BUDI HARTAWAN
PENUTUP .................................................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 53
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 57
46
Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perubahan skor dan peringkat GEI Beberapa Negara 2018-
2019 ............................................................................................................. 9
Tabel 2.2. Dimensi dan Indikator Indeks Daya Saing Tenaga Kerja
Indonesia .................................................................................................... 12
Tabel 2.3 Indeks Daya Saing Tenaga Kerja Provinsi Tahun 2018 dan
2019 ......................................................................................................... 14
Tabel data IPM 2017 & 2019, Indeks Daya Saing Wilayah 2017 & 2018, dan
PDRB 2019 (ADHK 2010=100) ................................................................................... 57
Tabel data Jumlah Kasus Korupsi 2017, Produktivitas Tenaga Kerja 2017 &
2019, dan PMA 2019..................................................................................................... 58
Dalam era revolusi industri 4.0, peran daya saing inovasi dan digital semakin
kuat dalam menopang daya saing suatu negara. Dalam Global Competitiveness
Report 2019, pilar kapabilitas inovasi Indonesia memiliki capaian skor terendah
(37,7) dan menempati peringkat terendah ke tiga diantara pilar-pilar penyusun
GCI. Sementara itu, pilar adopsi teknologi informasi dan komunikasi Indonesia
memiliki capaian skor terendah kedua (55,4) dan menempati peringkat terendah
keempat diantara pilar-pilar penyusun GCI.
Daya saing inovasi Indonesia dalam Global Innovation Index (GII) 2020
menempati peringkat 85 dari 131 negara yang tercakup dalam penghitungan.
Peringkat ini tidak mengalami perubahan sejak tahun 2018. Dari tujuh pilar
dalam penghitungan GII 2020, pilar Kemutakhiran Pasar Indonesia memiliki
capaian peringkat tertinggi (peringkat 62). Sementara itu, pilar dengan capaian
peringkat terendah ditempati oleh pilar Kemutakhiran Bisnis (peringkat 114).
Dalam pilar Kemutakhiran Bisnis, sub pilar dengan capaian peringkat terendah
adalah Pendidikan Tenaga Kerja, yaitu peringkat 125. Hal ini menunjukkan daya
saing tenaga kerja Indonesia dari sisi pendidikan masih relatif rendah. Selain itu,
sebagai salah satu negara besar, utamanya dari sisi GDP, pengeluaran Indonesia
untuk kegiatan penelitian dan pengembangan pada kegiatan bisnis baik regional
Asia dan dunia masih relatif rendah, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2 (GII,
2019).
Capaian Indonesia dalam GII 2020 termasuk 10 besar terbaik dalam kelompok
negara dengan penghasilan menengah ke bawah (peringkat 9). Namun, Indonesia
masih menghadapi berbagai tantangan di sisi inovasi, salah satu yang utama
adalah kemampuan dalam mengadopsi aplikasi teknologi informasi (GII 2019).
Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan daya saing bangsa dari sisi
pemanfaatan TIK. Upaya ini tercermin dari persentase produk domestik bruto
Gambar1.3.
Gambar 1.3.Capaian
CapaianIndonesia
IndonesiaDalam
Dalam IMD
IMD World
WorldDigital
Digital Competitiveness Ranking
Ranking 2020
2020
Produktivitas merupakan salah satu indikator dari daya saing tenaga kerja.
Asian Productivity Organization (APO) tahun 2020 mencatat produktivitas tenaga
kerja dan produktivitas jam kerja Indonesia hanya menempati peringkat 13 dari
21 negara yang tergabung dalam APO. Dalam lingkup negara-negara ASEAN yang
tergabung dalam APO, produktivitas tenaga kerja dan jam kerja Indonesia berada
pada peringkat empat dari delapan negara anggota. Posisi Indonesia berada di
bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Gambar 2.1 menunjukkan capaian
produktivitas jam kerja tenaga kerja negara-negara yang tergabung dalam APO
tahun 2018.
Singapura 66.5
Hong Kong 54
ROC 47.7
Jepang 43.4
Turkey 38
Korea 36.1
Malaysia 25.6
Iran 24.7
Sri Lanka 16.6
Fiji 15.7
Mongolia 14.8
Thailand 14.2
Indonesia 12.1
Filipina 9.1
Pakistan 8
India 7.4
Laos 6.5
Vietnam 5.9
Nepal 4.4
Bangladesh 4.3
Kamboja 2.8
0 10 20 30 40 50 60 70
Sumber: World
Sumber: WorldBank
Bank2020
2020
Peningkatan kemampuan berusaha dan kemampuan entrepreneurs tenaga kerja menjadi
salah satu potensi dalam upaya meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia. Menurut
Global
8 Entrepreneurship Index
Laporan (GEI) tahun
TAHUNAN 2019, kemampuan
Produktivitas berusaha
dan Daya Saing dan entrepreneurs
Indonesia 2020
Indonesia menempati posisi 75 dari 137 negara, dengan skor 26,0. Meskipun peringkat dan
skor Indonesia tahun 2019 masih relatif tertinggal, pada tahun ini Indonesia termasuk dalam
10 besar negara dengan peningkatan skor dan peringkat GEI tertinggi dari tahun sebelumnya ,
Peningkatan kemampuan berusaha dan kemampuan entrepreneurs
tenaga kerja menjadi salah satu potensi dalam upaya meningkatkan daya saing
tenaga kerja Indonesia. Menurut Global Entrepreneurship Index (GEI) tahun 2019,
kemampuan berusaha dan entrepreneurs Indonesia menempati posisi 75 dari 137
negara, dengan skor 26,0. Meskipun peringkat dan skor Indonesia tahun 2019
masih relatif tertinggal, pada tahun ini Indonesia termasuk dalam 10 besar negara
dengan peningkatan skor dan peringkat GEI tertinggi dari tahun sebelumnya,
seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1. Hasil ini menunjukkan peluang Indonesia
untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja melalui peningkatan kemampuan
berusaha dan kemampuan entrepreneurs masih terbuka lebar. Peningkatan
kemampuan berusaha dan kemampuan entrepreneurs akan mendorong
peningkatan inovasi, produktivitas, dan ketersediaan lapangan kerja (GEI, 2018).
Tabel 2.1. Perubahan skor dan peringkat GEI Beberapa Negara 2018-2019
90.99 91.07
91.03 90.96
91
90.82
90.19
90.07 90.34
90
89.42 89.52
89
88
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
72 71.39 72.10
70.46 70.68 71.74
70.07
70 70.83
69.14
68 68.15
66
64
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: BPS
Sumber: BPS
Tercapainya daya saing tenaga kerja nasional yang optimal hanya akan
terjadi jika ditopang oleh peningkatan daya saing tenaga kerja setiap provinsi.
Daya saing tenaga kerja provinsi sangat dipengaruhi oleh regulasi dan kualitas
tenaga kerja pada masing-masing provinsi. Regulasi atau kebijakan tenaga kerja
yang diambil dalam peningkatan kualitas tenaga kerja harus memperhatikan
kebutuhan pasar tenaga kerja. Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan efisiensi
pasar tenaga kerja.
Daya saing tenaga kerja regional di Indonesia diukur dengan indeks daya
saing tenaga kerja yang dibangun berdasarkan tiga dimensi pengukuran dan
terdiri dari 17 indikator. Indikator dan dimensi yang digunakan dalam pengukuran
ini ditunjukkan pada Tabel 2.2. Indeks ini menyajikan capaian daya saing tenaga
kerja pada tingkat provinsi. Perbedaan satuan dari setiap indikator distandarisasi
menggunakan metode Maksimum-Minimum (Max-Min), untuk mendapatkan
nilai indeks dengan rentang nilai 0 hingga 100. Penghitungan capaian dimensi
dan indeks daya saing setiap provinsi dilakukan dengan equal weight untuk setiap
indikator dan dimensi.
Capaian indeks daya saing tenaga kerja provinsi sangat tergantung pada
kinerja setiap indikator penyusunnya. Gambar 2.4 dan Tabel 2.3 menunjukkan
capaian dan peringkat
Capaian indeks daya
daya saing saing
tenaga tenaga
kerja tenaga
provinsi kerja
sangat di masing-masing
tergantung provinsi
pada kinerja setiap
tahun
indikator2018 dan 2019.
penyusunnya. Provinsi
Gambar DKI Tabel
2.4 dan Jakarta memiliki capaian
2.3 menunjukkan capaianindeks daya saing
dan peringkat daya
saing tenaga tenaga kerja di masing-masing provinsi tahun 2018 dan 2019.
tenaga kerja tertinggi selama dua tahun tersebut. Sementara itu, capaian terendahProvinsi DKI
Jakarta memiliki capaian indeks daya saing tenaga kerja tertinggi selama dua tahun tersebut.
terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sementara itu, capaian terendah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Gambar 2.4.
