Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN TAHUNAN

DIREKTORAT BINA PRODUKTIVITAS


DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS
PRODUKTIVITAS DAN
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 51, Lantai 6B, Jakarta Selatan DAYA SAING
Telp. (021) 52963356, Fax. (021) 52963356
http://produktivitas.kemnaker.go.id INDONESIA 2020
LAPORAN TAHUNAN
PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING
INDONESIA 2020
b Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020
KATA PENGANTAR

Upaya peningkatan produktivitas yang optimum dan berkelanjutan


membutuhkan informasi yang berkualitas, baik untuk perencanaan,
pengendalian, maupun evaluasi capaian program pembangunan. Untuk
mewujudkan hal tersebut, Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia
melalui Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas menyusun
buku Laporan Produktivitas dan Daya Saing Indonesia.

Penyusunan buku ini bertujuan untuk menyediakan data dan informasi


yang dibutuhkan dalam melakukan evaluasi dan penyusunan strategi dalam
upaya untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia.
Buku ini memuat data dan informasi singkat tentang capaian, peluang, serta
tantangan dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing tenaga kerja
Indonesia, seperti capaian daya saing Indonesia di tataran global, daya saing
tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, serta tantangan penuaan penduduk di
masa mendatang.

Saat ini tenaga kerja Indonesia tengah menghadapi persaingan digital


sebagai dampak dari era revolusi industri 4.0. Di sisi lain, bonus demografi
Indonesia yang diperkirakan akan mencapai puncaknya di tahun 2021 dan
2022 tengah dihadapkan pada tantangan pandemi Covid-19 yang kini melanda
dunia. Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, kerja sama yang baik
dari seluruh unsur, baik pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan, dan seluruh
masyarakat sangat dibutuhkan.

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 i


Kami menyampaikan terima kasih untuk semua pihak yang membantu
tersusunnya buku ini. Semoga upaya yang telah kita lakukan bersama, membawa
berkah dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang semakin produktif
dan semakin berdaya saing.

Jakarta, November 2020


Direktur Jenderal
Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas

BUDI HARTAWAN

ii Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................. iii

BAB 1 DAYA SAING INDONESIA DI TATARAN GLOBAL............................................... 1


1.1. Indonesia dalam daya saing global............................................................ 1
1.2. Daya saing digital dan inovasi Indonesia................................................. 3

BAB 2 DAYA SAING TENAGA KERJA INDONESIA.......................................................... 7


2.1. Tenaga kerja Indonesia di tataran global ................................................ 7
2.2. Daya saing tenaga kerja provinsi................................................................. 10

BAB 3 GAMBARAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDONESIA......................... 17


3.1. Produktivitas tenaga kerja nasional dan regional ................................ 17
3.2. Produktivitas tenaga kerja sektoral............................................................ 25

BAB 4 PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DALAM DAYA SAING INDONESIA........ 31


4.1 Tantangan peningkatan daya saing dan produktivitas tenaga
kerja Indonesia .................................................................................................. 31
4.2. Peluang dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja
Indonesia ............................................................................................................. 34

BAB 5 PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING TENAGA KERJA DALAM PENUAAN


PENDUDUK................................................................................................................... 39
5.1. Penuaan penduduk di Indonesia ............................................................... 39
5.2. Dampak penuaan penduduk pada pasar tenaga kerja dan
produktivitas ...................................................................................................... 43

PENUTUP .................................................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 53
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 57

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 iii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Capaian Indonesia dalam GCI, 2019.................................................. 2


Gambar 1.2. Pengeluaran Bisnis Untuk Kegiatan Penelitian dan
Pengembangan, 2019............................................................................ 4
Gambar 1.3. Capaian Indonesia Dalam IMD World Digital Competitiveness
Ranking 2020............................................................................................. 5
Gambar 2.1. Produktivitas per Jam Kerja di Beberapa Negara Asia yang
Tergabung dalam APO (US$), 2018................................................... 8
Gambar 2.2. Tingkat Pengangguran di Negara-Negara ASEAN, 2020
(persen)........................................................................................................ 8
Gambar 2.3. Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan
Gender 2010-2019................................................................................... 10
Gambar 2.4. Indeks Daya Saing Tenaga Kerja Provinsi Tahun 2018 dan
2019...............................................................................................................
13
Gambar 2.5. Korelasi Daya Saing Tenaga Kerja dengan IPM dan Daya Saing
Wilayah.........................................................................................................
15
Gambar 2.6. Korelasi Daya Saing Tenaga Kerja dengan PDRB dan PMA.......
16
Gambar 3.1. Produktivitas Tenaga Kerja dan Produktivitas ETK Tahun
2011-2019 (Juta Rupiah per Tenaga Kerja per Tahun)................
18
Gambar 3.2. Produktivitas Jam Kerja Tahun 2011-2019 (Rupiah per Tenaga
Kerja per Jam)............................................................................................
Gambar 3.3. Rata-rata Jam Kerja per Minggu Tahun 2011-2019...................... 19
Gambar 3.4. Produktivitas Tenaga Kerja menurut Provinsi Tahun 2018 dan 19
2019 (Juta Rupiah per Tenaga Kerja per Tahun)............................
Gambar 3.5. Korelasi Produktivitas Tenaga Kerja dengan Daya Saing 20
Tenaga Kerja Tahun 2019.......................................................................
Gambar 3.6. Produktivitas Tenaga Kerja dan Produktivitas ETK Provinsi 21
Tahun 2019 (Juta Rupiah per Tenaga Kerja per Tahun)..............
Gambar 3.7. Produktivitas Jam Kerja menurut Provinsi Tahun 2018 dan 22
2019 (Rupiah per Tenaga Kerja per Jam).........................................
Gambar 3.8. Tiga Kabupaten/Kota dengan Efisiensi Tenaga Kerja Tertinggi 23
Tahun 2019 (Juta Rupiah per Tenaga Kerja per Tahun) .............

iv Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


Gambar 3.9. Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha 24
Tahun 2019 (Juta Rupiah per Tenaga Kerja per Tahun) ................
Gambar 3.10. Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Kategori 26
Lapangan Usaha Tahun 2019 (Persen)..............................................
Gambar 3.11. Produktivitas Tenaga Kerja dan Produktivitas ETK Menurut 26
Kategori Lapangan Usaha Tahun 2019 (Juta Rupiah per
Tenaga Kerja per Tahun)........................................................................
Gambar 3.12. Produktivitas ETK dan Pertumbuhannya Menurut Kategori 27
Lapangan Usaha Tahun 2019...............................................................
Gambar 3.13. Produktivitas Jam Kerja dan Pertumbuhannya Menurut
28
Kategori Lapangan Usaha Tahun 2019.............................................
Gambar 3.14. Rata-rata Jam Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha
28
Tahun 2018 dan 2019.............................................................................
Gambar 4.1. Peringkat setiap indikator Ease of Doing Business Indonesia
2020............................................................................................................... 29
Gambar 4.2. Korelasi Antara Jumlah Kasus Korupsi dengan Daya Saing
Wilayah dan Produktivitas Tenaga Kerja ......................................... 31
Gambar 4.3. Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja
Indonesia, Agustus 2019....................................................................... 32
Gambar 4.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Tingkat
Pendidikan (Persen), Agustus 2019.................................................. 33
Gambar 4.5. Korelasi antara IPM dan Daya Saing Wilayah..................................
Gambar 4.6. Kecepatan Adaptasi Kerangka Hukum Terhadap Model Bisnis 34
Digital Beberapa Negara di Dunia...................................................... 35
Gambar 4.7. Jumlah Angkatan Kerja Indonesia, 2010-2019 (Juta Orang)....
Gambar 4.8. Perkembangan Jumlah Lulusan SMK, 2013-2019 ....................... 36
Gambar 4.9. Tingkat Kesempatan Kerja, 2012-2019 (Persen)............................ 36
Gambar 5.1. Proporsi Angkatan Kerja Menurut Umur di Indonesia, 37
2000-Februari 2018................................................................................. 38
Gambar 5.2. Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua, 2010-
2035...............................................................................................................
40
Gambar 5.3. Umur Harapan Hidup Penduduk Indonesia, 2010-2019
(Tahun).........................................................................................................
40
Gambar 5.4. Umur Harapan Hidup Penduduk di Beberapa Negara serta
Pertumbuhannya Tahun 1960-2017..................................................
Gambar 5.5. Penduduk Dunia Usia Di Bawah Lima Tahun dan 65 Tahun Ke 41
Atas Tahun 1950-2050............................................................................
Gambar 5.6. Komposisi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 (Juta Jiwa) 42
Gambar 5.7. Support Ratio Indonesia, 1971-2035.......................
Gambar 5.8. Persentase Pekerja/Buruh/Karyawan Umur 40-59 Tahun 43
Dengan Kepemilikan Jaminan Hari Tua dan/atau Jaminan
Pensiun yang Disediakan oleh Perusahaan, 2018........................ 44

46
Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perubahan skor dan peringkat GEI Beberapa Negara 2018-
2019 ............................................................................................................. 9
Tabel 2.2. Dimensi dan Indikator Indeks Daya Saing Tenaga Kerja
Indonesia .................................................................................................... 12
Tabel 2.3 Indeks Daya Saing Tenaga Kerja Provinsi Tahun 2018 dan
2019 ......................................................................................................... 14
Tabel data IPM 2017 & 2019, Indeks Daya Saing Wilayah 2017 & 2018, dan
PDRB 2019 (ADHK 2010=100) ................................................................................... 57
Tabel data Jumlah Kasus Korupsi 2017, Produktivitas Tenaga Kerja 2017 &
2019, dan PMA 2019..................................................................................................... 58

vi Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


BAB 1
DAYA SAING INDONESIA
DI TATARAN GLOBAL

1.1. Indonesia dalam daya saing global

Revolusi industri 4.0 telah menghadirkan peluang dan tantangan dalam


meningkatkan daya saing bangsa. Global Competitiveness Report 2019 yang
diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF) menyajikan informasi tentang
prospek ekonomi dalam era revolusi industri 4.0 dari 141 negara, termasuk
Indonesia. Global Competitiveness Report 2019 dirancang untuk memberikan
informasi tentang capaian, peluang, dan tantangan dalam peningkatan daya
saing suatu negara. Laporan ini memuat Global Competitiveness Index (GCI) 4.0
yang terdiri dari 12 pilar dan 103 indikator daya saing. Rentang penilaian setiap
komponen adalah 0 – 100, dimana 100 mewakili kondisi ideal.

Daya saing Indonesia menempati peringkat 50 dalam Global Competitiveness


Report 2019, turun lima peringkat dari tahun sebelumnya. Nilai indeks daya saing
Indonesia turun 0,3 point dibandingkan capaian 2018, menjadi 64,6. Skor ini
menunjukkan tidak ada perubahan signifikan pada kinerja daya saing Indonesia.
Posisi Indonesia di tingkat ASEAN menempati peringkat keempat, mengungguli
Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, Kamboja, Laos dan di belakang Singapura,
Malaysia, dan Thailand. Satu negara ASEAN, yaitu Myanmar, belum termasuk
dalam penghitungan daya saing GCI.

Berdasarkan pilar pembentuk GCI, capaian tertinggi yang diraih Indonesia


adalah Ukuran Pasar. Capaian ini selaras dengan jumlah penduduk Indonesia yang
menempati posisi empat dunia. Pilar ini menduduki peringkat 7 dari 141 negara
yang dicakup dalam penghitungan GCI, dengan skor 82,4. Capaian tersebut diikuti
oleh pilar Stabilitas Ekonomi Makro dengan peringkat 54 dengan skor 90,0. Kedua
pilar tersebut merupakan kekuatan utama daya saing Indonesia. Sementara itu,
dua pilar dengan capaian skor terendah adalah pilar Kapabilitas Inovasi dan
pilar Adopsi Teknologi Informasi dan Komunikasi. Kedua pilar ini membutuhkan
perhatian khusus, utamanya untuk kesiapan Indonesia menghadapi era revolusi
industri 4.0.

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 1


Capaian Indonesia dalam GCI 4.0 tahun 2019 selaras dengan berbagai laporan
dari berbagai lembaga internasional, seperti Ease of Doing Business, Global
Entrepreneurship Index, Global Innovation Index, IMD World Competitiveness Center.
Gambar 1.1 menunjukkan capain Indonesia dalam setiap pilar GCI. Setiap pilar
daya saing terbentuk dari kumpulan indikator, sehingga capaian setiap indikator
akan berpengaruh pada capaian setiap pilar. Berikut adalah lima indikator daya
saing Indonesia dengan capaian peringkat tertinggi:
1. Inflasi, menempati peringkat pertama bersama 87 negara lainnya
2. Gap kredit, menempati peringkat pertama bersama 97 negara lainnya
3. Konektivitas bandar udara, menempati peringkat lima
4. Tingkat kematian karena tindak pidana pembunuhan per 100.000 populasi,
menempati peringkat enam
5. Produk domestik bruto PPP, menempati peringkat tujuh

Gambar 1.1. Capaian


Gambar Indonesia
1.1. Capaian dalam
Indonesia dalam GCI, 2019
GCI, 2019

Sumber: WEF 2019

Sumber: WEF itu,


Sementara 2019sembilan indikator yang menjadi tantangan bagi daya saing Indonesia dengan
peringkat lebih besar dari 100 antara lain:
1. Persentase impor barang dan jasa terhadap PDB, menempati peringkat 126
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memulai bisnis, menempati peringkat 103
3. Aplikasi paten, menempati peringkat 101
4. Pengeluaran penelitian dan pengembangan, menempati peringkat 116
5. Kejadian terorisme, menempati peringkat 110
6. Kebebasan pers, menempati peringkat 101
7. Konektivitas jalan, menempati peringkat 109
2 8.
Laporan TAHUNAN Produktivitas
Pengguna internet, menempati peringkat 104
dan Daya Saing Indonesia 2020

9. Redudansi biaya tenaga kerja, menempati peringkat 136


Di balik berbagai tantangan yang dihadapi, Indonesia memiliki peluang besar untuk
meningkatkan daya saingnya. Salah satu peluang tersebut adalah dengan mengoptimalkan
Sementara itu, sembilan indikator yang menjadi tantangan bagi daya saing
Indonesia dengan peringkat lebih besar dari 100 antara lain:
1. Persentase impor barang dan jasa terhadap PDB, menempati peringkat 126
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memulai bisnis, menempati peringkat 103
3. Aplikasi paten, menempati peringkat 101
4. Pengeluaran penelitian dan pengembangan, menempati peringkat 116
5. Kejadian terorisme, menempati peringkat 110
6. Kebebasan pers, menempati peringkat 101
7. Konektivitas jalan, menempati peringkat 109
8. Pengguna internet, menempati peringkat 104
9. Redudansi biaya tenaga kerja, menempati peringkat 136

Di balik berbagai tantangan yang dihadapi, Indonesia memiliki peluang


besar untuk meningkatkan daya saingnya. Salah satu peluang tersebut adalah
dengan mengoptimalkan pemanfatan bonus demografi yang diperkirakan
terjadi sampai dengan tahun 2035.

1.2. Daya saing digital dan inovasi Indonesia

Dalam era revolusi industri 4.0, peran daya saing inovasi dan digital semakin
kuat dalam menopang daya saing suatu negara. Dalam Global Competitiveness
Report 2019, pilar kapabilitas inovasi Indonesia memiliki capaian skor terendah
(37,7) dan menempati peringkat terendah ke tiga diantara pilar-pilar penyusun
GCI. Sementara itu, pilar adopsi teknologi informasi dan komunikasi Indonesia
memiliki capaian skor terendah kedua (55,4) dan menempati peringkat terendah
keempat diantara pilar-pilar penyusun GCI.

Daya saing inovasi Indonesia dalam Global Innovation Index (GII) 2020
menempati peringkat 85 dari 131 negara yang tercakup dalam penghitungan.
Peringkat ini tidak mengalami perubahan sejak tahun 2018. Dari tujuh pilar
dalam penghitungan GII 2020, pilar Kemutakhiran Pasar Indonesia memiliki
capaian peringkat tertinggi (peringkat 62). Sementara itu, pilar dengan capaian
peringkat terendah ditempati oleh pilar Kemutakhiran Bisnis (peringkat 114).
Dalam pilar Kemutakhiran Bisnis, sub pilar dengan capaian peringkat terendah
adalah Pendidikan Tenaga Kerja, yaitu peringkat 125. Hal ini menunjukkan daya
saing tenaga kerja Indonesia dari sisi pendidikan masih relatif rendah. Selain itu,
sebagai salah satu negara besar, utamanya dari sisi GDP, pengeluaran Indonesia
untuk kegiatan penelitian dan pengembangan pada kegiatan bisnis baik regional
Asia dan dunia masih relatif rendah, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2 (GII,
2019).

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 3


(peringkat 114). Dalam pilar Kemutakhiran Bisnis, sub pilar dengan capaian peringkat
terendah adalah Pendidikan Tenaga Kerja, yaitu peringkat 125. Hal ini menunjukkan daya
saing tenaga kerja Indonesia dari sisi pendidikan masih relatif rendah. Selain itu, sebagai salah
satu negara besar, utamanya dari sisi GDP, pengeluaran Indonesia untuk kegiatan penelitian
dan pengembangan pada kegiatan bisnis baik regional Asia dan dunia masih relatif rendah,
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2 (GII, 2019).
Gambar
Gambar1.2.
1.2.Pengeluaran
PengeluaranBisnis
BisnisUntuk
UntukKegiatan
Kegiatan Penelitian
Penelitiandan
dan Pengembangan,
Pengembangan, 20192019

Sumber: GII 2019


Sumber: GII 2019

Secara keseluruhan, capaian peringkat sub pilar tertinggi Indonesia dalam


GII 2020 diraih oleh sub pilar Perdagangan, Kompetisi, & Skala Pasar (peringkat
8) dan peringkat terendah adalah sub pilar Regulasi (peringkat 130). Dari sisi
indikator, skala pasar domestik menjadi satu-satunya indikator yang termasuk
dalam peringkat 10 besar (peringkat 7). Sementara itu, indikator dengan
capaian peringkat terendah adalah redudansi biaya pemberhentian tenaga kerja
(peringkat 128).

Capaian Indonesia dalam GII 2020 termasuk 10 besar terbaik dalam kelompok
negara dengan penghasilan menengah ke bawah (peringkat 9). Namun, Indonesia
masih menghadapi berbagai tantangan di sisi inovasi, salah satu yang utama
adalah kemampuan dalam mengadopsi aplikasi teknologi informasi (GII 2019).
Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan daya saing bangsa dari sisi
pemanfaatan TIK. Upaya ini tercermin dari persentase produk domestik bruto

4 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


kerja (peringkat 128).
Capaian Indonesia dalam GII 2020 termasuk 10 besar terbaik dalam kelompok negara dengan
penghasilan menengah ke bawah (peringkat 9). Namun, Indonesia masih menghadapi
berbagai tantangan di sisi inovasi, salah satu yang utama adalah kemampuan dalam
mengadopsi aplikasi teknologi informasi (GII 2019). Pemerintah Indonesia terus berupaya
meningkatkan daya saing dalam
(PDB) yang digunakan bangsa meningkatkan
dari sisi pemanfaatan TIK. Upaya
pemanfaatan ini lunak,
piranti tercermin
sertadari
persentase produk
kreativitas dalam domestik bruto (PDB)
pemodelan yang digunakan
organisasi dan TIK. dalam
Keduameningkatkan
indikator inipemanfaatan
menjadi
piranti lunak, serta
penyumbang kreativitas
kekuatan dalam
inovasi pemodelan organisasi dan TIK. Kedua indikator ini
Indonesia.
menjadi penyumbang kekuatan inovasi Indonesia.
IMD World Digital Competitiveness Ranking 2020 mencatat daya saing Indonesia
IMD
dariWorld Digital Competitiveness
sisi implementasi Ranking 2020
digital menempati mencatat
peringkat 56 daya saing
dari 63 Indonesia
negara. dari sisi
Peringkat
implementasi digital mengalami
Indonesia tidak menempati peringkat
perubahan56 dari 63 negara. Peringkat
dibandingkan Indonesia tidak
tahun sebelumnya,
mengalami
serta masih perubahan
termasuk dibandingkan
dalam 10 tahunnegarasebelumnya, serta masih
dengan peringkat termasukDari
terendah. dalam
tiga10
negara dengan peringkat terendah. Dari tiga faktor pembentuk daya
faktor pembentuk daya saing digital, faktor Kesiapan Masa Depan mengalami saing digital, faktor
Kesiapan Masa Depan
peningkatan capaianmengalami
peringkatpeningkatan
dari tahuncapaian peringkat
sebelumnya, daridari
yaitu tahun sebelumnya
peringkat 58 ,
yaitu dari peringkat
menjadi 58 menjadi
48. Sementara 48. Sementara
itu, faktor itu, faktor
Pengetahuan danPengetahuan dan faktor
faktor Teknologi Teknologi
mengalami
mengalami
penurunan penurunan
peringkat peringkat dari sebelumnya.
dari tahun tahun sebelumnya.
GambarGambar 1.3 menunjukkan
1.3 menunjukkan capaian
capaian
Indonesia
Indonesiadalam
dalamIMDIMD
World Digital
World Competitiveness
Digital Ranking
Competitiveness 2020. 2020.
Ranking

Gambar1.3.
Gambar 1.3.Capaian
CapaianIndonesia
IndonesiaDalam
Dalam IMD
IMD World
WorldDigital
Digital Competitiveness Ranking
Ranking 2020
2020

Sumber: IMD 2020

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 5


Sumber: IMD 2020

6 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


BAB 2
DAYA SAING TENAGA
KERJA INDONESIA

2.1. Tenaga kerja Indonesia di tataran global

Daya saing tenaga kerja Indonesia melemah di tahun 2019. Berdasarkan


release GCI 4.0 di tahun tersebut, daya saing pilar pasar tenaga kerja Indonesia
menempati peringkat 85 dari 141 negara. Posisi Indonesia pada pilar ini
menurun tiga peringkat dari tahun sebelumnya. Pilar tersebut merupakan pilar
dengan capaian peringkat kedua terendah setelah pilar kesehatan. Kondisi ini
mencerminkan belum optimalnya kontribusi pasar tenaga kerja bagi daya saing
Indonesia. Selaras dengan pilar pasar tenaga kerja, pilar kemampuan sumber
daya manusia (SDM) Indonesia juga mengalami penurunan tiga peringkat, dari
peringkat 62 menjadi 65. Pendidikan dan pelatihan memegang peran penting
dalam peningkatan kemampuan SDM dan kualitas tenaga kerja. Harmonisasi
dunia pendidikan dan pasar tenaga kerja menjadi salah satu kunci keberhasilan
peningkatan daya saing bangsa.

