Anda di halaman 1dari 9

1|DANGIANG SUNDA Vol.5 No.

2, Agustus 2017

MODEL PEMBELAJARAN ROUND TABLE


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISINDIRAN
(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII H SMPN 5 Bandung
Tahun Ajaran 2016/2017)

Rani Pahmi Septiani1, Usep Kuswari2, Hernawan3


Departemen Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra,
Universitas Pendidikan Indonesia
Email: septianipahmi@gmail.com, usep.kuswari@upi.edu, hernawan@upi.edu

ABSTRAK

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan sebelum,


setelah, dan perbedaan menulis sisindiran siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung
menggunakan model pembelajaran Round Table. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kuasi eksperimen dengan desain penelitian one-group
pretest and posttest. Adapun, teknik mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu
menggunakan tes unjuk kerja yang terdiri dari kegiatan pretest dan posttest. Penelitian
ini dilakukan kepada siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung tahun ajaran 2016/2017
yang berjumlah 35 siswa. Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata nilai
kemampuan menulis sisindiran siswa sebelum menggunakan model pembelajaran
Round Table adalah 66,5, sedangkan setelah menggunakan model pembelajaran
Round Table meningkat menjadi 84,5 dari KKM 75. Ada perbedaan yang signifikan
antara kemampuan menulis sisindiran siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung tahun
ajaran 2016/2017 sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran Round
Table hal itu dapat dilihat dari hasil uji hipotesis, diketahui (11,43) >
(2,44), dengan menggunakan tarif kepercayaan 99%. Dapat disimpulkan bahawa
model pembelajaran Round Table bisa meningkatkan kemampuan menulis sisindiran
siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung tahun ajaran 2016/2017.

Kata Kunci: Model Round Table, menulis sisindiran.

ROUND TABLE LEARNING MODEL


TO IMPROVE THE ABILITY IN WRITING SISINDIRAN
(Quasi Eksperimental Research to Student VIII H SMPN 5 Bandung The
Academic Year 2016/2017)

ABSTRACT

The purpose of this research was to describe the students’s ablity in writing sisindiran
before, after, and the difference using Round Table learning model. This research uses
a Quasi Eksperimental Research method and one-group pretest and posttest design.
The Techniques used in order to collect the data is skill tests of the students which

1
Penulis
2
Penulis Penanggung Jawab I
3
Penulis Penanggung Jawab II
2|DANGIANG SUNDA Vol.5 No.2, Agustus 2017

include pretest and posttest. The source data of this research is students of class VIII
H SMPN 5 Bandung the academic year 2016/2017 which amounted 35 students.
Based on the research, the average of students writing skills before using the Round
Table learning model is 66,5, after using the Round Table learning model the average
increased to 84,5 of KKM 75. There are the difference between the ability of students
of class VIII H SMPN 5 Bandung the academic year 2016/2017 in writing sisindiran
before and after using Round Table learning model. This is based on hypothesis test
results that is (11,43) > (2,44) with 99% trust rate. The conclusion is that
the Round Table learning model can improve the ability of students of class VIII H
SMPN 5 Bandung the academic year 2016/2017 in writing sisindiran.

Keywords: Round Table Model, writing sisindiran.