Gambar 2.4.Indeks
IndeksDaya
DayaSaing
Saing Tenaga KerjaProvinsi
Tenaga Kerja ProvinsiTahun
Tahun2018
2018 dan
dan 2019
2019
70
60
50
40
30
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Sulawesi Barat
Bengkulu
Jawa Barat
Kalimantan Barat
Jambi
Kepulauan Riau
Papua
Banten
Sulawesi Utara
Lampung
Kalimantan Timur
Jawa Timur
Maluku
Kep. Bangka Belitung
Sulawesi Tengah
Gorontalo
Bali
Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan
Riau
Aceh
DKI Jakarta
Kalimantan Utara
Jawa Tengah
Papua Barat
Sulawesi Selatan
Maluku Utara
Kalimantan Selatan
Sumber: Kemnaker
Sumber: Kemnaker
Tabel 2.3 Indeks Daya Saing Tenaga Kerja Provinsi Tahun 2018 dan 2019
Tahun 2018 Tahun 2019
Laporan TAHUNAN
Provinsi Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 13
Skor Peringkat Skor Peringkat
Aceh 51,56 29 51,79 31
Sumatera Utara 54,68 20 55,20 21
Sumatera Barat 55,80 16 56,46 18
Tabel 2.3 Indeks Daya Saing Tenaga Kerja Provinsi Tahun 2018 dan 2019
Sumber: Kemnaker
Sumber: www.bps.go.id, AMRI (2018), dan Indeks Daya Saing Tenaga Kerja
Sumber: www.bps.go.id, AMRI (2018), dan Indeks Daya Saing Tenaga Kerja
Sumber: www.bps.go.id,
Sumber: www.bkpm.go.id,
www.bps.go.id, dan Indeks Dayadan
www.bkpm.go.id, SaingIndeks
Tenaga Kerja
Daya Saing Tenaga Kerja
Indeks daya saing tenaga kerja Indonesia menunjukkan tingkat kesiapan provinsi dalam
Indekspersaingan
menghadapi daya saingbebastenaga kerja Indonesia
pasar tenaga menunjukkan
kerja. Capaian tingkat
daya saing tenaga kesiapan
kerja provinsi
menjadi
provinsi dalam menghadapi persaingan bebas pasar tenaga kerja. Capaianbonus
cerminan daya saing tenaga kerja nasional. Era revolusi industri 4.0 dan daya
demografi yang tengah bergulir, mewajibkan seluruh bangsa Indonesia untuk terus
saing tenaga kerja provinsi menjadi cerminan daya saing tenaga kerja nasional.
meningkatkan daya saing tenaga kerjanya. Dengan daya saing tenaga kerja yang tinggi,
Era revolusi
revolusi industriindustri 4.0 dan
4.0 dan bonus bonus demografi
demografi akan menjadiyang tengah
pendorong bergulir,
dalam mewajibkan
meningkatkan daya
seluruh
saing bangsa
bangsa Indonesia
di tataran global. untuk terus meningkatkan daya saing tenaga kerjanya.
Dengan daya saing tenaga kerja yang tinggi, revolusi industri 4.0 dan bonus
demografi akan menjadi pendorong dalam meningkatkan daya saing bangsa di
tataran global.
90 87.06
84.34 86.54
85
81.91 84.07
79.68
80
Juta Rupiah
78.23 80.96
75.10 74.72 78.54
75 75.82
72.33 73.14
70 67.37 68.37
65 67.17
65.78
60
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
Produktivitas tenaga kerja Indonesia tahun 2019 mencapai 86,54 juta rupiah
per tenaga kerja per tahun. Capaian ini mengalami percepatan dibanding tahun
sebelumnya, yaitu dari pertumbuhan 2,64 menjadi 2,94 persen. Gambar 3.1
menunjukkan perbandingan produktivitas tenaga kerja dengan produktivitas
ETK tahun 2011-2019. Terlihat terjadi peningkatan efisiensi tenaga kerja Indonesia
di tahun 2019. Kondisi ini tercermin dari capaian produktivitas ETK, 87,06 juta
rupiah per tenaga kerja per tahun, lebih tinggi dari produktivitas tenaga kerja dan
dengan selisih yang semakin besar dibanding tahun sebelumnya.
36,506 36,855
38,177
Tahun
35,000 35,556
32,654
Sumber: BPS, Sakernas dan PDB (diolah)
31,975
Sumber: BPS, Sakernas
30,000 dan PDB (diolah)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Selaras dengan meningkatnya produktivitas jamTahun kerja tahun 2019, rata-rata jam kerja per
Selaras dengan meningkatnya
minggu Indonesia juga mengalami penurunan. Rata-rata produktivitas jam kerja
jam tahun 2019, rata-rata
kerja seminggu pekerja di
jam kerja
Indonesia Sumber: per
sejak 2011 minggu
hingga
BPS, Sakernas Indonesia
2019
dan PDB juga mengalami penurunan.
berada pada kisaran 40 jam seminggu,
(diolah) Rata-rata jam serta
kerja relatif
menurunseminggu
di tahunpekerja di Indonesia
2019 (Gambar 3.3).sejak 2011 jam
Rata-rata hingga
kerja2019
pada berada
tahunpada
2019kisaran
mencapai 40 39,77
Selaras dengan
jamkerja
seminggu,meningkatnya produktivitas jam kerja tahun 2019, rata-rata jam kerja per
jam. Jam ini turunserta
0,10relatif menurun di
jam dibanding tahun
tahun 2019 (Gambar
sebelumnya. 3.3). Rata-rata
Penurunan jam kerjajamdengan
minggu Indonesia juga mengalami penurunan. Rata-rata jam kerja seminggu pekerja di
output kerja
yangpada tahun
dihasilkan 2019
lebihmencapai 39,77 jam. Jam
tinggi, mengindikasikan kerja ini turun
terjadinya 0,10 jam dibanding
peningkatan kinerja tenaga
Indonesia sejak 2011
tahun sebelumnya. hingga 2019 berada pada kisaran 40 jam seminggu, serta relatif
kerja Indonesia. SementaraPenurunan
itu, rata-rata jamjamkerja dengan
kerja di bawahoutput yang
40 per dihasilkan
minggu lebih
mengindikasikan
menurun di tahun 2019 (Gambar 3.3). Rata-rata jam kerja pada tahun 2019 mencapai 39,77
adanya tinggi, mengindikasikan terjadinya
penurunan peningkatan kinerjamenghasilkan
tenaga kerja output.
Indonesia.
jam. Jam kerja ini pemanfaatan
turun 0,10 jampotensidibanding tenaga
tahunkerja dalam
sebelumnya. Penurunan jam kerja dengan
Sementara itu, rata-rata jam kerja di bawah 40 per minggu mengindikasikan
output yang dihasilkan lebih tinggi, mengindikasikan terjadinya peningkatan kinerja tenaga
Gambar 3.3. Rata-rata Jampotensi
Kerja per Minggu Tahundalam
2011-2019
kerjaadanya penurunan
Indonesia. Sementarapemanfaatan
itu, rata-rata jam kerja tenaga
di bawahkerja menghasilkan
40 per minggu mengindikasikan
output.
adanya 45
penurunan pemanfaatan potensi tenaga kerja dalam menghasilkan output.
Rata-rata Jam Kerja
37 43
40.97 40.71 41.28 40.47
40.86
35 41
40.58
39 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
39.87 2019
39.77
38.53
37 Tahun
35
2011 (diolah)
Sumber: BPS, Sakernas 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
DKI JAKARTA
KALIMANTAN TIMUR
KEPULAUAN RIAU
KALIMANTAN UTARA
RIAU
PAPUA BARAT
JAMBI
INDONESIA 86.54
84.07
SULAWESI SELATAN
BANTEN
SUMATERA UTARA
JAWA TIMUR
SUMATERA SELATAN
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI TENGAH
PAPUA
KALIMANTAN TENGAH
KEP. BANGKA BELITUNG
SUMATERA BARAT
JAWA BARAT
BALI
KALIMANTAN SELATAN
LAMPUNG
ACEH
KALIMANTAN BARAT
JAWA TENGAH
SULAWESI BARAT
MALUKU UTARA
GORONTALO
D I YOGYAKARTA
BENGKULU
MALUKU
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
2019 2018
Produktivitas
Produktivitas tenaga kerjatenaga kerjamenjadi
provinsi provinsi salah
menjadi salah
satu satu cerminan
cerminan daya daya
saingsaing
tenaga kerja
tenaga kerja
provinsi tersebut. provinsi
Gambar 3.5 tersebut. Gambar
menunjukkan 3.5 menunjukkan
korelasi korelasiproduktivitas
yang kuat antara yang kuat tenaga
antara
kerja dengan produktivitas
daya tenaga
saing tenaga kerja
kerja. dengantinggi
Semakin daya saing tenaga kerja.
produktivitas Semakin
tenaga tinggi
kerja akan memicu
produktivitas
peningkatan tenaga
daya saing kerja kerja
tenaga akan memicu
tersebut.peningkatan daya produktivitas
Peningkatan saing tenaga kerja
tenaga kerja
tersebut.
provinsi 2019 Peningkatan
secara umum selarasproduktivitas tenaga kerja provinsi
dengan peningkatan 2019
daya saing secarakerja
tenaga umum provinsi.
selaras dengan peningkatan daya saing tenaga kerja provinsi.
