dalam minum pertama adalah dukungan obat. informasional yaitu dalam bentuk Masalah ketidakpatuhan pemberian informasi, nasihat, ide, umum dijumpai dalam pengobatan arahan dan lainnya yang dibutuhkan. penyakit kronis seperti hipertensi Dukungan kedua yaitu dukungan yang memerlukan pengobatan jangka emosional untuk rasa damai dan panjang[10]. Kurangnya kepatuhan aman berupa simpatik, empati, dalam pengobatan antihipertensi kepercayaan, perhatian dan cinta. merupakan penyebab penting dari Dukungan ketiga berupa dukungan kegagalan tercapainya tekanan darah instrumental seperti memberikan terkontrol[12]. Sehingga tujuan dari peralatan lengkap, obat-obatan dan penatalaksanaan hipertensi adalah lain-lain yang dibutuhkan. Sementara untuk menurunkan tekanan darah dukungan keempat ialah dukungan tinggi dan dalam jangka panjang penilaian dalam bentuk pemberian dapat terkontrol untuk mengurangi penghargaan atau apresiasi. risiko stroke, serangan jantung, Dukungan tersebut diperoleh dari penglihatan kabur, dan penyakit dokter, perawat maupun petugas ginjal. Tercapainya tekanan darah kesehatan lainnya[22]. terkontrol ketika tekanan darah berada atau di bawah 120/80 Tingkat Kepatuhan Minum Obat mmHg[23]. Kepatuhan minum obat berkaitan dengan perilaku seseorang Hubungan Peran Petugas dalam minum obat yang mengikuti Kesehatan Terhadap Kepatuhan anjuran dari petugas kesehatan. Hasil Minum Obat pada Penderita penelitian yang didapatkan bahwa Hipertensi mayoritas responden memiliki Berdasarkan hasil penelitian kepatuhan minum obat yang rendah. yang dilakukan di Wilayah Kerja Peneliti menemukan bahwa terdapat Puskesmas Parit H. Husin II Kota Pontianak didapatkan bahwa merupakan dukungan yang sangat mayoritas responden menyatakan besar terhadap kepatuhan pasien. peran petugas kesehatan baik namun Peran petugas kesehatan kepatuhan minum obatnya rendah. adalah suatu kegiatan yang Rendahnya kepatuhan minum obat diharapkan oleh masyarakat terhadap pada penderita hipertensi di Wilayah seorang petugas kesehatan yang Kerja Puskesmas Parit H. Husin II memberikan pelayanan kesehatan Kota Pontianak dapat dipengaruhi untuk meningkatkan derajat oleh faktor lain. kesehatan masyarakat. Petugas Faktor lain yang dimaksud kesehatan sebagai seseorang yang dapat berasal dari pasien itu sendiri lebih memahami tentang kesehatan antara lain keyakinan religius yang baik dari penyakit dan pelayanan memutuskan untuk berhenti minum kesehatannya memegang peran obat, merasa takut dengan dampak penting untuk memberi dukungan jangka panjang dari minum obat kepada seseorang untuk berperilaku secara rutin sehingga beralih ke sehat[25]. Ini dikarenakan peran pengobatan secara herbal yang seorang petugas kesehatan diyakini warga sekitar dapat berkontribusi sebanyak 50% menurunkan tekanan darah, dan terhadap kualitas penerimaan kurangnya kesadaran dari pasien perawatan oleh pasien[26]. akan dampak negatif yang dapat terjadi akibat tidak disiplin dalam SIMPULAN minum obat. Berdasarkan hasil penelitian Tidak terdapat hubungan ini dapat disimpulkan bahwa tidak peran perawat sebagai edukator terdapat hubungan peran petugas dengan kepatuhan penatalaksanaan kesehatan terhadap kepatuhan hipertensi (p=0,166; p>0,05) minum obat antihipertensi pada dikarenakan banyak faktor yang penderita hipertensi di Wilayah Kerja mempengaruhi kepatuhan minum Puskesmas Parit H. Husin II Kota obat pada penderita hipertensi. Pontianak, dibuktikan dengan