Dalam pembelajaran Bahasa berjumlah 8 suku kata. Baris pertama dan


Sunda di sekolah-sekolah disampaikan kedua merupakan cangkang, sedangkan
empat aspek kemampuan berbahasa, baris ketiga dan keempat merupakan isi
yaitu: kemampuan menulis, kemampuan sisindiran.
membaca, kemampuan mendengarkan, Salmun (dalam Koswara, 2013, hal.
dan kemampuan bercerita. 69) sisindiran adalah kesenian ngareka
Salahsatu kemampuan berbahasa bahasa yang terdiri dari cangkang dan isi
yang diajarkan yaitu kemampuan untuk mengatakan maksud yang tidak
menulis. Menulis merupakan suatu sebenarnya.
kegiatan untuk menyampaikan sutau Menulis sisindiran termasuk salah
informasi menggunakan media tulisan. satu bahan pembelajaran yang ada di
Menurut Abbas (2006, hal. 125), kelas VIII SMP/MTs. Hal ini berdasarkan
kemampuan menulis adalah kemampuan KIKD 8.4.4 Menanggapi dan
mengungkapkan gagasan, pendapat, dan mengekspresikan sisindiran secara lisan
perasaan kepada pihak lain melalui dan tulisan. (Dinas Pendidikan Provinsi
bahasa tulisan dengan menggunakan Jawa Barat (2013), hal. 99).
bahasa, gramatikal, dan ejaan yang benar. Menurut Koswara (2013, hal. 70-72)
Menulis juga merpakan salah satu dilihat dari bentuknya, sisindiran terbagi
kemampuan berbahasa yang prodiktif dan jadi 3, yaitu rarakitan, paparikan, dan
ekspresif yang digunakan untuk wawangsalan.
komunikasi secara tidak langsung. Rarakitan adalah salah satu bentuk
Dalam kegiatan menulis, penulis sisindiran yang mementingkan papak
harus mempunyai kemampuan untuk atau kata yang berada di awal barisan
menyelaraskan kosa kata, juga cangkang dan isi harus sama.
kemampuan untuk mencari dan Paparikan adalah salah satu bnetuk
mengembangkan ide atau gagasan. Pada sisindiran yang mementingkanberdekatan
kenyataannya, tidak semua orang bisa atau miripnya suara pada cangkang dan
mengembangkan ide atau gagasan dalam isi. Jadi, dalam paparikan suara terakhir
bentuk tulisan. Ada beberapa orang yang pada kata terakhir di barisan pertama dan
merasa sulit untuk memulai suatu ketiga harus mirip, begitu juga pada baris
karangan atau karya. kedua dan keempat.
Salah satunya dalam kegiatan Wawangsalan berasal dari kata
menulis karya sastra yang terikat oleh wangsal atau angsal yang berarti dapat.
suatu aturan, seperti menulis sisindiran. Perbedaan wawangsalan dengan rarakitan
Sisindiran termasuk karya sastra yang dan paparikan yaitu wawangsalan terikat
terikat oleh aturan, karena sisindiran dua baris. Baris pertama merupakan
terikat oleh guru lagu dan guru wilangan, cangkang, baris kedua merupakan isi.
serta jumlah suku kata pada setiap baris Pada baris pertama terdapat tebak-
3|DANGIANG SUNDA Vol.5 No.2, Agustus 2017