Gambar 3.5. Korelasi Produktivitas Tenaga Kerja dengan Daya Saing Tenaga Kerja
Gambar 3.5. Korelasi Produktivitas Tenaga Kerja dengan
Tahun 2019 Daya Saing Tenaga Kerja Tahun 2019
Sumber: Kemnaker
Sumber: Kemnaker
Gambar 3.6 menunjukkan pada tahun 2019, sebanyak 22 provinsi mengalami efisiensi tenaga
kerja. CapaianGambar 3.6 menunjukkan
produktivitas tenaga pada
kerjatahun 2019, sebanyak
22 provinsi 22 provinsi
tersebut mengalami
lebih rendah dari capaian
produktivitas ETK-nya.
efisiensi Provinsi
tenaga kerja. DKIproduktivitas
Capaian Jakarta menjadi provinsi
tenaga kerja dengan
22 provinsi produktivitas
tersebut lebih ETK
tertinggi. Produktivitas ETK terendah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Meskipun
memiliki capaian produktivitas ETK tertinggi, DKI Jakarta belum termasuk dalam 22 provinsi
yang mengalami efisiensi tenaga kerja. Namun dibalik peningkatan efisiensi, provinsi dengan
Laporan ETK
capaian produktivitas TAHUNAN
lebih Produktivitas dan Daya
besar dari capaian Saing Indonesia
produktivitas tenaga2020 21 jam
kerjanya dan
kerja lebih kecil dari 40 jam per minggu, provinsi tersebut perlu memperhatikan pemanfaatan
tenaga kerja secara optimal dalam menghasilkan output.
rendah dari capaian produktivitas ETK-nya. Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi
dengan produktivitas ETK tertinggi. Produktivitas ETK terendah terjadi di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Meskipun memiliki capaian produktivitas ETK tertinggi, DKI
Jakarta belum termasuk dalam 22 provinsi yang mengalami efisiensi tenaga kerja.
Namun dibalik peningkatan efisiensi, provinsi dengan capaian produktivitas ETK
lebih besar dari capaian produktivitas tenaga kerjanya dan jam kerja lebih kecil
dari 40 jam per minggu, provinsi tersebut perlu memperhatikan pemanfaatan
tenaga kerja secara optimal dalam menghasilkan output.
Gambar 3.6. Produktivitas Tenaga Kerja dan Produktivitas ETK Provinsi Tahun 2019
Gambar 3.6. Produktivitas Tenagaper
(Juta Rupiah Kerja dan Produktivitas
Tenaga ETK Provinsi Tahun 2019
Kerja per Tahun)
(Juta Rupiah per Tenaga Kerja per Tahun)
DKI JAKARTA
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
RIAU
KEPULAUAN RIAU
PAPUA BARAT
JAMBI
SULAWESI SELATAN
INDONESIA 86.54
87.06
PAPUA
SULAWESI TENGAH
SUMATERA SELATAN
SULAWESI TENGGARA
SUMATERA UTARA
JAWA TIMUR
KEP. BANGKA BELITUNG
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI UTARA
BANTEN
KALIMANTAN SELATAN
LAMPUNG
ACEH
BALI
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI BARAT
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
MALUKU UTARA
D I YOGYAKARTA
BENGKULU
GORONTALO
MALUKU
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
Gambar 3.7. Produktivitas Jam Kerja menurut Provinsi Tahun 2018 dan 2019
Gambar 3.7. Produktivitas
(RupiahJam
perKerja menurut
Tenaga KerjaProvinsi Tahun 2018 dan 2019
per Jam)
(Rupiah per Tenaga Kerja per Jam)
DKI JAKARTA
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
RIAU
KEPULAUAN RIAU
PAPUA BARAT
JAMBI
SULAWESI SELATAN
INDONESIA 42318.45
40997.34
PAPUA
SULAWESI TENGAH
SUMATERA SELATAN
SULAWESI TENGGARA
SUMATERA UTARA
JAWA TIMUR
KEP. BANGKA BELITUNG
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI UTARA
BANTEN
KALIMANTAN SELATAN
LAMPUNG
ACEH
BALI
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI BARAT
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
MALUKU UTARA
D I YOGYAKARTA
BENGKULU
GORONTALO
MALUKU
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
Produktivitas ETK dan produktivitas jam kerja tahun 2019 memiliki pergerakan
yang serupa dari sisi jumlah kabupaten/kota yang mengalami peningkatan
produktivitas. Jumlah kabupaten/kota yang mengalami peningkatan capaian
produktivitas ETK dan jam kerja sebanyak 373 kabupaten/kota. Tiga kabupaten/
kota dengan capaian tertinggi dari kedua penghitungan produktivitas ini adalah
Kabupaten Teluk Bintuni (Papua Barat), Kota Jakarta Pusat (DKI Jakarta), dan
Kabupaten Kepulauan Anambas (Kepulauan Riau).
800
Juta Rupiah
600
400 212.13
200
144.62 99.88 147.12
0
Balangan (Kalimantan Membramo Raya (Papua) Teluk Bintuni (Papua
Selatan) Barat)
Kabupaten/Kota
Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas ETK
Sumber:
Sumber: BPS, Sakernas
BPS, dan PDRB
Sakernas dan2019
PDRB(diolah)
2019 (diolah)
Meningkatnya produktivitas tenaga kerja, produktivitas ETK, dan produktivitas jam kerja tidak
terlepas dari peran pemerintah daerah. Upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan
produktivitas tenaga kerja tercermin dari tingkat pertumbuhan yang dicapai setiap daerah.
24Pada tahun 2019,Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020
pertumbuhan produktivitas tenaga kerja tertinggi dicapai oleh Kabupaten
Muna Barat (Sulawesi Tenggara), pertumbuhan produktivitas ETK dan produktivitas jam kerja
tertinggi dicapai oleh Kabupaten Mappi (Papua).
Meningkatnya produktivitas tenaga kerja, produktivitas ETK, dan
produktivitas jam kerja tidak terlepas dari peran pemerintah daerah. Upaya
pemerintah daerah dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja tercermin
dari tingkat pertumbuhan yang dicapai setiap daerah. Pada tahun 2019,
pertumbuhan produktivitas tenaga kerja tertinggi dicapai oleh Kabupaten Muna
Barat (Sulawesi Tenggara), pertumbuhan produktivitas ETK dan produktivitas jam
kerja tertinggi dicapai oleh Kabupaten Mappi (Papua).
FJ 130.32 645.76
CB 120.28 566.83
M, ND 107.70 311.84
HK 83.26 252.78
Us aha
OF 75.16130.32
Kategori
Q 65.31
C 120.28
Ka tegori La pangan
G 60.52
M, PN 54.07107.70
HI 39.4283.26
AO 75.16
39.19
R, S, T, UQ 65.31
32.60
EG 18.21
60.52
P 0 54.07 200
100 300 400 500 600 700 800 900
I 39.42 Juta Rupiah
A 39.19
Sumber: R, S, T,Sakernas
BPS, U 32.60
dan PDB 2019 (diolah)
Sumber: BPS, E Sakernas
18.21 dan PDB 2019 (diolah)
Dari sisi pertumbuhan produktivitas tenaga kerja, tiga kategori lapangan usaha mengalami penurunan
produktivitas tenaga kerja 0 dibandingkan
100 200 tahun 300 sebelumnya,
400 500 seperti
600 ditunjukkan
700 800 pada900Gambar 3.10.
Dari sisi
Tiga kategori pertumbuhan
lapangan usaha tersebutproduktivitas Jutatenaga
adalah Pengadaan Rupiah kerja,
Listrik dan tiga kategoriD);lapangan
Gas (kategori Penyediaan
usaha mengalami
Akomodasi dan Makan Minumpenurunan
(kategoriproduktivitas tenaga (kategori
I); serta Jasa Perusahaan kerja dibandingkan tahun
M, N). Kategori lapangan
usaha lainnya mengalami
Sumber: BPS, peningkatan
Sakernas dan PDB 2019 produktivitas
(diolah) tenaga kerja.
sebelumnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.10. Tiga kategori lapangan usaha Tiga kategori lapangan usaha
dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada kategori lapangan usaha Jasa Keuangan (kategori K) ;
tersebut
Dari
Informasi danadalah
sisi pertumbuhan Pengadaan
Komunikasiproduktivitas Listrik
tenaga
(kategori J); dan
sertakerja, Gas (kategori
tiga kategori
Pertanian, Kehutanan, D);
danPenyediaan
lapangan usaha mengalami
Perikanan Akomodasi
(kategoripenurunan
A).
produktivitas
dan Makantenaga Minum kerja(kategori
dibandingkan tahun Jasa
I); serta sebelumnya, seperti (kategori
Perusahaan ditunjukkanM,padaN).Gambar 3.10.