Produktivitas merupakan salah satu indikator dari daya saing tenaga kerja.
Asian Productivity Organization (APO) tahun 2020 mencatat produktivitas tenaga
kerja dan produktivitas jam kerja Indonesia hanya menempati peringkat 13 dari
21 negara yang tergabung dalam APO. Dalam lingkup negara-negara ASEAN yang
tergabung dalam APO, produktivitas tenaga kerja dan jam kerja Indonesia berada
pada peringkat empat dari delapan negara anggota. Posisi Indonesia berada di
bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Gambar 2.1 menunjukkan capaian
produktivitas jam kerja tenaga kerja negara-negara yang tergabung dalam APO
tahun 2018.

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 7


Dalam lingkup negara-negara ASEAN yang tergabung dalam APO, produktivitas tenaga kerja
dan jam kerja Indonesia berada pada peringkat empat dari delapan negara anggota. Posisi
Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Gambar 2.1 menunjukkan
capaian produktivitas jam kerja tenaga kerja negara-negara yang tergabung dalam APO tahun
2018.
Gambar 2.1. Produktivitas per Jam Kerja di Beberapa Negara Asia yang Tergabung dalam APO
Gambar 2.1. Produktivitas per Jam Kerja di Beberapa
(US$),Negara
2018 Asia yang Tergabung dalam APO (US$), 2018

Singapura 66.5
Hong Kong 54
ROC 47.7
Jepang 43.4
Turkey 38
Korea 36.1
Malaysia 25.6
Iran 24.7
Sri Lanka 16.6
Fiji 15.7
Mongolia 14.8
Thailand 14.2
Indonesia 12.1
Filipina 9.1
Pakistan 8
India 7.4
Laos 6.5
Vietnam 5.9
Nepal 4.4
Bangladesh 4.3
Kamboja 2.8
0 10 20 30 40 50 60 70

Sumber: APO Productivity Databook 2020


Sumber: APO Productivity Databook 2020
Pengelolaan yang tepat dalam merespon peningkatan jumlah tenaga kerja Indonesia dalam
era bonus demografi yang
Pengelolaan akan memacu peningkatan
tepat dalam nilai output
merespon dan produktivitas.
peningkatan Tingkat
jumlah tenaga
pengangguran menjadi salah satu indikasi keberhasilan pengelolaan jumlah
kerja Indonesia dalam era bonus demografi akan memacu peningkatan nilai tenaga kerja ,
output dan produktivitas. Tingkat pengangguran menjadi salah satu indikasi
keberhasilan pengelolaan jumlah tenaga kerja, utamanya dari sisi penyerapan
utamanya dari sisi
tenaga penyerapan
kerja. Gambar 2.2 tenaga kerja. Gambar
menunjukkan 2.2 menunjukkan
tingkat penganggurantingkat pengangguran
Indonesia di
Indonesia
antara negara-negara ASEAN. Indonesia menduduki posisi kedua negara dengan dengan
di antara negara-negara ASEAN. Indonesia menduduki posisi kedua negara
tingkat tingkat
pengangguran tertinggitertinggi
pengangguran setelahsetelah
Brunei Brunei
Darusalam.
Darusalam.
Gambar 2.2. Tingkat Pengangguran di Negara-Negara ASEAN, 2020
Gambar 2.2. Tingkat Pengangguran di Negara-Negara ASEAN, 2020 (persen)
(persen)

Brunei Darusalam 9.1


Indonesia 4.7
Singapura 4.1
Malaysia 3.3
Filipina 2.2
Vietnam 2.0
Myanmar 1.6
Thailand 0.8
Kamboja 0.7
Laos 0.6

0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0

Sumber: World
Sumber: WorldBank
Bank2020
2020
Peningkatan kemampuan berusaha dan kemampuan entrepreneurs tenaga kerja menjadi
salah satu potensi dalam upaya meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia. Menurut
Global
8 Entrepreneurship Index
Laporan (GEI) tahun
TAHUNAN 2019, kemampuan
Produktivitas berusaha
dan Daya Saing dan entrepreneurs
Indonesia 2020
Indonesia menempati posisi 75 dari 137 negara, dengan skor 26,0. Meskipun peringkat dan
skor Indonesia tahun 2019 masih relatif tertinggal, pada tahun ini Indonesia termasuk dalam
10 besar negara dengan peningkatan skor dan peringkat GEI tertinggi dari tahun sebelumnya ,
Peningkatan kemampuan berusaha dan kemampuan entrepreneurs
tenaga kerja menjadi salah satu potensi dalam upaya meningkatkan daya saing
tenaga kerja Indonesia. Menurut Global Entrepreneurship Index (GEI) tahun 2019,
kemampuan berusaha dan entrepreneurs Indonesia menempati posisi 75 dari 137
negara, dengan skor 26,0. Meskipun peringkat dan skor Indonesia tahun 2019
masih relatif tertinggal, pada tahun ini Indonesia termasuk dalam 10 besar negara
dengan peningkatan skor dan peringkat GEI tertinggi dari tahun sebelumnya,
seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1. Hasil ini menunjukkan peluang Indonesia
untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja melalui peningkatan kemampuan
berusaha dan kemampuan entrepreneurs masih terbuka lebar. Peningkatan
kemampuan berusaha dan kemampuan entrepreneurs akan mendorong
peningkatan inovasi, produktivitas, dan ketersediaan lapangan kerja (GEI, 2018).

Tabel 2.1. Perubahan skor dan peringkat GEI Beberapa Negara 2018-2019

Negara Skor 2019 Skor 2018 Perubahan Skor Perubahan Peringkat

Hungaria 46,2 36,4 9,8 17


Malaysia 40,1 32,7 7,3 15
Puerto Rico 48,7 42,1 6,6 11
Thailand 33,5 27,4 6,1 17
Denmark 79,3 74,3 5 2
Indonesia 26 21 5 19
China 45,9 41,1 4,7 9
Belanda 72,3 68,1 4,2 3
Korea Selatan 58,1 54,2 3,9 3
Italia 45,1 41,4 3,7 6

Sumber: GEI 2019

Perhatian pemerintah Indonesia sangat besar dalam upaya menjawab


tantangan peningkatan daya saing tenaga kerja. SDM berkualitas dan berdaya
saing sendiri merupakan sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024.
Perbaikan dan peningkatan kualitas regulasi ketenagakerjaan terus dilakukan
pemerintah. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing tenaga kerja
Indonesia di tataran global, seperti menurunkan redudansi biaya tenaga kerja,
memastikan terpenuhinya hak-hak pekerja, dan peningkatan kesetaraan antara
pekerja laki-laki dan perempuan. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dari
sisi ketenagakerjaan di Indonesia terus meningkat. Salah satunya ditunjukkan oleh
peningkatan capaian Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan
Gender (Gambar 2.3).

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 9


saing tenaga kerja Indonesia di tataran global, seperti menurunkan redudansi biaya tenaga
kerja, memastikan terpenuhinya hak-hak pekerja, dan peningkatan kesetaraan antara pekerja
laki-laki dan perempuan. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dari sisi ketenagakerjaan
di Indonesia terus meningkat. Salah satunya ditunjukkan oleh peningkatan capaian Indeks
Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender (Gambar 2.3).
Gambar 2.3. Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender
Gambar 2.3. Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender 2010-2019
2010-2019

Indeks Pembangunan Gender


92

90.99 91.07
91.03 90.96
91
90.82
90.19
90.07 90.34
90

89.42 89.52
89

88
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Indeks Pemberdayaan Gender


76
75.24
74

72 71.39 72.10
70.46 70.68 71.74
70.07
70 70.83

69.14
68 68.15

66

64
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: BPS
Sumber: BPS

2.2. Daya saing tenaga kerja provinsi

Tercapainya daya saing tenaga kerja nasional yang optimal hanya akan
terjadi jika ditopang oleh peningkatan daya saing tenaga kerja setiap provinsi.
Daya saing tenaga kerja provinsi sangat dipengaruhi oleh regulasi dan kualitas
tenaga kerja pada masing-masing provinsi. Regulasi atau kebijakan tenaga kerja
yang diambil dalam peningkatan kualitas tenaga kerja harus memperhatikan
kebutuhan pasar tenaga kerja. Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan efisiensi
pasar tenaga kerja.

10 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


Efisiensi tersebut terjadi ketika terjadi keselarasan antara tenaga kerja yang
tersedia dengan kebutuhan tenaga kerja, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Peningkatan efisiensi pasar kerja akan menurunkan pengangguran, terutama
pengangguran terdidik. Semakin tinggi pengangguran akan menyebabkan
potensi produktivitas dan daya saing tenaga kerja tidak tercapai secara optimal.
Berdasarkan data BPS, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada
bulan Agustus 2019 tercatat sebesar 5,28 persen. TPT ini menurun 0,06 persen jika
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain tingkat pengangguran, tingkat produktivitas dan daya saing tenaga


kerja suatu wilayah secara umum juga tercermin dari tingkat upah di wilayah
tersebut. Rata-rata upah bulanan Indonesia relatif masih rendah jika dibandingkan
negara-negara lain di kawasan Asia-Pasifik (ILO 2016/17). Meskipun demikian,
peningkatan upah riil Indonesia relatif tinggi di kawasan tersebut (ILO 2018/19).
Tingkat kesenjangan upah mengindikasikan kesenjangan capaian produktivitas
dan daya saing antar wilayah. Semakin tinggi tingkat kesenjangan upah antar
wilayah, semakin tinggi pula potensi kesenjangan produktivitasnya.

Kombinasi antara tingkat pengangguran, produktivitas, upah, serta


beberapa indikator lain memberi gambaran tentang daya saing tenaga
kerja. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerjaan berupaya
melakukan pengukuran daya saing tenaga kerja regional, khususnya provinsi
secara konsisten. Pengukuran ini dibutuhkan untuk menilai sejauh mana
kesiapan pasar tenaga kerja di setiap provinsi dalam menghadapi tantangan
dinamika ekonomi dan peningkatan efisiensi pasar tenaga kerja. Pengukuran
daya saing tenaga kerja Indonesia pada tingkat provinsi merujuk pada Global
Competitiveness Report dan IMD World Competitiveness Yearbook. Ukuran daya
saing dari kedua referensi tersebut selanjutnya disesuaikan dengan ketersediaan
data dan kondisi di Indonesia. Metode dan tahapan dalam mengukur indeks
merujuk pada Handbook of Constructing Composite Indicator OECD (2008).

Daya saing tenaga kerja regional di Indonesia diukur dengan indeks daya
saing tenaga kerja yang dibangun berdasarkan tiga dimensi pengukuran dan
terdiri dari 17 indikator. Indikator dan dimensi yang digunakan dalam pengukuran
ini ditunjukkan pada Tabel 2.2. Indeks ini menyajikan capaian daya saing tenaga
kerja pada tingkat provinsi. Perbedaan satuan dari setiap indikator distandarisasi
menggunakan metode Maksimum-Minimum (Max-Min), untuk mendapatkan
nilai indeks dengan rentang nilai 0 hingga 100. Penghitungan capaian dimensi
dan indeks daya saing setiap provinsi dilakukan dengan equal weight untuk setiap
indikator dan dimensi.

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 11


Tabel 2.2. Dimensi dan Indikator Indeks Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia

No. Indikator Konsep/Definisi Sumber Data


Dimensi Pemberdayaan Angkatan Kerja (employability)
1. Tingkat pengangguran Adalah persentase jumlah pengangguran terhadap
Sakernas
terbuka (TPT)*) jumlah angkatan kerja
2. Persentase setengah Adalah persentase orang-orang atau mereka yang
menganggur bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35
Sakernas
jam seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau
masih bersedia menerima pekerjaan
3. Persentase angkatan Adalah persentase partisipasi perempuan dalam
Sakernas
kerja perempuan angkatan kerja
4. Persentase penganggur Adalah persentase dari orang-orang yang
dengan pendidikan menganggur dengan pendidikan terakhirnya di atas Sakernas
tinggi SMA
5. Kapasitas BLK Adalah perbandingan antara kapasitas BLK dengan
Kemnaker dan
dibanding jumlah jumlah pencari kerja di suatu wilayah
Sakernas
pencari kerja
6. Rata-rata lama Adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh
menganggur seseorang untuk mendapat pekerjaan atau Sakernas
mempersiapkan suatu usaha
Dimensi Kualitas Tenaga Kerja
1. Persentase pekerja Adalah persentase dari seseorang yang bekerja
tidak dibayar membantu orang lain yang berusaha dengan tidak
Sakernas
mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun
barang
2. Persentase pengusaha Adalah persentase seseorang yang bekerja atau
berusaha dengan menanggung risiko secara Sakernas
ekonomi
3. Persentase pekerja Adalah persentase seseorang yang bekerja dan
Susenas
dengan akses internet menggunakan/memiliki akses internet
4. Persentase morbiditas Adalah persentase penduduk bekerja dengan
tenaga kerja keluhan kesehatan dan mengganggu aktivitas Susenas
bekerjanya
5. Rata-rata lama sekolah Adalah jumlah tahun yang digunakan oleh
penduduk bekerja penduduk bekerja dalam menjalani pendidikan Susenas
formal
6. Persentase tenaga kerja Adalah persentase penduduk bekerja yang pernah/
yang pernah/sedang sedang mengikuti pelatihan (bersertifikat) Sakernas
mengikuti pelatihan
Dimensi Kompensasi dan Produktivitas
1. Rata-rata upah kategori Adalah rata-rata imbalan yang diterima selama
lapangan usaha industri sebulan oleh buruh/karyawan dalam sektor industri
Sakernas dan
dan jasa disesuaikan dan jasa (disesuaikan PPP), baik berupa uang
Susenas
PPP atau barang yang dibayarkan perusahaan/kantor/
majikan
2. Produktivitas upah Adalah total upah suatu provinsi dibagi dengan
PDRB dan
ETK disesuaikan PPP jumlah ETK disesuaikan dengan PPP
Sakernas
(Rupiah/ETK/PPP)

12 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


No. Indikator Konsep/Definisi Sumber Data
3. Ketimpangan upah Adalah ketimpangan upah di suatu provinsi yaitu
perbedaan dari kabupaten dengan rata-rata upah
Sakernas
tertinggi dengan kabupaten dengan rata-rata upah
terendah
4. Persentase tenaga kerja Adalah persentase tenaga kerja dengan upah yang
dengan upah di atas diterima di atas upah minimum provinsi (UMP) yang Sakernas
UMP berlaku
5. Persentase tenaga Adalah persentase tenaga kerja yang terdaftar
kerja yang terdaftar dalam asuransi jaminan ketenagakerjaan
Kemnaker
dalam asuransi
ketenagakerjaan
Sumber: Kemnaker
Catatan: *) Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari
pekerjaan, atau mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapat
pekerjaan (putus asa), atau sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja

Capaian indeks daya saing tenaga kerja provinsi sangat tergantung pada
kinerja setiap indikator penyusunnya. Gambar 2.4 dan Tabel 2.3 menunjukkan
capaian dan peringkat
Capaian indeks daya
daya saing saing
tenaga tenaga
kerja tenaga
provinsi kerja
sangat di masing-masing
tergantung provinsi
pada kinerja setiap
tahun
indikator2018 dan 2019.
penyusunnya. Provinsi
Gambar DKI Tabel
2.4 dan Jakarta memiliki capaian
2.3 menunjukkan capaianindeks daya saing
dan peringkat daya
saing tenaga tenaga kerja di masing-masing provinsi tahun 2018 dan 2019.
tenaga kerja tertinggi selama dua tahun tersebut. Sementara itu, capaian terendahProvinsi DKI
Jakarta memiliki capaian indeks daya saing tenaga kerja tertinggi selama dua tahun tersebut.
terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sementara itu, capaian terendah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Gambar 2.4.
Gambar 2.4.Indeks
IndeksDaya
DayaSaing
Saing Tenaga KerjaProvinsi
Tenaga Kerja ProvinsiTahun
Tahun2018
2018 dan
dan 2019
2019

70

60

50

40

30
Sumatera Barat

Sumatera Utara

Sulawesi Barat

Nusa Tenggara Timur


DI Yogyakarta

Bengkulu
Jawa Barat

Kalimantan Barat
Jambi
Kepulauan Riau

Papua
Banten

Sulawesi Utara

Lampung
Kalimantan Timur

Jawa Timur

Maluku
Kep. Bangka Belitung

Sulawesi Tengah

Gorontalo
Bali

Sulawesi Tenggara

Sumatera Selatan
Riau

Aceh
DKI Jakarta

Kalimantan Utara

Nusa Tenggara Barat


Kalimantan Tengah

Jawa Tengah

Papua Barat
Sulawesi Selatan

Maluku Utara
Kalimantan Selatan

Skor 2018 Skor 2019

Sumber: Kemnaker
Sumber: Kemnaker

Tabel 2.3 Indeks Daya Saing Tenaga Kerja Provinsi Tahun 2018 dan 2019
Tahun 2018 Tahun 2019
Laporan TAHUNAN
Provinsi Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 13
Skor Peringkat Skor Peringkat
Aceh 51,56 29 51,79 31
Sumatera Utara 54,68 20 55,20 21
Sumatera Barat 55,80 16 56,46 18
Tabel 2.3 Indeks Daya Saing Tenaga Kerja Provinsi Tahun 2018 dan 2019

Tahun 2018 Tahun 2019


Provinsi
Skor Peringkat Skor Peringkat
Aceh 51,56 29 51,79 31
Sumatera Utara 54,68 20 55,20 21
Sumatera Barat 55,80 16 56,46 18
Riau 54,58 22 55,15 22
Jambi 53,90 24 54,24 24
Sumatera Selatan 52,98 26 53,64 26
Bengkulu 55,81 15 57,25 15
Lampung 51,82 28 52,98 28
Kep. Bangka Belitung 55,90 14 58,32 11
Kepulauan Riau 70,45 2 71,00 2
DKI Jakarta 70,74 1 71,11 1
Jawa Barat 58,86 7 59,29 7
Jawa Tengah 57,02 10 57,84 13
DI Yogyakarta 59,52 6 62,25 5
Jawa Timur 57,01 11 58,24 12
Banten 62,02 4 62,64 4
Bali 64,13 3 64,45 3
Nusa Tenggara Barat 55,37 17 56,51 17
Nusa Tenggara Timur 46,37 34 47,19 34
Kalimantan Barat 52,03 27 53,63 27
Kalimantan Tengah 58,34 8 59,27 8
Kalimantan Selatan 57,17 9 58,68 9
Kalimantan Timur 59,84 5 61,48 6
Kalimantan Utara 56,82 13 58,68 10
Sulawesi Utara 56,86 12 57,82 14
Sulawesi Tengah 54,59 21 55,36 19
Sulawesi Selatan 55,15 18 57,02 16
Sulawesi Tenggara 55,04 19 55,29 20
Gorontalo 53,21 25 54,17 25
Sulawesi Barat 50,91 30 52,59 30
Maluku 50,23 32 51,71 32
Maluku Utara 50,62 31 52,65 29
Papua Barat 54,02 23 55,13 23
Papua 47,30 33 47,52 33

Sumber: Kemnaker

14 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


Sulawesi Selatan 55,15 18 57,02 16
Sulawesi Tenggara 55,04 19 55,29 20
Gorontalo 53,21 25 54,17 25
Sulawesi Barat 50,91 30 52,59 30
Maluku 50,23 32 51,71 32
Maluku Utara 50,62 31 52,65 29
Papua Barat 54,02 23 55,13 23
Peningkatan daya saing tenaga kerja tidak bisa dipisahkan dengan pembangunan
Papua 47,30 33 47,52 33
manusia dan pembangunan wilayah. Daya saing tenaga kerja yang tinggi akan
Sumber: Kemnaker
menjadi pendorong pembangunan wilayah, begitu pula sebaliknya. Gambar
Peningkatan
2.5 menunjukkandaya saing tenaga
korelasi kerjakuat
yang tidakdan
bisa positif
dipisahkan dengan
antara pembangunan
daya manusia
saing tenaga kerja
dan pembangunan wilayah. Daya saing tenaga kerja yang tinggi akan menjadi pendorong
dengan indeks pembangunan manusia (IPM) dan daya saing wilayah pada
pembangunan wilayah, begitu pula sebaliknya. Gambar 2.5 menunjukkan korelasi yang kuat
provinsi-provinsi di Indonesia.
dan positif antara daya saing tenaga kerja dengan indeks pembangunan manusia (IPM) dan
daya saing wilayah pada provinsi-provinsi di Indonesia.
Gambar 2.5.2.5.
Gambar Korelasi Daya
Korelasi Saing
Daya SaingTenaga
Tenaga Kerja denganIPM
Kerja dengan IPMdan
dan Daya
Daya Saing
Saing Wilayah
Wilayah

Sumber: www.bps.go.id, AMRI (2018), dan Indeks Daya Saing Tenaga Kerja
Sumber: www.bps.go.id, AMRI (2018), dan Indeks Daya Saing Tenaga Kerja

Pertumbuhan ekonomi dan investasi menjadi salah satu indikasi pergerakan


pembangunan dalam suatu wilayah. Meskipun tidak memiliki pengaruh langsung
yang kuat, capaian kedua indikator ini pada suatu wilayah tidak terlepas dari
capaian daya saing tenaga kerja di wilayah tersebut. Daya saing tenaga kerja yang
tinggi mampu mempercepat proses pembangunan. Gambar 2.6 menunjukkan
korelasi positif antara daya saing tenaga kerja dengan pertumbuhan ekonomi
(PDRB) dan penanaman modal asing (PMA).