tebakan yang harus dijawab, sedangkan lingkungan belajar siswa dalam


pada baris kedua terdapat kata yang mirip kelompok kecil yang saling bertukar ide
dengan jawaban tebak-tebakan pada baris dan bekerja sama secara kolaboratif
pertama. untuk menyelesaikan permasalahan yang
Ada beberapa hal yang membuat ada pada tugas. Sesuai dengan pendapat
siswa merasa sulit dalam menulis di atas, Stenlev (2011, hal. 4)
sisindiran, yaitu: (1) kurangnya menjelaskan bahwa model pembelajaran
pengetahuan siswa pada kosa kata Bahasa Round Table membantu siswa dalam
Sunda, dan (2) kurangnya kemampuan meningkatkan kreatifitas dan pemahaman
siswa dalam mengembangkan ide tau yang lebih dalam.
gagasan. Selain itu, berdasarkan hasil Pada pelaksanaan MPRT, siswa
observasi hal-hal yang membuat siswa dibagi menjadi beberapa kelompok lalu
merasa sulit dalam menulis sisindiran duduk melingkar, selanjutnya setiap
adalah kurang efektifnya suasana belajar siswa menuliskan idea tau gagasannya
siswa di kelas. Banyak siswa yang pasif, secara bergiliran.
tidak terlalu memperhatikan, dan kurang
kreatif di kelasnya. METODE PENELITIAN
Padahal menurut Suhana (2014, hal. Metode yang digunakan dalam
59), faktor eksternal yang mempengaruhi penelitian ini yaitu kuasi eksperimen
proses belajar siswa adalah kompetensi dengan desain one-group pretest and
guru, kualifikasi guru, sarana pendukung, posttest. Seperti yang terlihat pada gambar di
kualitas teman sejawat, atmosfir belajar, bawah ini.
kepemimpinan kelas, dan biaya. Oleh
X
dari itu, perlu dilakukan beberapa uasaha
untuk menangani persoalan tersebut, (Sugiyono, 2013, hal. 110)
salah satunya dengan menggunakan Penelitian dilaksanakan dengan cara
model pembelajaran aktif, salah satunya member pretest terlebih dahulu untuk
bisa dengan menggunakan model mengetahui kemampuan menulis sisindiran
pembelajaran Round Table (MPRT). siswa sebelum menggunakan MPRT. Setelah
MPRT merupakan salah satu model itu siswa diberi treatment atau perlakuan
dengan cara menerapkan model pembelajaran
yang dikembangkan dari model
Round Table (MPRT) dalam pembelajaran
pembelajaran kooperatif (cooperative menulis sisindiran. Lalu dilaksanakan
learning). Bern jeung Erickson (dalam posttest untuk mengetahui kemampuan
Komalasari 2013, hal. 62) menjelaskan menulis sisindiran sswa setelah diberi
bahwa cooperative learning merupakan perlakuan.
strategi pembelajaran yang mengorganisir Teknik mengumpulkan data dalam
pembelajaran menggunakan kelompok penelitian ini adalah teknik tes. Tes yang
belajar kecil yang mana siswa bekerja digunakan yaitu tes unjuk kerja yang
sama untuk mencapai tujuan mencakup kegiatan pretest dan posttest.
pembelajaran. Data tersebut dianalisis dan hasilnya
Sebagai salah satu model yang digunakan untuk menggambarkan ada
dikembangkan dari model pembelajaran perbedaan yang signifikan antara
kooperatif, dalam pelaksanaannya MPRT kemampuan menulis sisindiran siswa
juga mendorong siswa agar bekerja sama sebelum dan setelah menggunakan
dalam kegiatan pembelajaran. MPRT. Lembar tes pada penelitian ini
Davidson dan Kroll (dalam Asma, yaitu soal uraian dalam bentuk kalimat
2006, hal.11) mendefinisikan perintah membuat sisindiran.
pembelajaran Kooperatif Round Table
adalah kegiatan yang berlangsung di HASIL DAN PENJELASAN
4|DANGIANG SUNDA Vol.5 No.2, Agustus 2017