Kategori
Tiga kategori
Gambar lapangan
3.10. usaha
Pertumbuhan tersebut adalah
Produktivitas Pengadaan
Tenaga Listrik
Kerja dan
Menurut
lapangan usaha lainnya mengalami peningkatan produktivitas tenaga kerja. Tiga Gas (kategori
Kategori D);
Lapangan Penyediaan
Usaha
Akomodasi dan Makan Minum (kategoriTahun 2019Jasa(Persen)
kategori lapangan usaha denganI); pertumbuhan serta Perusahaan (kategori M, N). Kategori lapangan
tertinggi terjadi pada kategori
usaha10lainnya mengalami peningkatan produktivitas tenaga 9.29kerja. Tiga kategori lapangan usaha
lapangan 7.01usaha Jasa Keuangan (kategori K); 7.24 Informasi dan Komunikasi (kategori
dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada kategori lapangan usaha Jasa Keuangan (kategori 5.64 K);
J); serta
Informasi
5 danPertanian,
3.49
KomunikasiKehutanan,
(kategori3.21dan Perikanan (kategori A).Perikanan2.15
1.77 J); serta Pertanian, Kehutanan, dan (kategori A).
3.23 2.88 2.89
1.42 0.70
0.09
0
Gambar 3.10. Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha
Gambar 3.10. Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha
-1.46
-5 Tahun 2019
Tahun 2019 (Persen)
-4.13 -4.47
9.29
10
-10 7.24
7.01
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
5.64
3.49 3.21 3.23 T, U
5 2.88 2.15 2.89
1.77 1.42
0.09dan PDB 2018 dan 2019 (diolah) 0.70
Sumber: BPS, Sakernas
0
-1.46
-5
-4.13 -4.47
-10
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
T, U
Sumber: BPS,
Sumber: BPS,Sakernas dan PDB
Sakernas dan2018 dan 2018
PDB 2019 (diolah)
dan 2019 (diolah)
L
J
B
D
K
F
C
M, N
H
O
Q
G
P
I
A
R, S, T, U
E
Sumber:
Sumber: BPS,BPS, Sakernas
Sakernas dan PDBdan
2019PDB 2019 (diolah)
(diolah)
Pada tahun 2019, tiga kategori lapangan usaha mengalami penurunan produktivitas ETK dibandingkan
dengan tahun
Padasebelumnya.
tahun 2019,Tiga tiga
kategori lapangan
kategori usaha tersebut
lapangan usahaadalah Pengadaan
mengalami Listrik dan Gas
penurunan
(kategori D); Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (kategori I); serta Jasa Perusahaan (kategori
produktivitas ETK dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tiga kategori
M, N). Penurunan produktivitas ETK pada tiga kategori ini selaras dengan penurunan produktivitas
lapangan
tenaga usaha
kerjanya. tersebut
Capaian adalah Pengadaan
produktivitas Listrik dan
ETK per kategori Gas (kategori
lapangan D);
usaha beserta
pertumbuhannya ditunjukkan dan
Penyediaan Akomodasi padaMakan
GambarMinum
3.12. (kategori I); serta Jasa Perusahaan
(kategori M, N). Penurunan produktivitas ETK pada tiga kategori ini selaras dengan
Gambar 3.12. Produktivitas ETK dan Pertumbuhannya Menurut Kategori Lapangan Usaha
penurunan produktivitas tenaga kerjanya. Capaian produktivitas ETK per kategori
Tahun 2019
lapangan
1,000 usaha beserta pertumbuhannya ditunjukkan pada Gambar 3.12. 15
11.06
Juta Rupiah per Tenaga Kerja
8.16 8.55
800 6.73 10
5.42 5.39 6.05
600 2.53 2.70 3.18 2.92 2.65 5
per Ta hun
Pers en
0.81 1.23
-1.57
400 -3.39 0
200 -7.12 -5
8.16 8.55
800 6.73 10
5.42 5.39 6.05
600 2.53 2.70 3.18 2.92 2.65 5
pe r Ta hun
Pe rs e n
0.81 1.23
-1.57
400 -3.39 0
200 -7.12 -5
0 -10
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
Produktivitas ETK 2019 Pertumbuhan Produktivitas ETK 2019 T, U
Sumber: BPS, Sakernas dan PDB 2018 dan 2019 (diolah)
Sumber: BPS, Sakernas dan PDB 2018 dan 2019 (diolah)
350000
8.16 8.55
6.73 10
300000 6.05
5.42 5.39
250000 2.53 2.70 3.18 2.92 2.65 5
Pers en
0.81 1.23
200000
-1.57 0
150000 -3.39
100000
-7.12 -5
50000
0 -10
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
T, U
2018 2019 Pertumbuhan 2019
Sumber: BPS,
Sumber: BPS,Sakernas
Sakernas dandan PDBdan
PDB 2018 2018
2019dan 2019 (diolah)
(diolah)
Pada tahun 2019, 12 dari 17 kategori lapangan usaha mengalami penurunan rata-rata jam
kerja. Menurunnya rata-rata jam kerja yang diikuti oleh meningkatnya capaian produktivitas
28 baik tenaga kerja, ekuivalen
Laporan tenaga Produktivitas
TAHUNAN kerja, maupun jam kerjaDaya
dan mengindikasikan tenaga 2020
Saing Indonesia kerja
Indonesia jauh lebih produktif dengan jam kerja yang lebih pendek. Seperti telah dibahas
sebelumnya, standar jam kerja di Indonesia adalah 40 jam per minggu. Tiga dari tujuh belas
kategori lapangan usaha memiliki rata-rata jam kerja per minggu di bawah/kurang dari 40
jam, yaitu kategori lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (kategori A); Jasa
100000
-7.12
Rupiah p
-5
50000
0 -10
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
T, U
2018 2019 Pertumbuhan 2019
Sumber:
PadaBPS,tahun
Sakernas2019,
dan PDB12
2018 dan17
dari 2019 (diolah) lapangan usaha mengalami penurunan
kategori
rata-rata jam kerja. Menurunnya rata-rata jam kerja yang diikuti oleh meningkatnya
Pada tahun 2019, 12 dari 17 kategori lapangan usaha mengalami penurunan rata-rata jam
capaian produktivitas baik tenaga kerja, ekuivalen tenaga kerja, maupun jam
kerja. Menurunnya rata-rata jam kerja yang diikuti oleh meningkatnya capaian produktivitas
baikkerja mengindikasikan
tenaga kerja, ekuivalentenaga
tenaga kerja
kerja, Indonesia
maupun jam jauh lebih
kerja produktif dengan
mengindikasikan tenagajamkerja
kerja yang lebih pendek. Seperti telah dibahas sebelumnya, standar
Indonesia jauh lebih produktif dengan jam kerja yang lebih pendek. Seperti telah dibahas jam kerja
di Indonesia
sebelumnya, adalah
standar jam40 jamdiper
kerja minggu.
Indonesia Tiga 40
adalah darijam
tujuh
per belas
minggu. kategori lapangan
Tiga dari tujuh belas
kategori lapangan usaha memiliki rata-rata jam kerja per minggu di bawah/kurangyaitu
usaha memiliki rata-rata jam kerja per minggu di bawah/kurang dari 40 jam, dari 40
kategori lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (kategori
jam, yaitu kategori lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (kategori A); Jasa A); Jasa
Pendidikan
Pendidikan (Kategori
(Kategori P); serta
P); serta Jasa Lainnya
Jasa Lainnya (kategori
(kategori R, S, T,R,U).S, T, U).
Gambar
Gambar 3.14.
3.14. Rata-rata
Rata-rata Jam
Jam Kerja
KerjaMenurut
MenurutKategori
KategoriLapangan
Lapangan Usaha
Usaha
Tahun 2018 dan 2019
Tahun 2018 dan 2019
50
Total Ekonomi: 39.77
40
30
20
10
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
T, U
Rata-rata jam kerja yang rendah pada suatu kategori lapangan usaha, tidak
selalu menunjukkan efisiensi dari tenaga kerja pada kategori tersebut. Misalnya
pada kategori lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (Kategori
A) yang sangat dipengaruhi oleh faktor musiman. Begitu juga pada kategori
lapangan usaha Jasa Pendidikan (Kategori P), jam sekolah dan hari libur sekolah
menjadi penyebab utama rendahnya rata-rata jam kerja tenaga kerja pada
kategori lapangan usaha ini.
