Anda di halaman 1dari 26

Pengaruh Pencampuran Biodiesel ke dalam BBM (Solar)

terhadap Sifat & Karakteristik B-XX

Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Gedung 480 Kawasan PUSPIPTEK Tangerang Selatan 15314 Banten, Indonesia
Email : imam.paryanto@bppt.go.id

Adaro, 30 Desember 2015


1
PENDAHULUAN

2
BIODIESEL
• Biodiesel adalah bahan bakar nabati mesin/motor diesel berupa
alkil (metil) ester asam lemak (FAME) yang terbuat dari minyak
nabati/hewani yang memenuhi standar mutu yang disyaratkan,
misalnya di Indonesia : SNI 7182:2012.
• B100 mempunyai sifat-sifat fisika yang mirip (meskipun tidak sama
persis) dengan bahan bakar diesel sehingga dapat digunakan
langsung pada mesin-mesin diesel tanpa adanya modifikasi.
• Beberapa karakteristik & parameter kualitas biodiesel (misalnya :
stabilitas oksidasi, titik tuang, titik kabut, bilangan iod, angka
setana) sangat dipengaruhi oleh bahan bakunya (minyak nabati) 
komposisi senyawa asam lemaknya (jenuh & tidak jenuh).
• Biodiesel murni (B100) dan campurannya dengan minyak solar (B-XX)
dapat digunakan sebagai bahan bakar motor diesel.

3
BAHAN BAKU BIODIESEL
Biodiesel diproduksi dari tanaman penghasil minyak, lemak hewani atau residu
berlemak (lipidic residues)
Buah/biji tanaman yang potensial menghasilkan minyak untuk bahan baku
biodiesel :

Kelapa Sawit Kedelai Rapeseed Kelapa Jarak (Jatropha)

Jagung Nyamplung Biji Malapari/ kranji Tanaman Kapok Biji Nimba


(Calophyllum inophyllum) (Pongamia Pinnata) (Ceiba pentandra) (Azadirachta indica)
4
PROSES PRODUKSI BIODIESEL
 Reaksi Trans-Esterifikasi (Minyak Nabati dengan FFA rendah):
C-OOC-R1 Base
R1-COO-R’ C-OH
Catalyst
C-OOC-R2 + 3R’OH R2-COO-R’ + C-OH
R3-COO-R’
C-OOC-R3 C-OH
Alcohol
Triglyceride (methanol) Fatty Acid Ester Glycerin

Contoh R =

 Reaksi Esterifikasi (Minyak Nabati dengan FFA tinggi):


Acid Catalyst
C-OOC-R + R’OH R-COO-R’ + H-OH

Alkil Ester
Asam lemak Alcohol
(Methyl Ester) Air
(methanol)

5
Komposisi senyawa-senyawa poli-, mono-unsaturasi dan
saturasi biodiesel berpengaruh pada stabilitas, angka setana
dan angka iod dari biodiesel
Biodiesel sawit terdiri dari senyawa :
• Biodiesel dari minyak kelapa sawit
• Poli-unsaturasi = 10% 0.0 1.0
mempunyai sedikit senyawa poli-
• Mono-unsaturasi = 47%
• Saturasi = 43% 0.1 0.9
unsaturasi dibandingkan dengan
biodiesel dari minyak kedelai dan
Sunflower 0.2 0.8 rapeseed.  Biodiesel dari
Jatropha
0.3 0.7
minyak sawit mempunyai
Rapeseed kestabilan, angka setana dan
Palm 0.4 0.6 angka iod yang lebih baik, namun
Soybean titik tuang/kabut yang lebih tinggi
0.5
daripada biodiesel dari minyak
0.5

0.6 0.4 kedelai & rapeseed.


0.7 0.3
• Biodiesel cenderung mempunyai
kadar sulfur dan fosfor yang
0.8 0.2 rendah dibandingkan dengan
0.9 0.1
minyak diesel dari fosil.