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 15


Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi
ekonomi dan
dan investasi
investasi menjadi
menjadi salah
salah satu
satu indikasi
indikasi pergerakan
pergerakan pembangunan
pembangunan
dalam
dalam suatu wilayah. Meskipun tidak memiliki pengaruh langsung yang
suatu wilayah. Meskipun tidak memiliki pengaruh langsung yang kuat,
kuat, capaian
capaian kedua
kedua
indikator
indikator ini pada suatu wilayah tidak terlepas dari capaian daya saing tenaga kerja di
ini pada suatu wilayah tidak terlepas dari capaian daya saing tenaga kerja di wilayah
wilayah
tersebut.
tersebut. Daya
Daya saing
saing tenaga kerja yang
tenaga kerja yang tinggi
tinggi mampu
mampu mempercepat
mempercepat proses
proses pembangunan.
pembangunan.
Gambar
Gambar 2.6 menunjukkan korelasi positif antara daya saing tenaga kerja
2.6 menunjukkan korelasi positif antara daya saing tenaga kerja dengan
dengan
pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan penanaman modal
pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan penanaman modal asing (PMA). asing (PMA).
Gambar
Gambar2.6.
2.6. Korelasi
Korelasi Daya SaingTenaga
Daya Saing TenagaKerja
Kerjadengan
dengan PDRB
PDRB dan
dan PMA
PMA
Gambar 2.6. Korelasi Daya Saing Tenaga Kerja dengan PDRB dan PMA

Sumber: www.bps.go.id,
Sumber: www.bkpm.go.id,
www.bps.go.id, dan Indeks Dayadan
www.bkpm.go.id, SaingIndeks
Tenaga Kerja
Daya Saing Tenaga Kerja
Indeks daya saing tenaga kerja Indonesia menunjukkan tingkat kesiapan provinsi dalam
Indekspersaingan
menghadapi daya saingbebastenaga kerja Indonesia
pasar tenaga menunjukkan
kerja. Capaian tingkat
daya saing tenaga kesiapan
kerja provinsi
menjadi
provinsi dalam menghadapi persaingan bebas pasar tenaga kerja. Capaianbonus
cerminan daya saing tenaga kerja nasional. Era revolusi industri 4.0 dan daya
demografi yang tengah bergulir, mewajibkan seluruh bangsa Indonesia untuk terus
saing tenaga kerja provinsi menjadi cerminan daya saing tenaga kerja nasional.
meningkatkan daya saing tenaga kerjanya. Dengan daya saing tenaga kerja yang tinggi,
Era revolusi
revolusi industriindustri 4.0 dan
4.0 dan bonus bonus demografi
demografi akan menjadiyang tengah
pendorong bergulir,
dalam mewajibkan
meningkatkan daya
seluruh
saing bangsa
bangsa Indonesia
di tataran global. untuk terus meningkatkan daya saing tenaga kerjanya.
Dengan daya saing tenaga kerja yang tinggi, revolusi industri 4.0 dan bonus
demografi akan menjadi pendorong dalam meningkatkan daya saing bangsa di
tataran global.

16 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


BAB 3
GAMBARAN
PRODUKTIVITAS TENAGA
KERJA INDONESIA
3.1. Produktivitas tenaga kerja nasional dan regional

Produktivitas tenaga kerja adalah indikator ekonomi yang terkait erat


dengan pertumbuhan ekonomi, daya saing, dan standar perekonomian suatu
negara. Produktivitas tenaga kerja mewakili total volume output yang diproduksi
oleh per unit tenaga kerja (diukur melalui jumlah tenaga kerja) selama periode
referensi waktu tertentu (ILO). Total volume output diukur melalui capaian
Produk Domestik Bruto, PDB atas dasar harga konstan 2010=100. Peningkatan
produktivitas tenaga kerja didorong oleh perubahan teknologi, peningkatan
efisiensi, peningkatan kualitas tenaga kerja, dan/atau penambahan modal (APO).
Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang tinggi dapat mencerminkan
penggunaan modal yang lebih besar, dan/atau penurunan jumlah pekerja
dengan produktivitas rendah, atau meningkatnya efisiensi dan inovasi secara
umum (OECD).

Pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui tiga


pendekatan, yaitu produktivitas tenaga kerja, produktivitas jam kerja, dan
produktivitas tenaga kerja penuh atau Ekuivalen Tenaga Kerja (ETK). Penggunaan
produktivitas jam kerja lebih direkomendasikan dibanding produktivitas tenaga
kerja dan produktivitas ETK (SNA 2008 & ILO). Meskipun dapat menunjukkan
efisiensi tenaga kerja, produktivitas ETK kurang direkomendasikan untuk
keterbandingan antar negara karena standar jam kerja yang diterapkan di setiap
negara dapat berbeda-beda.

Perbedaan penghitungan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas ETK


terletak pada penentuan jumlah tenaga kerja. Pada produktivitas tenaga kerja,
seseorang yang bekerja minimal satu jam berturut-turut dalam satu minggu
terhitung sebagai satu tenaga kerja. Pada produktivitas ETK seseorang yang
bekerja selama 40 jam selama seminggu terhitung sebagai satu tenaga kerja. Jika
seseorang bekerja kurang dari 40 jam seminggu, seseorang tersebut dihitung
sebagai kurang dari satu tenaga kerja, dan sebaliknya. Dengan demikian,

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 17


Perbedaan penghitungan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas ETK terletak pada
penentuan jumlah tenaga kerja. Pada produktivitas tenaga kerja, seseorang yang bekerja
minimal satu jam berturut-turut dalam satu minggu terhitung sebagai satu tenaga kerja. Pada
produktivitas ETK seseorang yang bekerja selama 40 jam selama seminggu terhitung sebagai
satu tenaga kerja. Jika seseorang bekerja kurang dari 40 jam seminggu, seseorang tersebut
dihitungefisiensi
sebagaitenaga
kurangkerja
daridapat terjadi jika
satu tenaga produktivitas
kerja, ETK lebih
dan sebaliknya. tinggidemikian,
Dengan dibandingefisiensi
produktivitas
tenaga kerja tenaga
dapat terjadi jikakerja. Hal ini mencerminkan
produktivitas ETK lebih tinggiefisiensi jamproduktivitas
dibanding kerja dalam tenaga
menghasilkan output.
kerja. Hal ini mencerminkan efisiensi jam kerja dalam menghasilkan output.
Gambar
Gambar 3.1. 3.1. ProduktivitasTenaga
Produktivitas TenagaKerja
Kerja dan
danProduktivitas
ProduktivitasETKETK
Tahun 2011-2019
Tahun 2011-2019
(Juta Rupiah per Tenaga Kerja per Tahun)
(Juta Rupiah per Tenaga Kerja per Tahun)

90 87.06
84.34 86.54
85
81.91 84.07
79.68
80
Juta Rupiah

78.23 80.96
75.10 74.72 78.54
75 75.82
72.33 73.14
70 67.37 68.37

65 67.17
65.78
60
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun

Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas ETK

Sumber: BPS, Sakernas dan PDB (diolah)


Sumber: BPS, Sakernas dan PDB (diolah)

Produktivitas tenaga kerja Indonesia tahun 2019 mencapai 86,54 juta rupiah
per tenaga kerja per tahun. Capaian ini mengalami percepatan dibanding tahun
sebelumnya, yaitu dari pertumbuhan 2,64 menjadi 2,94 persen. Gambar 3.1
menunjukkan perbandingan produktivitas tenaga kerja dengan produktivitas
ETK tahun 2011-2019. Terlihat terjadi peningkatan efisiensi tenaga kerja Indonesia
di tahun 2019. Kondisi ini tercermin dari capaian produktivitas ETK, 87,06 juta
rupiah per tenaga kerja per tahun, lebih tinggi dari produktivitas tenaga kerja dan
dengan selisih yang semakin besar dibanding tahun sebelumnya.

Berbeda dengan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas ETK,


produktivitas jam kerja mampu memberikan gambaran produktivitas seorang
tenaga kerja per jam kerja. Penghitungan produktivitas ini menggambarkan
seberapa besar output yang mampu dihasilkan oleh seorang tenaga kerja setiap
1 jam bekerja. Produktivitas jam kerja nasional pada tahun 2019 mencapai
42.318 rupiah per tenaga kerja per jam. Capaian ini lebih tinggi 1.321 rupiah dari
tahun sebelumnya, tetapi dengan pertumbuhan yang lebih lambat. Gambar 3.2
menunjukkan capaian produktivitas jam kerja nasional tahun 2011-2019.

18 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


peningkatan efisiensi tenaga kerja Indonesia di tahun 2019. Kondisi ini tercermin dari capaian
Penghitungan produktivitas ini menggambarkan seberapa besar output yang mampu
produktivitas ETK, 87,06 juta rupiah per tenaga kerja per tahun, lebih tinggi dari produktivitas
dihasilkan oleh seorang tenaga kerja setiap 1 jam bekerja. Produktivitas jam kerja nasional
tenaga kerja dan dengan selisih yang semakin besar dibanding tahun sebelumnya.
pada tahun 2019 mencapai 42.318 rupiah per tenaga kerja per jam. Capaian ini lebih tinggi
Berbeda
1.321 rupiahdengan produktivitas
dari tahun tenaga
sebelumnya, kerjadengan
tetapi dan produktivitas
pertumbuhan ETK,yang
produktivitas jam Gambar
lebih lambat. kerja
mampu memberikan gambaran produktivitas seorang tenaga
3.2 menunjukkan capaian produktivitas jam kerja nasional tahun 2011-2019. kerja per jam kerja.
Penghitungan produktivitas ini menggambarkan seberapa besar output yang mampu
Gambar
dihasilkan oleh3.2. Produktivitas
seorang tenaga Jam Kerjasetiap
kerja Tahun12011-2019 (Rupiah
jam bekerja. per Tenaga Kerja
Produktivitas jam per Jam)
kerja
Gambar 3.2. Produktivitas Jam Kerja Tahun 2011-2019 (Rupiah per Tenaga Kerja pernasional
Jam)
pada tahun 2019 mencapai 42.318 rupiah per tenaga kerja per jam. Capaian ini lebih tinggi
1.321 rupiah45,000
dari tahun sebelumnya, tetapi dengan pertumbuhan yang lebih lambat. Gambar
42,318
3.2 menunjukkan capaian produktivitas jam kerja nasional tahun 2011-2019.
40,000 39,355 40,997
Rupiah

Gambar 3.2. Produktivitas Jam36,506


Kerja Tahun 36,855
2011-2019 (Rupiah
38,177per Tenaga Kerja per Jam)
35,000 35,556
45,000
32,654 42,318
31,975
30,000
40,000 2011 39,355 40,997
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Rupiah

36,506 36,855
38,177
Tahun
35,000 35,556
32,654
Sumber: BPS, Sakernas dan PDB (diolah)
31,975
Sumber: BPS, Sakernas
30,000 dan PDB (diolah)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Selaras dengan meningkatnya produktivitas jamTahun kerja tahun 2019, rata-rata jam kerja per
Selaras dengan meningkatnya
minggu Indonesia juga mengalami penurunan. Rata-rata produktivitas jam kerja
jam tahun 2019, rata-rata
kerja seminggu pekerja di
jam kerja
Indonesia Sumber: per
sejak 2011 minggu
hingga
BPS, Sakernas Indonesia
2019
dan PDB juga mengalami penurunan.
berada pada kisaran 40 jam seminggu,
(diolah) Rata-rata jam serta
kerja relatif
menurunseminggu
di tahunpekerja di Indonesia
2019 (Gambar 3.3).sejak 2011 jam
Rata-rata hingga
kerja2019
pada berada
tahunpada
2019kisaran
mencapai 40 39,77
Selaras dengan
jamkerja
seminggu,meningkatnya produktivitas jam kerja tahun 2019, rata-rata jam kerja per
jam. Jam ini turunserta
0,10relatif menurun di
jam dibanding tahun
tahun 2019 (Gambar
sebelumnya. 3.3). Rata-rata
Penurunan jam kerjajamdengan
minggu Indonesia juga mengalami penurunan. Rata-rata jam kerja seminggu pekerja di
output kerja
yangpada tahun
dihasilkan 2019
lebihmencapai 39,77 jam. Jam
tinggi, mengindikasikan kerja ini turun
terjadinya 0,10 jam dibanding
peningkatan kinerja tenaga
Indonesia sejak 2011
tahun sebelumnya. hingga 2019 berada pada kisaran 40 jam seminggu, serta relatif
kerja Indonesia. SementaraPenurunan
itu, rata-rata jamjamkerja dengan
kerja di bawahoutput yang
40 per dihasilkan
minggu lebih
mengindikasikan
menurun di tahun 2019 (Gambar 3.3). Rata-rata jam kerja pada tahun 2019 mencapai 39,77
adanya tinggi, mengindikasikan terjadinya
penurunan peningkatan kinerjamenghasilkan
tenaga kerja output.
Indonesia.
jam. Jam kerja ini pemanfaatan
turun 0,10 jampotensidibanding tenaga
tahunkerja dalam
sebelumnya. Penurunan jam kerja dengan
Sementara itu, rata-rata jam kerja di bawah 40 per minggu mengindikasikan
output yang dihasilkan lebih tinggi, mengindikasikan terjadinya peningkatan kinerja tenaga
Gambar 3.3. Rata-rata Jampotensi
Kerja per Minggu Tahundalam
2011-2019
kerjaadanya penurunan
Indonesia. Sementarapemanfaatan
itu, rata-rata jam kerja tenaga
di bawahkerja menghasilkan
40 per minggu mengindikasikan
output.
adanya 45
penurunan pemanfaatan potensi tenaga kerja dalam menghasilkan output.
Rata-rata Jam Kerja

43 Gambar 3.3. Rata-rata Jam Kerja per MingguTahun


Tahun2011-2019
2011-2019
40.97Gambar 40.71
3.3. Rata-rata 40.86 41.28
Jam Kerja per Minggu 40.47
41
40.58
39 45 39.87 39.77
38.53
Rata-rata Jam Kerja

37 43
40.97 40.71 41.28 40.47
40.86
35 41
40.58
39 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
39.87 2019
39.77
38.53
37 Tahun
35
2011 (diolah)
Sumber: BPS, Sakernas 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun

Sumber: BPS, Sakernas (diolah)


Sumber: BPS, Sakernas (diolah)

Produktivitas tenaga kerja nasional merupakan agregat dari produktivitas


tenaga kerja provinsi. Kesenjangan produktivitas di tingkat provinsi yang masih
tinggi menjadi salah satu penyebab belum optimalnya produktivitas tenaga kerja

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 19


Produktivitas tenaga kerja nasional merupakan agregat dari produktivitas tenaga kerja
nasional. Gambar 3.4 menunjukkan 27 dari 34 provinsi di Indonesia memiliki
provinsi. Kesenjangan produktivitas di tingkat provinsi yang masih tinggi menjadi salah satu
produktivitas
penyebab belum tenaga kerja
optimalnya lebih rendah
produktivitas dibanding
tenaga produktivitas
kerja nasional. Gambar 3.4tenaga kerja
menunjukkan
nasional. Tujuh provinsi dengan capaian produktivitas tenaga kerja di
27 dari 34 provinsi di Indonesia memiliki produktivitas tenaga kerja lebih rendah dibandingatas
produktivitas tenaga
nasional yaitu DKIkerja nasional.
Jakarta, Tujuh provinsi
Kalimantan Timur,dengan capaianRiau,
Kepulauan produktivitas tenaga
Kalimantan kerja
Utara,
di atas nasional yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Riau,
Riau, Papua Barat, dan Jambi.
Papua Barat, dan Jambi.
Gambar 3.4. Produktivitas Tenaga Kerja menurut Provinsi Tahun 2018 dan 2019
Gambar 3.4. Produktivitas Tenaga Kerja menurut Provinsi Tahun 2018 dan 2019
(Juta
(Juta Rupiah per Tenaga
Rupiah per TenagaKerja
Kerja per
per Tahun)
Tahun)

DKI JAKARTA
KALIMANTAN TIMUR
KEPULAUAN RIAU
KALIMANTAN UTARA
RIAU
PAPUA BARAT
JAMBI
INDONESIA 86.54
84.07
SULAWESI SELATAN
BANTEN
SUMATERA UTARA
JAWA TIMUR
SUMATERA SELATAN
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI TENGAH
PAPUA
KALIMANTAN TENGAH
KEP. BANGKA BELITUNG
SUMATERA BARAT
JAWA BARAT
BALI
KALIMANTAN SELATAN
LAMPUNG
ACEH
KALIMANTAN BARAT
JAWA TENGAH
SULAWESI BARAT
MALUKU UTARA
GORONTALO
D I YOGYAKARTA
BENGKULU
MALUKU
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR

0 50 100 150 200 250 300 350 400


Juta Rupiah

2019 2018

Sumber: BPS, Sakernas dan PDRB 2018 dan 2019 (diolah)


Sumber: BPS, Sakernas dan PDRB 2018 dan 2019 (diolah)

20 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


Walaupun belum merata, peningkatan produktivitas tenaga kerja yang
Walaupun belumpada
terjadi mayoritas
merata, provinsi produktivitas
peningkatan di Indonesia menunjukkan
tenaga kerjapeningkatan
yang terjadikinerja
pada mayoritas
dariIndonesia
provinsi di tenaga kerjamenunjukkan
Indonesia. Peningkatan produktivitas
peningkatan tenaga
kinerja darikerja terjadikerja
tenaga hampirIndonesia .
di seluruh
Peningkatan provinsi,tenaga
produktivitas kecualikerja
5 provinsi,
terjadiyaitu
hampirJawadi Barat,
seluruhNusa Tenggara
provinsi, Barat,5 provinsi,
kecuali
yaitu JawaKalimantan Timur, Tenggara
Barat, Nusa Papua, dan Barat,
Papua Barat. Pertumbuhan
Kalimantan Timur,produktivitas
Papua, dan tenaga
Papua Barat.
kerja terendah terjadi di Provinsi Papua, yaitu sebesar -15,61 persen. Penurunan
Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja terendah terjadi di Provinsi Papua, yaitu sebesar -
produktivitas
15,61 persen. tenaga
Penurunan kerja di Provinsi
produktivitas tenagaPapua
kerja disebabkan
di Provinsi oleh
Papuapenurunan
disebabkan oleh
pertumbuhan PDRB provinsi tersebut yang mencapai 15,72 persen.
penurunan pertumbuhan PDRB provinsi tersebut yang mencapai 15,72 persen. Sementara Sementara
itu, pertumbuhan
itu, pertumbuhan produktivitas
produktivitas tenagatenaga
kerjakerja tertinggi
tertinggi terjadi
terjadi didiProvinsi
Provinsi Bali,
Bali,yaitu
yaitu sebesar
sebesar
8,33 persen. 8,33 persen.