Capaian
Capaian skor skor setiap indikator:
setiap indikator:
Capaian skor setiap indikator:
Gambar 4.2. Korelasi Antara Jumlah Kasus Korupsi dengan Daya Saing Wilayah
Gambar 4.2. Korelasi Antara Jumlah Kasus Korupsi dengan Daya Saing Wilayah
dan
dan Produktivitas
Produktivitas Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Sumber: Laporan
Sumber: Laporan Tahunan
Tahunan KPK
KPK (2017), Asia (2017), Asia Institute
Competitiveness Competitiveness Institute
(ACI) 2017, Produktivitas (ACI)
Tenaga Kerja2017,
2017
Corruption Perception
Produktivitas TenagaIndex
Kerja (CPI)
20172019 menunjukkan Indonesia mengalami peningkatan skor
2 poin dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi 40. Peningkatan skor ini selaras dengan berbagai
upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk melawan korupsi. Peringkat CPI 2019 Indonesia
adalah Corruption
85 dari 180Perception IndexIndonesia
negara. Posisi (CPI) 2019 menunjukkan
saat ini masih di Indonesia mengalami
bawah Singapura, Brunei
peningkatan skor 2 poin dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi 40. Peningkatan
Darusalam, dan Malaysia. Indonesia masih termasuk dalam 2/3 negara dengan skor di bawah
50, serta
skor ininegara dengan
selaras dengancapaian di bawah
berbagai rata-rata
upaya yang skor
telah180 negara (rata-rata
dilakukan 43). untuk
pemerintah
Selain birokrasi dan korupsi, salah satu tantangan utama yang harus diatasi adalah
peningkatan kualitas tenaga kerja untuk menjawab kebutuhan pasar tenaga kerja. Menurut
Allen (2016), satu dari setiap dua pekerja Indonesia dapat diklasifikasikan kurang memenuhi
32 syarat untuk Laporan
pekerjaan TAHUNAN Produktivitas
mereka. Upaya peningkatandan Daya Saing
ketersediaan Indonesia
lapangan kerja2020
harus
diselaraskan dengan peningkatan kualitas tenaga kerja.
Dalam laporan The Future of Jobs 2020, diperkirakan dalam lima tahun mendatang 85 juta
lapangan pekerjaan lama akan hilang dan disertai oleh munculnya 97 juta pekerjaan baru di
tingkat global. Kondisi ini merupakan dampak dari revolusi industri 4.0 yang diakselerasi oleh
melawan korupsi. Peringkat CPI 2019 Indonesia adalah 85 dari 180 negara. Posisi
Indonesia saat ini masih di bawah Singapura, Brunei Darusalam, dan Malaysia.
Indonesia masih termasuk dalam 2/3 negara dengan skor di bawah 50, serta
negara dengan capaian di bawah rata-rata skor 180 negara (rata-rata 43).
Selain birokrasi dan korupsi, salah satu tantangan utama yang harus diatasi
adalah peningkatan kualitas tenaga kerja untuk menjawab kebutuhan pasar
tenaga kerja. Menurut Allen (2016), satu dari setiap dua pekerja Indonesia
dapat diklasifikasikan kurang memenuhi syarat untuk pekerjaan mereka. Upaya
peningkatan ketersediaan lapangan kerja harus diselaraskan dengan peningkatan
kualitas tenaga kerja.
Dalam laporan The Future of Jobs 2020, diperkirakan dalam lima tahun
mendatang 85 juta lapangan pekerjaan lama akan hilang dan disertai oleh
munculnya 97 juta pekerjaan baru di tingkat global. Kondisi ini merupakan
dampak dari revolusi industri 4.0 yang diakselerasi oleh terjadinya pandemi
Covid-19. Kesiapan untuk melakukan transisi ke pekerjaan baru membutuhkan
adanya reskilling dan upskilling tenaga kerja. Sekitar 50 persen tenaga kerja akan
membutuhkan reskilling, dengan perubahan sekitar 40 persen pada core skills.
GambarGambar
4.3. Tingkat Pendidikan
4.3. Tingkat Angkatan
Pendidikan Angkatan Kerja danTenaga
Kerja dan Tenaga Kerja
Kerja Indonesia,
Indonesia, Agustus
Agustus 2019 2019
Gambar 4.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Tingkat Pendidikan (Persen),
24% SMA 25%
SMA
18%
19% SMP SMP
18% 18%
Sementara itu, TPT dengan pendidikan SMK, D1-D3, D4/S1, dan S2 mencapai
Sumber: BPS, Sakernas bulan Agustus 2019
38,06 persen dari total TPT sebesar 5,28 persen di tahun 2019. Meskipun masih
relatif itu,
Sementara tinggi,
TPT TPT dengan
dengan pendidikan
pendidikan SMK, SMK,
D1-D3, D1-D3,
D4/S1,D4/S1,
dan S2dan S2 tahun
mencapai 2019persen
38,06
mengalami
dari total TPT sebesarpenurunan dari tahun
5,28 persen sebelumnya
di tahun yang mencapai
2019. Meskipun 38,31tinggi,
masih relatif persen dari
TPT dengan
pendidikan SMK,
total TPT. D1-D3, D4/S1,
Banyaknya dan S2 tahun
pengangguran terdidik2019 mengalami penurunan
mengindikasikan dari tahun
ketidaksesuaian
sebelumnya yang mencapai
antara supply 38,31
tenaga kerja danpersen dari total
kebutuhan pasarTPT.
kerja.Banyaknya pengangguran
Untuk menurunkan terdidik
tingkat
mengindikasikan
pengangguran terdidik, peningkatan keselarasan antara dunia pendidikan dankerja.
ketidaksesuaian antara supply tenaga kerja dan kebutuhan pasar
Untuk menurunkan tingkat pengangguran terdidik, peningkatan keselarasan antara dunia
kebutuhan pasar tenaga kerja sangat dibutuhkan. Gambar 4.4 menunjukkan TPT
pendidikan dan kebutuhan pasar tenaga kerja sangat dibutuhkan. Gambar 4.4 menunjukkan
menuruttingkat
TPT menurut tingkatpendidikan
pendidikan bulan
bulan Agustus
Agustus 2019.
2019.
Gambar 4.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Tingkat
Gambar 4.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Tingkat Pendidikan (Persen),
Pendidikan Agustus
(Persen), Agustus 2019
2019
12
10.42
10
7.92
8
5.99 5.67
6
4.75
4
2.41
2
0
≤ SD SMP SMA SMK Diploma I/II/III Universitas
Gambar
Gambar4.5.
4.5.Korelasi
Korelasi antara IPM
IPMdan
danDaya
DayaSaing
SaingWilayah
Wilayah
Sumber: WEF
Sumber: WEF2019
2019
Sumber: WEF 2019
Selain dari sisi kualitas, kuantitas tenaga kerja Indonesia saat ini tengah berada pada periode
Selain
emas. dariSelain
Bonus sisi dari sisi
kualitas,
demografi yang
kualitas,tenaga
kuantitas kuantitas
tengah terjadi
tenaga kerja
kerjadiIndonesia
Indonesiasaat
Indonesia
ini tengah
menjadi
saat inipada
berada
peluang
tengah
periode
yang menjanjikan
berada
emas. pada
Bonus demografi periode emas. Bonus demografi yang tengah terjadi di Indonesia
dalam penyediaan tenagayangkerjatengah terjadi di Indonesia
yang produktif. menjadi peluang
Bonus demografi yang menjanjikan
akan menciptakan jendela
menjadi
dalam penyediaan peluang
tenaga yang
kerjamenjanjikan
yang produktif. dalam
Bonuspenyediaan
demografi akan tenaga kerja yang
menciptakan jendela
peluang (window of opportunity) ketika angka beban ketergantungan berada pada titik
produktif.
peluang (window Bonus demografi ketika
of opportunity) akan menciptakan jendela peluangberada
angka beban ketergantungan (windowpadaoftitik
terendah. Kondisi ini diperkirakan akan terjadi pada periode tahun 2020-2030 (Adioetomo,
terendah. Kondisi ketika
opportunity) ini diperkirakan
angka beban akan terjadi pada periode
ketergantungan tahunpada
berada 2020-2030 (Adioetomo,
titik terendah.
