Makalah Tari
Makalah Tari
PENDAHULUAN
Sumatera Barat sebagai salah satu daerah tujuan utama wisata di Indonesia
tidak hanya menyediakan keindahan alam saja namun juga keindahan budaya
seperti tari-tarian. Seiring perkembangan zaman, seni budaya tari perlahan-lahan
mulai ditinggalkan. Masuknya budaya-budaya baru ke-era globalisasi ini
membuat seni tari menjadi sesuatu yang kurang diminati.
Untuk melestarikan kembali kebudayaan tari di Indonesia, kita perlu
mempelajari kembali jenis-jenis tari. Salah satunya yang akan kita bahas di
makalah ini yaitu Tari Pirirng. Asal-usul Tari Piring berasal dari Sumatera Barat.
Salah satu bentuk kesenian yang ada di Minangkabau adalah tari Piring yang
masih banyak dijumpai di Sumatra Barat. Kehadiran piring bagi masyarakat
Minangkabau pada zaman dulu merupakan suatu hal yang menarik. Rasa
keingintahuan masyarakat terhadap suatu benda yang baru muncul menjadikannya
sebagai sumber inspirasi untuk dijadikan properti lain di luar alat makan.
Tari Piring merupakan salah satu warisan budaya yang harus kita jaga dan
lestarikan. Jadi agar seni Tari Piring tetap lestari, kita harus mengetahui semua hal
tentang seni Tari Piringitu sendiri. Semoga tulisan ini mampu memberikan kita
pengetahuan yang lebih luas tentang Tari pendet, sehingga kita mampu
melestarikan warisan budaya ini.
1
3. Untuk mengetahui gerakan Tari Piring.
8. Untuk mengetahui tentang panggung, tata cahaya atau lighting, dan tema
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada awalnya, Tari Piring ini merupakan ritual ucapan rasa syukur
masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang
melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan
yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan
yangdinamis. Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari Piring
tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan
tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak
yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.
Namun demikian, Tari Piring tidak lantas ikut lenyap. Bahkan, Tari
Piring mengalami perkembangan ke wilayah-wilayah Melayu lain seiring
hengkangnya pengagum setia Sri Vijaya. Bergantinya pelaku peradaban memaksa
adanya perubahan konsep, orientasi dan nilai pada Tari Piring.
3
Tidak cukup sampai disitu, perubahan orientasi terus dilakukan. Arti dan
makna Tari Piring diartikan secara agak luas. Dalam konteks ini, raja tidak harus
kepala negara atau pemimpin kekusaan politik pada rakyatnya, tapi bisa
dianalogikan dengan sepasang pengantin. Sang pengantin adalah raja, yaitu “raja
sehari”. Karena itulah tradisi Tari Piring kerap dipersembahkan dihadapan “raja
sehari” (pengantin) saat bersanding dipelaminan dalam acara walimatul ‘arsy.
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang,
adalah salah satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat
Minangkabau disebut dengan Tari Piring karena para penari saat menari
membawapiring. Pada awalnya dulu kala Tari Piring diciptakan untuk memberi
persembahan kepada para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah
datangnya agama islam di Minangkabau Tari Piring tidak lagi untuk persembahan
para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian yang dihadiri oleh para raja
atau para pembesar negeri, Tari Piring juga dipakai dalam acara keramaian lain
misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.
4
2.2 Fungsi Tari Tari Piring
Tari Piring sendiri cukup beragam. Akan tetapi, pada umumnya tari Piring
di Minangkabau ditampilkan pada upacara adat seperti pengangkatan penghulu,
upacara perkawinan, khitanan, dan juga upacara setelah panen, yaitu upacara yang
dilakukan bagi orang yang mampu karena panennya berhasil dengan baik. Tujuan
upacara ini dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Swt. yang
telah memberi rahmat dan rezeki dan bagi yang mempercayai mitos mereka akan
mengucapkan syukur kepada dewi padi yang disebut dengan “Saning Sri”.
5
Ragam gerak tari Piring ini dilakukan di atas pecahan kaca. Gerakan-
gerakan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Gerak pasambahan
Gerak yang dibawakan oleh penari pria bermakna sembah syukur
kepada Allah Swt. serta permintaan maaf kepada penonton yang
menyaksikan tari ini agar terhindar dari kejadian-kejadian yang dapat
merusak jalannya pertunjukan.
c. Gerak mencangkul
Gerak ini melambangkan para petani ketika sedang mengolah sawah.
d. Gerak menyiang
Gerak ini menggambarkan kegiatan para petani saat membersihkan
sampah sampah yang akan mengganggu tanah yang akan digarap.
f. Gerak menyemai
Gerak ini melambangkan bagaimana para petani menyemai benih padi
yang akan ditanam.
g. Gerak memagar
Gerak ini menggambarkan para petani dalam memberi pagar pada
pematang sawah agar tehindar dari binatang liar.