Produktivitas
Produktivitas tenaga kerjatenaga kerjamenjadi
provinsi provinsi salah
menjadi salah
satu satu cerminan
cerminan daya daya
saingsaing
tenaga kerja
tenaga kerja
provinsi tersebut. provinsi
Gambar 3.5 tersebut. Gambar
menunjukkan 3.5 menunjukkan
korelasi korelasiproduktivitas
yang kuat antara yang kuat tenaga
antara
kerja dengan produktivitas
daya tenaga
saing tenaga kerja
kerja. dengantinggi
Semakin daya saing tenaga kerja.
produktivitas Semakin
tenaga tinggi
kerja akan memicu
produktivitas
peningkatan tenaga
daya saing kerja kerja
tenaga akan memicu
tersebut.peningkatan daya produktivitas
Peningkatan saing tenaga kerja
tenaga kerja
tersebut.
provinsi 2019 Peningkatan
secara umum selarasproduktivitas tenaga kerja provinsi
dengan peningkatan 2019
daya saing secarakerja
tenaga umum provinsi.
selaras dengan peningkatan daya saing tenaga kerja provinsi.
Gambar 3.5. Korelasi Produktivitas Tenaga Kerja dengan Daya Saing Tenaga Kerja
Gambar 3.5. Korelasi Produktivitas Tenaga Kerja dengan
Tahun 2019 Daya Saing Tenaga Kerja Tahun 2019

Sumber: Kemnaker
Sumber: Kemnaker
Gambar 3.6 menunjukkan pada tahun 2019, sebanyak 22 provinsi mengalami efisiensi tenaga
kerja. CapaianGambar 3.6 menunjukkan
produktivitas tenaga pada
kerjatahun 2019, sebanyak
22 provinsi 22 provinsi
tersebut mengalami
lebih rendah dari capaian
produktivitas ETK-nya.
efisiensi Provinsi
tenaga kerja. DKIproduktivitas
Capaian Jakarta menjadi provinsi
tenaga kerja dengan
22 provinsi produktivitas
tersebut lebih ETK
tertinggi. Produktivitas ETK terendah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Meskipun
memiliki capaian produktivitas ETK tertinggi, DKI Jakarta belum termasuk dalam 22 provinsi
yang mengalami efisiensi tenaga kerja. Namun dibalik peningkatan efisiensi, provinsi dengan
Laporan ETK
capaian produktivitas TAHUNAN
lebih Produktivitas dan Daya
besar dari capaian Saing Indonesia
produktivitas tenaga2020 21 jam
kerjanya dan
kerja lebih kecil dari 40 jam per minggu, provinsi tersebut perlu memperhatikan pemanfaatan
tenaga kerja secara optimal dalam menghasilkan output.
rendah dari capaian produktivitas ETK-nya. Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi
dengan produktivitas ETK tertinggi. Produktivitas ETK terendah terjadi di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Meskipun memiliki capaian produktivitas ETK tertinggi, DKI
Jakarta belum termasuk dalam 22 provinsi yang mengalami efisiensi tenaga kerja.
Namun dibalik peningkatan efisiensi, provinsi dengan capaian produktivitas ETK
lebih besar dari capaian produktivitas tenaga kerjanya dan jam kerja lebih kecil
dari 40 jam per minggu, provinsi tersebut perlu memperhatikan pemanfaatan
tenaga kerja secara optimal dalam menghasilkan output.

Gambar 3.6. Produktivitas Tenaga Kerja dan Produktivitas ETK Provinsi Tahun 2019
Gambar 3.6. Produktivitas Tenagaper
(Juta Rupiah Kerja dan Produktivitas
Tenaga ETK Provinsi Tahun 2019
Kerja per Tahun)
(Juta Rupiah per Tenaga Kerja per Tahun)

DKI JAKARTA
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
RIAU
KEPULAUAN RIAU
PAPUA BARAT
JAMBI
SULAWESI SELATAN
INDONESIA 86.54
87.06
PAPUA
SULAWESI TENGAH
SUMATERA SELATAN
SULAWESI TENGGARA
SUMATERA UTARA
JAWA TIMUR
KEP. BANGKA BELITUNG
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI UTARA
BANTEN
KALIMANTAN SELATAN
LAMPUNG
ACEH
BALI
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI BARAT
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
MALUKU UTARA
D I YOGYAKARTA
BENGKULU
GORONTALO
MALUKU
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR

0 50 100 150 200 250 300 350 400


Juta Rupiah

Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas ETK

Sumber: BPS, Sakernas dan PDRB 2019 (diolah)


Sumber: BPS, Sakernas dan PDRB 2019 (diolah)
Sama halnya dengan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas ETK, provinsi
dengan pertumbuhan produktivitas jam kerja tertinggi terjadi di Provinsi Bali dan terendah
Provinsi Papua. Peningkatan produktivitas jam kerja terjadi hampir di semua provinsi, kecuali
22 enam provinsi, yaitu Provinsi
Laporan TAHUNANKepulauan Riau, Riau, NTB,
Produktivitas dan Sulawesi Utara, Indonesia
Daya Saing Papua Barat, 2020
dan
Papua. Sementara itu, delapan provinsi dengan capaian produktivitas jam kerja di atas
capaian nasional adalah Provinsi DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Riau,
Kepulauan Riau, Papua Barat, Jambi, dan Sulawesi Selatan. Gambar 3.7 menunjukkan capaian
produktivitas jam kerja provinsi di Indonesia tahun 2018 dan 2019.
Sama halnya dengan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja dan
produktivitas ETK, provinsi dengan pertumbuhan produktivitas jam kerja tertinggi
terjadi di Provinsi Bali dan terendah Provinsi Papua. Peningkatan produktivitas
jam kerja terjadi hampir di semua provinsi, kecuali enam provinsi, yaitu Provinsi
Kepulauan Riau, Riau, NTB, Sulawesi Utara, Papua Barat, dan Papua. Sementara itu,
delapan provinsi dengan capaian produktivitas jam kerja di atas capaian nasional
adalah Provinsi DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Riau, Kepulauan
Riau, Papua Barat, Jambi, dan Sulawesi Selatan. Gambar 3.7 menunjukkan capaian
produktivitas jam kerja provinsi di Indonesia tahun 2018 dan 2019.

Gambar 3.7. Produktivitas Jam Kerja menurut Provinsi Tahun 2018 dan 2019
Gambar 3.7. Produktivitas
(RupiahJam
perKerja menurut
Tenaga KerjaProvinsi Tahun 2018 dan 2019
per Jam)
(Rupiah per Tenaga Kerja per Jam)

DKI JAKARTA
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
RIAU
KEPULAUAN RIAU
PAPUA BARAT
JAMBI
SULAWESI SELATAN
INDONESIA 42318.45
40997.34
PAPUA
SULAWESI TENGAH
SUMATERA SELATAN
SULAWESI TENGGARA
SUMATERA UTARA
JAWA TIMUR
KEP. BANGKA BELITUNG
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI UTARA
BANTEN
KALIMANTAN SELATAN
LAMPUNG
ACEH
BALI
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI BARAT
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
MALUKU UTARA
D I YOGYAKARTA
BENGKULU
GORONTALO
MALUKU
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR

0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000


Rupiah
2019 2018

Sumber: BPS, Sakernas dan PDRB 2018 dan 2019 (diolah)


Sumber: BPS, Sakernas dan PDRB 2018 dan 2019 (diolah)
Capaian produktivitas tenaga kerja pada tingkat provinsi merupakan agregat dari
produktivitas tenaga kerja pada tingkat kabupaten/kota. Secara umum produktivitas
kabupaten/kota mengalami peningkatan. Dari 514 kabupaten/kota, 395 diantaranya
mengalami
Laporan peningkatan
TAHUNAN produktivitas
Produktivitastenaga dan
kerja. Daya
Tiga kabupaten/kota
Saing Indonesia dengan capaian
2020 23
produktivitas tenaga kerja tertinggi adalah Kota Jakarta Pusat (DKI Jakarta), Kabupaten Teluk
Bintuni (Papua Barat), dan Kabupaten Kepulauan Anambas (Kepulauan Riau).
Produktivitas ETK dan produktivitas jam kerja tahun 2019 memiliki pergerakan yang serupa
dari sisi jumlah kabupaten/kota yang mengalami peningkatan produktivitas. Jumlah
Capaian produktivitas tenaga kerja pada tingkat provinsi merupakan agregat
dari produktivitas tenaga kerja pada tingkat kabupaten/kota. Secara umum
produktivitas kabupaten/kota mengalami peningkatan. Dari 514 kabupaten/
kota, 395 diantaranya mengalami peningkatan produktivitas tenaga kerja. Tiga
kabupaten/kota dengan capaian produktivitas tenaga kerja tertinggi adalah Kota
Jakarta Pusat (DKI Jakarta), Kabupaten Teluk Bintuni (Papua Barat), dan Kabupaten
Kepulauan Anambas (Kepulauan Riau).

Produktivitas ETK dan produktivitas jam kerja tahun 2019 memiliki pergerakan
yang serupa dari sisi jumlah kabupaten/kota yang mengalami peningkatan
produktivitas. Jumlah kabupaten/kota yang mengalami peningkatan capaian
produktivitas ETK dan jam kerja sebanyak 373 kabupaten/kota. Tiga kabupaten/
kota dengan capaian tertinggi dari kedua penghitungan produktivitas ini adalah
Kabupaten Teluk Bintuni (Papua Barat), Kota Jakarta Pusat (DKI Jakarta), dan
Kabupaten Kepulauan Anambas (Kepulauan Riau).

Dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia, sebanyak 354 kabupaten/kota


penghitungan produktivitas ini adalah Kabupaten Teluk Bintuni (Papua Barat), Kota Jakarta
mengalami efisiensi produktivitas. Dari tiga Kabupaten/kota dengan capaian
Pusat (DKI Jakarta), dan Kabupaten Kepulauan Anambas (Kepulauan Riau).
produktivitas ETK dan produktivitas jam kerja tertinggi, hanya Kabupaten Teluk
Dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia, sebanyak 354 kabupaten/kota mengalami efisiensi
Bintuni yang termasuk tiga kabupaten/kota dengan efisiensi tertinggi di tahun
produktivitas. Dari tiga Kabupaten/kota dengan capaian produktivitas ETK dan produktivitas
jam2019.
kerja Kota Jakarta
tertinggi, Pusat
hanya dan Kabupaten
Kabupaten Kepulauan
Teluk Bintuni yang Anambas
termasuk belum mencapai
tiga kabupaten/kota
efisiensi tenaga kerja di tahun ini. Gambar 3.8 menunjukkan tiga
dengan efisiensi tertinggi di tahun 2019. Kota Jakarta Pusat dan Kabupaten Kepulauan kabupaten/
kota dengan
Anambas efisiensi tenaga
belum mencapai efisiensikerja
tenaga tertinggi.
kerja di Seperti
tahun ini.telah dibahas
Gambar sebelumnya, tiga
3.8 menunjukkan
kabupaten/kota
kabupaten/kotadengan
yangefisiensi
mencapai tenaga kerja tenaga
efisiensi tertinggi. Seperti
kerja dengantelah
jamdibahas
kerja disebelumnya,
bawah
kabupaten/kota yang mencapai efisiensi tenaga kerja dengan jam
40 jam per minggu, kabupaten/kota perlu memperhatikan pemanfaatan tenagakerja di bawah 40 jam per
minggu, kabupaten/kota perlu memperhatikan
kerja secara optimal dalam menghasilkan output. pemanfaatan tenaga kerja secara optimal
dalam menghasilkan output.
Gambar 3.8. Tiga Kabupaten/Kota dengan Efisiensi Tenaga Kerja Tertinggi Tahun 2019
Gambar 3.8. Tiga Kabupaten/Kota dengan Efisiensi Tenaga Kerja Tertinggi Tahun 2019
(Juta Rupiah
(Juta Rupiah per
per Tenaga
Tenaga Kerja
Kerja per
perTahun)
Tahun)

1,000 918.49 957.04

800
Juta Rupiah

600
400 212.13
200
144.62 99.88 147.12

0
Balangan (Kalimantan Membramo Raya (Papua) Teluk Bintuni (Papua
Selatan) Barat)

Kabupaten/Kota
Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas ETK

Sumber:
Sumber: BPS, Sakernas
BPS, dan PDRB
Sakernas dan2019
PDRB(diolah)
2019 (diolah)
Meningkatnya produktivitas tenaga kerja, produktivitas ETK, dan produktivitas jam kerja tidak
terlepas dari peran pemerintah daerah. Upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan
produktivitas tenaga kerja tercermin dari tingkat pertumbuhan yang dicapai setiap daerah.
24Pada tahun 2019,Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020
pertumbuhan produktivitas tenaga kerja tertinggi dicapai oleh Kabupaten
Muna Barat (Sulawesi Tenggara), pertumbuhan produktivitas ETK dan produktivitas jam kerja
tertinggi dicapai oleh Kabupaten Mappi (Papua).
Meningkatnya produktivitas tenaga kerja, produktivitas ETK, dan
produktivitas jam kerja tidak terlepas dari peran pemerintah daerah. Upaya
pemerintah daerah dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja tercermin
dari tingkat pertumbuhan yang dicapai setiap daerah. Pada tahun 2019,
pertumbuhan produktivitas tenaga kerja tertinggi dicapai oleh Kabupaten Muna
Barat (Sulawesi Tenggara), pertumbuhan produktivitas ETK dan produktivitas jam
kerja tertinggi dicapai oleh Kabupaten Mappi (Papua).

3.2. Produktivitas tenaga kerja sektoral

Peningkatan produktivitas tenaga kerja akan meningkatkan daya saing


tenaga kerja. Dalam UNCTAD 2014, disebutkan ada dua sumber utama
pertumbuhan produktivitas tenaga kerja agregat. Pertama, peningkatan dapat
dihasilkan dari inovasi dalam setiap sektor atau kegiatan, peningkatan modal,
adopsi teknologi dan peningkatan pengetahuan baru. Kedua, peningkatan
produktivitas secara agregat sebagai dampak dari pergerakan pekerja lintas
sektor, dari sektor atau aktivitas dengan produktivitas rendah ke sektor dengan
produktivitas lebih tinggi. Sektor jasa memiliki potensi produktivitas yang tinggi.
Helble dkk. (2019) menyatakan bahwa sektor jasa telah menjadi pendorong
pertumbuhan berkelanjutan dalam perekonomian Asia, serta menunjukkan
tingkat pertumbuhan yang tinggi dalam produktivitas tenaga kerja.

Hasil pengukuran produktivitas tenaga kerja tahun 2019 menunjukkan,


tiga kategori lapangan usaha dengan capaian produktivitas tenaga kerja
tertinggi adalah Real Estat (kategori L); Informasi dan Komunikasi (kategori
J); serta kategori Pertambangan dan Penggalian (kategori B). Tiga kategori
lapangan usaha dengan capaian produktivitas tenaga kerja terendah adalah
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang (kategori E); Jasa
Lainnya (kategori R, S, T, U); serta Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (kategori
A). Capaian produktivitas tenaga kerja menurut kategori lapangan usaha tahun
2019 ditunjukkan pada Gambar 3.9.

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 25


Informasi dan Komunikasi (kategori J); serta kategori Pertambangan dan Penggalian (kategori
B). Tiga kategori
Informasi lapangan (kategori
dan Komunikasi usaha dengan capaian
J); serta produktivitas
kategori tenaga
Pertambangan dankerja terendah
Penggalian adalah
(kategori
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang (kategori E); Jasa Lainnya
B). Tiga kategori lapangan usaha dengan capaian produktivitas tenaga kerja terendah adalah
(kategori R, S, T, U); serta Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (kategori A). Capaian
Pengadaan Air,
produktivitas Pengelolaan
tenaga Sampah,
kerja menurut Limbah,
kategori dan Daur
lapangan Ulang
usaha (kategori
tahun E); Jasa Lainnya
2019 ditunjukkan pada
(kategori
Gambar 3.9. R, S, T, U); serta Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (kategori A). Capaian
produktivitas
Gambar 3.9. tenaga kerja menurut
Produktivitas Tenaga kategori lapangan
Kerja Menurut usaha
Kategori tahun 2019
Lapangan ditunjukkan
Usaha Tahun 2019pada
Gambar
Gambar 3.9. 3.9. Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha Tahun 2019
(Juta Rupiah per Tenaga Kerja per Tahun)
(Juta Rupiah per Tenaga Kerja per Tahun)
Gambar 3.9. Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha Tahun 2019
L 790.58
J (Juta Rupiah per Tenaga Kerja per Tahun)645.76
B 566.83
D 311.84
K
L 252.78
790.58
Lapangan Us aha

FJ 130.32 645.76
CB 120.28 566.83
M, ND 107.70 311.84
HK 83.26 252.78
Us aha

OF 75.16130.32
Kategori

Q 65.31
C 120.28
Ka tegori La pangan

G 60.52
M, PN 54.07107.70
HI 39.4283.26
AO 75.16
39.19
R, S, T, UQ 65.31
32.60
EG 18.21
60.52
P 0 54.07 200
100 300 400 500 600 700 800 900
I 39.42 Juta Rupiah
A 39.19
Sumber: R, S, T,Sakernas
BPS, U 32.60
dan PDB 2019 (diolah)
Sumber: BPS, E Sakernas
18.21 dan PDB 2019 (diolah)
Dari sisi pertumbuhan produktivitas tenaga kerja, tiga kategori lapangan usaha mengalami penurunan
produktivitas tenaga kerja 0 dibandingkan
100 200 tahun 300 sebelumnya,
400 500 seperti
600 ditunjukkan
700 800 pada900Gambar 3.10.
Dari sisi
Tiga kategori pertumbuhan
lapangan usaha tersebutproduktivitas Jutatenaga
adalah Pengadaan Rupiah kerja,
Listrik dan tiga kategoriD);lapangan
Gas (kategori Penyediaan
usaha mengalami
Akomodasi dan Makan Minumpenurunan
(kategoriproduktivitas tenaga (kategori
I); serta Jasa Perusahaan kerja dibandingkan tahun
M, N). Kategori lapangan
usaha lainnya mengalami
Sumber: BPS, peningkatan
Sakernas dan PDB 2019 produktivitas
(diolah) tenaga kerja.
sebelumnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.10. Tiga kategori lapangan usaha Tiga kategori lapangan usaha
dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada kategori lapangan usaha Jasa Keuangan (kategori K) ;
tersebut
Dari
Informasi danadalah
sisi pertumbuhan Pengadaan
Komunikasiproduktivitas Listrik
tenaga
(kategori J); dan
sertakerja, Gas (kategori
tiga kategori
Pertanian, Kehutanan, D);
danPenyediaan
lapangan usaha mengalami
Perikanan Akomodasi
(kategoripenurunan
A).
produktivitas
dan Makantenaga Minum kerja(kategori
dibandingkan tahun Jasa
I); serta sebelumnya, seperti (kategori
Perusahaan ditunjukkanM,padaN).Gambar 3.10.
Kategori
Tiga kategori
Gambar lapangan
3.10. usaha
Pertumbuhan tersebut adalah
Produktivitas Pengadaan
Tenaga Listrik
Kerja dan
Menurut
lapangan usaha lainnya mengalami peningkatan produktivitas tenaga kerja. Tiga Gas (kategori
Kategori D);
Lapangan Penyediaan
Usaha
Akomodasi dan Makan Minum (kategoriTahun 2019Jasa(Persen)
kategori lapangan usaha denganI); pertumbuhan serta Perusahaan (kategori M, N). Kategori lapangan
tertinggi terjadi pada kategori
usaha10lainnya mengalami peningkatan produktivitas tenaga 9.29kerja. Tiga kategori lapangan usaha
lapangan 7.01usaha Jasa Keuangan (kategori K); 7.24 Informasi dan Komunikasi (kategori
dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada kategori lapangan usaha Jasa Keuangan (kategori 5.64 K);
J); serta
Informasi
5 danPertanian,
3.49
KomunikasiKehutanan,
(kategori3.21dan Perikanan (kategori A).Perikanan2.15
1.77 J); serta Pertanian, Kehutanan, dan (kategori A).
3.23 2.88 2.89
1.42 0.70
0.09
0
Gambar 3.10. Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha
Gambar 3.10. Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha
-1.46
-5 Tahun 2019
Tahun 2019 (Persen)
-4.13 -4.47
9.29
10
-10 7.24
7.01
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
5.64
3.49 3.21 3.23 T, U
5 2.88 2.15 2.89
1.77 1.42
0.09dan PDB 2018 dan 2019 (diolah) 0.70
Sumber: BPS, Sakernas
0
-1.46
-5
-4.13 -4.47

-10
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
T, U

Sumber: BPS,
Sumber: BPS,Sakernas dan PDB
Sakernas dan2018 dan 2018
PDB 2019 (diolah)
dan 2019 (diolah)

26 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


Dari 17 kategori lapangan usaha, hanya tiga kategori lapangan usaha yang
mencapai efisiensi tenaga kerja di tahun 2019. Kategori tersebut antara lain
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (kategori A); Jasa Pendidikan (kategori P);
Dari 17 kategori lapangan usaha, hanya tiga kategori lapangan usaha yang mencapai efisiensi
sertakerja
tenaga Jasa Lainnya
di tahun(kategori R, S, T, U).tersebut
2019. Kategori Seperti telah
antaradibahas sebelumnya,
lain Pertanian, efisiensi dan
Kehutanan,
tenaga(kategori
Perikanan kerja terjadi ketika
A); Jasa capaian produktivitas
Pendidikan ETK dari
(kategori P); serta Jasasuatu kategori
Lainnya lapangan
(kategori R, S, T, U).
Seperti
usahatelah dibahas
lebih tinggisebelumnya,
dibandingkan efisiensi
dengan tenaga kerja terjadi
produktivitas ketikakerjanya.
tenaga capaian produktivitas
Gambar
ETK3.11
dari suatu kategori lapangan usaha lebih tinggi dibandingkan dengan
menunjukkan perbandingan tersebut. Sementara itu, tiga kategori lapanganproduktivitas tenaga
kerjanya. Gambar 3.11 menunjukkan perbandingan tersebut. Sementara itu, tiga kategori
usaha dengan capaian produktivitas ETK tertinggi belum mencapai efisiensi
lapangan usaha dengan capaian produktivitas ETK tertinggi belum mencapai efisiensi tenaga
tenaga kerja.
kerja.
Gambar
Gambar 3.11.3.11. Produktivitas
Produktivitas Tenaga
Tenaga Kerja
Kerja dandan Produktivitas
Produktivitas ETKETK Menurut
Menurut Kategori
Kategori Lapangan
Lapangan Usaha
Usaha Tahun
Tahun 20192019 (Juta
(Juta Rupiah
Rupiah perper Tenaga
Tenaga Kerja
Kerja perper Tahun)
Tahun)