2005). Bonus
2005). Bonus demografi yang
yangterkelola dengan baik akan
akanmenghasilkan
menghasilkanangkatan
angkatan kerja yang
Kondisi inidemografi
diperkirakan terkelola
akan dengan
terjadi padabaikperiode tahun kerja
2020-2030 (Adioetomo, yang
dapat menjadi
dapat menjadi penggerak
penggerak daya saing
dayayang Indonesia.
saingterkelola
Indonesia. Peningkatanjumlah
Peningkatan jumlahangkatan
angkatan kerja
kerja Indonesia
Indonesia
2005). Bonus demografi dengan baik akan menghasilkan angkatan
tahun 2010
tahun 2010- 2019
- 2019ditunjukkan
ditunjukkan pada Gambar 4.7.
kerja yang dapat menjadipada Gambardaya
penggerak 4.7. saing Indonesia. Peningkatan jumlah
angkatan kerja Indonesia
Gambar
Gambar 4.7. tahun
Jumlah2010
4.7.Jumlah - 2019
Angkatan
Angkatan ditunjukkan
Kerja
Kerja pada Gambar 4.7.
Indonesia,2010-2019
Indonesia, 2010-2019
(Juta
(Juta
Gambar 4.7. Jumlah Angkatan Orang)
Orang)
Kerja Indonesia, 2010-2019 (Juta Orang)
135135
133.56
133.56
130 131.01
130 131.01
128.06
125 128.06
125 125.44
125.44
122.38
120 121.87
120 120.17 121.87 122.38
119.15 120.17
115 116.53 116 119.15
115 116.53 116
110
110 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sumber:Sumber: BPS,bulan
BPS, Sakernas Sakernas
Agustusbulan Agustus 2010-2019
2010-2019
Upaya pemerintah
Sumber:dalam memanfaatkan
BPS, Sakernas dan
bulan Agustus mengelola peluang dan potensi yang ada, salah
2010-2019
satunya adalah dengan meningkatkan kompetensi
Upaya pemerintah dalam memanfaatkan dan mengelola tenaga peluang
kerja melalui
dan Diklat
potensiVokasi
yangBerbasis
ada, salah
Kompetensi
36 dengan acuan
Laporan Kerangka
TAHUNAN Kualifikasi Nasional
Produktivitas Indonesia
dan Daya (KKNI
Saing dan SKKNI).
Indonesia Kegiatan
2020
satunya adalah dengan meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui Diklat Vokasi Berbasis
diklat ini mencakup Akademi/Politeknik/Program Diploma, Sekolah Menengah Kejuruan
Kompetensi dengan acuan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI dan SKKNI). Kegiatan
diklat ini mencakup Akademi/Politeknik/Program Diploma, Sekolah Menengah Kejuruan
Upaya pemerintah dalam memanfaatkan dan mengelola peluang dan potensi
yang ada, salah satunya adalah dengan meningkatkan kompetensi tenaga kerja
melalui Diklat Vokasi Berbasis Kompetensi dengan acuan Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI dan SKKNI). Kegiatan diklat ini mencakup Akademi/
Politeknik/Program Diploma, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Lembaga
Pelatihan Kerja (seperti BLK/LPK/LKP), dan Lembaga Pelatihan Kerja Perusahaan
dan Pemagangan. Pengendalian mutu pada kegiatan tersebut dilakukan melalui
akreditasi. Akreditasi dilaksanakan di bawah Badan Nasional Sertifiksi Profesi
(BNSP),
(SMK), dimanaPelatihan
Lembaga pelaksanaannya dilakukan
Kerja (seperti oleh Lembaga
BLK/LPK/LKP), dan Sertifikasi Profesi (LSP)
Lembaga Pelatihan Kerja
dengan berdasar
Perusahaan pada KKNI
dan Pemagangan. dan SKKNI. mutu pada kegiatan tersebut dilakukan melalui
Pengendalian
akreditasi. Akreditasi dilaksanakan di bawah Badan Nasional Sertifiksi Profesi (BNSP), dimana
Revitalisasi
pelaksanaannya SMK merupakan
dilakukan salah
oleh Lembaga satu contoh
Sertifikasi Profesiimplementasi kegiatanpada
(LSP) dengan berdasar di atas.
KKNI
Sebagai
dan SKKNI. lembaga vokasi yang lulusannya memang diperuntukkan agar mampu
langsung SMK
Revitalisasi memasuki lapangan
merupakan salah pekerjaan,
satu contohSMK mendapatkegiatan
implementasi perhatian seriusSebagai
di atas. dari
pemerintah.
lembaga Job Matching
vokasi yang lulusannya menjadi
memang salah satu program
diperuntukkan dalamlangsung
agar mampu revitalisasi ini.
memasuki
lapangan pekerjaan, SMK mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Program ini bertujuan untuk memperkecil bahkan menghilangkan mismatch Job Matching menjadi
salah satubidang
antara programkeahlian
dalam revitalisasi
lulusan ini.SMKProgram
dengan ini bertujuan
kebutuhan untuk memperkecil
pasar bahkan
tenaga kerja.
menghilangkan mismatch antara bidang keahlian lulusan SMK dengan kebutuhan pasar
Sementara
tenaga itu dari sisiitu
kerja. Sementara jumlah, sejak
dari sisi tahun
jumlah, 2016
sejak hingga
tahun 20162019 jumlah
hingga 2019 lulusan SMK
jumlah lulusan
terus
SMK mengalami
terus mengalamipeningkatan.
peningkatan.
Gambar
Gambar4.8.
4.8.Perkembangan
PerkembanganJumlah
Jumlah Lulusan SMK, 2013-2019
Lulusan SMK, 2013-2019
Sumber:
Sumber: BPSStatistik
BPS dan dan SMK Statistik SMK
Kemendikbud Kemendikbud
Contoh lain bentuk implementasi Diklat Vokasi Berbasis Kompetensi adalah dengan
Contoh
optimalisasi lain bentuk Balai
pemberdayaan implementasi Diklat
Latihan Kerja Vokasi
(BLK). Berbasis
Upaya Kompetensi
ini tercermin adalah
dari Keputusan
Menteri Ketenagakerjaan Nomor 23 Tahun 2017. Keputusan ini memuat tentang
dengan optimalisasi pemberdayaan Balai Latihan Kerja (BLK). Upaya ini tercermin Reorientasi,
Revitalisasi, dan Rebranding (3R) Balai Latihan Kerja di Balai Besar Pengembangan Latihan
dari Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 23 Tahun 2017. Keputusan ini
Kerja yang merupakan pusat pengembangan kejuruan. Hingga tahun 2019 program 3R ini
memuat
telah tentang Reorientasi,
diimplementasikan bergulir. dan Rebranding (3R) Balai Latihan Kerja di
dan terusRevitalisasi,
Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja yang merupakan pusat pengembangan
Program peningkatan kompetensi tenaga kerja memegang peranan penting, utamanya dalam
membangun, reskilling, serta meningkatkan kemampuan tenaga kerja sehingga mampu
menghadapi tantangan pasar tenaga kerja ke depan. Diantara berbagai kompetensi tenaga
kerja yang perlu ditingkatkan, kemampuan berusaha dan entrepreneurs menjadi dua
Laporan
kemampuan yangTAHUNAN
mendapat Produktivitas dan Daya
perhatian lebih. Dengan Saing Indonesia
meningkatnya 2020berusaha 37
kemampuan
dan entrepreneurs akan meningkatkan inovasi, produktivitas, serta meningkatkan
ketersediaan lapangan kerja. Peningkatan kesempatan kerja menjadi salah satu indikasi
meningkatnya ketersediaan lapagan kerja. Gambar 4.9 menunjukkan tingkat kesempatan
kerja di Indonesia dari tahun 2012 hingga 2019. Peningkatan kesempatan kerja di beberapa
kejuruan. Hingga tahun 2019 program 3R ini telah diimplementasikan dan terus
bergulir.
Sumber: BPS
Sumber: BPS
Sumber: BPS,
Sumber: BPS,Sakernas
Sakernas(diolah Heryanah
(diolah 2015) 2015)
Heryanah
Bonus demografi Indonesia yang diperkirakan akan berakhir pada tahun 2035 secara umum
menurunkan Bonus
rasiodemografi Indonesia
ketergantungan yang diperkirakan
penduduk akanKetika
(UNFPA, 2014). berakhir
rasiopada tahun
ketergantungan
2035
dipecah secara kelompok
ke dalam umum menurunkan rasio ketergantungan
umur, rasio ketergantungan pendudukpenduduk
muda (usia(UNFPA,
0-14 tahun)
menurun
2014).secara
Ketikasignifikan dari 43 persen dipecah
rasio ketergantungan di tahun ke
2010 menjadi
dalam 31,7 persen
kelompok umur,pada
rasio2035.
Namun,
ketergantungan penduduk muda (usia 0-14 tahun) menurun secara signifikan dari
rasio ketergantungan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas) justru meningkat
7,5 persen pada tahun 2010 hingga mencapai 15 persen pada 2035 (Heryanah, 2015). Gambar
dari 43 persen di tahun 2010 menjadi 31,7 persen pada 2035. Namun, rasio
5.2 menunjukkan rasio ketergantungan penduduk usia muda dan tua, tahun 2010-2035.
ketergantungan
Peningkatan penduduk lanjut
rasio ketergantungan usia (65 tahun
penduduk ke atas)
usia tua justru
selaras meningkat
dengan dariproporsi
proyeksi 7,5
persen
penduduk pada65tahun
umur tahun2010 hingga
ke atas mencapai
tahun 15 persen pada 2035 (Heryanah, 2015).
