KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan pembuatan panduan ini dengan judul “Panduan Monitoring Efek
Samping Obat di Rumah Sakit Jabal Rahmah Medika”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Panduan ini disusun sebagai acuan bagi pengelola Rumah Sakit Jabal Rahmah Medika
dalam melaksanakan upaya peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien. Meskipun panduan ini
sudah dibuat semaksimal mungkin, namun dalam pelaksanaanya kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Demikian, semoga panduan ini dapat bermanfaat. Amiin ...
Tim penulis
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................................1
DEFENISI.....................................................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................................3
RUANG LINGKUP......................................................................................................................3
BAB III.............................................................................................................................................5
TATA LAKSANA........................................................................................................................5
BAB V..............................................................................................................................................8
DOKUMENTASI.........................................................................................................................8
Badan Pengawas Obat dan makanan (Badan POM) Republik Indonesia, sebagai lembaga
yang mengembang otoritas regulatori dibidang obat di Indonesia mempunyai tangggung jawab
kepada masyarakat untuk menjamin bahwa semua produk obat yang beredar (pasca pemasaran)
memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu . Dalam hal ini Badan POM melakukan
langkah pengawalan dan pemantauan baik dari aspek keamanan,kemanfaatan dan mutu obat yang
beredar,mulai dari evaluasi pra pemasaran hingga pengawasan pasca pemasaran obat yang
beredar di wilayah Republik Indonesia.
Secara khusus,kegiatan pengawasan pasca pemasaran utamanya pemantauan aspek
keamanan obat merupakan upaya Badan POM dalam rangka jaminan keamanan obat (ensuring
drug safety) pasca pemasaran. Kegiatan ini merupakan kegiatan startegis pengawasan yang harus
dilakukan secara berkesinambungan, karena upaya jaminan keamanan obat pasca pemasaran akan
berdampak pada jaminan keamanan pasien (ensuring patient safety) sebagai pengguna akhir dari
suatu obat.
Pengawalan dan pemantauan aspek keamanan obat pasca pemasaran dilakukan untuk
mengetahui efektifitas (efectiveness) dan keamanan penggunaan obat pada kondisi kehidupan
nyata atau praktik klinik yang sebenarnya, Banyak bukti menunjukkan bahwa sebenarnya efek
samping obat (ESO) dapat dicegah,dengan pengetahuan yang bertambah,yang diperoleh dari
kegiatan pemantauan aspek keamanan obat pasca pemasaran atau yang sekarang lebih dikenal
dengan istilah farmakovigilans. Sehingga kegiatan ini menjadi salah satu komponen penting
dalam sistem regulasi obat, praktik klinik dan kesehatan masyarakat secara umum.
Pengawalan atau pemantauan aspek keamanan suatu obat harus secara terus menerus
dilakukan untuk mengevaluasi konsistensi profil keamanannya atau riskbenefit ratio-nya.Dimana
kita harus mempertimbangkan benefit harus lebih besar dari risk,untuk mendukung jaminan
keamanan obat beredar. Pengawalan aspek keamanan obat senantiasa dilakukan dengan
pendekatan risk management di setiap tahap perjalanan atau siklus obat.
Badan POM tidak dapat melakukan pengawalan aspek keamanan obat ini secara
sendiri,namun perlu juga dukungan partisipasi semua pemeran kunci (key 2 players) yang terlibat
dalam perjalanan atau siklus suatu obat,sejak obat melalui proses perijinan (pra-pemasaran)
hingga peresepan dokter dan pengguaan oleh pasien (pasca pemasaran).
Aktifitas monitoring ESO dan juga pelaporan oleh sejawat tenaga kesehatan sebagai
healthcare proider merupakan suatu tool yang dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan
terjadi ESO yang serius dan jarang terjadi.
C. Bagaimana cara melapor dan informasi apa saja yang harus dilaporkan?
Informasi KTD atau ESO yang hendak dilaporkan diisikan kedalam formulir pelaporan
ESO/formulir kuning yang tersedia. Dalam penyiapan pelaporan KTD atau ESO,sejawat tenaga
kesehatan dapat menggali informasi dari pasien atau keluarga pasien.Untuk melengkapi informasi
lain dibutuhkan dalam pelaporan dapat diperoleh dari catatan medis pasien.