L
J
B
D
K
F
C
M, N
H
O
Q
G
P
I
A
R, S, T, U
E

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas ETK

Sumber:
Sumber: BPS,BPS, Sakernas
Sakernas dan PDBdan
2019PDB 2019 (diolah)
(diolah)

Pada tahun 2019, tiga kategori lapangan usaha mengalami penurunan produktivitas ETK dibandingkan
dengan tahun
Padasebelumnya.
tahun 2019,Tiga tiga
kategori lapangan
kategori usaha tersebut
lapangan usahaadalah Pengadaan
mengalami Listrik dan Gas
penurunan
(kategori D); Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (kategori I); serta Jasa Perusahaan (kategori
produktivitas ETK dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tiga kategori
M, N). Penurunan produktivitas ETK pada tiga kategori ini selaras dengan penurunan produktivitas
lapangan
tenaga usaha
kerjanya. tersebut
Capaian adalah Pengadaan
produktivitas Listrik dan
ETK per kategori Gas (kategori
lapangan D);
usaha beserta
pertumbuhannya ditunjukkan dan
Penyediaan Akomodasi padaMakan
GambarMinum
3.12. (kategori I); serta Jasa Perusahaan
(kategori M, N). Penurunan produktivitas ETK pada tiga kategori ini selaras dengan
Gambar 3.12. Produktivitas ETK dan Pertumbuhannya Menurut Kategori Lapangan Usaha
penurunan produktivitas tenaga kerjanya. Capaian produktivitas ETK per kategori
Tahun 2019
lapangan
1,000 usaha beserta pertumbuhannya ditunjukkan pada Gambar 3.12. 15
11.06
Juta Rupiah per Tenaga Kerja

8.16 8.55
800 6.73 10
5.42 5.39 6.05
600 2.53 2.70 3.18 2.92 2.65 5
per Ta hun

Pers en

0.81 1.23
-1.57
400 -3.39 0

200 -7.12 -5

0Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 -10 27


A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
Produktivitas ETK 2019 Pertumbuhan Produktivitas ETK 2019 T, U
Sumber: BPS, Sakernas dan PDB 2018 dan 2019 (diolah)
dengan tahun sebelumnya. Tiga kategori lapangan usaha tersebut adalah Pengadaan Listrik dan Gas
(kategori D); Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (kategori I); serta Jasa Perusahaan (kategori
M, N). Penurunan produktivitas ETK pada tiga kategori ini selaras dengan penurunan produktivitas
tenaga kerjanya. Capaian produktivitas ETK per kategori lapangan usaha beserta
pertumbuhannya ditunjukkan pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12.
Gambar Produktivitas
3.12. ProduktivitasETK
ETKdan
danPertumbuhannya MenurutKategori
Pertumbuhannya Menurut KategoriLapangan
Lapangan Usaha
Usaha
Tahun
Tahun 2019
2019
1,000 15
11.06
Juta Rupiah per Te naga Ke rja

8.16 8.55
800 6.73 10
5.42 5.39 6.05
600 2.53 2.70 3.18 2.92 2.65 5
pe r Ta hun

Pe rs e n
0.81 1.23
-1.57
400 -3.39 0

200 -7.12 -5

0 -10
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
Produktivitas ETK 2019 Pertumbuhan Produktivitas ETK 2019 T, U
Sumber: BPS, Sakernas dan PDB 2018 dan 2019 (diolah)
Sumber: BPS, Sakernas dan PDB 2018 dan 2019 (diolah)

Seperti pada dua penghitungan produktivitas sebelumnya, capaian


produktivitas jam kerja tertinggi pada tahun 2019 juga dihasilkan dari kategori
lapangan usaha Real Estat (kategori L). Produktivitas jam kerja terendah terjadi
Seperti pada dua penghitungan produktivitas sebelumnya, capaian produktivitas jam kerja
pada kategori lapangan usaha Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah,
tertinggi pada tahun 2019 juga dihasilkan dari kategori lapangan usaha Real Estat (kategori L).
dan Daur Ulang (kategori E). Kategori lapangan usaha dengan pertumbuhan
Produktivitas jam kerja terendah terjadi pada kategori lapangan usaha Pengadaan Air,
produktivitas jam kerja
Pengelolaan Sampah, Limbah,tertinggi adalah
dan Daur Ulangkategori
(kategori lapangan
E). Kategoriusaha Jasa
lapangan Keuangan
usaha dengan
(kategori
pertumbuhan K),produktivitas
dengan pertumbuhan mencapai
jam kerja tertinggi 11,06lapangan
adalah kategori persen usaha
dibanding tahun
Jasa Keuangan
(kategori K), dengan
sebelumnya. pertumbuhan
Pertumbuhan mencapai
terendah 11,06
terjadi persen
pada dibanding
kategori tahun sebelumnya.
lapangan usaha Jasa
Pertumbuhan (kategori
Perusahaan terendah terjadi pada kategori
M, N). Gambar 3.13 lapangan usaha Jasa
menunjukkan Perusahaan
capaian (kategorijam
produktivitas M,
N). Gambar 3.13 menunjukkan capaian produktivitas jam kerja setiap kategori lapangan usaha
kerja setiap kategori lapangan usaha serta pertumbuhannya tahun 2019.
serta pertumbuhannya tahun 2019.
Gambar 3.13. Produktivitas Jam Kerja dan Pertumbuhannya Menurut Kategori Lapangan
Gambar 3.13. Produktivitas Jam Kerja dan Pertumbuhannya Menurut Kategori Lapangan Usaha
Usaha Tahun
Tahun 20192019
400000 15
11.06
Rupiah per Tenaga Kerja per Jam

350000
8.16 8.55
6.73 10
300000 6.05
5.42 5.39
250000 2.53 2.70 3.18 2.92 2.65 5
Pers en

0.81 1.23
200000
-1.57 0
150000 -3.39
100000
-7.12 -5
50000
0 -10
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
T, U
2018 2019 Pertumbuhan 2019

Sumber: BPS,
Sumber: BPS,Sakernas
Sakernas dandan PDBdan
PDB 2018 2018
2019dan 2019 (diolah)
(diolah)

Pada tahun 2019, 12 dari 17 kategori lapangan usaha mengalami penurunan rata-rata jam
kerja. Menurunnya rata-rata jam kerja yang diikuti oleh meningkatnya capaian produktivitas
28 baik tenaga kerja, ekuivalen
Laporan tenaga Produktivitas
TAHUNAN kerja, maupun jam kerjaDaya
dan mengindikasikan tenaga 2020
Saing Indonesia kerja
Indonesia jauh lebih produktif dengan jam kerja yang lebih pendek. Seperti telah dibahas
sebelumnya, standar jam kerja di Indonesia adalah 40 jam per minggu. Tiga dari tujuh belas
kategori lapangan usaha memiliki rata-rata jam kerja per minggu di bawah/kurang dari 40
jam, yaitu kategori lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (kategori A); Jasa
100000
-7.12

Rupiah p
-5
50000
0 -10
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
T, U
2018 2019 Pertumbuhan 2019

Sumber:
PadaBPS,tahun
Sakernas2019,
dan PDB12
2018 dan17
dari 2019 (diolah) lapangan usaha mengalami penurunan
kategori
rata-rata jam kerja. Menurunnya rata-rata jam kerja yang diikuti oleh meningkatnya
Pada tahun 2019, 12 dari 17 kategori lapangan usaha mengalami penurunan rata-rata jam
capaian produktivitas baik tenaga kerja, ekuivalen tenaga kerja, maupun jam
kerja. Menurunnya rata-rata jam kerja yang diikuti oleh meningkatnya capaian produktivitas
baikkerja mengindikasikan
tenaga kerja, ekuivalentenaga
tenaga kerja
kerja, Indonesia
maupun jam jauh lebih
kerja produktif dengan
mengindikasikan tenagajamkerja
kerja yang lebih pendek. Seperti telah dibahas sebelumnya, standar
Indonesia jauh lebih produktif dengan jam kerja yang lebih pendek. Seperti telah dibahas jam kerja
di Indonesia
sebelumnya, adalah
standar jam40 jamdiper
kerja minggu.
Indonesia Tiga 40
adalah darijam
tujuh
per belas
minggu. kategori lapangan
Tiga dari tujuh belas
kategori lapangan usaha memiliki rata-rata jam kerja per minggu di bawah/kurangyaitu
usaha memiliki rata-rata jam kerja per minggu di bawah/kurang dari 40 jam, dari 40
kategori lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (kategori
jam, yaitu kategori lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (kategori A); Jasa A); Jasa
Pendidikan
Pendidikan (Kategori
(Kategori P); serta
P); serta Jasa Lainnya
Jasa Lainnya (kategori
(kategori R, S, T,R,U).S, T, U).
Gambar
Gambar 3.14.
3.14. Rata-rata
Rata-rata Jam
Jam Kerja
KerjaMenurut
MenurutKategori
KategoriLapangan
Lapangan Usaha
Usaha
Tahun 2018 dan 2019
Tahun 2018 dan 2019

50
Total Ekonomi: 39.77
40

30

20

10
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
T, U

2018 2019 Nasional 2019

Sumber: BPS, Sakernas 2018 dan 2019 (diolah)


Sumber: BPS, Sakernas 2018 dan 2019 (diolah)

Rata-rata jam kerja yang rendah pada suatu kategori lapangan usaha, tidak
selalu menunjukkan efisiensi dari tenaga kerja pada kategori tersebut. Misalnya
pada kategori lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (Kategori
A) yang sangat dipengaruhi oleh faktor musiman. Begitu juga pada kategori
lapangan usaha Jasa Pendidikan (Kategori P), jam sekolah dan hari libur sekolah
menjadi penyebab utama rendahnya rata-rata jam kerja tenaga kerja pada
kategori lapangan usaha ini.

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 29


30 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020
BAB 4
PRODUKTIVITAS
TENAGA KERJA DALAM
DAYA SAING INDONESIA
4.1. Tantangan peningkatan
BAB 4. PRODUKTIVITAS dayaKERJA
TENAGA saing dan DAYA
DALAM produktivitas tenaga kerja
SAING INDONESIA
BAB 4. PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DALAM DAYA SAING INDONESIA
Indonesia

Peningkatan kualitas pendidikan, penyediaan lapangan kerja,


4.1. Tantangan peningkatan daya saing dan produktivitas tenaga kerja Indonesia
4.1. Tantangan peningkatan
pemberantasan daya saing
korupsi, serta dan produktivitas
kesiapan menghadapi tenaga kerjaindustri
revolusi Indonesia 4.0 menjadi
Peningkatan
tantangan kualitas pendidikan, penyediaan lapangan kerja, pemberantasan korupsi, serta
Peningkatan tersendiri dalam penyediaan
kualitas pendidikan, upaya peningkatan daya
lapangan kerja, saing dan produktivitas
pemberantasan korupsi, serta
kesiapankerja
tenaga menghadapi
Indonesia.revolusi industri 4.0
Peningkatan menjadi tantangan
ketersediaan lapangantersendiri dalamterlepas
kerja tidak upaya
kesiapan menghadapi revolusi industri 4.0 menjadi tantangan tersendiri dalam upaya
peningkatan daya saing dan produktivitas tenaga kerja Indonesia. Peningkatan ketersediaan
peningkatan
dari daya saing
kemudahan dan produktivitas
pelaku usaha dalam tenagamemulai
kerja Indonesia. Peningkatan ketersediaan
dan menjalankan usahanya.
lapangan kerja tidak terlepas dari kemudahan pelaku usaha dalam memulai dan menjalankan
lapanganEase
Dalam kerjaof
tidak terlepas
Doing dari kemudahan
Business pelaku usahamelakukan
2020, kemudahan dalam memulai dan di
bisnis menjalankan
Indonesia
usahanya. Dalam Ease of Doing Business 2020, kemudahan melakukan bisnis di Indonesia
usahanya.
menempati Dalam Ease
peringkat of Doing Business 2020, kemudahan melakukan bisnis di Indonesia
menempati peringkat yangyang
samasama
dengandengan tahun sebelumnya,
tahun sebelumnya, yaitu73peringkat
yaitu peringkat dari 190
menempati peringkat yang sama dengan tahun sebelumnya, yaitu peringkat 73 dari 190
73 dari Sementara
negara. 190 negara. itu, Sementara
untuk capaianitu,
skoruntuk capaian
mengalami skor mengalami
peningkatan dari tahun peningkatan
sebelumnya,
negara. Sementara itu, untuk capaian skor mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya,
dari
yaitutahun sebelumnya,
dari 67,96 yaituPeringkat
menjadi 69,60. dari 67,96danmenjadi
skor setiap69,60. Peringkat
indikator Ease ofdan Doingskor setiap
Business
yaitu dari 67,96 menjadi 69,60. Peringkat dan skor setiap indikator Ease of Doing Business
2020 Indonesia
indikator Ease ditunjukkan
of Doing pada Gambar
Business 2020 4.1.
Indonesia ditunjukkan pada Gambar 4.1.
2020 Indonesia ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Gambar4.1.
Gambar 4.1. Peringkatsetiap
setiap indikator Ease
Easeof Doing
DoingBusiness Indonesia 20202020
Gambar 4.1.Peringkat
Peringkat setiapindikator
indikator Ease ofofDoing Business
Business Indonesia
Indonesia 2020

Capaian
Capaian skor skor setiap indikator:
setiap indikator:
Capaian skor setiap indikator:

Sumber: Ease of Doing Business 2020


Sumber: Ease of Doing Business 2020
Sumber: Ease
Dalam Ease of of Doing
Doing Business
Business 2020
2020, Indonesia masih dinilai sebagai salah satu negara dengan
Dalam Ease of Doing Business 2020, Indonesia masih dinilai sebagai salah satu negara dengan
birokrasi yang rigid. Sebagai contoh, waktu yang dibutuhkan dalam tahap prakualifikasi
birokrasi yang rigid. Sebagai contoh, waktu yang dibutuhkan dalam tahap prakualifikasi
pengadaan barang dan jasa di Indonesia adalah sekitar 90 hari, sementara di Kanada hanya
pengadaan barang dan jasa di Indonesia adalah sekitar 90 hari, sementara di Kanada hanya
21 hari. Contoh TAHUNAN
lain yang disebutkan dalam laporan ini adalah peraturan ketenagakerjaan
21 hari. Contoh lain yang disebutkan
Laporan dalam laporan
Produktivitas ini adalah
dan Daya peraturan
Saing ketenagakerjaan
Indonesia 2020 31
yang kaku, terutama terkait perekrutan tenaga kerja.
yang kaku, terutama terkait perekrutan tenaga kerja.
Selain birokrasi, korupsi juga masih menjadi tantangan dalam peningkatan produktivitas
Selain birokrasi, korupsi juga masih menjadi tantangan dalam peningkatan produktivitas
tenaga kerja dan daya saing Indonesia. Korupsi memiliki dampak yang sangat besar terhadap
tenaga kerja dan daya saing Indonesia. Korupsi memiliki dampak yang sangat besar terhadap
Dalam Ease of Doing Business 2020, Indonesia masih dinilai sebagai salah
satu negara dengan birokrasi yang rigid. Sebagai contoh, waktu yang dibutuhkan
dalam tahap prakualifikasi pengadaan barang dan jasa di Indonesia adalah
sekitar 90 hari, sementara di Kanada hanya 21 hari. Contoh lain yang disebutkan
dalam laporan ini adalah peraturan ketenagakerjaan yang kaku, terutama terkait
perekrutan tenaga kerja.

Selain birokrasi, korupsi juga masih menjadi tantangan dalam peningkatan


produktivitas tenaga kerja dan daya saing Indonesia. Korupsi memiliki dampak yang
sangat besar terhadap daya saing suatu negara (Mihaela, 2006). Sebagai contoh,
peningkatan korupsi sebesar 1 persen akan menurunkan tingkat pertumbuhan
ekonomi sekitar 0,72 persen (Pak Hung Mo, 2001). Gambar 4.2 menunjukkan bahwa
korupsi memiliki korelasi positif dengan produktivitas tenaga kerja dan daya saing
Indonesia. Daya saing dan produktivitas tenaga kerja yang tinggi akan menarik
minat investor, namun rendahnya budaya melawan korupsi akan menyebabkan
terjadinya peluang besar untuk korupsi. Korupsi di Indonesia banyak terjadi di
beberapa sektor utama, seperti sektor swasta, peradilan dan kepolisian, pengadaan
publik, sektor minyak dan gas (Merkle, 2018).

Gambar 4.2. Korelasi Antara Jumlah Kasus Korupsi dengan Daya Saing Wilayah
Gambar 4.2. Korelasi Antara Jumlah Kasus Korupsi dengan Daya Saing Wilayah
dan
dan Produktivitas
Produktivitas Tenaga Kerja
Tenaga Kerja

Sumber: Laporan
Sumber: Laporan Tahunan
Tahunan KPK
KPK (2017), Asia (2017), Asia Institute
Competitiveness Competitiveness Institute
(ACI) 2017, Produktivitas (ACI)
Tenaga Kerja2017,
2017

Corruption Perception
Produktivitas TenagaIndex
Kerja (CPI)
20172019 menunjukkan Indonesia mengalami peningkatan skor
2 poin dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi 40. Peningkatan skor ini selaras dengan berbagai
upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk melawan korupsi. Peringkat CPI 2019 Indonesia
adalah Corruption
85 dari 180Perception IndexIndonesia
negara. Posisi (CPI) 2019 menunjukkan
saat ini masih di Indonesia mengalami
bawah Singapura, Brunei
peningkatan skor 2 poin dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi 40. Peningkatan
Darusalam, dan Malaysia. Indonesia masih termasuk dalam 2/3 negara dengan skor di bawah
50, serta
skor ininegara dengan
selaras dengancapaian di bawah
berbagai rata-rata
upaya yang skor
telah180 negara (rata-rata
dilakukan 43). untuk
pemerintah
Selain birokrasi dan korupsi, salah satu tantangan utama yang harus diatasi adalah
peningkatan kualitas tenaga kerja untuk menjawab kebutuhan pasar tenaga kerja. Menurut
Allen (2016), satu dari setiap dua pekerja Indonesia dapat diklasifikasikan kurang memenuhi
32 syarat untuk Laporan
pekerjaan TAHUNAN Produktivitas
mereka. Upaya peningkatandan Daya Saing
ketersediaan Indonesia
lapangan kerja2020
harus
diselaraskan dengan peningkatan kualitas tenaga kerja.
Dalam laporan The Future of Jobs 2020, diperkirakan dalam lima tahun mendatang 85 juta
lapangan pekerjaan lama akan hilang dan disertai oleh munculnya 97 juta pekerjaan baru di
tingkat global. Kondisi ini merupakan dampak dari revolusi industri 4.0 yang diakselerasi oleh
melawan korupsi. Peringkat CPI 2019 Indonesia adalah 85 dari 180 negara. Posisi
Indonesia saat ini masih di bawah Singapura, Brunei Darusalam, dan Malaysia.
Indonesia masih termasuk dalam 2/3 negara dengan skor di bawah 50, serta
negara dengan capaian di bawah rata-rata skor 180 negara (rata-rata 43).

Selain birokrasi dan korupsi, salah satu tantangan utama yang harus diatasi
adalah peningkatan kualitas tenaga kerja untuk menjawab kebutuhan pasar
tenaga kerja. Menurut Allen (2016), satu dari setiap dua pekerja Indonesia
dapat diklasifikasikan kurang memenuhi syarat untuk pekerjaan mereka. Upaya
peningkatan ketersediaan lapangan kerja harus diselaraskan dengan peningkatan
kualitas tenaga kerja.

Dalam laporan The Future of Jobs 2020, diperkirakan dalam lima tahun
mendatang 85 juta lapangan pekerjaan lama akan hilang dan disertai oleh
munculnya 97 juta pekerjaan baru di tingkat global. Kondisi ini merupakan
dampak dari revolusi industri 4.0 yang diakselerasi oleh terjadinya pandemi
Covid-19. Kesiapan untuk melakukan transisi ke pekerjaan baru membutuhkan
adanya reskilling dan upskilling tenaga kerja. Sekitar 50 persen tenaga kerja akan
membutuhkan reskilling, dengan perubahan sekitar 40 persen pada core skills.

Tantangan dalam peningkatan kualitas tenaga kerja Indonesia, khususnya


dalam reskilling dan upskilling tenaga kerja, baik dari dimensi teknis maupun non-
teknis (soft skills) tidak terlepas dari permasalahan pendidikan di Indonesia. Pada
tahun 2019, angkatan kerja dan penduduk bekerja di Indonesia masih didominasi
oleh tamatan sekolah dasar (SD). Angkatan kerja dengan pendidikan terakhir
SD mencapai 23,88 persen, dan tenaga kerja dengan pendidikan terakhir SD
mencapai 25,21 persen.