2010-2035.
Gambar 5.2 menunjukkan rasio ketergantungan penduduk usia muda dan tua,
tahun 2010-2035. Peningkatan rasio ketergantungan penduduk usia tua selaras
dengan proyeksi proporsi penduduk umur 65 tahun ke atas tahun 2010-2035.
Gambar 5.2. Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua, 2010-2035
Gambar 5.2. Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua, 2010-2035
50
45 43.00
40 38.50 38.08 37.62 37.17 36.70 36.20
35
31.70
30
25
20
15 15.60
9.20 9.50 9.85 10.24 10.63 11.00
10 7.50
5
0
2010 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2035
Indonesia saat ini berada pada tahap awal masa transisi struktur demografi
Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (diolah Heryanah 2015)
penduduk, dari populasi produktif ke populasi yang menua. Selain sebagai akibat
Indonesia saat ini berada pada tahap awal masa transisi struktur demografi penduduk, dari
dari bonus demografi yang terjadi saat ini, meningkatnya jumlah penduduk usia
populasi produktif ke populasi yang menua. Selain sebagai akibat dari bonus demografi yang
tua di tahun-tahun mendatang tidak terlepas dari meningkatnya umur harapan
terjadi saat ini, meningkatnya jumlah penduduk usia tua di tahun-tahun mendatang tidak
terlepas hidup dan menurunnya fertilitas penduduk Indonesia. Seperti ditunjukkan
dari meningkatnya umur harapan hidup dan menurunnya fertilitas penduduk
Indonesia. Seperti ditunjukkan harapan
pada Gambar 5.3, umur hidup penduduk
pada Gambar 5.3, umurterus meningkat
harapan hidupdari tahun terus
penduduk
meningkat 2010darihingga
tahun2019.
2010Beberapa faktor Beberapa
hingga 2019. penyebabfaktor
peningkatan
penyebabumur harapan umur
peningkatan
harapan hidup
hiduppenduduk
pendudukIndonesia antara
Indonesia lain turunnya
antara kemiskinan,
lain turunnya kemudahan
kemiskinan, akses akses
kemudahan
fasilitas dan tenaga
fasilitas dankesehatan, serta meningkatnya
tenaga kesehatan, pengetahuan
serta meningkatnya dan budaya
pengetahuan hidup sehat.
dan budaya
hidup sehat.
Gambar 5.3. Umur Harapan Hidup Penduduk Indonesia, 2010-2019
Gambar 5.3. Umur Harapan Hidup(Tahun)
Penduduk Indonesia, 2010-2019 (Tahun)
71.50 71.34
71.20
71.06
70.90
71.00 70.78
70.59
70.40
70.50
70.20
70.01
70.00 69.81
69.50
69.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: BPS
Sumber: BPS
Hal serupa mengenai usia harapan hidup penduduk Indonesia juga disampaikan oleh Asian
DevelopmentHal Bank (ADB)mengenai
serupa tahun 2019.
usia Pada tahun
harapan 1960penduduk
hidup umur harapan hidupjuga
Indonesia penduduk
Indonesiadisampaikan
relatif rendah.
oleh Namun, pertumbuhan
Asian Development Bankumur
(ADB)harapan hidup
tahun 2019. Indonesia
Pada sejak tahun
tahun 1960
1960 hingga
umur2017 relatif
harapan tinggi
hidup di antaraIndonesia
penduduk beberapa negara,
relatif seperti
rendah. ditunjukkan
Namun, pada gambar
pertumbuhan
5.4. umur harapan hidup Indonesia sejak tahun 1960 hingga 2017 relatif tinggi di
antara beberapa negara, seperti ditunjukkan pada gambar 5.4.
Pada tahun 2010, WHO memperkirakan bahwa sekitar 8 persen atau sekitar
524 juta penduduk dunia memiliki usia 65 tahun ke atas (lansia). Jumlah tersebut
diperkirakan akan mendekati tiga kali lipat di tahun 2050, yaitu sekitar 1,5 miliar
orang. Gambar 5.5 menunjukkan pergerakan penduduk dunia usia di bawah lima
tahun dan 65 tahun ke atas dari tahun 1950-2050. Negara-negara di dunia tengah
bersiap menghadapi terjadinya penuaan populasi, sementara beberapa negara
lain sedang atau telah melewati fase penuaan populasi ini.
Gambar
Gambar 5.5.5.5. PendudukDunia
Penduduk DuniaUsia
Usia Di
Di Bawah
BawahLima
LimaTahun
Tahundan 65 65
dan Tahun Ke Atas
Tahun Ke Atas
Tahun 1950-2050
Tahun 1950-2050
Sumber:
Sumber: PBB, WorldPopulation
PBB, World Population Prospects:
Prospects: The The
20102010 Revision
Revision
Indonesia menjadi salah satu negara yang mulai memasuki tahap awal penuaan populasi.
Indonesia menjadi salah satu negara yang mulai memasuki tahap awal
Seperti ditunjukkan pada Gambar 5.6, terjadi pergeseran komposisi penduduk Indonesia
penuaan
sejak tahun populasi.
2010 hingga Seperti ditunjukkan
2035. Penuaan pada yang
populasi Gambar 5.6, mulai
sudah terjaditerjadi
pergeseran
di Indonesia
komposisi penduduk Indonesia sejak tahun 2010 hingga 2035. Penuaan populasi
menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa ini di masa mendatang. Beberapa tantangan akan
munculyang sudahdampak
sebagai mulai terjadi di Indonesia
dari penuaan menjadi tantangan
penduduk dan tenagatersendiri bagi bangsa
kerja, seperti peningkatan
ini di masa mendatang. Beberapa tantangan akan muncul sebagai
pengeluaran pemerintah untuk perlindungan sosial dan kesehatan, peningkatan beban dampak
dari penuaan
ketergantungan, pendudukpertumbuhan
menurunnya dan tenaga kerja,
ekonomiseperti
dan peningkatan
produktivitas,pengeluaran
serta peningkatan
disabilitas (Huang, untuk
pemerintah 2019 perlindungan
dan WHO). Berbagai
sosial dantantangan
kesehatan,yang akan terjadi
peningkatan bebantersebut
diharapkan dapat diantisipasi
ketergantungan, sedini mungkin.
menurunnya pertumbuhan ekonomi dan produktivitas, serta
peningkatan disabilitas (Huang, 2019 dan WHO). Berbagai tantangan yang akan
Gambar 5.6. Komposisi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035
terjadi tersebut diharapkan dapat diantisipasi sedini mungkin.
(Juta Jiwa)
Gambar5.6.
Gambar 5.6. Komposisi
Komposisi Penduduk
Penduduk Indonesia
Indonesia Tahun 2010-2035
Tahun 2010-2035 (Juta Jiwa)
(Juta Jiwa)
Sumber:
Sumber: Proyeksi
Proyeksi Penduduk
Penduduk Indonesia
Indonesia 2010-2035(diolah
2010-2035 (diolah Heryanah
Heryanah 2015)
2015)
Peningkatan jumlah penduduk usia tua yang tidak terkelola dengan baik,
akan semakin menambah beban keuangan negara ke depan. Pengeluaran
anggaran pemerintah untuk memberikan manfaat sosial bagi penduduk usia tua
akan semakin bertambah, sementara pendapatan pajak berpotensi berkurang
akibat menurunnya produktivitas tenaga kerja.
Estimasi penduduk lansia yang bekerja pada tahun 2036 adalah sekitar
11 persen dari total pasar tenaga kerja (BPS, 2019). Pemberdayaan tenaga
kerja lansia untuk tetap produktif akan membantu menurunkan angka
ketergantungan. Meningkatnya angka ketergantungan dan menurunnya support
ratio (perbandingan antara penduduk usia produktif dan lansia) merupakan salah
satu dampak dari penuaan populasi yang tidak terkelola dengan baik.
Berdasarkan analisis isu terkini 2019 yang dilakukan BPS, pada tahun 2035
diperkirakan setiap 6 orang penduduk usia produktif akan menanggung 1 orang
lansia. Apabila kebijakan yang diambil tidak memperhatikan struktur lapangan
pekerjaan, peningkatan keterampilan, dan jaminan sosial yang memadai untuk
lansia, kondisi di masa mendatang dikhawatirkan akan semakin membebani
penduduk usia produktif. Gambar 5.7 menunjukkan support ratio Indonesia 1971-
2035 (UNFPA, 2014).