1.0 0.0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0

Note :
SATURATED
- Yellow region : good cetane number, iodine value and oxidation stability
- Blue region : good CFPP
Sumber : MJ. Ramos et al, Bioresources Technology, 2008 - Green region (intersection) : compromised region
6
Spesifikasi Biodiesel (FAME)
(SNI 7182:2012)

7
Revisi SNI Biodiesel 2006  2012  2015?
Tujuan :
 menjaga dan meningkatkan kualitas Biodiesel yang dipasarkan di dalam negeri
untuk melindungi konsumen, produsen dan mendukung perkembangan industri
biodiesel.

No Parameter Uji Satuan SNI 2006 SNI 2012 SNI 2015? Keterangan
1 Angka Asam mg-KOH/g, maks 0,8 0,6 0,5 Perubahan
2 Korosi Lempeng Tembaga maks No.3 No.1 No.1 Perubahan
3 Kadar Sulfur mg/kg, maks 100 100 50 Perubahan
4 Kadar Fosfor mg/kg, maks 10 10 4 Perubahan
5 Stabilitas Oksidasi:
- Metode Rancimat menit, min - 360 480 Perubahan
6 Kadar Monogliserida %-massa, maks - - 0,8 Penambahan
7 Uji Halphen Negatif Ditiadakan -

Catatan :
• Paramater Uji yang lain tidak berubah, seperti pada SNI Biodiesel 7182:2012

8
Spesifikasi Solar 48 & B-xx (B10)
(Kep Dirjen Migas No. 978.K/ 10/DJM.S/2013)

9
Perbandingan Spesifikasi Solar 48 dan Biodiesel
SOLAR 48 BIODIESEL
No KARAKTERISTIK SATUAN Kep Dirjen Migas Kep Dirjen EBTKE
No. 978.K/10/DJM.S/2013 No. 723K/10/DJE/2013
1 Bilangan Setana:
- Angka Setana, atau min. 48 min. 51
- Indeks Setana min. 45
2 Berat/Massa Jenis
o 3
- Pada suhu 15 C kg/m 815-860 -
o 3
- Pada suhu 40 C kg/m 850-890
3 Viskositas Kinematik (40oC) mm /s
2 2,0 - 4,5 2,3 - 6,0
4 Kandungan sulfur %-massa maks. 0,35 (2015) maks. 100 (ppm)
maks. 0,30 (2016)
maks. 0,25 (2017)
maks. 0,05 (2021)
maks. 0,005 (2025)
5 Temperatur Distilasi:
o
- 90% vol penguapan C maks. 370 maks. 360
6 Titik Nyala oC min. 52 min. 100
7 Titik Tuang oC maks. 18 -
8 Titik Kabut oC - maks. 18
9 Residu Karbon % m/m maks. 0,1
- Dalam per contoh asli, atau %-massa - maks. 0,05
- Dalam 10% ampas distilasi %-massa - maks. 0,3
10 Kandungan Air mg/kg maks. 500 -
11 Kandungan Sedimen %-massa maks. 0,01 -
12 Kandungan Air dan Sedimen %-vol - maks. 0,05
13 Stabilitas :
3
- Stabilitas Oksidasi g/m -
- Stabilitas Oksidasi Metode Rancimat menit - min. 360
- Stabilitas Oksidasi Metode Petro Oksi menit - min. 27
14 Biological Growth - nihil -
15 Kandungan FAME %-vol Permen ESDM 25/2013 min. 96,5
16 Kandungan methanol %-vol tak terdeteksi -
o
17 Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50 C) - maks. Class 1 Class 1
18 Kandungan Abu %-massa maks. 0,01 -
19 Abu Tersulfatkan %-massa - maks. 0,02
20 Bilangan Asam Kuat mg KOH/g maks. 0 -
21 Bilangan Asam Total mg KOH/g maks. 0,6 maks. 0,6
o
22 Lubrisitas (HFRR wear scar dia. @60 C) mikron maks. 460 -
23 Penampilan Visual - jernih & terang -
24 Warna No. ASTM maks. 3,0 -
25 Kandungan Fosfor mg/kg - maks. 10
26 Gliserol Bebas %-massa - maks. 0,02
%-massa - maks. 0,24
27
28
Gliserol Total
Kadar Iodium %-massa (g-I2/100g) - maks. 115
10
ASPEK TEKNIS YANG BERPENGARUH
PADA KUALITAS B-100 dan B-XX

