Pewarisan Sifat
A. Tujuan Pembelajaran:
Melalui penerapan model Problem based Learning(PBL) atau pembelajaran
berbasis masalah,maka diharapkan:
1. Peserta Didik mampu memahami struktur DNA dan kromosom sebagi
materi genetic
2. Peserta didik Mampu memahami hukum I Mendel tentang pewarisan
sifat/Hukum segresi bebas
3. Peserta didik mampu memahami tentang persilangan monohybrid
dominan penuh
4. Pesrta didik mampu memahami tentang persilangan monohybrid
dominan tak penuh/intermediet
B. Uraian Materi
1. Genetika Mendel
Di dalam sel terdapat banyak kromosom, di dalam kromosom tersimpan
bahan genetic yang menentukan sifat-sifat suatu organisme (gen). Sifat-
sifat ini dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Adanya sifat-sifat yang diwariskan dari induk kepada keturunannya telah
lama diketahui,namun belum diketahui caranya. Baru pada abad ke 19
Gregor Johann Mendel meneliti tentang pola pewarisan sifat pada
tumbuhan kacang kapri. Berkat penelitiannya, akhirnya kita sekarang
dapat mengerti pola pewarisan sifat. Ilmu yang mempelajari tentang
pewarisan sifat (hereditas) pada makhluk hidup disebut genetika. Mendel
kemudian diakui sebagai Bapak Genetika
Langkah awal yang dilakukan Mendel adalah menentukan Galur Murni.
Galur Murni merupakan tanaman yang apabila melakukan penyerbukan
sendiri menghasilkan keturunan yang memiliki sifat sama dengan tanaman
induknya.
Pada tahun 1903,Johannsen,seorang pemulia tanaman dari Swedia,
menggunakan istilah gen untuk memberi nama factor penentu sifat yang
dikemukakan Mendel. Setiap gen yang mengendalikan sifat tertentu
mempunyai posisi atau tempat tertentu pada kromosom. Posisi atau letak
gen pada kromosom disebut lokus. Misalnya gen penentu warna biji akan
berbeda dengan gen penentu bentuk biji. Untuk membedakan gen dari
lokus yang berbeda digunakan huruf yang berbeda,contohnya A dan B.
Setiap gen memilki pasangan gen yang disebut alel. Pada tahun 1902,
Bateson dan Snowdon menggunakan istilah homozigot dan heterozigot
untuk menunjukkan kedudukan alel pada lokus. Homozigot merupakan
dua alel yang sama yang terdapat pada satu lokus, misalnya AA atau aa.
Heterozigot merupakan dua alel yang berbeda yang terdapat pada satu
lokus,misalnya Aa. Alel ada yang bersifat menutupi alel lain (dominan)
dan tertutupi alel lain (resesif ).
Selain gen Johannsen juga menggunakan istilah fenotipe dan genotype.
Fenotipe merupakan sifat penampilanfisik yang dapat diamati, misalnya
warna bunga, bentuk biji atau tinggi tanaman. Genotipe merupakan jenis
gen yang mengendalikan fenotipe.
U u
U UU ( ungu ) Uu (ungu )
u Uu (ungu ) uu ( putih )
Parental 1 (P1) : MM x mm
Merah putih
Gamet : M m
Generasi 1 (F1) : Mm
100% merah muda
Parental 2 (P2) : F1 x F1
Mm x Mm
Gamet : M M
m m
Generasi 2 (F2) :
M m
M MM (merah) Mm (merah muda)
m Mm (merah muda) Mm (putih)
Rasio genotype = MM : Mm : mm
1 : 2 : 1
Rasio fenotipe = merah : merah muda : putih
1 : 2 : 1
Pada kasus Bunga pukul empat , terlihat bahwa alel M yang
mengendalikan warna merah tidak bersifat dominan penuh terhadap alel m
sehingga ketika alel M berpasangan dengan alel m, dihasilkan fenotipe
merah muda. Persilangan ini disebut Intermediet.
Kunci jawaban:
Soal pilihan ganda
1. A 2. C 3. B 4. D 5. A
Rubrik : Jika menjawab benar nilai 1 dan jika menjawab salah nilai 0
D. Daftar Pustaka
Triyono agus, Subagiya,Purjiyanta Eka, CahyobBabare Suryo, Sutanto Agus,
Sulistyono, ( TIM ABDI GURU) 2017, IPA Terpadu, Jilid 3 kelas IX
SMP/MTs Kurikulum 13 Edisi Revisi, Penerbit Erlangga