Kemampuan menulis adalah 35


kemampuan mengungkapkan gagasan, 30
pendapat, dan perasaan kepada pihak lain 25
melalui bahasa tulisan dengan 20
menggunakan bahasa, gramatikal, dan 15
jumlah siswa
ejaan yang benar. Aspek-aspek menulis 10
yang dinilai menurut Nurgiyantoro (2014, 5
hal. 441) yaitu isi, organisasi isi, kosa 0
kata, penggunaan bahasa, dan ejaan. Mampu Belum
Menurut Kagan (dalam Ningsih Mampu
2017, hal. 31) model kooperatif Round Grafik 1
Table mempunyai fungsi untuk Jumlah Siswa yang Mampu dan Belum
membangun kerjasama, kemampuan Mampu
sosial, dan kemampuan berpikir. Jadi
dengan menggunakan Round Table bisa Dilihat dari grafik di atas, materi
meningkatkan kemampuan siswa dalam sisindiran masih dianggap sulit. Hal ini
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. terlihat pada 5 aspek yang dinilai
Untuk mengetahui bagaimana menurut Nurgiyantoro (2014, hal. 441)
kemampuan menulis sisindiran siswa yaitu isi, organisasi isi, kosa kata,
kelas VIII H SMPN 5 Bandung tahun penggunaan bahasa, dan ejaan.
ajaran 2016/2017 dilakukan uji sebelum Berdasarkan analisis pada 5 aspek
(pretest) dan setelah (posttest) menulis sisindiran, hasilnya terlihat
menggunakan MPRT, derta menguji seperti grafik di bawah ini.
perbedaan antara hasil pretest dan 35
posttest. 30
25
20
Kemampuan Sebelum Menggunakan 15 Skor
10 Maksimal
MPRT 5
Berdasarkan hasil pretest, 0 Skor Siswa
kemampuan menulis sisindiran siswa
kelas VIII H SMPN 5 Bandung tahun
ajaran 2016/2017 debelum menggunakan
MPRT termasuk pada kategori belum
mampu dengan rata-rata nilainya 66,5. Grafik 2
Dari 35 siswa, 6 siswa atau 17,3% yang Peunteun Pretest Dumasar Aspék
sudah mampu atau mendapatkan nilai Nulis Sisindiran
lebih dari KKM 75, sedangkan 29 siswa
atau 82,7% yang belum mampu atau Kemampuan menulis sisindiran
mendapatkan nilai kurang dari KKM 75. siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung
Nilai terbesar adalah 78, sedangkan nilai sebelum menggunakan MPRT dilihat dari
terkecil adalah 40. Agar lebih jelas aspek isi berdasarkan pedoman skala nilai
perhatikan grafik di bawah ini. dengan rata-rata skornya 18,1 dari skor
maksimal 30, termasuk ke dalam kategori
sedang-cukup. Artinya, pemahamannya
kurang, mengembangkan kata kunci
kurang sesuai serta masalah yang
dijelaskannya tidak cukup.
Dilihat dari aspek organiasi isi
kemampuan menulis sisindiran siswa
5|DANGIANG SUNDA Vol.5 No.2, Agustus 2017

kelas VIII H SMPN 5 Bandung b. setiap siswa duduk melingkar


berdasarkan pedoman skala nilai dengan bersama kelompoknya. Guru
rata-rata skornya 14,5 dari skor maksimal membagikan lembar kerja siswa;
20, termasuk ke dalam kategori cukup- c. setiap siswa diberi batas waktu untuk
baik. rtinya, kurang lancar, kurang menuliskan ide atau gagasannya;
terorganisir tapi gagasan utamanya d. dalam kelompoknya, siswa pertama
terlihat, urutan logis tapi tidak lengkap. menuliskan idea tau gagasan pada
Dalam aspek kosa kata kemampuan baris pertama;
menulis sisindiran siswa kelas VIII H e. lembar kerja hasil siswa pertama
SMPN 5 Bandung berdasarkan pedoman diberikan kepada siswa yang berada
skala nilai dengan rata-rata skornya 14,2 di sebelahnya searah jarum jam.
dari skor maksimal 20, termasuk ke Siswa yang mendapatkan lembar
dalam kategori cukup-baik. Artinya, kerja, meneruskan menuliskan idea
pemanfaatan kata agak canggih, pilihan tau gagasannya pada baris kedua.
kata dan ungkapan kadang-kadang Begitu seterusnya hingga siswa
kurang tepat tetapi tidak mengganggu. keempat;
Dilihat dari aspek penggunaan f. hasil kerja siswa didiskusikan atau
bahasa kemampuan menulis sisindiran dilengkapi; dan
siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung g. hasil dari setiap kelompok dibacakan
berdasarkan pedoman skala nilai dengan di depan kelas.
rata-rata skornya 16,2 dari skor maksimal
25, termasuk ke dalam kategori sedang- Setelah menggunakan MPRT,
cukup. Artinya, terjadi kesalahan serius diketahui kemampuan menulis sisindiran
dalam konstruksi kalimat dan siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung
mengaburkan makna. tahun ajaran 2016/2017 meningkat
Kemampuan menulis sisindiran tersmasuk ke dalam kategori mampu
siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung dengan rata-rata nilainya 84,5. Dari 35
sebelum menggunakan MPRT dilihat dari siswa, ada 27 siswa atau 77,1% yang
aspek isi berdasarkan pedoman skala nilai sudah mampu atau mendapatkan nilai
dengan rata-rata skornya 3,5 dari skor lebih dari KKM 75, sedangkakn 8 siswa
maksimal 5, termasuk ke dalam kategori atau 22,9% yang belum mampu atau
sedang-cukup. Artinya, sering terjadi mendapatkan nilai kurang dari KKM 75.
kesalahan ejaan dan mengaburkan Agar lebih jelas perhatikan grafik di
makna. bawah ini.
30
Kemampuan Setelah Menggunakan 25
MPRT 20
Setelah dilakukan pretest, dilakukan 15
perlakuan menggunakan MPRT. Lalu 10 jumlah siswa
siswa diberi perlakuan yaitu 5
menggunakan MPRT. Langkah-langkah 0
MPRT yang digunakan dalam penelitiam Mampuh Can
Mampuh
ini yaitu menurut Lie (2000, hal. 62).
Ada beberapa langkah dalam Grafik 3
menerapkan model ini yang Jumlah Siswa anu Mampuh jeung Can
dikembangkan oleh peneliti, yaitu: Mampuh
a. guru membuat beberapa kelompok Dilihat dari grafik di atas, materi
berisi 4 siswa yang heterogen; sisindiran sudah dianggap mudah, hal ini
terlihat dari 5 aspek yang dinilai seperti
yang dilakukan pada pretest. Berdasarkan
6|DANGIANG SUNDA Vol.5 No.2, Agustus 2017