nilai Beberapa diantaranya seperti p=0,649 (p>0,05). menganut budaya tertentu dalam pengobatan penyakit, faktor motivasi SARAN berobat dari pasien itu sendiri, faktor Hasil dari penelitian ini dapat pengetahuan, dukungan keluarga, dijadikan satu diantara studi literatur dan lamanya menderita hipertensi[24]. dalam perkuliahan berbasis evidence Ditemukan juga karakteristik based khususnya mata kuliah responden yang menyatakan peran komunitas dalam melakukan asuhan petugas kesehatan baik dan memiliki keperawatan pada pasien dengan kepatuhan minum obat tinggi. hipertensi. Diharapkan kepada Pelayanan yang baik dari petugas penderita hipertensi dapat kesehatan dapat memberikan dampak meningkatkan kepatuhan dalam positif bagi perilaku pasien. Sikap minum obat antihipertensi untuk petugas yang ramah serta pemberian keberhasilan pengobatan dan penjelasan terkait obat dan penyakit tercapainya tekanan darah terkontrol hipertensi yang diderita oleh pasien sehingga dapat mengurangi risiko komplikasi yang dapat terjadi akibat Menjalani Pengobatan (Studi hipertensi yang tidak terkontrol. Kasus di Puskesmas Gunungpati Dari hasil penelitian ini Kota Semarang). Universitas diharapkan para petugas kesehatan Negeri Semarang 2016; Skripsi dapat lebih meningkatkan motivasi S1. berobat pasien hipertensi dan juga 3. Puspita E, Oktaviarini E, Santik melakukan Komunikasi Informasi YD. Peran Keluarga dan Petugas dan Edukasi (KIE) kepada keluarga Kesehatan dalam Kepatuhan pasien agar terus memotivasi pasien Pengobatan Penderita Hipertensi hipertensi untuk lebih disiplin dalam di Puskesmas Gunungpati Kota minum obat. Hasil penelitian ini juga Semarang. Jurnal Kesehatan diharapkan dapat dijadikan sebagai Masyarakat Indonesia 2017; bahan pertimbangan untuk membuat 12(2): 25-32. kebijakan dari segi operasional 4. Smeltzer SC, Bare BG. Buku dalam bentuk intervensi yang dapat Ajar Keperawatan Medikal- meningkatkan kepatuhan minum Bedah. 8th ed, Vol. 2. Jakarta: obat pada penderita hipertensi yang EGC, 2015. sedang menjalani pengobatan di 5. World Health Organization UPK Puskesmas Parit H. Husin II (WHO). World Health Day Kota Pontianak. 2013: Calls for Intensified Kepada peneliti selanjutnya Efforts to Prevent and Control yang akan meneliti terkait kepatuhan Hypertension. Diakses 29 April minum obat antihipertensi, dapat 2018, dari melakukan analisis multivariat http://www.who.int/workforceall mengenai faktor-faktor yang iance/media/news/2013/whd201 berpengaruh terhadap kepatuhan 3story/en/, 2013. minum obat seperti faktor motivasi 6. Pratiwi RI, Perwitasari M. berobat dan keyakinan religius Analisis Faktor-faktor yang pasien sehingga dapat diketahui Mempengaruhi Kepatuhan faktor apa yang paling berpengaruh Pasien Hipertensi dalam terhadap kepatuhan minum obat pada Penggunaan Obat di RSUD penderita hipertensi. Kardinah. Seminar Nasional IPTEK Terapan (SENIT) 2017. KEPUSTAKAAN 7. Riskesdas. Riset Kesehatan 1. Morrissey EC, et al. Dasar. Jakarta: Badan Penelitian Effectiveness and Content dan Pengembangan Kesehatan Analysis of Interventions to Kementerian Kesehatan RI, Enhance Medication Adherence 2013. and Blood Pressure Control in 8. Dinas Kesehatan Provinsi Hypertension: A Systematic Kalimantan Barat. Pontianak: Review and Meta-Analysis. Dinas Kesehatan Provinsi Psychology & Health 2017; Kalimantan Barat, 2017. 32(10): 1195–1232. 