Sumber:UNFPA
Sumber: UNFPA (2014)
(2014)
Sumber: UNFPA (2014)
Kepemilikan jaminan hari tua dan jaminan pensiun menjadi salah satu hal penting dalam
Kepemilikan jaminan
upaya penurunan hari tua
Kepemilikan
tingkat dan hari
jaminan jaminan
tua danpensiun
ketergantungan. jaminan menjadi
Data salah salah
pensiun menjadi
BPS dari hasil Sakernassatu halmenunjukkan
satu
2018 penting dalam
hal
upaya penurunan
bahwa
penting tingkat ketergantungan.
dalam upaya
pekerja/buruh/karyawan
penurunan Data
tingkat
umur 40-59 BPSyang
darimemiliki
hasil Sakernas
ketergantungan.
tahun
Data BPS 2018tuamenunjukkan
dari
jaminan hari
hasil
dan/atau
bahwa Sakernas 2018 menunjukkan
pekerja/buruh/karyawan umur bahwa
40-59pekerja/buruh/karyawan
tahun yang memiliki umur 40-59
jaminan tahuntua dan/atau
hari
jaminan pensiun yang disediakan oleh perusahaan hanya sekitar 30 persen (Gambar 5.8).
yang memiliki jaminan hari tua dan/atau jaminan pensiun yang disediakan oleh
jaminan
Denganpensiun yang
demikian, disediakan oleh
buruh/karyawan yangperusahaan
akan menjadihanya
lansiasekitar 30 persen
pada tahun 2035 masih(Gambar
banyak5.8).
perusahaan hanya sekitar 30 persen (Gambar 5.8). Dengan demikian, buruh/
Dengan
yang demikian, buruh/karyawan
belum memiliki yang akan
jaminan penghasilan menjadi
di masa lansia padakepemilikan
tua. Rendahnya tahun 2035jaminan
masih banyak
hari
karyawan yang akan menjadi lansia pada tahun 2035 masih banyak yang belum
yangtuabelum
dan/atau jaminan
memiliki pensiun
jaminan akan berdampak
penghasilan di masapada
tua. tingginya
Rendahnya tingkat ketergantungan
kepemilikan
memiliki jaminan penghasilan di masa tua. Rendahnya kepemilikan jaminan
jaminandihari
tua masa mendatang.
dan/atau jaminan
hari pensiun
tua dan/atau akanpensiun
jaminan berdampak pada tingginya
akan berdampak tingkat ketergantungan
pada tingginya tingkat di
masa mendatang.
Gambar 5.8. Persentase
ketergantungan diPekerja/Buruh/Karyawan
masa mendatang. Umur 40-59 Tahun Dengan Kepemilikan
Jaminan Hari Tua dan/atau Jaminan Pensiun yang Disediakan oleh Perusahaan, 2018
Gambar 5.8. Persentase
Gambar Pekerja/Buruh/Karyawan
5.8. Persentase Umur
Pekerja/Buruh/Karyawan Umur 40-59
40-59 TahunTahun
DenganDengan Kepemilikan
Kepemilikan
Jaminan Hari TuaHari
Jaminan dan/atau Jaminan
Tua dan/atau Pensiun
Jaminan yangDisediakan
Pensiun yang Disediakan oleh Perusahaan,
oleh Perusahaan, 2018 2018
1. Pada tahun 2019, posisi daya saing Indonesia di tataran global berada
pada peringkat 50 dari 141 negara. Nilai indeks daya saing Indonesia pada
2019 turun sebesar 0,3 poin atau turun lima peringkat dibandingkan tahun
sebelumnya. Skor yang tinggi yang dicapai Indonesia dalam Indeks Daya
Saing Global adalah pada pilar ukuran pasar dan pilar stabilitas ekonomi
makro. Sementara itu, capaian terendah terjadi pada pilar kapabilitas inovasi
dan pilar adaptasi teknologi informasi dan komunikasi.
2. Indonesia juga memiliki tantangan tantangan dalam hal inovasi dan daya
saing digital. Berdasarkan Global Innovation Index (GII) 2020 Indonesia
menempati uruta ke-85 dari 131 negara. Peringkat ini tidak berubah sejak
2018, meskipun capaian Indonesia dalam GII termasuk dalam 10 besar
terbaik untuk kelompok negara dengan penghasilan menengah ke bawah.
3. Dari sisi tenaga kerja, daya saing tenaga kerja Indonesia pada tataran global
juga terlihat melemah di tahun 2019. Berdasarkan release GCI 4.0 tahun 2019,
daya saing pilar pasar tenaga kerja Indonesia menempati peringkat 85 dari
141 negara atau menurun tiga peringkat dari tahun sebelumnya. Kondisi ini
mencerminkan belum optimalnya kontribusi pasar tenaga kerja bagi daya
saing Indonesia. Sementara itu, berdasarkan laporan Asian Productivity
Organization (APO) tahun 2019, produktivitas tenaga kerja dan produktivitas
jam kerja Indonesia menempati peringkat 11 dari 20 negara-negara di Asia
yang tergabung dalam APO. Dalam lingkup ASEAN, produktivitas tenaga
kerja dan jam kerja Indonesia berada pada peringkat empat dari delapan
negara anggota, berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand,
sedangakan tingkat pengangguran Indonesia di level ASEAN menempati
peringkat kedua setelah Brunei Darussalam.
4. Selanjutnya, terkait gambaran daya saing tenaga kerja di level provinsi dapat
ditinjau dari Indeks Daya Saing Tenaga Kerja menurut provinsi yang dibangun
Selain poin-poin tersebut, saat ini produktifitas dan daya saing tenaga kerja
juga mengalami tantangan masih berlanjutnya pandemi Covid-19 hingga waktu
yang belum bisa ditentukan. Pandemi Covid-19 yang telah merubah banyak
menimbulkan tekanan masalah kesehatan, ekonomi, dan sosial ini secara umum
membawa berpengaruh negatif terhadap produktifitas dan daya saing tenaga
kerja, utamanya pada kegiatan usaha atau daerah yang memiliki risiko dan tingkat
penyebaran yang tinggi, sehingga karenanya diperlukan kebijakan yang tepat
dan terukur agar pengaruh negatif ini dapat diminimalisir dan dipulihkan segera.
Tabel data IPM 2017 & 2019, Indeks Daya Saing Wilayah 2017 & 2018,
dan PDRB 2019 (ADHK 2010=100)
Indeks Indeks
PDRB 2019
IPM IPM Daya Saing Daya Saing
Provinsi ADHK 2010 =100
2019 2017 Wilayah Wilayah
(Juta Rupiah)
2018 2017
Aceh 71,90 70,6 -0,35 -0,526 132.087.462,20
Sumatera Utara 71,74 70,57 -0,30 -0,304 539.526.595,25
Sumatera Barat 72,39 71,24 -0,60 -0,018 172.320.500,99
Riau 73,00 71,79 0,06 -0,093 495.845.906,34
Jambi 71,26 69,99 -0,56 -0,296 149.264.615,38
Sumatera Selatan 70,02 68,86 -0,24 -0,46 315.622.619,36
Bengkulu 71,21 69,95 -0,92 -0,595 46.362.327,16
Lampung 69,57 68,25 0,14 0,061 244.436.794,49
Bangka-Belitung 71,30 69,99 -0,74 -0,403 53.951.052,13
Kepulauan Riau 75,48 74,45 0,28 0,399 182.183.728,59
DKI Jakarta 80,76 80,06 3,15 3,459 1.838.500.708,45
Jawa Barat 72,03 70,69 1,55 0,946 1.491.705.807,48
Jawa Tengah 71,73 70,52 1,36 1,035 992.105.788,08
D I Yogyakarta 79,99 78,89 0,50 0,423 104.489.706,37
Jawa Timur 71,50 70,27 2,45 1,723 1.650.143.150,60
Banten 72,44 71,42 0,13 0,741 458.022.712,33
Bali 75,38 74,3 0,40 0,687 162.783.940,20
Nusa Tenggara Barat 68,14 66,58 -0,43 -0,582 94.014.743,09
Nusa Tenggara Timur 65,23 63,73 -1,11 -1,238 69.372.469,35
Kalimantan Barat 67,65 66,26 -0,82 -0,308 137.121.182,17
Kalimantan Tengah 70,91 69,79 0,00 0,09 100.428.666,02
Kalimantan Selatan 70,72 69,65 0,43 0,318 133.317.865,77
Kalimantan Timur 76,61 75,12 1,32 1,303 486.977.181,13
Kalimantan Utara 71,15 0 -0,35 0 61.834.580,04
Sulawesi Utara 72,99 71,66 -0,01 -0,27 89.028.050,78
Tabel data Jumlah Kasus Korupsi 2017, Produktivitas Tenaga Kerja 2017 & 2019, dan PMA 2019