analisis pada 5 aspek, hasilnnya terlihat pedoman skala nilai dengan rata-rata
seperti grafik di bawah ini. skornya 20,4 dari skor maksimal 25,
termasuk dalam kategori cukup-baik.
40 Artinya, konstruksinya sederhana tapi
30 efektif, sedikit kesalahan pada konstruksi
20 kompleks, ada beberapa kesalahan tapi
Skor
10 tidak merubah makna.
Maksimal
0 Kemampuan menulis sisindiran
Skor Siswa siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung
setelah menggunakan MPRT dilihat dari
aspek ejaan berdasarkan pedoman skala
nilai dengan rata-rata skornya 4,4 dari
Grafik 4 skor maksimal 5, termasuk dalam
Peunteun Posttest Dumasar Aspék kategori cukup-baik. Artinya, kadang-
Nulis Sisindiran kadang ada kesalahan ejaan tapi tidak
merubah makna.
Kemampuan menulis sisindiran
siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung Perbedaan Kemampuan Sebelum dan
setelah menggunakan MPRT dilihat dari Sesudah Menggunakan MPRT
aspek isi berdasarkan pedoman skala nilai Untuk mengetahui selisih pretest dan
dengan rata-rata skornya 24,6 dari skor posttest dilakukan uji gain. Dari uji gain
maksimal 30, termasuk dalam kategori diketahui ada perbedaan yang signifikan
cukup-baik. Artinya, memahami, antara kemampuan menulis sisindiran
mengembangkan kata kuncinya sesuai siswa sebelum dan sesudah menggunakan
dengan judul dan persoalan yang MPRT. Agar lebih jelas perhatikan grafik
dijelaskannya kurang lengkap. di bawah ini.
Dilihat dari aspek organisasi isi 40
kemampuan menulis sisindiran siswa
kelas VIII H SMPN 5 Bandung 30
berdasarkan pedoman skala nilai dengan 20 pretest
rata-rata skornya 17,4 dari skor maksimal
posttest
20, termasuk kategori cukup-baik. 10
Artinya, kurang lancar, kurang
0
terorganisir tapi gagasan utamanya
Mampuh Can Mampuh
terlihat, urutan logis tapi tidak lengkap.
Dilihat dari aspek kosa kata Grafik 5
kemampuan menulis sisindiran siswa Jumlah Siswa anu Mampuh jeung Can
kelas VIII H SMPN 5 Bandung mampuh
berdasarkan pedoman skala nilai dengan
rata-rata skornya 17,8 dari skor maksimal Berdasarkan grafik di atas, jumlah
20, termasuk kategori cukup-baik. siswa yang mampu menulis sisindiran
Artinya, pemanfaatan kosa kata agak lebih banyak. Rata-rata nilai menulis
canggih, pilihan kata dan ungkapan sisindiran siswa sebelum menggunakan
kadang-kadng kurang sesuai tapi tidak MPRT yaitu 66,5 dari KKM 75. Dari 35
mengganggu. siswa, ada 29 siswa atau 82,7% yang
Kemampuan menulis sisindiran belum mampu atau mendapatkan nilai
siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung kurang dari KKM 75, sedangkan 6 siswa
setelah menggunakan MPRT dilihat dari sudah mampu atau mendapatkan nilai
aspek penggunaan bahasa berdasarkan lebih dari KKM 75.
7|DANGIANG SUNDA Vol.5 No.2, Agustus 2017