GambarGambar
4.3. Tingkat Pendidikan
4.3. Tingkat Angkatan
Pendidikan Angkatan Kerja danTenaga
Kerja dan Tenaga Kerja
Kerja Indonesia,
Indonesia, Agustus
Agustus 2019 2019

Persentase Tenaga Kerja Menurut


Persentase Angkatan Menurut
Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan
Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan

Tidak lulus Tidak lulus


Perguruan Perguruan
SD & tdk SD & tdk
Tinggi Tinggi sekolah
SMK sekolah SMK 12%
12% 15% 12% 15%
12%
SD SD
24% SMA 25%
SMA
18%
19% SMP SMP
18% 18%

Sumber: BPS, Sakernas bulan Agustus 2019


Sumber: BPS, Sakernas bulan Agustus 2019
Sementara itu, TPT dengan pendidikan SMK, D1-D3, D4/S1, dan S2 mencapai 38,06 persen
dari total TPT sebesar 5,28 persen di tahun 2019. Meskipun masih relatif tinggi, TPT dengan
pendidikan SMK, D1-D3, D4/S1, dan S2 tahun 2019 mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yang mencapai 38,31 persen dari total TPT. Banyaknya pengangguran terdidik
mengindikasikan ketidaksesuaian antara supply tenaga kerja dan kebutuhan pasar kerja.
Laporan
Untuk TAHUNAN
menurunkan tingkatProduktivitas danpeningkatan
pengangguran terdidik, Daya Saing Indonesia
keselarasan 2020
antara dunia 33
pendidikan dan kebutuhan pasar tenaga kerja sangat dibutuhkan. Gambar 4.4 menunjukkan
TPT menurut tingkat pendidikan bulan Agustus 2019.

Gambar 4.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Tingkat Pendidikan (Persen),
24% SMA 25%
SMA
18%
19% SMP SMP
18% 18%

Sementara itu, TPT dengan pendidikan SMK, D1-D3, D4/S1, dan S2 mencapai
Sumber: BPS, Sakernas bulan Agustus 2019
38,06 persen dari total TPT sebesar 5,28 persen di tahun 2019. Meskipun masih
relatif itu,
Sementara tinggi,
TPT TPT dengan
dengan pendidikan
pendidikan SMK, SMK,
D1-D3, D1-D3,
D4/S1,D4/S1,
dan S2dan S2 tahun
mencapai 2019persen
38,06
mengalami
dari total TPT sebesarpenurunan dari tahun
5,28 persen sebelumnya
di tahun yang mencapai
2019. Meskipun 38,31tinggi,
masih relatif persen dari
TPT dengan
pendidikan SMK,
total TPT. D1-D3, D4/S1,
Banyaknya dan S2 tahun
pengangguran terdidik2019 mengalami penurunan
mengindikasikan dari tahun
ketidaksesuaian
sebelumnya yang mencapai
antara supply 38,31
tenaga kerja danpersen dari total
kebutuhan pasarTPT.
kerja.Banyaknya pengangguran
Untuk menurunkan terdidik
tingkat
mengindikasikan
pengangguran terdidik, peningkatan keselarasan antara dunia pendidikan dankerja.
ketidaksesuaian antara supply tenaga kerja dan kebutuhan pasar
Untuk menurunkan tingkat pengangguran terdidik, peningkatan keselarasan antara dunia
kebutuhan pasar tenaga kerja sangat dibutuhkan. Gambar 4.4 menunjukkan TPT
pendidikan dan kebutuhan pasar tenaga kerja sangat dibutuhkan. Gambar 4.4 menunjukkan
menuruttingkat
TPT menurut tingkatpendidikan
pendidikan bulan
bulan Agustus
Agustus 2019.
2019.
Gambar 4.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Tingkat
Gambar 4.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Tingkat Pendidikan (Persen),
Pendidikan Agustus
(Persen), Agustus 2019
2019

12
10.42
10
7.92
8
5.99 5.67
6
4.75

4
2.41
2

0
≤ SD SMP SMA SMK Diploma I/II/III Universitas

Sumber: BPS, Sakernas bulan Agustus 2019


Sumber: BPS, Sakernas bulan Agustus 2019

4.2. Peluang dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja Indonesia

Peningkatan daya saing dan kualitas tenaga kerja Indonesia melalui


peningkatan SDM telah menjadi salah satu prioritas pembangunan. Sejak
tahun 2016, indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia termasuk dalam
pembangunan manusia kategori tinggi (BPS, 2016). Meningkatnya capaian IPM
Indonesia diharapkan dapat menjadi pendorong peningkatan daya saing tenaga
kerja dan bangsa Indonesia. Gambar 4.5 menunjukkan korelasi yang kuat antara
pembangunan manusia dan daya saing Indonesia. Dengan terus meningkatnya
IPM Indonesia, diharapkan kita akan semakin siap dalam memanfaatkan berbagai
peluang yang ada, seperti bonus demografi dan revolusi industri 4.0.

34 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


Meningkatnya capaian IPM Indonesia diharapkan dapat menjadi pendorong peningkatan
daya saing tenaga kerja dan bangsa Indonesia. Gambar 4.5 menunjukkan korelasi yang kuat
antara pembangunan manusia dan daya saing Indonesia. Dengan terus meningkatnya IPM
Indonesia, diharapkan kita akan semakin siap dalam memanfaatkan berbagai peluang yang
ada, seperti bonus demografi dan revolusi industri 4.0.

Gambar
Gambar4.5.
4.5.Korelasi
Korelasi antara IPM
IPMdan
danDaya
DayaSaing
SaingWilayah
Wilayah

Sumber: BPS dan Asia Competitiveness Institute (ACI) 2017


Sumber: BPS dan Asia Competitiveness Institute (ACI) 2017
Selain menjadi tantangan, revolusi indutri 4.0 juga menjadi salah satu peluang bagi bangsa
Indonesia Selain
untuk meningkatkan daya saing.
menjadi tantangan, revolusiDalam
indutriera4.0ini,juga
tenaga kerjasalah
menjadi dituntut
satu untuk
meningkatkan produktivitas melalui pemanfaatan teknologi digital. Seperti
peluang bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan daya saing. Dalam era ini, telah dibahas
sebelumnya, IMD World
tenaga kerja dituntutCompetitiveness Centerproduktivitas
untuk meningkatkan mencatat peringkat daya saing digital
melalui pemanfaatan
Indonesia pada digital.
teknologi tahun 2020 tidak
Seperti mengalami
telah perubahan dari
dibahas sebelumnya, IMDtahunWorld sebelumnya.
CompetitivenessDari tiga
faktor pembentuk indeks daya saing digital, hanya faktor Kesiapan Masa Depan mengalami
Center mencatat peringkat daya saing digital Indonesia pada tahun 2020 tidak
peningkatan capaian peringkat dari tahun sebelumnya. Sementara itu, faktor Pengetahuan
mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Dari tiga faktor pembentuk indeks
dan faktor Teknologi mengalami penurunan peringkat dari tahun sebelumnya.
daya saing digital, hanya faktor Kesiapan Masa Depan mengalami peningkatan
capaian
Meskipun peringkat
peringkat darisaing
daya tahundigital
sebelumnya. Sementara
Indonesia itu, faktor Pengetahuan
tidak mengalami perubahan, upaya
dan faktor Teknologi mengalami penurunan peringkat dari tahun sebelumnya.
pemerintah dalam persiapan menghadapi era revolusi industri 4.0 telah menunjukkan hasil.
Salah satunya adalah World Economic Forum yang menempatkan Indonesia sebagai salah
Meskipun peringkat daya saing digital Indonesia tidak mengalami
satu negara dengan kecepatan adaptasi kerangka hukum model bisnis digital di atas rata-rata
perubahan, upaya pemerintah dalam persiapan menghadapi era revolusi industri
global, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.6 (Global Competitiveness Report 2019).
4.0 telah menunjukkan hasil. Salah satunya adalah World Economic Forum yang
menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan kecepatan adaptasi
kerangka hukum model bisnis digital di atas rata-rata global, seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.6 (Global Competitiveness Report 2019).

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 35


Gambar 4.6.4.6.
Gambar Kecepatan
KecepatanAdaptasi
AdaptasiKerangka HukumTerhadap
Kerangka Hukum TerhadapModel
Model Bisnis
Bisnis Digital
Digital
Beberapa Negara di Dunia
Beberapa Negara di Dunia
Gambar 4.6. Kecepatan Adaptasi Kerangka Hukum Terhadap Model Bisnis Digital
Beberapa Negara di Dunia

Sumber: WEF
Sumber: WEF2019
2019
Sumber: WEF 2019
Selain dari sisi kualitas, kuantitas tenaga kerja Indonesia saat ini tengah berada pada periode
Selain
emas. dariSelain
Bonus sisi dari sisi
kualitas,
demografi yang
kualitas,tenaga
kuantitas kuantitas
tengah terjadi
tenaga kerja
kerjadiIndonesia
Indonesiasaat
Indonesia
ini tengah
menjadi
saat inipada
berada
peluang
tengah
periode
yang menjanjikan
berada
emas. pada
Bonus demografi periode emas. Bonus demografi yang tengah terjadi di Indonesia
dalam penyediaan tenagayangkerjatengah terjadi di Indonesia
yang produktif. menjadi peluang
Bonus demografi yang menjanjikan
akan menciptakan jendela
menjadi
dalam penyediaan peluang
tenaga yang
kerjamenjanjikan
yang produktif. dalam
Bonuspenyediaan
demografi akan tenaga kerja yang
menciptakan jendela
peluang (window of opportunity) ketika angka beban ketergantungan berada pada titik
produktif.
peluang (window Bonus demografi ketika
of opportunity) akan menciptakan jendela peluangberada
angka beban ketergantungan (windowpadaoftitik
terendah. Kondisi ini diperkirakan akan terjadi pada periode tahun 2020-2030 (Adioetomo,
terendah. Kondisi ketika
opportunity) ini diperkirakan
angka beban akan terjadi pada periode
ketergantungan tahunpada
berada 2020-2030 (Adioetomo,
titik terendah.
2005). Bonus
2005). Bonus demografi yang
yangterkelola dengan baik akan
akanmenghasilkan
menghasilkanangkatan
angkatan kerja yang
Kondisi inidemografi
diperkirakan terkelola
akan dengan
terjadi padabaikperiode tahun kerja
2020-2030 (Adioetomo, yang
dapat menjadi
dapat menjadi penggerak
penggerak daya saing
dayayang Indonesia.
saingterkelola
Indonesia. Peningkatanjumlah
Peningkatan jumlahangkatan
angkatan kerja
kerja Indonesia
Indonesia
2005). Bonus demografi dengan baik akan menghasilkan angkatan
tahun 2010
tahun 2010- 2019
- 2019ditunjukkan
ditunjukkan pada Gambar 4.7.
kerja yang dapat menjadipada Gambardaya
penggerak 4.7. saing Indonesia. Peningkatan jumlah
angkatan kerja Indonesia
Gambar
Gambar 4.7. tahun
Jumlah2010
4.7.Jumlah - 2019
Angkatan
Angkatan ditunjukkan
Kerja
Kerja pada Gambar 4.7.
Indonesia,2010-2019
Indonesia, 2010-2019
(Juta
(Juta
Gambar 4.7. Jumlah Angkatan Orang)
Orang)
Kerja Indonesia, 2010-2019 (Juta Orang)

135135
133.56
133.56
130 131.01
130 131.01
128.06
125 128.06
125 125.44
125.44
122.38
120 121.87
120 120.17 121.87 122.38
119.15 120.17
115 116.53 116 119.15
115 116.53 116
110
110 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sumber:Sumber: BPS,bulan
BPS, Sakernas Sakernas
Agustusbulan Agustus 2010-2019
2010-2019

Upaya pemerintah
Sumber:dalam memanfaatkan
BPS, Sakernas dan
bulan Agustus mengelola peluang dan potensi yang ada, salah
2010-2019
satunya adalah dengan meningkatkan kompetensi
Upaya pemerintah dalam memanfaatkan dan mengelola tenaga peluang
kerja melalui
dan Diklat
potensiVokasi
yangBerbasis
ada, salah
Kompetensi
36 dengan acuan
Laporan Kerangka
TAHUNAN Kualifikasi Nasional
Produktivitas Indonesia
dan Daya (KKNI
Saing dan SKKNI).
Indonesia Kegiatan
2020
satunya adalah dengan meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui Diklat Vokasi Berbasis
diklat ini mencakup Akademi/Politeknik/Program Diploma, Sekolah Menengah Kejuruan
Kompetensi dengan acuan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI dan SKKNI). Kegiatan
diklat ini mencakup Akademi/Politeknik/Program Diploma, Sekolah Menengah Kejuruan
Upaya pemerintah dalam memanfaatkan dan mengelola peluang dan potensi
yang ada, salah satunya adalah dengan meningkatkan kompetensi tenaga kerja
melalui Diklat Vokasi Berbasis Kompetensi dengan acuan Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI dan SKKNI). Kegiatan diklat ini mencakup Akademi/
Politeknik/Program Diploma, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Lembaga
Pelatihan Kerja (seperti BLK/LPK/LKP), dan Lembaga Pelatihan Kerja Perusahaan
dan Pemagangan. Pengendalian mutu pada kegiatan tersebut dilakukan melalui
akreditasi. Akreditasi dilaksanakan di bawah Badan Nasional Sertifiksi Profesi
(BNSP),
(SMK), dimanaPelatihan
Lembaga pelaksanaannya dilakukan
Kerja (seperti oleh Lembaga
BLK/LPK/LKP), dan Sertifikasi Profesi (LSP)
Lembaga Pelatihan Kerja
dengan berdasar
Perusahaan pada KKNI
dan Pemagangan. dan SKKNI. mutu pada kegiatan tersebut dilakukan melalui
Pengendalian
akreditasi. Akreditasi dilaksanakan di bawah Badan Nasional Sertifiksi Profesi (BNSP), dimana
Revitalisasi
pelaksanaannya SMK merupakan
dilakukan salah
oleh Lembaga satu contoh
Sertifikasi Profesiimplementasi kegiatanpada
(LSP) dengan berdasar di atas.
KKNI
Sebagai
dan SKKNI. lembaga vokasi yang lulusannya memang diperuntukkan agar mampu
langsung SMK
Revitalisasi memasuki lapangan
merupakan salah pekerjaan,
satu contohSMK mendapatkegiatan
implementasi perhatian seriusSebagai
di atas. dari
pemerintah.
lembaga Job Matching
vokasi yang lulusannya menjadi
memang salah satu program
diperuntukkan dalamlangsung
agar mampu revitalisasi ini.
memasuki
lapangan pekerjaan, SMK mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Program ini bertujuan untuk memperkecil bahkan menghilangkan mismatch Job Matching menjadi
salah satubidang
antara programkeahlian
dalam revitalisasi
lulusan ini.SMKProgram
dengan ini bertujuan
kebutuhan untuk memperkecil
pasar bahkan
tenaga kerja.
menghilangkan mismatch antara bidang keahlian lulusan SMK dengan kebutuhan pasar
Sementara
tenaga itu dari sisiitu
kerja. Sementara jumlah, sejak
dari sisi tahun
jumlah, 2016
sejak hingga
tahun 20162019 jumlah
hingga 2019 lulusan SMK
jumlah lulusan
terus
SMK mengalami
terus mengalamipeningkatan.
peningkatan.

Gambar
Gambar4.8.
4.8.Perkembangan
PerkembanganJumlah
Jumlah Lulusan SMK, 2013-2019
Lulusan SMK, 2013-2019

Sumber:
Sumber: BPSStatistik
BPS dan dan SMK Statistik SMK
Kemendikbud Kemendikbud
Contoh lain bentuk implementasi Diklat Vokasi Berbasis Kompetensi adalah dengan
Contoh
optimalisasi lain bentuk Balai
pemberdayaan implementasi Diklat
Latihan Kerja Vokasi
(BLK). Berbasis
Upaya Kompetensi
ini tercermin adalah
dari Keputusan
Menteri Ketenagakerjaan Nomor 23 Tahun 2017. Keputusan ini memuat tentang
dengan optimalisasi pemberdayaan Balai Latihan Kerja (BLK). Upaya ini tercermin Reorientasi,
Revitalisasi, dan Rebranding (3R) Balai Latihan Kerja di Balai Besar Pengembangan Latihan
dari Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 23 Tahun 2017. Keputusan ini
Kerja yang merupakan pusat pengembangan kejuruan. Hingga tahun 2019 program 3R ini
memuat
telah tentang Reorientasi,
diimplementasikan bergulir. dan Rebranding (3R) Balai Latihan Kerja di
dan terusRevitalisasi,
Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja yang merupakan pusat pengembangan
Program peningkatan kompetensi tenaga kerja memegang peranan penting, utamanya dalam
membangun, reskilling, serta meningkatkan kemampuan tenaga kerja sehingga mampu
menghadapi tantangan pasar tenaga kerja ke depan. Diantara berbagai kompetensi tenaga
kerja yang perlu ditingkatkan, kemampuan berusaha dan entrepreneurs menjadi dua
Laporan
kemampuan yangTAHUNAN
mendapat Produktivitas dan Daya
perhatian lebih. Dengan Saing Indonesia
meningkatnya 2020berusaha 37
kemampuan
dan entrepreneurs akan meningkatkan inovasi, produktivitas, serta meningkatkan
ketersediaan lapangan kerja. Peningkatan kesempatan kerja menjadi salah satu indikasi
meningkatnya ketersediaan lapagan kerja. Gambar 4.9 menunjukkan tingkat kesempatan
kerja di Indonesia dari tahun 2012 hingga 2019. Peningkatan kesempatan kerja di beberapa
kejuruan. Hingga tahun 2019 program 3R ini telah diimplementasikan dan terus
bergulir.

Program peningkatan kompetensi tenaga kerja memegang peranan penting,


utamanya dalam membangun, reskilling, serta meningkatkan kemampuan tenaga
kerja sehingga mampu menghadapi tantangan pasar tenaga kerja ke depan.
Diantara berbagai kompetensi tenaga kerja yang perlu ditingkatkan, kemampuan
berusaha dan entrepreneurs menjadi dua kemampuan yang mendapat perhatian
lebih. Dengan meningkatnya kemampuan berusaha dan entrepreneurs akan
meningkatkan inovasi, produktivitas, serta meningkatkan ketersediaan lapangan
kerja. Peningkatan kesempatan kerja menjadi salah satu indikasi meningkatnya
ketersediaan lapagan kerja. Gambar 4.9 menunjukkan tingkat kesempatan
kerja di Indonesia dari tahun 2012 hingga 2019. Peningkatan kesempatan kerja
di beberapa tahun terakhir menjadi sinyal positif terjadinya perbaikan kondisi
ketenagakerjaan di Indonesia.
Gambar 4.9. Tingkat Kesempatan Kerja, 2012-2019
Gambar 4.9. Tingkat Kesempatan
(Persen)Kerja, 2012-2019 (Persen)

Sumber: BPS
Sumber: BPS

38 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


BAB 5
PRODUKTIVITAS DAN DAYA
SAING TENAGA KERJA
DALAM PENUAAN PENDUDUK

5.1. Penuaan penduduk di Indonesia

Bonus demografi yang terjadi di Indonesia berdampak pada meningkatnya


jumlah angkatan kerja di Indonesia. Meningkatnya penduduk usia produktif
dan menurunnya ketergantungan penduduk usia tua diperkirakan terjadi pada
tahun 2010-2035. Meningkatnya penduduk usia produktif pada era ini, menjadi
peluang emas dalam meningkatkan daya saing bangsa. Berdasarkan data BPS,
pada Agustus 2019 angkatan kerja Indonesia mengalami peningkatan 2,55
juta orang dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu menjadi
133,56 juta orang. Peningkatan angkatan kerja ini menunjukkan potensi
ekonomi Indonesia yang terus meningkat. Indonesia diperkirakan mengalami
kesempatan puncak demografi pada tahun 2021 dan 2022, dimana rasio
ketergantungan penduduk Indonesia sebesar 45,4 persen.

Di sisi lain, peningkatan jumlah angkatan kerja Indonesia mulai dibayangi


oleh penuaan populasi. Menurut World Bank (2018), pada Februari 2018 tanda-
tanda penuaan angkatan kerja Indonesia sudah terlihat. Proporsi kelompok
muda (usia 20-39 tahun) mengalami penurunan dari 52,2 persen menjadi 47,8
persen dalam dekade terakhir. Sementara itu, angkatan kerja dengan usia 40
tahun ke atas meningkat dari 40,3 persen menjadi 47,5 persen. Gambar 5.1
menunjukkan proporsi angkatan kerja menurut umur di Indonesia 2000 hingga
Februari 2018.