E. Kapan Melaporkan?
Tenaga kesehatan sangat dihimbau untuk dapat melaporkan kejadian efek samping obat
yang terjadi segera setelah muncul kasus diduga ESO atau segera setelah adanya kasus ESO yang
teridentifikasi dari laporan keluhan pasien yang sedang dirawatnya.
1. Mendeteksi adanya kejadian efek samping obat, obat tradisional, suplemen makanan dan
kosmetika atau ROTD.
2. Mengidentifikasi obat, obat tradisional, suplemen makanan, kosmetika dan pasien yang
mempunyai resiko tinggi mengalamin efek samping atau ROTD.
3. Melaporkan efek samping obat atau ROTD ke dokter yang merawat pasien untuk dilakukan
tindakan lebih lanjut.
4. Mendokumentasikan kejadian efek samping obat atau ROTD di rekam medis, ceklis
identifikasi tanda-tanda ESO, dan formulir Monitoring Efek Samping Obat, obat tradisional,
suplemen makanan dan kosmetika.
5. Melaporkan formulir monitoring efek samping obat, obat tradisional, suplemen makanan dan
kosmetika yang sudah terisi ke komite farmasi terapi (KFT).
6. KFT akan melakukan evaluasi dan analisa terhadap monitoring efek samping obat, obat
tradisional, suplemen makanan dan kosmetika dengan algoritma naranjo dan hasil evaluasi /
analisa akan disampaikan ke direktur dan unit-unit terkait.
7. RS Jabal Rahmah Medika memantau efek obat dan efek samping obat terhadap pasien
Maksud dan tujuan :
Standar ini bertujuan agar apabila timbul efek samping obat dapat dialporkan oleh
profesional pemberi asuhan (PPA) kepada tim farmasi dan terapi yang selanjutnya
dilaporkan pada pusat meso nasional. Apoteker mengevaluasi efek obat untuk memantau
secara ketat respons pasien dengan melakukan pemantauan terapi obat (PTO). Apoteker
bekerjasama dengan pasien, dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya untuk memantau
pasien yang diberi obat. Rumah sakit menetapkan regulasi untuk efek samping obat yang
harus dicatat dan dilaporkan.
Untuk memenuhi kebijakan tersebut di atas:
a. RS Jabal Rahmah Medika telah menetapkan pemantauan efek obat dan efek samping obat
serta dicatat dalam status pasien disertai panduan monitoring ESO.
b. RS Jabal Rahmah Medika melaksanakan pemantauan terapi obat.
c. RS Jabal Rahmah Medika melakukan pemantauan efek samping obat dan pelaporannya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Buku panduan ini diharapkan dapat sebagai acuan bagi apoteker yang bekerja di rumah
sakit dalam pelayanan farmasi yang baik, efektif, dan efisien akan mendorong penggunaan obat
yang rasional di rumah sakit. Diharapkan dengan terlaksananya pelayanan farmasi yang baik,
akan berkontribusi terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Setiap langkah kegiatan monitoring efek samping obat didokumetasikan. Hal ini penting
karena berkaitan dengan bukti otentik pelaksanaan pelayanan kefarmaasian yang dapat digunakan
untuk tujuan akuntabilitas/pertanggung jawaban, evaluasi, pelyanan, pendidikan dan penelitian.
Sistimatik pendokumetasian harus dicatat sedemikian rupa sehingga mudah untuk penelusuran
kembali. Pendokumentasian dapat dilakukan berdasarka nomor rekam medik, nama, penyakit,
ruangan dan usia. Data dapat didokumentasikan secara manual, elektronik atau keduanya. Data
bersifat rahasia dan disimpan dengan rentang waktu sesuai kubutuhan. Sesuai dengan etik
penelitian, untuk publikasi hasil indetitas pasien harus disamarkan.