9. Dinas Kesehatan Kota 2. Puspita, E. Faktor-faktor yang Pontianak. Capaian Penderita Berhubungan dengan Kepatuhan Hipertensi Mendapat Pelayanan Penderita Hipertensi dalam Sesuai Standar Tahun 2017. Pontianak: Dinas Kesehatan Mataram. Jurnal Pharmascience Kota Pontianak, 2017. 2015; 2(2): 56-62. 10. Mangendai Y, Rompas S, Hamel 17. Dharma, KK. Metodologi RS. Faktor-faktor yang Penelitian Keperawatan: Berhubungan dengan Kepatuhan Panduan Melaksanakan dan Berobat pada Pasien Hipertensi Menerapkan Hasil Penelitian. di Puskesmas Ranotana Weru. e- Jakarta: CV. Trans Info Media, Journal Keperawatan (e-Kp) 2017. 2017; 5(1): 1-8. 18. Sutangi H, Winantri W. Faktor 11. Chelkeba L, Dessie S. yang Berhubungan dengan Antihypertension Medication Kejadian Hipertensi pada Adherence and Associated Wanita Lansia di Posbindu Desa Factors at Dessie Hospital, Sukaurip Kecamatan Balongan North East Ethiopia, Ethiopia. Indramayu. Universitas International Journal of Wiralodra Indramayu 2015. Research in Medical Science 19. Hairunisa, H. Hubungan Tingkat 2013; 1(3): 101-107. Kepatuhan Minum Obat dan 12. Burnier, M. Drug Adherence in Diet dengan Tekanan Darah Hypertension. Pharmacological Terkontrol pada Penderita Research 2017: 142-149. Hipertensi Lansia di Wilayah 13. Khayyat SM, Khayyat SMS, Kerja Puskesmas Perumnas I Alhazmi RSH, Mohamed MMA, Kecamatan Pontianak Barat. Hadi MA. Predictors of Pontianak: Universitas Medication Adherence and Tanjungpura 2014; Naskah Blood Pressure Control among Publikasi. Saudi Hypertensive Patients 20. Fitriani N, Nilamsari N. Faktor- Attending Primary Care Clinics: faktor yang Berhubungan A Cross-Sectional Study. Plos dengan Tekanan Darah pada One 2017: 1-12. Pekerja Shift dan Pekerja Non- 14. Pujasari A, Setyawan H, Shift di PT. X Gresik. Journal of Udiyono A. Faktor-faktor Industrial Hygiene and Internal Ketidakpatuhan Occupational Health 2017; 2(1): Pengobatan Hipertensi di 57-75. Puskesmas Kedungmundu Kota 21. Ahda, MH. Pengaruh Tingkat Semarang. Jurnal Kesehatan Pendidikan dan Dukungan Masyarakat (e-Journal) 2015; Keluarga terhadap Tingkat 3(3): 99-108. Kepatuhan Minum Obat pada 15. Priyoto, P. Perubahan dalam Pasien Hipertensi di Rumah Perilaku Kesehatan: Konsep dan Sakit Umum Daerah Kajen Aplikasi. Yogyakarta: Graha Kabupaten Pekalongan. Ilmu, 2015. Universias Muhammadiyah 16. Adikusuma W, Qiyaam N, Semarang 2016; Skripsi S1. Yuliana F. Kepatuhan 22. Violita, F. Faktor yang Penggunaan Obat Antihipertensi Berhubungan dengan Kepatuhan di Puskesmas Pagesangan Minum Obat Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Segeri. Universitas Hasanuddin Makassar 2015; Skripsi S1. 23. DeWit SC, Stromberg HK, Dallred CV. Medical-Surgical Nursing: Concept and Practice. 3rd ed. United States of America: Elsevier, 2017. 24. Manoppo EJ, Masi GM, Silolonga W. Hubungan Peran Perawat Sebagai Edukator dengan Kepatuhan Penatalaksanaan Hipertensi di Puskesmas Tahuna Timur. e- Journal Keperawatan 2018; 6(1): 1-8. 25. Yustisia, CA. Hubungan Peran Petugas Kesehatan dan Media Informasi dengan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Baby Blues di BPS Yuniar Kecamatan Bilang Bintang Kabupaten Aceh Besar. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’Budiyah Banda Aceh 2013; Karya Tulis Ilmiah. 26. Schoenthaler A, Knafl GJ, Fiscella K, Ogedegbe G. Addressing the Social Needs of Hypertensive Patients The Role of Patient–Provider Communication as a Predictor of Medication Adherence. Cardiovascular Quality and Outcomes 2017: 1-9.