Setelah menngunakan MPRT Seterusnya pada aspek organisasi isi


kemampuan menulis sisindiran siswa berdasarkan hasil pretest kemampuan
meningkat menjadi 84,5 termasuk ke menulis sisindiran siswa yaitu kurang
dalam kategori mampu. Rata-rata lancar, kurang terorganisir tapi gagasan
perbeedaan hasil pretest dan posttest utamanya terlihat, urutan ogis tapi tidak
yaitu 18,3. Dari 35 siswa, ada 27 siswa lengkap. Rata-rata skornya 14,5 dari skor
atau 77,1% yang sudah mampu atau maksimal 20, termasuk ke dalam kategori
mendapatkan nilai lebih dari KKM 75, cukup-baik. Setelah menggunakan
sedangkakn 8 siswa atau 22,9% yang MPRT, skor rata-rata menulis sisindiran
belum mampu atau mendapatkan nilai siswa pada aspek organisasi isi
kurang dari KKM 75. Berdasarkan meningkat menjadi 17,4, meskipun masih
analisis pada 5 aspek menulis sisindiran, termasuk ke dalam kategori cukup-baik
hasilnya bisa terlihat seperti grafik di tapi kemampuan siswa pada organisasi
bawah ini. isinya meningkat dengan rata-rata
perbedaan skor pretest dan posttest pada
35 aspek organisasi isi adalah 2,9.
30 Pada aspek kosa kata berdasarkan
25 Skor hasil pretest kemampuan menulis
20
15 Maksimal sisindiran siswa yaitu pemanfaatan kata
10
5 Skor Pretest agak canggih, pilihan kata dan ungkapan
0 kadang-kadang kurang tepat tetapi tidak
Skor Posttest mengganggu. Rata-rata skornya 14,2 dari
skor maksimal 20, termasuk ke dalam
kategori cukup-baik. Setelah
menggunakan MPRT, skor rata-rata
Grafik 6 menulis sisindiran siswa pada aspek kosa
Rata-rata Skor Aspék nu Dipeunteun dina kata meningkat menjadi 17,8, meskipun
Pretest jeung Posttest masih termasuk ke dalam kategori cukup-
baik tapi kemampuan siswa pada kosa
Kemampuan menulis sisindiran katanya meningkat dengan rata-rata
siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung perbedaan skor pretest dan posttest pada
pada aspek isi berdasarkan hasil pretest aspek kosa kata adalah 3,6.
yaitu pemahamannya kurang, Kemampuan menulis sisindiran
mengembangkan kata kunci kurang siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung
sesuai serta persoalan yang dijelaskan pada aspek penggunaan bahasa
berdasarkan hasil pretest yaitu terjadi
kurang. Rata-rata skornya 18,1 dari skor
kesalahan serius dalam konstruksi
maksimal 30, termasuk ke dalam kategori kalimat dan mengaburkan makna. Rata-
sedang-cukup. Setelah menggunakan rata skornya 16,2 dari skor maksimal 25,
MPRT, skor rata-rata menulis sisindiran termasuk ke dalam kategori sedang-
siswa pada aspek isi meningkat menjadi cukup. Setelah menggunakan MPRT,
24,6, termasuk ke dalam kategori cukup- skor rata-rata menulis sisindiran siswa
baik. Artinya, memahami, pada aspek penggunaan bahasa
meningkat menjadi 20,4, termasuk ke
mengembangkan kata kuncinya sesuai
dalam kategori cukup-baik. Artinya,
dengan judul dan persoalan yang konstruksinya sederhana tapi efektif,
dijelaskan kurang lengkap. Rata-rata sedikit kesalahan pada kosntruksi
perbedaan skor pretes dan posttest pada kompleks, ada beberapa kesalahan tapi
aspek isi adalah 6,5. tidak merubah makna. Rata-rata
8|DANGIANG SUNDA Vol.5 No.2, Agustus 2017