6
Gerak ini menggambarkan bagaimana mencabut benih yang sudah
ditanam.
i. Gerak bertanam
Gerak ini menggambarkan bagaimana para petani memindahkan benih
yang telah dicabut.
7
o. Gerak menganginkan padi
Gerak ini menggambarkan padi yang telah dikumpulkan untuk
dianginkan dan nantinya akan terpisah antara padi dan ampas padi.
s. Gotong royong
Gerak yang dilakukan secara bersama yang melambangkan sifat
kegotongroyongan.
8
Gambar 5. Gerakan menginjak pecahan piring
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari Piring adalah talempong,
gandang, seruling, dan jentikan jari penari terhadap piring yang dipegang.
Busana yang digunakan oleh penari tari piring terbagi atas busana untuk
penari pria dan penari wanita.
9
a. Busana Penari pria
10
Gambar 7. Kostum penari wanita dan pria
Pola lantai yang dipergunakan dalam tari ini adalah lingkaran besat dan
kecil, berbaris, spiral, horizontal, dan vertikal serta penempatan level bawah,
leve sedang serta level atas ditambah dengan pembagian beberapa
kelompok.
Berbagai macam gerak tari Piring tersebut dibagi ke dalam tiga fase, yaitu
gerak awal yang terdiri atas gerak pasambahan dan singanjuo lalai. Bagian
tengah terdiri atas gerak mencangkul sampai gerak menampih padi, dan
bagian akhir terdiri atas gerak menginjak pecahan kaca.
11
2.3.5 Panggung Tari Piring
12
2.3.6 Tema Tari Piring
Secara umum tata lampu atau tata cahaya berfungsi untuk membentuk
situasi, menyinari gerak penari mempertajam ekspresi demi penciptaan
karakter lakon dan pelaku. Lampu spot adalah sumber sinar yang dapat
dimanfaatkan secara intensif untuk memberikan sinar kepada satu titik atau
bidang tertentu. Lampu spot berfungsi untuk mempertegas bentuk mimik,
ekspresi penari, fokus adegan.
Lilin yang digunakan pada tarian ini dapat menjadi salah satu unsur
pencahayaan yang mempertajam ekspresi dan kesan yang lebih mendalam
dari tarin ini.
13
Pemahaman Properti dalam pementasan seni tari adalah semua peralatan
yang digunakan pemeran, baik yang dikenakan maupun yang tidak melekat
ditubuh, tetapi dapat diolah dengan menggunakan tangan (handprop) dan
berfungsi untuk penguat watak atau karakter seorang pemeran, seperti : tas,
topi, cangklong, tongkat, pentungan, kipas, panah dan busur, dan golok.
Properti yang digunakan dalam tari piring adalah piring dan lilin. Kehadiran
piring porselen dari China dipilih sebagai properti vital tari Piring karena
desainnya yang bagus dan memiliki nilai estetis.
Gambar 13. Selain piring, tarian ini juga memakai lilin untuk propertinya
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Umumnya pementasaan Tari Piring ini dipentaskan oleh jumlah orang yang tidak
spesifik, namun sebagai persyarat paling utama dalam melakukan Tari Piring yaitu
jumlah orang yang mementaskan Tari Piring ini mesti berjumlah ganjil, tetapi
pada zaman dahulu Tari Piring ini dipentaskan oleh 1 orang saja. Di mana dalam
pelaksanaan Tari Piring, beberapa penari memegang tingkatan-tingkatan piring
yang sudah disusun serta sembari melaksanakan gerakan tari, di mana makin
tinggi tingkatan piring makin baik juga. Saat alunan musik yang ikuti makin
cepat, piring yang dipegang oleh penari bakal dilempar keatas serta pecahan
piring itu bakal diinjak-injak oleh penari serta penari juga terus menari hingga
musik yang mengikuti berhenti.
3.2 Saran
Penyusun berharap agar tari Piring dari Sumatera Barat tersebut akan terus
mengakar di kebudayaan Indonesia dan akan tetap dilestarikan oleh generasi
15
muda. Penulis juga berharap agar adanya partisipasi dari para pembaca untuk
tetap mengambil peran dalam pelestarian budaya Indonesia.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://tari-piring.blogspot.co.id/
http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/09/tari-piring-asal-usul-sejarah-kostum-
gerakan.html
http://tari-piring.blogspot.co.id/2012/04/tari-piring.html
https://id.wikipedia.org/wiki/tari_piring
http://tari-tariantradisional.blogspot.co.id/2014/09/mengenal-tari-piring-
minangkabau-sumatra-barat.html
17