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 39


populasi. Menurut World Bank (2018), pada Februari 2018 tanda-tanda penuaan angkatan
kerja Indonesia sudah terlihat. Proporsi kelompok muda (usia 20-39 tahun) mengalami
penurunan dari 52,2 persen menjadi 47,8 persen dalam dekade terakhir. Sementara itu,
angkatan kerja dengan usia 40 tahun ke atas meningkat dari 40,3 persen menjadi 47,5 persen.
Gambar 5.1 menunjukkan proporsi angkatan kerja menurut umur di Indonesia 2000 hingga
Februari 2018.
Gambar
Gambar 5.1.5.1. ProporsiAngkatan
Proporsi AngkatanKerja
KerjaMenurut
Menurut Umur
UmurdidiIndonesia, 2000-Februari
Indonesia, 2018
2000-Februari 2018

Sumber: BPS,
Sumber: BPS,Sakernas
Sakernas(diolah Heryanah
(diolah 2015) 2015)
Heryanah
Bonus demografi Indonesia yang diperkirakan akan berakhir pada tahun 2035 secara umum
menurunkan Bonus
rasiodemografi Indonesia
ketergantungan yang diperkirakan
penduduk akanKetika
(UNFPA, 2014). berakhir
rasiopada tahun
ketergantungan
2035
dipecah secara kelompok
ke dalam umum menurunkan rasio ketergantungan
umur, rasio ketergantungan pendudukpenduduk
muda (usia(UNFPA,
0-14 tahun)
menurun
2014).secara
Ketikasignifikan dari 43 persen dipecah
rasio ketergantungan di tahun ke
2010 menjadi
dalam 31,7 persen
kelompok umur,pada
rasio2035.
Namun,
ketergantungan penduduk muda (usia 0-14 tahun) menurun secara signifikan dari
rasio ketergantungan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas) justru meningkat
7,5 persen pada tahun 2010 hingga mencapai 15 persen pada 2035 (Heryanah, 2015). Gambar
dari 43 persen di tahun 2010 menjadi 31,7 persen pada 2035. Namun, rasio
5.2 menunjukkan rasio ketergantungan penduduk usia muda dan tua, tahun 2010-2035.
ketergantungan
Peningkatan penduduk lanjut
rasio ketergantungan usia (65 tahun
penduduk ke atas)
usia tua justru
selaras meningkat
dengan dariproporsi
proyeksi 7,5
persen
penduduk pada65tahun
umur tahun2010 hingga
ke atas mencapai
tahun 15 persen pada 2035 (Heryanah, 2015).
2010-2035.
Gambar 5.2 menunjukkan rasio ketergantungan penduduk usia muda dan tua,
tahun 2010-2035. Peningkatan rasio ketergantungan penduduk usia tua selaras
dengan proyeksi proporsi penduduk umur 65 tahun ke atas tahun 2010-2035.
Gambar 5.2. Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua, 2010-2035
Gambar 5.2. Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua, 2010-2035

50
45 43.00
40 38.50 38.08 37.62 37.17 36.70 36.20
35
31.70
30
25
20
15 15.60
9.20 9.50 9.85 10.24 10.63 11.00
10 7.50
5
0
2010 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2035

Rasio Ketergantungan Muda Rasio Ketergantungan Tua

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (diolah Heryanah 2015)


Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (diolah Heryanah 2015)
Indonesia saat ini berada pada tahap awal masa transisi struktur demografi penduduk, dari
populasi produktif ke populasi yang menua. Selain sebagai akibat dari bonus demografi yang
terjadi saat ini, meningkatnya jumlah penduduk usia tua di tahun-tahun mendatang tidak
terlepas dari meningkatnya umur harapan hidup dan menurunnya fertilitas penduduk
40 Indonesia. Laporan
Seperti ditunjukkan
TAHUNAN pada Gambar 5.3, umur
Produktivitas danharapan hidup Indonesia
Daya Saing penduduk terus
2020
meningkat dari tahun 2010 hingga 2019. Beberapa faktor penyebab peningkatan umur
harapan hidup penduduk Indonesia antara lain turunnya kemiskinan, kemudahan akses
fasilitas dan tenaga kesehatan, serta meningkatnya pengetahuan dan budaya hidup sehat.

Gambar 5.3. Umur Harapan Hidup Penduduk Indonesia, 2010-2019


10 7.50
5
0
2010 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2035

Rasio Ketergantungan Muda Rasio Ketergantungan Tua

Indonesia saat ini berada pada tahap awal masa transisi struktur demografi
Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (diolah Heryanah 2015)
penduduk, dari populasi produktif ke populasi yang menua. Selain sebagai akibat
Indonesia saat ini berada pada tahap awal masa transisi struktur demografi penduduk, dari
dari bonus demografi yang terjadi saat ini, meningkatnya jumlah penduduk usia
populasi produktif ke populasi yang menua. Selain sebagai akibat dari bonus demografi yang
tua di tahun-tahun mendatang tidak terlepas dari meningkatnya umur harapan
terjadi saat ini, meningkatnya jumlah penduduk usia tua di tahun-tahun mendatang tidak
terlepas hidup dan menurunnya fertilitas penduduk Indonesia. Seperti ditunjukkan
dari meningkatnya umur harapan hidup dan menurunnya fertilitas penduduk
Indonesia. Seperti ditunjukkan harapan
pada Gambar 5.3, umur hidup penduduk
pada Gambar 5.3, umurterus meningkat
harapan hidupdari tahun terus
penduduk
meningkat 2010darihingga
tahun2019.
2010Beberapa faktor Beberapa
hingga 2019. penyebabfaktor
peningkatan
penyebabumur harapan umur
peningkatan
harapan hidup
hiduppenduduk
pendudukIndonesia antara
Indonesia lain turunnya
antara kemiskinan,
lain turunnya kemudahan
kemiskinan, akses akses
kemudahan
fasilitas dan tenaga
fasilitas dankesehatan, serta meningkatnya
tenaga kesehatan, pengetahuan
serta meningkatnya dan budaya
pengetahuan hidup sehat.
dan budaya
hidup sehat.
Gambar 5.3. Umur Harapan Hidup Penduduk Indonesia, 2010-2019
Gambar 5.3. Umur Harapan Hidup(Tahun)
Penduduk Indonesia, 2010-2019 (Tahun)

71.50 71.34
71.20
71.06
70.90
71.00 70.78
70.59
70.40
70.50
70.20
70.01
70.00 69.81

69.50

69.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: BPS
Sumber: BPS
Hal serupa mengenai usia harapan hidup penduduk Indonesia juga disampaikan oleh Asian
DevelopmentHal Bank (ADB)mengenai
serupa tahun 2019.
usia Pada tahun
harapan 1960penduduk
hidup umur harapan hidupjuga
Indonesia penduduk
Indonesiadisampaikan
relatif rendah.
oleh Namun, pertumbuhan
Asian Development Bankumur
(ADB)harapan hidup
tahun 2019. Indonesia
Pada sejak tahun
tahun 1960
1960 hingga
umur2017 relatif
harapan tinggi
hidup di antaraIndonesia
penduduk beberapa negara,
relatif seperti
rendah. ditunjukkan
Namun, pada gambar
pertumbuhan
5.4. umur harapan hidup Indonesia sejak tahun 1960 hingga 2017 relatif tinggi di
antara beberapa negara, seperti ditunjukkan pada gambar 5.4.

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 41


Gambar 5.4. Umur Harapan Hidup Penduduk di Beberapa Negara serta Pertumbuhannya
Gambar 5.4. Umur Harapan Hidup Penduduk di Beberapa Negara serta Pertumbuhannya
Tahun 1960-2017
Tahun 1960-2017

Sumber: ADB (2019)


Sumber: ADB (2019)
Penuaan populasi di Indonesia diperkirakan akan mencapai 15,80 persen dari total populasi
pada tahun 2035 (Purwanti, dkk., 2018). Penuaan tenaga kerja yang terjadi membawa
Penuaan
dampak positifpopulasi
sekaligus di Indonesia
negatif diperkirakanIndonesia.
bagi perekonomian akan mencapai 15,80
Salah satu persen
dampak dari
positif
penuaan tenaga kerja adalah tersedianya tenaga kerja matang dan berpengalaman.
total populasi pada tahun 2035 (Purwanti, dkk., 2018). Penuaan tenaga kerja yang Contoh
dampak negatifnya seperti adanya potensi peningkatan cara kerja yang kurang produktif serta
terjadi
kondisimembawa dampak
kesehatan pekerja positif
yang lebih sekaligus negatif
buruk. Kebijakan bagipenuaan
terkait perekonomian Indonesia.
tenaga kerja sudah
Salah
harussatu dampak
disiapkan. positif
Seperti, penuaan
kebijakan yang tenaga
mendorongkerja adalah tersedianya
peningkatan keterampilan tenaga kerja
bagi pekerja
yang lebih tua, serta rekonstruksi ekonomi menuju sektor-sektor dengan produktivitas tinggi
matang dan berpengalaman. Contoh dampak negatifnya seperti adanya potensi
dan padat modal.
peningkatan cara kerja yang kurang produktif serta kondisi kesehatan pekerja
Tantangan penuaan populasi sudah hampir pasti akan dihadapi Bangsa Indonesia di masa
yang lebih buruk.
mendatang. Kebijakan
Pemerintah harus terkait penuaan
meminimalisir tenaga
setiap risikokerja
yang sudah
mungkinharus disiapkan.
terjadi dengan
menyiapkan berbagai upaya untuk menghadapi tantangan tersebut, salah
Seperti, kebijakan yang mendorong peningkatan keterampilan bagi pekerja yang satunya dengan
melakukan persiapan transisi dari era bonus demografi menuju era penuaan populasi.
lebih tua, serta rekonstruksi ekonomi menuju sektor-sektor dengan produktivitas
tinggi dan padat modal.
5.2. Dampak penuaan penduduk pada pasar tenaga kerja dan produktivitas
PadaTantangan
tahun 2010,penuaan populasi sudah
WHO memperkirakan bahwahampir
sekitar 8pasti akan
persen ataudihadapi
sekitar 524Bangsa
juta
penduduk dunia memiliki usia 65 tahun ke atas (lansia). Jumlah tersebut
Indonesia di masa mendatang. Pemerintah harus meminimalisir setiap risiko diperkirakan akan
mendekati tiga kali lipat di tahun 2050, yaitu sekitar 1,5 miliar orang. Gambar 5.5
yang mungkin
menunjukkan terjadi dengan
pergerakan pendudukmenyiapkan berbagai
dunia usia di bawah upaya
lima tahun danuntuk menghadapi
65 tahun ke atas dari
tantangan tersebut,
tahun 1950-2050. salah satunya
Negara-negara dengan
di dunia tengahmelakukan persiapan
bersiap menghadapi transisipenuaan
terjadinya dari era
populasi, sementara beberapa negara lain sedang atau telah melewati fase penuaan populasi
bonus demografi menuju era penuaan populasi.
ini.

42 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


5.2. Dampak penuaan penduduk pada pasar tenaga kerja dan produktivitas

Pada tahun 2010, WHO memperkirakan bahwa sekitar 8 persen atau sekitar
524 juta penduduk dunia memiliki usia 65 tahun ke atas (lansia). Jumlah tersebut
diperkirakan akan mendekati tiga kali lipat di tahun 2050, yaitu sekitar 1,5 miliar
orang. Gambar 5.5 menunjukkan pergerakan penduduk dunia usia di bawah lima
tahun dan 65 tahun ke atas dari tahun 1950-2050. Negara-negara di dunia tengah
bersiap menghadapi terjadinya penuaan populasi, sementara beberapa negara
lain sedang atau telah melewati fase penuaan populasi ini.
Gambar
Gambar 5.5.5.5. PendudukDunia
Penduduk DuniaUsia
Usia Di
Di Bawah
BawahLima
LimaTahun
Tahundan 65 65
dan Tahun Ke Atas
Tahun Ke Atas
Tahun 1950-2050
Tahun 1950-2050

Sumber:
Sumber: PBB, WorldPopulation
PBB, World Population Prospects:
Prospects: The The
20102010 Revision
Revision

Indonesia menjadi salah satu negara yang mulai memasuki tahap awal penuaan populasi.
Indonesia menjadi salah satu negara yang mulai memasuki tahap awal
Seperti ditunjukkan pada Gambar 5.6, terjadi pergeseran komposisi penduduk Indonesia
penuaan
sejak tahun populasi.
2010 hingga Seperti ditunjukkan
2035. Penuaan pada yang
populasi Gambar 5.6, mulai
sudah terjaditerjadi
pergeseran
di Indonesia
komposisi penduduk Indonesia sejak tahun 2010 hingga 2035. Penuaan populasi
menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa ini di masa mendatang. Beberapa tantangan akan
munculyang sudahdampak
sebagai mulai terjadi di Indonesia
dari penuaan menjadi tantangan
penduduk dan tenagatersendiri bagi bangsa
kerja, seperti peningkatan
ini di masa mendatang. Beberapa tantangan akan muncul sebagai
pengeluaran pemerintah untuk perlindungan sosial dan kesehatan, peningkatan beban dampak
dari penuaan
ketergantungan, pendudukpertumbuhan
menurunnya dan tenaga kerja,
ekonomiseperti
dan peningkatan
produktivitas,pengeluaran
serta peningkatan
disabilitas (Huang, untuk
pemerintah 2019 perlindungan
dan WHO). Berbagai
sosial dantantangan
kesehatan,yang akan terjadi
peningkatan bebantersebut
diharapkan dapat diantisipasi
ketergantungan, sedini mungkin.
menurunnya pertumbuhan ekonomi dan produktivitas, serta
peningkatan disabilitas (Huang, 2019 dan WHO). Berbagai tantangan yang akan
Gambar 5.6. Komposisi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035
terjadi tersebut diharapkan dapat diantisipasi sedini mungkin.
(Juta Jiwa)

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 43


pengeluaran pemerintah untuk perlindungan sosial dan kesehatan, peningkatan beban
ketergantungan, menurunnya pertumbuhan ekonomi dan produktivitas, serta peningkatan
disabilitas (Huang, 2019 dan WHO). Berbagai tantangan yang akan terjadi tersebut
diharapkan dapat diantisipasi sedini mungkin.

Gambar5.6.
Gambar 5.6. Komposisi
Komposisi Penduduk
Penduduk Indonesia
Indonesia Tahun 2010-2035
Tahun 2010-2035 (Juta Jiwa)
(Juta Jiwa)

Sumber:
Sumber: Proyeksi
Proyeksi Penduduk
Penduduk Indonesia
Indonesia 2010-2035(diolah
2010-2035 (diolah Heryanah
Heryanah 2015)
2015)

Peningkatan jumlah penduduk usia tua yang tidak terkelola dengan baik,
akan semakin menambah beban keuangan negara ke depan. Pengeluaran
anggaran pemerintah untuk memberikan manfaat sosial bagi penduduk usia tua
akan semakin bertambah, sementara pendapatan pajak berpotensi berkurang
akibat menurunnya produktivitas tenaga kerja.

Namun demikian, dampak penuaan populasi terhadap produktivitas tenaga


kerja Indonesia belum terlihat di tahun 2019. Berdasarkan hasil penghitungan
produktivitas tenaga kerja tahun 2011-2019, produktivitas tenaga kerja di
Indonesia selama periode tersebut terus meningkat, seiring dengan meningkatnya
komposisi penduduk usia produktif. Selaras dengan meningkatnya produktivitas
tenaga kerja, efisiensi tenaga kerja juga mengalami peningkatan dengan jam
kerja yang relatif lebih singkat.

Produktivitas tenaga kerja menjadi salah satu indikator kualitas tenaga


kerja. Ketika pekerja memiliki kemampuan dan pengetahuan yang tinggi disertai
dengan kondisi kesehatan fisik dan mental yang baik, maka pekerjaan menjadi
efektif dan efisien (Bong, 2009). Selaras dengan Bong (2009), hasil penelitian ADB

44 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


(2019) menyatakan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sebagian besar
berasal dari peningkatan keterampilan. Tenaga kerja berketerampilan rendah
akan terjebak dalam pekerjaan dengan produktivitas rendah. Untuk menjaga
produktivitas tenaga kerja dalam era penuaan populasi, kualitas tenaga kerja
harus tetap terjaga. Menurut Government Office for Science of UK (2016), ada tiga
hal yang perlu menjadi prioritas untuk menjaga produktivitas tenaga kerja lansia,
antara lain:

• Mendukung populasi yang menua untuk menjalani kehidupan secara


penuh dan bekerja lebih lama. Seperti dengan penyediaan lapangan kerja
yang bervariasi dan mendukung para pekerja lanjut usia.
• Adaptasi tempat kerja dan lingkungan. Ini termasuk menangani sikap
negatif terhadap pekerja yang lebih tua dan kebutuhan kesehatan,
meningkatkan desain tempat kerja, mendorong akses ke teknologi baru,
dan adaptasi kebijakan dalam bidang sumber daya manusia dan dunia
kerja.
• Memastikan individu mendapat pelatihan dan peningkatan kemampuan
sepanjang masa hidupnya. Perpanjangan usia kerja dan perubahan pada
tempat kerja menyebabkan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan menjadi
sangat penting, terutama untuk penduduk lanjut usia.

Estimasi penduduk lansia yang bekerja pada tahun 2036 adalah sekitar
11 persen dari total pasar tenaga kerja (BPS, 2019). Pemberdayaan tenaga
kerja lansia untuk tetap produktif akan membantu menurunkan angka
ketergantungan. Meningkatnya angka ketergantungan dan menurunnya support
ratio (perbandingan antara penduduk usia produktif dan lansia) merupakan salah
satu dampak dari penuaan populasi yang tidak terkelola dengan baik.

Berdasarkan analisis isu terkini 2019 yang dilakukan BPS, pada tahun 2035
diperkirakan setiap 6 orang penduduk usia produktif akan menanggung 1 orang
lansia. Apabila kebijakan yang diambil tidak memperhatikan struktur lapangan
pekerjaan, peningkatan keterampilan, dan jaminan sosial yang memadai untuk
lansia, kondisi di masa mendatang dikhawatirkan akan semakin membebani
penduduk usia produktif. Gambar 5.7 menunjukkan support ratio Indonesia 1971-
2035 (UNFPA, 2014).

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 45


Gambar 5.7. Support Ratio Indonesia, 1971-2035
Gambar 5.7.5.7.Support
Gambar Support Ratio Indonesia,
Ratio Indonesia, 1971-2035
1971-2035

Sumber:UNFPA
Sumber: UNFPA (2014)
(2014)
Sumber: UNFPA (2014)
Kepemilikan jaminan hari tua dan jaminan pensiun menjadi salah satu hal penting dalam
Kepemilikan jaminan
upaya penurunan hari tua
Kepemilikan
tingkat dan hari
jaminan jaminan
tua danpensiun
ketergantungan. jaminan menjadi
Data salah salah
pensiun menjadi
BPS dari hasil Sakernassatu halmenunjukkan
satu
2018 penting dalam
hal
upaya penurunan
bahwa
penting tingkat ketergantungan.
dalam upaya
pekerja/buruh/karyawan
penurunan Data
tingkat
umur 40-59 BPSyang
darimemiliki
hasil Sakernas
ketergantungan.
tahun
Data BPS 2018tuamenunjukkan
dari
jaminan hari
hasil
dan/atau
bahwa Sakernas 2018 menunjukkan
pekerja/buruh/karyawan umur bahwa
40-59pekerja/buruh/karyawan
tahun yang memiliki umur 40-59
jaminan tahuntua dan/atau
hari
jaminan pensiun yang disediakan oleh perusahaan hanya sekitar 30 persen (Gambar 5.8).
yang memiliki jaminan hari tua dan/atau jaminan pensiun yang disediakan oleh
jaminan
Denganpensiun yang
demikian, disediakan oleh
buruh/karyawan yangperusahaan
akan menjadihanya
lansiasekitar 30 persen
pada tahun 2035 masih(Gambar
banyak5.8).
perusahaan hanya sekitar 30 persen (Gambar 5.8). Dengan demikian, buruh/
Dengan
yang demikian, buruh/karyawan
belum memiliki yang akan
jaminan penghasilan menjadi
di masa lansia padakepemilikan
tua. Rendahnya tahun 2035jaminan
masih banyak
hari
karyawan yang akan menjadi lansia pada tahun 2035 masih banyak yang belum
yangtuabelum
dan/atau jaminan
memiliki pensiun
jaminan akan berdampak
penghasilan di masapada
tua. tingginya
Rendahnya tingkat ketergantungan
kepemilikan
memiliki jaminan penghasilan di masa tua. Rendahnya kepemilikan jaminan
jaminandihari
tua masa mendatang.
dan/atau jaminan
hari pensiun
tua dan/atau akanpensiun
jaminan berdampak pada tingginya
akan berdampak tingkat ketergantungan
pada tingginya tingkat di
masa mendatang.
Gambar 5.8. Persentase
ketergantungan diPekerja/Buruh/Karyawan
masa mendatang. Umur 40-59 Tahun Dengan Kepemilikan
Jaminan Hari Tua dan/atau Jaminan Pensiun yang Disediakan oleh Perusahaan, 2018
Gambar 5.8. Persentase
Gambar Pekerja/Buruh/Karyawan
5.8. Persentase Umur
Pekerja/Buruh/Karyawan Umur 40-59
40-59 TahunTahun
DenganDengan Kepemilikan
Kepemilikan
Jaminan Hari TuaHari
Jaminan dan/atau Jaminan
Tua dan/atau Pensiun
Jaminan yangDisediakan
Pensiun yang Disediakan oleh Perusahaan,
oleh Perusahaan, 2018 2018

Sumber: BPS, Sakernas (diolah)

Pemberdayaan penduduk lansia di era penuaan populasi sudah menjadi keharusan.