perbedaan skor pretes dan posttest pada dengan menggunakan tarif kepercayaan
aspek isi adalah 4,2. 99% yaitu < atau 1,41 < 7,47
Kemampuan menulis sisindiran yang berarti data mempunyai distribusi
siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung yang homogen.
pada aspek ejaan berdasarkan hasil Setelah dilaksanakan uji sifat data,
pretest yaitu sering terjadi kesalahan yang terakhir dilaksanakan uji hipotesis.
ejaan dan maknanya membingunggkan. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Rata-rata skornya 3,5 dari skor maksimal a. ada perbedaan yang signifikan antara
5, termasuk ke dalam kategori sedang- kemampuan menulis sisindran siswa
cukup. Setelah menggunakan MPRT, kelas VIII H SMPN 5 Bandung
skor rata-rata menulis sisindiran siswa tahun ajaran 2016/2017 sebelum dan
pada aspek ejaan meningkat menjadi 4,4, sesudah menggunakan model
termasuk ke dalam kategori cukup-baik. pembelajaran Round Table, ( );
Artinya, kadang-kadang terjadi kesalahan dan
ejaan tapi tidak merubah makna. Rata- b. tidak ada perbedaan yang signifikan
rata bkonstruksinya sederhana tapi antara kemampuan menulis sisindran
efektif, sedikit kesalahan pada kosntruksi siswa kelas VIII H SMPN 5
kompleks, ada beberapa kesalahan tapi Bandung tahun ajaran 2016/2017
tidak merubah makna. Rata-rata sebelum dan sesudah menggunakan
perbedaan skor pretes dan posttest pada model pembelajaran Round Table,
aspek ejahan adalah 0,9. ( ).
Setelah uji gain, yang terakhir yaitu
uji hipotesis untuk mengukur diterima Berdasarkan hasil uji hipotesis
atau tidaknya hipotesis penelitian. dengan menggunakan taraf kapercayaan
Sebelum dilaksanakan uji hipotesis, 99% diketahui hasilnya >
dilaksanakan uji sifat data terlebih atau (11,43) > (2,44). Hipotésis alternatif
dahulu. ( ) diterima dan hipotésis nol ( )
Pada uji sifat data terdiri dari uji ditolak, ada perbedaan yang signifikan
normalitas data dan uji homogenitas data. antara kemampuan menulis sisindran
Uji normalitas data dilakukan untuk siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung
mengetahui normal atau tidaknya tahun ajaran 2016/2017 sebelum dan
distribusi data yang didapatkan. Hasil sesudah menggunakan model
dari ujji normalitas data pretest dan pembelajaran Round Table. Artinya,
posttest yaitu distribusi datanya normal model pembelajaran Round Table mampu
dengan tarif kepercayaan 99% dengan meningkatkan kemampuan menulis
dk=3. Hal ini terlihat dari hasil uji sisindiran siswa kelas VIII H SMPN 5
normalitas data pretest yang Bandung tahun ajaran 2016/2017.
menghasilkan < atau -
478,86 < 11,341, artinya data KACINDEKAN
distribusinya normal. Pada hasil uji Berdasarkan hasil penelitian dan
normalitas data posttest diketahui analisis data diketahui kemampuan
hasilnya < atau -1691,67 menulis sisindiran siswa kelas VIII H
< 11,341, artinya data distribusinya SMPN 5 Bandung tahun ajaran
normal. 2016/2017 sebelum menggunakan MPRT
Setelah uji normalitas data, termasuk ke dalam kategori belum
dilaksanakan uji homogenitas data. Uji mampu dengan rata-rata nilainya 66,5
homogenitas dilaksanakan untuk dari KKM 75, setelah mennggunaka
mengetahui homogen atau tidaknya data MPRT kemampuan menulis sisindiran
yang didapat. Hasil dari uji homogenitas siswa kelas VIII H SMPN 5 Bandung
9|DANGIANG SUNDA Vol.5 No.2, Agustus 2017