11
SIFAT & KARAKTERISTIK
BIODIESEL (B-100) VS FOSSIL DIESEL FUEL/SOLAR (B-0)

BIODIESEL (B-100) FOSSIL DIESEL FUEL (B-0)


Renewable, diproduksi dari minyak nabati Non-renewable, diproduksi dari minyak bumi

Senyawa ester dari asam lemak minyak nabati,


BLENDING Senyawa hidrokarbon
komposisi senyawa jenuh & tidak jenuh (C8 – C18)

Mild Solvent Polar & Water Miscible Non Polar & Water Immiscible

Kandungan sulfur rendah Kandungan sulfur relatif tinggi

Kandungan unsur oksigen dalam biodiesel B-XX Tidak ada oksigen dalam senyawa

Biodegradable Sifat & Not easily degradable


Karakteristik
Reaksi oksidasi (stabilitas oksidasi << 20-24jam) Stabilitas tinggi
????????
Berpengaruh pada material karet alami, logam Sedikit (hampir tidak) berpengaruh pada karet
(katalis) oksidasi , asphalt alami , logam (katalis oksidasi) & asphalt

Nilai kalor sekitar 37 MJ/kg Nilai kalor sekitar 42 MJ/kg

Titik nyala lebih tinggi  lebih safe storage Titik nyala rendah

Berat jenis lebih tinggi daripada B0 Berat jenis relatif lebih rendah drpd B100

12
Perbandingan Sifat/Karakteristik Biodiesel (B-100) dan Solar (B-0)

Parameter B-0 B-100

Komposisi senyawa Hidrokarbon Ester asam lemak


(jenuh dan tidak jenuh)
Nilai Kalor 42,7 MJ/kg 37 MJ/kg
Berat Jenis B-0 < B-100
Angka setana B-0 (min 48) < B-100 (min 51)
Titik Nyala B-0 (sekitar 55oC) < B-100 (di atas 100 oC)
Kandungan Sulfur B-0 (3500 ppm) > B-100 (100 ppm)
Titik tuang/titik kabut B-0 << B-100
Viskositas B-0 (relatif) < B-100
Polaritas Non-polar Polar

13
SIFAT DAN PARAMETER BIODIESEL YANG PENTING
NO SIFAT & PARAMETER KETERANGAN

1 Kandungan Oksigen pada  Menaikkan angka setana sehingga meningkatkan


Senyawa dalam Biodiesel kesempurnaan pembakaran bahan bakar dalam ruang
bakar pada mesin
2 Komposisi Senyawa Ester Asam  Berkaitan dengan jumlah tak jenuh pada biodiesel,
Lemak dalam Biodiesel yang  Dapat menurunkan kualitas biodiesel: angka asam, kadar
berpengaruh pada Stabilitas air dan timbulnya sludge dalam jangka waktu yang lama,
Oksidasi  Dapat ditingkatkan dengan aditif antioksidan
3 Senyawa Polar  Mengikat air  Mempengaruhi kejernihan biodiesel,
 Menimbulkan karat pada logam tertentu.