Penduduk lansia diharapkan akan tetap mandiri, aktif, dan produktif. Meningkatnya
Sumber: BPS,
Sumber: BPS, Sakernas
Sakernas(diolah)
(diolah)
pertumbuhan penduduk lansia di masa mendatang membutuhkan perencanaan kebijakan
Pemberdayaan
yang matang, penduduk lansia ketenagakerjaan.
utamanya terkait di era penuaan Lansia populasi
yang sudah menjadi
tetap aktif keharusan.
dan produktif
menjadi lansia
Penduduk harapandiharapkan
di masa depan. akanNamun, hal ini harus
tetap mandiri, didukung
aktif, ketersediaan
dan produktif. lapangan
Meningkatnya
pekerjaan
46 yang
pertumbuhan sesuai, pendidikan
pendudukLaporan dan pelatihan,
TAHUNAN
lansia di masa Produktivitas
mendatang sertamembutuhkan
fasilitas yang mendukung.
dan Daya Saing Indonesia Sementara
2020
perencanaan kebijakan
yangitu,matang,
pemberian motivasi kepada
utamanya terkait lansia dan pensiunan Lansia
ketenagakerjaan. untuk terus
yangbekerja,
tetap dan
aktifmenyediakan
dan produktif
jaminan hari tua dan pensiun menjadi aspek lain yang juga harus diperhatikan
menjadi harapan di masa depan. Namun, hal ini harus didukung ketersediaan lapangan
Pemberdayaan penduduk lansia di era penuaan populasi sudah menjadi
keharusan. Penduduk lansia diharapkan akan tetap mandiri, aktif, dan produktif.
Meningkatnya pertumbuhan penduduk lansia di masa mendatang membutuhkan
perencanaan kebijakan yang matang, utamanya terkait ketenagakerjaan. Lansia
yang tetap aktif dan produktif menjadi harapan di masa depan. Namun, hal ini
harus didukung ketersediaan lapangan pekerjaan yang sesuai, pendidikan dan
pelatihan, serta fasilitas yang mendukung. Sementara itu, pemberian motivasi
kepada lansia dan pensiunan untuk terus bekerja, dan menyediakan jaminan hari
tua dan pensiun menjadi aspek lain yang juga harus diperhatikan

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 47


48 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020
BAB 6
PENUTUP

Berdasarkan laporan daya saing dan produktivitas pada bab-bab sebelumnya,


terdapat beberapa poin penting yang dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Pada tahun 2019, posisi daya saing Indonesia di tataran global berada
pada peringkat 50 dari 141 negara. Nilai indeks daya saing Indonesia pada
2019 turun sebesar 0,3 poin atau turun lima peringkat dibandingkan tahun
sebelumnya. Skor yang tinggi yang dicapai Indonesia dalam Indeks Daya
Saing Global adalah pada pilar ukuran pasar dan pilar stabilitas ekonomi
makro. Sementara itu, capaian terendah terjadi pada pilar kapabilitas inovasi
dan pilar adaptasi teknologi informasi dan komunikasi.
2. Indonesia juga memiliki tantangan tantangan dalam hal inovasi dan daya
saing digital. Berdasarkan Global Innovation Index (GII) 2020 Indonesia
menempati uruta ke-85 dari 131 negara. Peringkat ini tidak berubah sejak
2018, meskipun capaian Indonesia dalam GII termasuk dalam 10 besar
terbaik untuk kelompok negara dengan penghasilan menengah ke bawah.
3. Dari sisi tenaga kerja, daya saing tenaga kerja Indonesia pada tataran global
juga terlihat melemah di tahun 2019. Berdasarkan release GCI 4.0 tahun 2019,
daya saing pilar pasar tenaga kerja Indonesia menempati peringkat 85 dari
141 negara atau menurun tiga peringkat dari tahun sebelumnya. Kondisi ini
mencerminkan belum optimalnya kontribusi pasar tenaga kerja bagi daya
saing Indonesia. Sementara itu, berdasarkan laporan Asian Productivity
Organization (APO) tahun 2019, produktivitas tenaga kerja dan produktivitas
jam kerja Indonesia menempati peringkat 11 dari 20 negara-negara di Asia
yang tergabung dalam APO. Dalam lingkup ASEAN, produktivitas tenaga
kerja dan jam kerja Indonesia berada pada peringkat empat dari delapan
negara anggota, berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand,
sedangakan tingkat pengangguran Indonesia di level ASEAN menempati
peringkat kedua setelah Brunei Darussalam.
4. Selanjutnya, terkait gambaran daya saing tenaga kerja di level provinsi dapat
ditinjau dari Indeks Daya Saing Tenaga Kerja menurut provinsi yang dibangun

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 49


dari 3 dimensi (dimensi pemberdayaan angkatan kerja/employability,
dimensi kualitas tenaga kerja, dimensi kompensasi dan produktivitas) yang
mencakup 17 indikator. Lima provinsi dengan tingkat daya saing tenaga
kerja tertinggi diantaranya adalah DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Bali, Banten
dan, DI Yogyakarta. Sementara itu, lima provinsi yang menempati peringkat
terendah diantaranya adalah adalah Sulawesi Barat, Aceh, Maluku, Papua,
dan Nusa Tenggara Timur. Perbedaan tingkat daya saing tenaga kerja antar
wilayah sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia. Hal ini seperti
terlhat pada keterkaitan yang kuat antara Indeks Daya Saing Tenaga Kerja
dan Indeks Pembangunan Manusia. Percepatan peningkatan pembangunan
manusia merupakan salah satu aspek penting dalam meningkatkan daya
saing, apalagi bila dikaitkan dengan kondisi angkatan kerja Indonesia yang
sebagian besar masih berpendidikan rendah.
5. Pendidikan dan pelatihan memegang peran penting dalam peningkatan
kemampuan SDM dan kualitas tenaga kerja. Keselarasan dunia pendidikan
dan pasar tenaga kerja menjadi salah satu kunci keberhasilan peningkatan
daya saing bangsa. Peningkatan kemampuan berusaha dan kemampuan
entrepreneurs menjadi salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian.
Meningkatkan kemampuan berusaha dan kemampuan entrepreneurs akan
meningkatkan inovasi, produktivitas, serta meningkatkan ketersediaan
lapangan kerja (GEI, 2018).
6. Tingkat daya saing tenaga kerja merupakan faktor penting dalam mendorong
tingkat daya saing wilayah, produktivitas tenaga kerja, dan pertumbuhan
ekonomi wilayah. Hal ini terlihat pada korelasi positif antara indeks Daya
Saing Tenaga Kerja dan Indeks Daya Saing Wilayah, antara Indeks aya Saing
Tenaga Kerja dengan tingkat produktivitas tenaga kerja, serta antara Indeks
Daya Saing Tenaga Kerja dengan dengan PDRB, dan Penanaman Modal
Asing.
7. Daya saing tenaga kerja di tingkat provinsi secara umum mengalami
peningkatan selama periode 2018-2019. Peningkatan daya saing tenaga
kerja antara lain berpengaruh pada peningkatan produktivitas, baik yang
diukur berdasarkan produktivitas ekivalen tenaga kerja (ETK) maupun
produktivitas jam kerja.
8. Meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi dalam Ease of Doing Business
2020, Indonesia masih dinilai sebagai salah satu negara dengan birokrasi
yang rigid. Sementara itu, meskipun mengalami kenaikan peringkat dan
skor dalam hal pemberantasan korupsi dibandingkan tahun sebelumnya,
komitmen Indonesia untuk memberantas korupsi masih perlu terus
diperkuat agar dapat meningkatkan kepercayaan dunia.

50 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


9. Selain bersiap menghadapi revolusi industri 4.0 dan bonus demografi,
Indonesia juga harus mulai bersiap untuk menghadapi penuaan penduduk
di masa mendatang. Penuaan penduduk di masa mendatang merupakan
dampak lanjutan dari bonus demografi yang diperkirakan mencapai
puncaknya di tahun pada tahun 2021 dan 2022. Pada masa peralihan bonus
demografi menuju penuaan populasi, pemerintah beserta para pemangku
kepentingan yang terkait perlu merencanakan sedini mungkin upaya-
upaya dalam menghadapi tantangan penuaan populasi, utamanya terkait
ketenagakerjaan.
10. Untuk menjawab tantangan dalam persaingan revolusi industri 4.0, perlu
optimalisasi program peningkatan kompetensi tenaga kerja melalui Diklat
Vokasi Berbasis Kompetensi dengan acuan Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI dan SKKNI). Implementasi program ini diharapkan dapat
membangun, reskilling, serta meningkatkan kemampuan tenaga kerja,
utamanya dari sisi kemampuan berusaha, kemampuan entrepreneurs,
dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (teknologi digital).
Dengan berfokus pada ketiga hal tersebut, akan meningkatkan kemampuan
inovasi, produktivitas, serta meningkatkan ketersediaan lapangan kerja
di masa mendatang. Menurut laporan The Future of Jobs 2020, dalam lima
tahun mendatang diperkirakan terdapat 85 juta lapangan pekerjaan lama
akan hilang dan disertai oleh munculnya 97 juta pekerjaan baru, utamanya
terkait dengan hubungan manusia dan mesin (digital).

Selain poin-poin tersebut, saat ini produktifitas dan daya saing tenaga kerja
juga mengalami tantangan masih berlanjutnya pandemi Covid-19 hingga waktu
yang belum bisa ditentukan. Pandemi Covid-19 yang telah merubah banyak
menimbulkan tekanan masalah kesehatan, ekonomi, dan sosial ini secara umum
membawa berpengaruh negatif terhadap produktifitas dan daya saing tenaga
kerja, utamanya pada kegiatan usaha atau daerah yang memiliki risiko dan tingkat
penyebaran yang tinggi, sehingga karenanya diperlukan kebijakan yang tepat
dan terukur agar pengaruh negatif ini dapat diminimalisir dan dipulihkan segera.

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 51


52 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020
DAFTAR PUSTAKA

ADB. (2019). Growing Old Before Becoming Rich, Challenges of an Aging


Population in Sri Lanka. Manila: ADB
Allen, Emma R. (2016). Raising Indonesian labor productivity. Manila: ADB, https://
www.adb.org/news/op-ed/raising-indonesian-labor-productivity
Adioetomo, S. M. (2005). “Bonus Demograf: Menjelaskan Hubungan antara
Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi”, Pidato
Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ekonomi Kependudukan
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Amri, Mulya. (2017). 2017 Annual Update of ACI Competitiveness Ranking and
Simulation Studies: 33 Provinces and Six Regions of Indonesia. 2017
Asia Economic Forum on “The One-Belt One-Road Initiative: Impact
and Implications”. Seminar 1: Competitiveness, Trade, Liveability and
Productivity in ASEAN Economies. 28th August 2017.
APO. (2020). APO Productivity Databook 2020. Jepang: Keio Tsuchiya
APO. (2019). APO Productivity Databook 2019. Jepang: Keio Tsuchiya
Bong, Kwon Dae. (2009). Human Capital and its Measurements. OECD World
Forum. Busan: OECD World Forum (2009): 1-15.
BPJS. (2019, Agustus 27). Program jaminan pensiun. Retrieved from BPJS
Ketenagakerjaan: https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/page/Program-
Jaminan-Pensiun.html
Cornell University, INSEAD, and the World Intellectual Property Organization.
(2019). The Global Innovation Index 2019: Creating Healthy Lives—The
Future of Medical Innovation. Geneva. https://www.globalinnovationindex.
org/gii-2019-report
Heryanah. (2015). Ageing Population dan Bonus Demografi Kedua di Indonesia.
Populasi Volume 23 Nomor 2 2015.

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 53


Huang, dkk. (2019). Impact of Population and Workforce Aging on Economic
Growth: Case Study of Taiwan. Sustainability 2019, 11, 6301; doi:10.3390/
su11226301, www.mdpi.com/journal/sustainability
https://data.oecd.org/lprdty/labour-productivity-and-utilisation.htm
https://data.worldbank.org/indicator/SL.UEM.TOTL.ZS?name_desc=false
https://www.apo-tokyo.org/publications/p_glossary/labor-productivity-2/
https://www.bappenas.go.id/files/rpjmn/Narasi%20RPJMN%20IV%202020-
2024_Revisi%2028%20Juni%202019.pdf
https://www.bps.go.id/
https://www.ilo.org/ilostat-files/Documents/description_PRODY_EN.pdf
https://unstats.un.org/unsd/nationalaccount/docs/sna2008.pdf
IMD World Competitiveness Center. (2019). IMD World Digital Competitiveness
Ranking 2019. Retrieved from https://www.imd.org/globalassets/wcc/docs/
release-2019/digital/imd-world-digital-competitiveness-rankings-2019.
pdf.
IMD World Competitiveness Center. (2020). IMD World Digital Competitiveness
Ranking 2020. Retrieved from https://www.imd.org/globalassets/wcc/
docs/release-2020/digital/digital_2020.pdf.
Merkle, Ortrun. (2018). Indonesia: Overview of corruption and anti-corruption.
Retrieved from https://knowledgehub.transparency.org/helpdesk/
indonesia-overview-of-corruption-and-anticorruption.
Mihaela, Herciu. (2006). The Impact of Corruption on National Competitiveness.
Studies in Business and Economics, Lucian Blaga University of Sibiu, Faculty
of Economic Sciences, vol. 1(1), pages 13-28, October 2006.
Matthias Helble, Trinh Long, and Trang Le. (2019). Sectoral and Skill Contributions
to Labor Productivity in Asia. ADBI Working Paper 929. Tokyo: Asian
Development Bank Institute. Available: https://www.adb.org/publications/
sectoral-and-skill-contributions-labor-productivity-asia
Mo, Pak Hung. (2001). Corruption and Economic Growth. Journal of Comparative
Economics 29, page 66–79
OECD. (2008). Handbookon Constructing Composite Indicators, Methodology
and User Guide. Retrieved from https://www.oecd.org/sdd/42495745.pdf.
Purwanti, dkk. (2018). Aging Population and Fiscal Consequences in Indonesia.
International Journal of Civil Engineering and Technology (IJCIET) Volume
9, Issue 2, February 2018, pp. 539–547, Article ID: IJCIET_09_02_053

54 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


Sprague, Shawn. (Mei 2014). Productivity: What can labor productivity tell us
about the U.S. economy?. US: U.S. Bureau of Labor Statistics. Retrieved from
https://www.bls.gov/opub/btn/volume-3/what-can-labor-productivity-
tell-us-about-the-us-economy.htm
The Global Entrepreneurship and Development Institute. (2017). The Global
Entrepreneurship Index 2018. Washington, DC: The Global Entrepreneurship
and Development Institute
The Global Entrepreneurship and Development Institute. (2020). The Global
Entrepreneurship Index 2019. Washington, DC: The Global Entrepreneurship
and Development Institute
The Government Office for Science of UK. (2016). Future of an Ageing Population.
Transparency International. (2020). Corruption Perceptions Index 2019. Berlin:
Transparency International.
Transparency International. (2019). Corruption Perceptions Index 2018. Berlin:
Transparency International.
Transparency International. (2018). Transparency International Anti-Corruption
Helpdesk Answer: Indonesia Overview of corruption and anti-corruption.
Berlin: Transparency International.
UNFPA. (2014). Indonesia on the Threshold of Population Ageing. Jakarta: UNFPA
Indonesia
United nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). (2014).
Structural Transformation and Labour Productivity in LDCs - The Least
Developed Countries Report 2014. Retrieved from https://unctad.org/en/
PublicationChapters/ldcr2014_ch4_en.pdf
WHO. (2011). Global Health and Aging. US
World Bank. (2020). Doing Business 2020 Comparing Business Regulation in 190
Economies. Washington, DC: The World Bank.
World Bank. (September 2018). Indonesia Economic Quarterly, Urbanization for
all. Washington, Indonesia: The World Bank.
World Economic Forum. (Oktober 2020). The Future of Jobs Report 2020. Geneva:
The World Economic Forum
World Economic Forum. (2019). Global Competitiveness Report 2019. Geneva:
The World Economic Forum
World Economic Forum. (2018). Global Competitiveness Report 2018. Geneva:
The World Economic Forum

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 55


56 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020
LAMPIRAN

Tabel data IPM 2017 & 2019, Indeks Daya Saing Wilayah 2017 & 2018,
dan PDRB 2019 (ADHK 2010=100)

Indeks Indeks
PDRB 2019
IPM IPM Daya Saing Daya Saing
Provinsi ADHK 2010 =100
2019 2017 Wilayah Wilayah
(Juta Rupiah)
2018 2017
Aceh 71,90 70,6 -0,35 -0,526 132.087.462,20
Sumatera Utara 71,74 70,57 -0,30 -0,304 539.526.595,25
Sumatera Barat 72,39 71,24 -0,60 -0,018 172.320.500,99
Riau 73,00 71,79 0,06 -0,093 495.845.906,34
Jambi 71,26 69,99 -0,56 -0,296 149.264.615,38
Sumatera Selatan 70,02 68,86 -0,24 -0,46 315.622.619,36
Bengkulu 71,21 69,95 -0,92 -0,595 46.362.327,16
Lampung 69,57 68,25 0,14 0,061 244.436.794,49
Bangka-Belitung 71,30 69,99 -0,74 -0,403 53.951.052,13
Kepulauan Riau 75,48 74,45 0,28 0,399 182.183.728,59
DKI Jakarta 80,76 80,06 3,15 3,459 1.838.500.708,45
Jawa Barat 72,03 70,69 1,55 0,946 1.491.705.807,48
Jawa Tengah 71,73 70,52 1,36 1,035 992.105.788,08
D I Yogyakarta 79,99 78,89 0,50 0,423 104.489.706,37
Jawa Timur 71,50 70,27 2,45 1,723 1.650.143.150,60
Banten 72,44 71,42 0,13 0,741 458.022.712,33
Bali 75,38 74,3 0,40 0,687 162.783.940,20
Nusa Tenggara Barat 68,14 66,58 -0,43 -0,582 94.014.743,09
Nusa Tenggara Timur 65,23 63,73 -1,11 -1,238 69.372.469,35
Kalimantan Barat 67,65 66,26 -0,82 -0,308 137.121.182,17
Kalimantan Tengah 70,91 69,79 0,00 0,09 100.428.666,02
Kalimantan Selatan 70,72 69,65 0,43 0,318 133.317.865,77
Kalimantan Timur 76,61 75,12 1,32 1,303 486.977.181,13
Kalimantan Utara 71,15 0 -0,35 0 61.834.580,04
Sulawesi Utara 72,99 71,66 -0,01 -0,27 89.028.050,78

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 57


Indeks Indeks
PDRB 2019
IPM IPM Daya Saing Daya Saing
Provinsi ADHK 2010 =100
2019 2017 Wilayah Wilayah
(Juta Rupiah)
2018 2017
Sulawesi Tengah 69,50 68,11 0,02 0,27 111.003.073,80
Sulawesi Selatan 71,66 70,34 0,26 0,557 330.605.132,61
Sulawesi Tenggara 71,20 69,86 -0,17 -0,412 94.078.149,32
Gorontalo 68,49 67,01 0,03 -0,298 28.432.866,65
Sulawesi Barat 65,73 64,3 -1,26 -0,597 32.873.531,52
Maluku 69,45 68,19 -0,99 -0,712 31.108.758,91
Maluku Utara 68,70 67,2 -1,15 -1,304 26.586.034,33
Papua Barat 64,70 62,99 -0,78 -1,891 62.070.804,32
Papua 60,84 59,09 -1,53 -1,706 134.677.637,74

Tabel data Jumlah Kasus Korupsi 2017, Produktivitas Tenaga Kerja 2017 & 2019, dan PMA 2019

Jumlah Kasus Produktivitas Produktivitas PMA 2019


Provinsi
Korupsi 2017 Tenaga Kerja 2019 Tenaga Kerja 2017 (Ribu USD)

Aceh 73 59,51 56,7 137.500


Sumatera Utara 96 80,75 76,58 379.500
Sumatera Barat 58 70,03 66,51 157.100
Riau 66 165,50 169,51 1.034.000
Jambi 57 88,23 82,37 54.600
Sumatera Selatan 47 79,53 71,41 736.500
Bengkulu 49 47,26 45,1 144.800
Lampung 41 59,94 56,63 155.200
Bangka-Belitung 45 75,36 74,35 88.700
Kepulauan Riau 14 194,71 185,3 1.363.400
DKI Jakarta 161 380,09 362,78 4.123.000
Jawa Barat 114 68,11 65,35 5.881.000
Jawa Tengah 129 56,88 52,02 2.723.200
D I Yogyakarta 30 48,95 44,96 14.600
Jawa Timur 164 79,89 73,74 866.300
Banten 43 82,34 80,74 1.868.200
Bali 29 67,03 60,44 426.000
Nusa Tenggara Barat 48 39,39 40,85 270.700
Nusa Tenggara Timur 70 28,97 27,06 126.800
Kalimantan Barat 41 57,88 53,97 532.300
Kalimantan Tengah 33 75,63 73,25 283.500

58 Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020


Jumlah Kasus Produktivitas Produktivitas PMA 2019
Provinsi
Korupsi 2017 Tenaga Kerja 2019 Tenaga Kerja 2017 (Ribu USD)

Kalimantan Selatan 45 65,46 61,7 372.900


Kalimantan Timur 62 285,65 293,93 861.000
Kalimantan Utara 0 185,26 0 81.700
Sulawesi Utara 44 78,68 76,38 220.500
Sulawesi Tengah 71 77,10 70,99 1.805.000
Sulawesi Selatan 98 86,32 80,28 302.600
Sulawesi Tenggara 33 77,24 71,52 987.700
Gorontalo 42 50,58 47,86 171.300
Sulawesi Barat 17 51,24 49,35 10.100
Maluku 38 43,46 43,32 33.000
Maluku Utara 32 50,89 47,49 1.008.500
Papua Barat 19 143,22 141,37 46.200
Papua 54 75,87 87,59 941.000

Laporan TAHUNAN Produktivitas dan Daya Saing Indonesia 2020 59

Anda mungkin juga menyukai