tahun ajaran 2016/2017 meningkat Outcomes on Social Sciences


dengan rata- rata nilai 84,5. Kemampuan Subject Using Round Table and
menulis sisindiran dalam aspek isi rata- Rally Coach of Cooperative
rata skornya 18,1 meningkat jadi 24,6; Learning Model. Journal of
pada aspek organisasi isi rata-rata Education and Practice Vol 8, No.
skornya 14,5 meningkat jadi 17,4; pada 11, 2017.
aspek kosa kata rata-rata skornya 14,2 http://iiste.org/Journals/index.php/
meningkat jadi 17,8; pada aspek JEP/article/download/
penggunaan bahasa rata-rata skornya 16,2
meningkat jadi 20,4; pada aspek ejaan Nurgiyantoro, Burhan. (2014) Penilaian
rata-rata skornya 3,5 meningkat jadi 4,4. Pembelajaran Bahasa Berbasis
ada perbedaan yang signifikan antara Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
kemampuan menulis sisindran siswa
Stenlev, Jette & Peter Siemund. (2011).
kelas VIII H SMPN 5 Bandung tahun
Round Table As Cooperative
ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah
Learning Technique. English
menggunakan model pembelajaran
Language and Linguistics Volume
Round Table. Artinya, model
18/issue 01/March 2011.
pembelajaran Round Table mampu
http://academia.edu.documents/33
meningkatkan kemampuan menulis
826036/Roundtable_as_cooperati
sisindiran siswa kelas VIII H SMPN 5
ve_learning_technique.pdf?
Bandung tahun ajaran 2016/2017.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
DAPTAR PUSTAKA Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Abbas, Saleh. (2006). Pembelajaran Bandung: Alfabeta.
Bahasa Indonesia Yang Efektif Di
Sekolah Dasar. Jakarta: Dikti. Suhana, Cucu. (2014). Konsep Strategi

Asma, Nur. (2006). Model Pembelajaran Pembelajaran. Bandung: Rafika


Kooperatif. Jakarta: Depdiknas. Aditama.
Dinas Pendidikan Provinsi Jabar. (2013). Trianto. (2007). Model-model
Kurikulum Tingkat Daerah Pembelajaran Inovatif
Muatan Lokal Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda Berorientasi Konstruktivistik.
Berbasis Kurikulum 2013. Dinas Jakarta: Prestasi Pustaka.
Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran
Kontekstual dan Aplikasi.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Koswara, Dedi. (2013). Racikan Sastra
Pangdeudeul Pangajaran Sastra
Sunda. Bandung: JPBD FPBS
UPI.
Lie, Anita. (2000). Cooperative
Learning. Jakarta: PT Grasindo.
Ningsih, spk. (2017). Improving the
Students’ Activity and Learning

Anda mungkin juga menyukai