4 Solvency (Pelarut)  Mild sovent jenis ester untuk pembersih kerak/sludge


 Senyawa Ester dalam tangki storage,
 Mempengaruhi beberapa material elastomer (karet
alami, dll).
 Mengembangnya beberapa material karet disebabkan
proses 'cross-linking' oleh senyawa ester (biodiesel)
5 Senyawa Organik yang dapat  Terjadi bila biodiesel disimpan lama,
Terkontaminasi Mikroba  Timbul karena pengaruh akumulasi air di dasar tangki,
 Biodiesel dapat tergedradasi oleh mikroba.

14
Beberapa Hal yang Berpengaruh
pada Property & Kualitas Biodiesel dan B-XX
MINYAK NABATI PROSES PRODUKSI BIODIESEL DIESEL FUEL

Metanol & Katalis

• Biodiesel (B-100) diproduksi dari bahan baku


BLENDING & HANDLING
minyak nabati sehingga sifat, karakteristik dan
kualitas Biodiesel sangat dipengaruhi oleh :
a. Jenis & komposisi senyawa asam lemak
dalam bahan baku minyak nabati, B-XX
b. Teknologi proses produksinya,
c. Handling biodiesel.
• Bahan bakar B-XX merupakan bahan bakar campuran B-0 dan B-100, sehingga
sifat, karakteristik dan kualitas bahan bakar campuran biodiesel (B-XX) sangat
dipengaruhi oleh :
a. Sifat, karakteristik dan kualitas dari biodiesel (B-100) dan minyak diesel
(solar/B-0)
b. Teknik dan cara blending dan handlingnya.
15
ALUR PRODUKSI DAN DISTRIBUSI YANG BERPENGARUH
TERHADAP KUALITAS B-100 dan B-XX

SPBU
PRODUKSI B-100 BLENDING & HANDLING

MINYAK NABATI
Metanol B-100 STORAGE Handling & PEMBANGKIT
Distribusi LISTRIK
& Katalis
Handling &
PROSES PRODUKSI Distribusi
TAMBANG
Handling &
Distribusi

IN-TANK
BIODIESEL BLENDING TNI

IN-LINE
B-XX
BLENDING
KAI
BBM STORAGE Handling &
Distribusi

DIESEL FUEL PERKEBUNAN

B-0 STORAGE

16
KOMPATIBILITAS MATERIAL TERHADAP BIODIESEL

 LOGAM :
– Material compatible: Alumunium, Carbon Steel, Stainless
Steel, Teflon, dan Fiberglass
– Bahan material yang reaktif (oxidative catalyst):
brass, bronze, copper, lead, tin dan zinc, tidak baik untuk
material tangki maupun line pipa yang dilewatinya

 ELASTOMER:
– Biasa digunakan sebagai: seal, gasket, tubing, ring, dll.
– Biodiesel dapat menyebabkan elastomer menjadi “swelling”.
– Beberapa elastomer yang kompatibel dengan biodiesel :
viton, teflon, nylon.
17
Teknologi proses produksi berpengaruh pada kualitas biodiesel
Metanol & Katalis

REAKSI SEPARASI & BIODIESEL


MINYAK NABATI (Trans-esterifikasi/Esterifikasi) PURIFIKASI

• Reaksi yang tidak sempurna


• Dapat menyebabkan kualitas biodiesel tidak memenuhi spesifikasi kualitas
yang ditetapkan, terutama untuk parameter: angka asam, gliserol bebas,
gliserol total, viskositas, T90 dan kandungan mono-, di- dan tri-gliserida.
• Reaksi dengan 2 atau lebih tahapan reaksi akan menyempurnakan konversi
minyak nabati menjadi alkil (metil) ester asam lemak dan dapat memperbaiki
kualitas biodiesel.
• Separasi dan purifikasi yang kurang baik
• Dapat menyebabkan kualitas biodiesel tidak memenuhi spesifikasi :
 Proses washing kurang baik  angka gliserol bebas tinggi
 Proses drying (vakum) kurang baik  kadar air tinggi
• Proses distilasi biodiesel dapat mengurangi kadar gliserol dan gliserida
(mono-, di- & tri-).
18
Metode Blending B-100 & B-0
• Metode In-Line Blending

• Metode In-Tank Blending/Splash Blending

Tangki B-XX

19
Contoh Sampel Hasil Blending B-100 & B-0

Bahan Bakar Campuran Biodiesel (B-100)& Solar (B-0)


B2,5 s/d B50

20
20
BEBERAPA HAL PENTING DALAM
BLENDING & HANDLING BIODIESEL DAN B-XX

21
BEBERAPA HAL PENTING DALAM
BLENDING & HANDLING BIODIESEL DAN B-XX
• Dalam pencampuran biodiesel (B-100) & minyak diesel (B-0), harus
dipastikan :
 Kualitas dari masing-masing bahan bakar (B-100 & B-0)
memenuhi spesifikasi mutu yang ditetapkan.
 Kuantitas B-100 (% volume) dalam campuran dengan jumlah
yang tepat.
• Sebelum penggunaan biodiesel atau B-XX, harus dipastikan :
 Tangki storage dan perpipaan bebas dari air dan sludge
(pembersihan/drain air perlu dilakukan).
 Material/parts (gasket, seal dll) sudah kompatibel dengan
biodiesel.
• Untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lama, perlu
dimonitor kualitasnya (misalnya setelah 3 bulan untuk kontrol
kualitas biodiesel).
• Perlu pembekalan “knowledge” tentang biodiesel dan B-XX.
22
ILUSTRASI PERMASALAHAN DALAM HANDLING B-XX
(Case : Air dan sludge dalam tangki storage)

Tangki B-20 Tangki B-0


Bahan bakar B-20 menjadi keruh Bahan bakar B-0 mempunyai
karena air, dan sludge terangkat
sifat yang non-polar dan tidak
naik  bila dipompa akan
bercampur dengan air
masuk ke tangki bahan bakar
kendaraan  permasalahan
(immiscible) sehingga air dan
filter blocking sludge tidak akan bercampur
dengan bahan bakar B-0
Air
Sludge

PASTIKAN : Tangki storage dan perpipaan bebas dari air dan sludge
(pembersihan/drain air & sludge perlu dilakukan), sebelum
penggunaan dengan B-XX .
23
ILUSTRASI PERMASALAHAN DALAM KUALITAS B-0
YANG BERPENGARUH PADA B-XX
(Case : Impurities of “asphaltene-like material” in B-0)

BIODIESEL DIESEL FUEL

BLENDING & HANDLING

B-XX
Sumber : MPOB, 2015

• Kandungan “asphaltene-like material” dalam diesel fuel (B-0) karena


bercampur dengan biodiesel (B-100) dapat menyebabkan bahan bakar
B-XX menjadi hitam  dapat menyebabkan filter blocking (black waxy
substances).

24
PENUTUP
• Biodiesel (B-100) mempunyai sifat/property yang mirip tapi tidak
sama dengan bahan bakar minyak diesel (B-0)
• Property, Karakteristik dan Kualitas Biodiesel (B-100) sangat
dipengaruhi oleh: jenis bahan baku minyak nabati dan cara
proses produksi serta handling-nya.
• Property, Karakteristik dan Kualitas Bahan Bakar B-XX sangat
dipengaruhi oleh : kualitas B-100 dan B-0 serta teknik/cara
blending dan handlingnya.
• Perlunya SOP dalam handling biodiesel & B-XX untuk menjaga
kualitas bahan bakar (B-XX) sehingga kerugian dapat dihindari.

25
Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi - BPPT
Gedung 480 - Kawasan PUSPIPTEK Serpong,
Tangerang Selatan, Banten - Kodepos : 15314
Tel : +62-21-7563213 Fax : +62-21-7563273
Email : imam.paryanto@bppt.go.id atau iparyanto@gmail.com

26

Anda mungkin juga menyukai